Anda di halaman 1dari 6

RUANG KOLABORASI

ARGUMEN KRITIS PERJANLANAN PENDIDIKAN NASIONAL

KELOMPOK :3

ANGGOTA :

1. Ashani Maratun Nuzul Solehah


2. Elanda Nur Azizzah
3. Nur Sapti Darnia
4. Tanti Octaviani
5. Titis Rizki Dini Utami
6. Yunia Fatmawati

A. Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik
dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum
kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan?
Membelenggu yang dikaitkan dengan Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan
yang menyebabkan anak didik merasa tidak bebas beraktivitas sehingga anak didik
tidak mandiri dan tidak bebas berkreasi. Perjalanan Pendidikan Indonesia dari sebelum
kemerdekaan sampai sesudah kemerdekaan terus berkembang hingga saat ini.
Pendidikan pada masa sebelum kemerdekaan yaitu:
 Pendidikan yang dimulai dari inisiasi bupati dalam mendirikan sekolah
kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai pada tahun 1854 kemudian
lahirlah sekolah-sekolah Bumiputera yang hanya memiliki 3 kelas di mana
rakyat diajarkan untuk membaca, menulis dan berhitung, pada tahun 1920
lahirlah cita-cita baru yang mengimpikan perubahan radikal dalam pendidikan
dan pengajaran. Karena pendidikan dan pengajaran yang diberikan sebelum
kemerdekaan pada masa kolonial menghasilkan lulusan yang terasing dan
kehilangan dasar-dasar nasionalnya. Untuk itu dibutuhkan upaya dalam
mendidik kaum muda selain untuk membebaskan diri dari jeratan penjajah,
pendidikan akan menjadi dasar kebudayaan nasional yang dapat mencerdaskan
kehidupan masyarakat Indonesia. Keinginan untuk merdeka harus dimulai
dengan mempersiapkan kaum bumi putra yang bebas, mandiri, dan pekerja
keras. Sehingga generasi muda harus dipersiapkan agar kelak menjadi bangsa
yang mandiri, sadar akan kemerdekaan, sehingga kemerdekaan itu dimiliki oleh
orang yang terdidik dan memiliki jiwa yang merdeka.
 Pada masa pemerintahan Hindia Belanda menyediakan sekolah prefesi untuk
memenuhi kebutuhan yang saat itu memerlukan seperti guru dan dokter.
 Pendidikan yang di dapatkan bangsawan Indonesia terpilih semata-mata untuk
mencari keuntungan untuk menyukseskan orang" Hindia Belanda contohnya
yaitu hanya pelatihan menjahit, membuat infrastruktur dan lain-lain.

Pada masa itu pendidikan Indonesia “kaku”, dan mematikan kreatifitas siswa,
dimana proses pembelajarannya masih terkontaminasi dengan pola lama yang masih
menganggap siswa sebagai objek, belum terciptanya pola dialogis dalam pembelajaran,
serta cara-cara denokratis.

Perjalanan Pendidikan Indonesia dari sebelum kemerdekaan sampai sesudah


kemerdekaan terus berkembang hingga saat ini. Beberapa praktik pendidikan pada masa
sebelum kemerdekaan yang membelenggu peserta didik, yaitu:

a. Pendidikan di masa sebelum kemerdekaan memiliki ruang yang sempit untuk


peserta didik dalam mengeksplorasi materi yang diajarkan, namun disamping itu
materi yang diberikan juga belum seluas pada pendidikan saat ini.
b. Adanya pengukuran prestasi yang terpaku pada hasil ujian. Dimana hal tersebut
menyebabkan adanya pembelajaran yang fokus pada menghafalkan isi materi
darimana memhami materi yang diberikan.
c. Keterbatasan akan penggunaan metode pembelajaran. Hal tersebut membuat peserta
didik sulit untuk menangkap materi pembelajaran karena ketidak tepatannya gaya
belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.

Sedangkan setelah kemerdakaan, terdapat praktik pendidikan yang membelenggu


peserta didik dalam proses belajar, yakni:

a. Sistem pendidikan yang sangat kompetitif dan menekankan pada hasil akademis,
yang mana hal tersebut memiliki kemungkinan yang dapat memberikan tekanan
pada peserta didik.
b. Masih ada ketimpangan pendidikan di pedalaman dan perkotaan seperti adanya
faktor perbedaan sarana dan prasarana, fasilitas, akses dan kualitas tenaga pendidik
yang kurang.

Sehingga dapat kita ketahui, praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan


peserta didik saat ini dilihat dari Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan
dan sesudah kemerdekaaan yakni penekanan yang berlebihan pada ujian dan penilaian
akademis dalam sistem evaluasi sering kali mendorong peserta didik untuk lebih
mengutamakan hasil tes daripada pemahaman konsep dan pengembangan keterampilan
praktis. Dimana keterampilan praktis sendiri harus turut diperhatikan karena mencakup
kepekaan peserta didik terhadap situasi lingkungan, dan belajar dari pengalaman.
Disamping itu, minimnya partisipasi dan keterlibatan peserta didik dalam proses
pengambilan keputusan terkait pembelajaran mempersempit ruang untuk belajar.
Sejalan dengan itu, pendidikan yang terlalu terfokus pada penyampaian teori dan
kurang memberikan ruang untuk pemikiran kritis, kreativitas, dan penerapan
pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata juga dapat menjadi faktor pembatas
kemerdekaan peserta didik.

B. Model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan ‘belenggu’
yang belum memerdekakan peserta didik?
Pada era saat ini pemerintah menggencarkannya program Merdeka Belajar menjadi
salah satu cara melepas belenggu pendidikan Indonesia saat ini. Merdeka belajar
merupakan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih
optimal agar perserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi.
Model kurikulum Merdeka yang saat ini mulai diterapkan dibeberapa sekolah
mengupayakan untuk melepaskan belenggu belajar yang ada di dalam Pendidikan di
Indonesia baik bagi guru maupun dari peserta didik. Dengan adanya kurikulum
merdeka guru dibebaskan untuk merumuskan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan peserta didik tidak dipaksa
untuk menguasai semua materi yang ada karena tujuan pembelajaran penggunaaan
kurikulum merdeka sesuai dengan minat dan kebutuhan pesertad didiknya. Akan tetapi
tetap mengacu pada profil pelajar Pancasila yang berperan sebagai penuntun arah dan
menjadi panduan dalam menentukan kebijakannya.
Kurikulum Merdeka menggunakan penguatan profil pelajar Pancasila yang terdiri
dari enam elemen, yaitu 1) Beriman; bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak
mulia; 2) Berkebinekaan global; 3) Bergotong royong; 4) Mandiri; 5) Bernalar Kritis;
dan 6) Kreatif yang bertujuan untuk merealisasikan rencana dari pengembangan soft
skill di kurikulum 2013 yang belum tercapai.
Model pembelajaran yang inovatif memanfaatkan perkembangan Teknologi dan
Informasi yang sudah sangat berkembang pesat, dengan penggunakan Teknologi maka
proses pembelajaran akan terjadi dengan mudah dan sangat memungkinkan peserta
didik untuk belajar secara mandiri dan belajar yang menyenangkan sehingga peserta
didik akan termotivasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai guru
ataupun pendidik harus memiliki kemampuan mengintegrasikan teknologi informasi
dan komunikasi dalam pembelajaran.
C. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan
belenggu dan memerdekakan peserta didik?
Model pendidikan yang kami tawarkan agar dapat melepaskan belenggu dan
memerdekakan peserta didik adalah salah satunya dengan menggunakan pembelajaran
yang berpusat kepada siswa. Jenis-jenis model pembelajaran yang bisa digunakan yaitu
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning), Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project-based Learning), Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning), Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching),
Model Pembelajaran Inkuiri, dan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept
Learning). Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan saat ini yaitu kurikulum merdeka,
yang berpihak pada peserta didik dalam pembelajarannya karena guru hanya menjadi
fasilitator. Kurikulum merdeka yang memberikan kesempatan dan kebebasan kepada
peserta didik untuk mengeksplorasi pengetahuan selain itu juga Guru di berikan
kebebasan dalam membuat rancangan perencanaan pendidikan (RPP) pemilihan model
pembelajaran dan pelaksanaannya serta instrumen assessmentnya.
Proses pembelajaran yang mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada anak
didik (student-centred learning-oriented), untuk memberikan pengalaman belajar yang
menantang dan sekaligus menyenangkan. Anak didik diharapkan terbiasa menggunakan
pendekatan mendalam (deep approach) dan pendekatan strategis (strategic approach)
dalam belajar. Mereka tidak sekedar belajar mengingat informasi atau belajar untuk
lulus saja, dengan ungkapan lain, tidak sekedar menggunakan pendekatan permukaan
(surface approach) dan belajar hafalan (rote learning) yang masih dominan di kalangan
para anak didik selama ini.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
mulai merombak praktik-praktik pembelajaran yang masih membelenggu para guru
salah satunya lewat program Asesmen Nasional (AN) yang tujuannya untuk melangkah
lebih jauh memberikan umpan balik ke tiap sekolah dan dinas pendidikan di semua
daerah tentang kondisi kualitas layanan pendidikan. Siswa diberi kebebasan
mengekspresikan dan mengeksplorasi kemampuannya dalam materi pembelajaran
sehingga potensi-potensi peserta didik dapat berkembang. Sehingga esensi pendidikan
yang "humanis" tidak akan hilang.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang pendidik yang mengacu pada
sistem among yaitu "Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani", juga harus mampu menjadi pendidik yang memahami apa tujuan ingin
menjadi seorang guru. Guru yang baik harus berpihak pada siswa yaitu dengan cara
memahami karakteristik peserta didik, tidak membuat peserta didiknya terlalu fokus
pada pencapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) karena akan membahayakan
kesehatan mentalnya. Saatnya peserta didik untuk belajar sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman yang sesuai dengan praktik pembelajaran. Terakhir, tidak lupa untuk
mempersiapkan perencanaan pembelajaran dengan baik dan matang supaya
pelaksanaan pembelajaran tersampaikan secara maksimal dan mencapai tujuan
pembelajaran yang sebenarnya. Jika pendidik dapat memegang strategi pendidikan
menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang "humanis", mengacu pada "sistem
among", dan memperhatikan "tri pusat pendidikan" maka tidak menutup kemungkinan
pendidik akan melahirkan peserta didik yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai