NAMA KELOMPOK 1:
TP 2023/2024
A. Praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaaan.
Pada zaman dulu sebelum kemerdekaan dunia pendidikan tidak dapat dimiliki oleh
semua orang. pendidikan dahulu di batasi dan di peruntukan bagi bangsa eropa yang
menguasai nusantara dan para bangsawan. Rakyat biasa tidak diperkenankan sama sekali
untuk mengenyam pendidikan hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama hingga
muncul tokoh-tokoh pembaharu yang memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan
terutama dalam bidang pendidikan salah satu tokoh hebat yang berhasil meletakan dasar-
dasar pendidikan rakyat yang nantinya menjadi dasar pendidikan nasional yaitu Ki Hajar
Dewantara. Tokoh-tokoh lain yang memperjuangkan kemerdekaan adalah R.A Kartini,
Dewi Sartika, Ahmad Dahlan dan masih banyak lagi.
Pada masa orde baru s.d era reformasi Pendidikan dititik beratkan pada pertumbuuhan
kuantitatif, perkembangan aspek-aspek kualitatif terabaikan. Selain itu para guru dan anak
didik terbiasa dengan pola pembelajaran yang mengembangkan berfikir konfergen dan
masih kurang untuk berfikir divergen. Terbukti dengan kemempuan berfikir kritis dan
kreatif peserta didik masih tertinggal.
Setelah kemerdekaan:
1. Pemerataan pendidikan di kota dan daerah
2. Pergantian kurikulum yang menyebabkan guru dan peserta didik harus beradaptasi
dengan perubahan sistem pendidikan
3. Adanya pandemi sehingga timbul keterbatasan dalam proses pembelajaran
Pendidikan saat ini yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam belajar
dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaaan yaitu:
1. Sarana Prasarana
Sarana Prasarana dalam dunia Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat
diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar. Namun, kenyataan masih
ada beberapa daerah yang sarana dan prasarana sekolahnya masih dirasa kurang
memadai. Mulai dari tempat belajar (sekolah) yang sulit dijangkau, bangunan sekolah
yang kurang layak, fasilitas sekolah yang kurang lengkap, hingga bahan ajar yang
masih seadanya. Hal-hal tersebut secara tidak langsung dapat membelenggu
kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik
diharapkan dapat mengeksplorasi lebih wawasan dan kreatifitas mereka dalam belajar.
Oleh karena itu pemerataan pembangunan dalam dunia pendidikan harus lebih
diperhatikan agar kemerdekaan peserta didik dalam proses belajar mengajar dapat
dicapai.
2. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar
Adanya media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran di Sekolah adalah
merupakan aspek yang penting sebagai bagian diri upaya untuk mengkonkritkan
sesuatu yang masih abstrak (yang belum jelas/dipahami oleh peserta didik). Hal ini
bertujuan untuk mencapai proses, tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah
dirumuskan. Dengan adanya media pembelajaran yang lengkap seperti, lab komputer,
LCD proyetor, lab penunjang mapel, perpustakaan yang lengkap menyediakan buku
buku berkulaitas dan terbaru, pastinya akan mendorong peserta didik untuk lebih
berkembang dan berkualitas. Dalam proses pembelajaran tersebut, sumber belajar
kaitannya erat dengan kesuksesan dari suatu pembelajaran. Karena sumber belajar
berasal dari guru, data, lingkungan, dan informasi – informasi yang diambil oleh
peserta didik. Dalam hal ini, wawasan peserta didik akan bertambah dan bekembang
sesuai apa yang mereka dapatkan dan serap dari sumber belajar yang tersedia. Dengan
demikian, dengan adanya sumber belajar yang memadai dimaksimalkan dengan media
pembelajaran yang memadai, maka proses pembelajaran akan berjalan secara optimal
dan berkualitas.
3. Sumber Daya Manusia
Setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing. Setiap siswa mempunyai
kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan juga sangat berpengaruh
dengan gaya belajarnya. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah hal ini terjadi
adalah dengan melakukan asesmen diagnostik di awal pembelajaran, baik itu secara
non kognitif maupun secara kognitif. Dengan demikian Guru dapat mengetahui
karakter siswa, kemampuan pemahaman siswa, dan juga kendala yang siswa hadapi.
Selain itu, Minimnya jumlah guru yang berada di daerah membuat setiap guru kerap
mengajar tak sesuai dengan ilmu yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar setiap
murid khususnya yang berada di sekolah dasar (SD) bisa merasakan semua pelajaran
yang wajib mereka serap. Tidak hanya itu, di era perkembangan teknologi yang
semakin pesat, guru di tuntut untuk selalu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
tetapi pada kenyataannya guru yang sudah berusia lanjut enggan untuk
mempelajarinya. Peran Orang tua peserta didik juga diperlukan untuk mendukung
proses pembelajaran, biasanya orang tua peserta didik hanya mengandalkan peran guru
di sekolah saja.
4. Metode Pembelajaran (Metode pembelajaran yang masih teacher-centered)
Implementasi pada kurikulum 13 yang sudah mulai diterapkan sejak 2013-2014 lalu
dimaksudkan untuk membentuk dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan menggunakan strategi pada
pelajar untuk belajar secara mandiri. Namun pada pengimplementasiannya, banyak
sekali guru di Indonesia yang masih terpaku pada Teacher center untuk metode
pembelajaran yang di terapkan. Metode Teacher centered ini sudah menjadi kebiasaan
dari pendidikan di Indonesia sejak dulu sehingga sulit diubah, padahal siswa saat ini
membutuhkan kemerdekaan dalam belajarnya. Sesuai dengan konsep merdeka belajar.
Model pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan peserta didik
yakni konsep merdeka belajar yang mana pada saat ini diterapkan di Indenesia. Konsep
merdeka belajar ini dikaitkan dengan pendidikan kritis menurut Paulo Frieri. Paulo Frieri
menyatakan bahwa merdeka belajar merupakan proses belajar yang membebaskan peserta
didik dari berbagai belenggu penindasan. Sejalan dengan itu, merdeka belajar menurut
Kemendikbud akan memberikan pembelajaran yang menarik dan berpihak pada peserta
didik yang mana untuk meningkatkan kulitas sumber daya manusia.
Hal yang dapat dilakukan sebagai model pembelajaran dan memberikan kemerdekaan
belajar pada peserta didik antara lain:
1. Pendekatan Berpusat pada Peserta Didik:
a. Menghormati keberagaman peserta didik dan mengakui bahwa setiap individu
memiliki kekuatan, minat, dan gaya belajar yang berbeda.
b. Menggali minat dan bakat peserta didik serta membangun pembelajaran
berdasarkan minat mereka.
2. Pemikiran Kritis dan Pemecahan Masalah:
a. Mendorong peserta didik untuk bertanya, berpikir kritis, dan memecahkan masalah
secara mandiri.
b. Memberikan tugas atau proyek berbasis masalah yang memerlukan pemikiran
analitis dan pemecahan masalah.
3. Kolaborasi dan Komunikasi:
a. Mendorong kerjasama antar peserta didik dalam bentuk proyek kelompok atau
diskusi kelompok.
b. Mengembangkan keterampilan komunikasi, termasuk kemampuan mendengarkan
dan berbicara efektif.
4. Kreativitas dan Inovasi:
a. Memberikan ruang bagi ekspresi kreatif melalui seni, musik, drama, atau kegiatan
kreatif lainnya.
b. Mengajak peserta didik untuk menciptakan solusi inovatif untuk masalah-masalah
nyata di lingkungan mereka.
5. Penggunaan Teknologi:
6. Evaluasi Formatif:
a. Menggunakan penilaian formatif yang berkelanjutan untuk memberikan umpan
balik kepada peserta didik sehingga mereka dapat terus memperbaiki kinerja
mereka.
b. Menghargai pencapaian peserta didik tidak hanya dari segi akademis tetapi juga
pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
7. Pendidikan Karakter:
a. Mengintegrasikan pembelajaran nilai-nilai karakter seperti integritas, kerjasama,
rasa ingin tahu, dan keberanian dalam kurikulum.
b. Menggunakan studi kasus dan cerita moral untuk membangun pemahaman etika
dan moral peserta didik.
8. Pendekatan Berbasis Masalah:
a. Mengajak peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata melalui
proyek-proyek yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran.
b. Memberikan tantangan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
9. Pembelajaran Aktif:
a. Menggunakan metode-metode pembelajaran aktif seperti diskusi, simulasi,
permainan peran, dan eksperimen praktis.
b. Memfasilitasi pembelajaran di luar kelas melalui kunjungan lapangan, interaksi
dengan ahli, dan kegiatan di komunitas.
10. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:
Melibatkan orang tua dan komunitas dalam proses pembelajaran, melalui pertemuan
orang tua, kegiatan sekolah, atau proyek-proyek bersama.
DAFTAR PUSTAKA.
Afida, I., Diana, E., & Puspita, D,M,Q,A. (2021). Merdeka Belajar Danpendidikan Kritis
Paulo Friere Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Falasifa. 12(2).
Inayah, C., Ahsani, E. L. F., Mastura, E., Ni’mah, L. S., & Amalia, V. (2021). Pengaruh
Sarana Prasarana Dalam Menunjang Prestasi Belajar Siswa SD Di Sekolah
Indonesia Den Haag. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 8(1), 52-68.
Merdeka Belajar (2022). Diambil dari https://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/
Satir, Sri (2016). Pendidikan yang Membelenggu, Membebaskan dan Memperdayakan.
AL-RIWAYAH: JURNAL KEPENDIDIKAN, 8, 195-212.