1. Merdeka belajar dinilai lebih sederhana karena berfokus pada materi yang
esensial dan pengembangan kompetensi siswa, Pada proses pembelajaran
diubah menjadi lebih menyenangkan, mendalam, dan sederhana.
2. Merdeka belajar dinilai lebih bebas dan leluasa, contohnya pada siswa
jenjang SMA tidak akan ada kelas peminatan IPA, IPS dan Bahasa.
Sehingga siswa bebas memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minatnya
masing-masing siswa. Selain itu, sekolah memiliki wewenang menerapkan
dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan bakat dan minat
siswa serta guru dapat mengajar sesuai perkembangan siswa dalam
menerima materi pelajaran.
3. Merdeka Belajar dinilai relevan dan interaktif, karena menerapkan proses
pembelajaran melalui kegiatan proyek. Diharapkan dengan proses
pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan lebih luas pada
siswa agar aktif dalam mengeksplorasi isu-isu aktual yang terjadi saat ini
dan dapat mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil
Pelajar Pancasila.
Model Pendidikan lain yang sesuai dengan sistem merdeka belajar adalah
Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran tersebut dimulai dengan
menampilkan masalah autentik (nyata) yang sesuai dengan materi pelajaran
sehingga dapat melatih peserta didik untuk berfikir kritis dalam memecahkan
suatu permasalahan serta menjadikan peserta didik lebih aktif.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tahun 2013
menjelaskan bahwa pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang :
Salah satu aspek penting dari pendekatan ini adalah penggunaan metode
pengajaran yang beragam. Guru dapat menyediakan berbagai sumber daya,
termasuk bahan bacaan, video, permainan, dan proyek-proyek kreatif, sehingga
siswa memiliki fleksibilitas dalam memilih cara mereka belajar yang paling
efektif. Ini memberikan mereka kebebasan untuk menyesuaikan pendekatan
pembelajaran dengan gaya dan preferensi individu mereka. Dalam konteks
pembelajaran berpusat pada siswa, penilaian juga berubah. Bukan hanya
mengandalkan ujian tertulis, penilaian sekarang mencakup berbagai cara untuk
mengukur pemahaman dan prestasi siswa. Guru dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan portofolio yang mencerminkan progres siswa, termasuk proyek-
proyek yang siswa bangun, presentasi yang mereka lakukan, dan refleksi tentang
pengalaman belajar mereka.
Selain itu, dalam pendekatan yang berpusat pada siswa, penting untuk
mempromosikan kolaborasi dan keterlibatan sosial. Siswa diajak untuk bekerja
sama dalam proyek-proyek kelompok, berbagi ide, dan belajar satu sama lain. Ini
memerdekakan mereka dari keterpencilan yang sering terjadi dalam metode
pengajaran tradisional. Dengan menerapkan pendekatan ini dipercaya bahwa guru
dapat membantu siswa menjadi pembelajar mandiri yang memiliki pemahaman
yang lebih mendalam, keterampilan kritis yang kuat, dan rasa percaya diri untuk
menghadapi tantangan di dunia nyata. Pendidikan berpusat pada siswa adalah
kunci untuk melepaskan belenggu pembelajaran konvensional dan memerdekakan
peserta didik agar mereka dapat menjadi pemimpin masa depan yang kompeten
dan berpikiran bebas.
Ainia, Dela Khoirul. 2020. Jurnal Filsafat Indonesia. Merdeka Belajar dalam
Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi Pengembangan
Pendidikan Karakter. Vol 3 No 3.
Sukri., Handayani, Trisakti., Tinus, Agus. 2016. Jurnal Civic Hukum. Analisis
Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Perspektif Pendidikan Karakter.
Vol 1. No 1.