Anda di halaman 1dari 11

RESUME

FILOSIFI PENDIDIKAN INDONESIA

NAMA KELOMPOK 1:

Sisi Nilasari (23300145)


Suhirda Reski (23300151)
Titik Julaiman Putri, S.Pd. (23300157)
Wahyu Hidayat (23300163)
Yandri Novita Sari (23300169)

DOSEN PENGAMPU: Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd.

PROGRAM PROFESI GURU PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TP 2023/2024
A. Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaaan.

Pada zaman dulu sebelum kemerdekaan dunia pendidikan tidak dapat dimiliki oleh
semua orang. pendidikan dahulu di batasi dan di peruntukan bagi bangsa eropa yang
menguasai nusantara dan para bangsawan. Rakyat biasa tidak diperkenankan sama sekali
untuk mengenyam pendidikan hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama hingga
muncul tokoh-tokoh pembaharu yang memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan
terutama dalam bidang pendidikan salah satu tokoh hebat yang berhasil meletakan dasar-
dasar pendidikan rakyat yang nantinya menjadi dasar pendidikan nasional yaitu Ki Hajar
Dewantara. Tokoh-tokoh lain yang memperjuangkan kemerdekaan adalah R.A Kartini,
Dewi Sartika, Ahmad Dahlan dan masih banyak lagi.

Menurut Satir, 2016 membelenggu yang dikaitkan dengan Pendidikan merupakan


suatu proses kegiatan yang menyebabkan anak didik merasa tidak bebas beraktivitas
sehingga anak didik tidak mandiri dan tidak bebas berkreasi . Isu kritis yang terjadi di
masyarakat saat ini, bahwa pendidikan Indonesia "kaku", dan mematikan kreatifitas siswa,
dimana proses pembelajarannya masih terkontaminasi dengan pola lama yang masih
menganggap siswa sebagai objek, belum terciptanya pola dialogis dalam pembelajaran,
serta cara-cara denokratis dalam pola Pendidikan saat ini. Pola lama yang tergambar dari
Orde lama yaitu siswa berperan sebagai objek karena guru menjadi subjek utama dalam
memberikan ilmu pengetahuan (Ahsani, 2021).

Pada masa orde baru s.d era reformasi Pendidikan dititik beratkan pada pertumbuuhan
kuantitatif, perkembangan aspek-aspek kualitatif terabaikan. Selain itu para guru dan anak
didik terbiasa dengan pola pembelajaran yang mengembangkan berfikir konfergen dan
masih kurang untuk berfikir divergen. Terbukti dengan kemempuan berfikir kritis dan
kreatif peserta didik masih tertinggal.

Pendidikan di masa reformasi juga belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Karena,


pemerintah belum memberikan kebebasan sepenuhnya untuk mendesain pendidikan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan lokal, misalnya penentuan kelulusan siswa masih
diatur dan ditentukan oleh pemerintah. Walaupun telah ada aturan yang mengatur posisi
siswa sebagai subjek yang setara dengan guru, namun dalam pengaplikasiannya, guru
masih menjadi pihak yang dominan dan mendominasi siswanya, sehingga dapat dikatakan
bahwa pelaksanaan proses pendidikan Indonesia masih jauh dari dikatakan untuk
memperjuangkan hak-hak siswa.

Perbedaan pendidikan sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan


Sebelum kemerdekaan:
1. Sarana dan prasarana yang kurang memadai
2. Sistem pendidikan yang hanya mengkhusukan pada kaum colonial dan bangsawan
3. Jumlah guru yang terbatas
4. Sekolah hanya diperuntukkan untuk orang eropa sedangkan orang pribumi
diperbolehkan sekolah namun hanya mendapatkan pelajaran baca, tulis, hitung dan
harus bekerja untuk colonial.

Setelah kemerdekaan:
1. Pemerataan pendidikan di kota dan daerah
2. Pergantian kurikulum yang menyebabkan guru dan peserta didik harus beradaptasi
dengan perubahan sistem pendidikan
3. Adanya pandemi sehingga timbul keterbatasan dalam proses pembelajaran

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan pergeseran fokus kegiatan


dari guru ke siswa atau sering disebut dengan pendekatan yang berpusat pada siswa dalam
proses belajar mengajar. Pendekatan yang berpusat pada siswa meliputi pembelajaran aktif,
pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran induktif

Pendidikan saat ini yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaaan yaitu:

1. Sarana Prasarana
Sarana Prasarana dalam dunia Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Namun, kenyataan masih
ada beberapa daerah yang sarana dan prasarana sekolahnya masih dirasa kurang
memadai. Mulai dari tempat belajar (sekolah) yang sulit dijangkau, bangunan sekolah
yang kurang layak, fasilitas sekolah yang kurang lengkap, hingga bahan ajar yang
masih seadanya. Hal-hal tersebut secara tidak langsung dapat membelenggu
kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik
diharapkan dapat mengeksplorasi lebih wawasan dan kreatifitas mereka dalam belajar.
Oleh karena itu pemerataan pembangunan dalam dunia pendidikan harus lebih
diperhatikan agar kemerdekaan peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat
dicapai.
2. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
Adanya media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran di Sekolah adalah
merupakan aspek yang penting sebagai bagian diri upaya untuk mengkonkritkan
sesuatu yang masih abstrak (yang belum jelas/dipahami oleh peserta didik). Hal ini
bertujuan untuk mencapai proses, tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah
dirumuskan. Dengan adanya media pembelajaran yang lengkap seperti, lab komputer,
LCD proyetor, lab penunjang mapel, perpustakaan yang lengkap menyediakan buku
buku berkulaitas dan terbaru, pastinya akan mendorong peserta didik untuk lebih
berkembang dan berkualitas. Dalam proses pembelajaran tersebut, sumber belajar
kaitannya erat dengan kesuksesan dari suatu pembelajaran. Karena sumber belajar
berasal dari guru, data, lingkungan, dan informasi – informasi yang diambil oleh
peserta didik. Dalam hal ini, wawasan peserta didik akan bertambah dan bekembang
sesuai apa yang mereka dapatkan dan serap dari sumber belajar yang tersedia. Dengan
demikian, dengan adanya sumber belajar yang memadai dimaksimalkan dengan media
pembelajaran yang memadai, maka proses pembelajaran akan berjalan secara optimal
dan berkualitas.
3. Sumber Daya Manusia
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Setiap siswa mempunyai
kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan juga sangat berpengaruh
dengan gaya belajarnya. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi
adalah dengan melakukan asesmen diagnostik di awal pembelajaran, baik itu secara
non kognitif maupun secara kognitif. Dengan demikian Guru dapat mengetahui
karakter siswa, kemampuan pemahaman siswa, dan juga kendala yang siswa hadapi.
Selain itu, Minimnya jumlah guru yang berada di daerah membuat setiap guru kerap
mengajar tak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar setiap
murid khususnya yang berada di sekolah dasar (SD) bisa merasakan semua pelajaran
yang wajib mereka serap. Tidak hanya itu, di era perkembangan teknologi yang
semakin pesat, guru di tuntut untuk selalu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
tetapi pada kenyataannya guru yang sudah berusia lanjut enggan untuk
mempelajarinya. Peran Orang tua peserta didik juga diperlukan untuk mendukung
proses pembelajaran, biasanya orang tua peserta didik hanya mengandalkan peran guru
di sekolah saja.
4. Metode Pembelajaran (Metode pembelajaran yang masih teacher-centered)
Implementasi pada kurikulum 13 yang sudah mulai diterapkan sejak 2013-2014 lalu
dimaksudkan untuk membentuk dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan menggunakan strategi pada
pelajar untuk belajar secara mandiri. Namun pada pengimplementasiannya, banyak
sekali guru di Indonesia yang masih terpaku pada Teacher center untuk metode
pembelajaran yang di terapkan. Metode Teacher centered ini sudah menjadi kebiasaan
dari pendidikan di Indonesia sejak dulu sehingga sulit diubah, padahal siswa saat ini
membutuhkan kemerdekaan dalam belajarnya. Sesuai dengan konsep merdeka belajar.

B. Kontekstualisasi Pendidikan yang Memerdekakan.


Sebuah Demonstrasi Kontekstual untuk memberikan gambaran yang kontekstual
tentang pendidikan yang berpihak peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam
pendidikan abad ke-21 dengan media visual atau audio. Media visual dapat berupa video
pendek, infografis, poster, karikatur atau komik atau menggunakan podcast untuk
menjelaskan hasil rumusan tentang tentang pendidikan yang berpihak peserta didik dan
memerdekakan peserta didik dalam pendidikan abad ke-21.
Model pendidikan saat ini sudah bisa melepaskan belenggu-belenggu yang ada pada
peserta didik. Karna model-model pembelajaran saat ini sudah banyak yang membimbing
peserta didik untuk belajar secara merdeka. Model-model pembelajaran yang sudah
mengimplikasikan peserta didik untuk belajar merdeka. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual atau bingkai yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Konsep Pembelajaran dan Syarat Model Pembelajaran

a. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual atau bingkai yang


melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
b. Syarat model pembelajaran terpenuhi ada lima, yaitu sintaks atau frase, sosial
sistem, principles of reaction, support system, dan instruksional Nature and iPad.
Beberapa Model Pembelajaran Rekomendasi Implementasi Kurikulum Merdeka.
a. Empat model pembelajaran rekomendasi implementasi kurikulum merdeka adalah
Problem-Based Learning (PBL), Project Based Learning (PJBL), Discovery
Learning (DL), dan Inquiry Learning (IL).
b. Keempat model tersebut dapat menumbuhkan keterampilan 4C yaitu kolaboratif,
kreatif, berpikir kritis atau critical thinking dan juga communication atau
membangun komunikasi multi arah yang baik di dalam proses pembelajaran.
• Problem-Based Learning (PBL)
PBL adalah model pembelajaran yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar
melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah PBL
adalah mengidentifikasi masalah, menyusun rancangan penyelesaian masalah, peserta
didik mengumpulkan informasi, menyelesaikan masalah bersama-sama, dan mengolah
informasi untuk mendapatkan kesimpulan.
• Project Based Learning (PJBL)
PJBL adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar melalui proyek
atau tugas yang berkaitan dengan dunia nyata. Langkah-langkah PJBL adalah
merencanakan proyek, membuat produk atau karya, dan merefleksikan hasil karya.
• Discovery Learning (DL)
DL adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar melalui eksplorasi
dan pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Langkah-langkah DL adalah observasi,
identifikasi masalah atau pertanyaan, merumuskan hipotesis atau dugaan jawaban atas
pertanyaan tersebut, melakukan eksperimen atau pengamatan lebih lanjut untuk
membuktikan hipotesis tersebut.
• Inquiry Learning (IL)
Inquiry Learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar
melalui proses penyelidikan ilmiah terhadap suatu fenomena alam atau sosial. Langkah-
langkah Inquiry Learning adalah merumuskan pertanyaan penelitian, merencanakan
penelitian, melakukan penelitian, menganalisis data, dan menyajikan hasil penelitian.
• Problem-Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang memfokuskan pada
pemecahan masalah. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi, menyelesaikan,
dan menganalisis masalah.
Langkah-langkah PBL:
a. Identifikasi masalah.
b. Siswa menyampaikan pertanyaan atau menanyakan terkait dengan masalah yang dikaji.
c. Bimbingan penyelidikan mandiri dan kelompok.
d. Siswa mengumpulkan informasi dan melakukan percobaan untuk memperoleh data
dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
e. Analisis dan evaluasi,Setelah mendapat jawaban terhadap masalah, siswa menganalisis
dan mengevaluasi hasilnya.
• Problem Project Based Learning
Pembelajaran proyek berbasis masalah adalah metode pembelajaran yang
memfokuskan pada pemecahan masalah kompleks melalui proyek kolaboratif.
Langkah-langkah PPBL:
a. Penyiapan pertanyaan atau penugasan proyek
b. Guru menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek sesuai dengan materi yang akan
dipelajari.
c. Desain perencanaan proyek
d. Siswa mulai mendesain perencanaan proyek sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada.
e. Penjadwalan pelaksanaan proyek.
f. Siswa menyusun jadwal pelaksanaan proyek agar sesuai dengan waktu yang tersedia.
g. Monitoring kegiatan dan perkembangan proyek.
h. Guru memonitor kegiatan dan perkembangan proyek siswa.
i. Pengujian hasil dan evaluasi.
j. Siswa menguji hasil fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber. Selain itu, siswa mengevaluasi kegiatan
sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau bisa
juga dikaitkan dengan mata pelajaran lain.
• Discovery Learning
Pembelajaran discovery learning bertujuan mengarahkan peserta didik untuk
memahami konsep arti dan medan hubungan melalui proses.
Langkah-langkah Discovery Learning:
a. Identifikasi apa yang ingin diketahui
b. Peserta didik mencari informasi sendiri terkait dengan apa yang ingin diketahuinya.
c. Mencari informasi sendiri
d. Peserta didik mencari informasi sendiri terkait dengan apa yang ingin diketahuinya.
e. Mengorganisir informasi
f. Peserta didik mengorganisir informasi yang telah ditemukan.
g. Menarik kesimpulan
h. Peserta didik menarik kesimpulan setelah memahami konsep arti dan medan hubungan
melalui proses.

C. Tawaran Sebagai Model Pendidik Yang Dapat Melepaskan Belenggu Dan


Memerdekakan Peserta Didik

Model pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik
yakni konsep merdeka belajar yang mana pada saat ini diterapkan di Indenesia. Konsep
merdeka belajar ini dikaitkan dengan pendidikan kritis menurut Paulo Frieri. Paulo Frieri
menyatakan bahwa merdeka belajar merupakan proses belajar yang membebaskan peserta
didik dari berbagai belenggu penindasan. Sejalan dengan itu, merdeka belajar menurut
Kemendikbud akan memberikan pembelajaran yang menarik dan berpihak pada peserta
didik yang mana untuk meningkatkan kulitas sumber daya manusia.
Hal yang dapat dilakukan sebagai model pembelajaran dan memberikan kemerdekaan
belajar pada peserta didik antara lain:
1. Pendekatan Berpusat pada Peserta Didik:
a. Menghormati keberagaman peserta didik dan mengakui bahwa setiap individu
memiliki kekuatan, minat, dan gaya belajar yang berbeda.
b. Menggali minat dan bakat peserta didik serta membangun pembelajaran
berdasarkan minat mereka.
2. Pemikiran Kritis dan Pemecahan Masalah:
a. Mendorong peserta didik untuk bertanya, berpikir kritis, dan memecahkan masalah
secara mandiri.
b. Memberikan tugas atau proyek berbasis masalah yang memerlukan pemikiran
analitis dan pemecahan masalah.
3. Kolaborasi dan Komunikasi:
a. Mendorong kerjasama antar peserta didik dalam bentuk proyek kelompok atau
diskusi kelompok.
b. Mengembangkan keterampilan komunikasi, termasuk kemampuan mendengarkan
dan berbicara efektif.
4. Kreativitas dan Inovasi:
a. Memberikan ruang bagi ekspresi kreatif melalui seni, musik, drama, atau kegiatan
kreatif lainnya.
b. Mengajak peserta didik untuk menciptakan solusi inovatif untuk masalah-masalah
nyata di lingkungan mereka.
5. Penggunaan Teknologi:

Mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran untuk meningkatkan akses ke


sumber daya pendidikan dan memfasilitasi pembelajaran yang berbasis pada proyek
atau penemuan.

6. Evaluasi Formatif:
a. Menggunakan penilaian formatif yang berkelanjutan untuk memberikan umpan
balik kepada peserta didik sehingga mereka dapat terus memperbaiki kinerja
mereka.
b. Menghargai pencapaian peserta didik tidak hanya dari segi akademis tetapi juga
pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
7. Pendidikan Karakter:
a. Mengintegrasikan pembelajaran nilai-nilai karakter seperti integritas, kerjasama,
rasa ingin tahu, dan keberanian dalam kurikulum.
b. Menggunakan studi kasus dan cerita moral untuk membangun pemahaman etika
dan moral peserta didik.
8. Pendekatan Berbasis Masalah:
a. Mengajak peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata melalui
proyek-proyek yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran.
b. Memberikan tantangan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
9. Pembelajaran Aktif:
a. Menggunakan metode-metode pembelajaran aktif seperti diskusi, simulasi,
permainan peran, dan eksperimen praktis.
b. Memfasilitasi pembelajaran di luar kelas melalui kunjungan lapangan, interaksi
dengan ahli, dan kegiatan di komunitas.
10. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pembelajaran, melalui pertemuan
orang tua, kegiatan sekolah, atau proyek-proyek bersama.
DAFTAR PUSTAKA.

Afida, I., Diana, E., & Puspita, D,M,Q,A. (2021). Merdeka Belajar Danpendidikan Kritis
Paulo Friere Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Falasifa. 12(2).
Inayah, C., Ahsani, E. L. F., Mastura, E., Ni’mah, L. S., & Amalia, V. (2021). Pengaruh
Sarana Prasarana Dalam Menunjang Prestasi Belajar Siswa SD Di Sekolah
Indonesia Den Haag. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 8(1), 52-68.
Merdeka Belajar (2022). Diambil dari https://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/
Satir, Sri (2016). Pendidikan yang Membelenggu, Membebaskan dan Memperdayakan.
AL-RIWAYAH: JURNAL KEPENDIDIKAN, 8, 195-212.

Anda mungkin juga menyukai