Anda di halaman 1dari 8

TUGAS LMS TOPIK 1

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
Kelompok 2
- Cyndi Kurnia Wati (233174712151)
- Elsa Dian Mayanti (233174712538)
- Lailatul Fitriyah (233174712498)
- Mochammad Naufal N. (23109040507)
- Yucha Risdarani (233174712042)

1. Apa praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta


didik dalam belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum
kemerdekaan dan sesudah kemerdekaaan?
a. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Sarana dan Prasarana Pembelajaran merupakan aspek yang harus
diperhatikan untuk mendukung perkembangan pengetahuan dan
keterampilan Peserta Didik dalam Pembelajaran. Sekolah harus memiliki
sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan Peserta Didik sesuai
dengan perkembangan zaman pada saat ini. Salah satu contohnya
mengintegrasikan sarana prasarana yang ada dengan teknologi ataupun
kacanggihan yang membuat Peserta Didik tidak buta akan perkembangan
teknologi. Namun fakta di lapangan dijumpai, bahwa masih banyak sekolah
yang minim akan integrasi teknologi. Bahkan di beberapa daerah di
Indonesia, sekolahnya masih menunjukkan ketidaklayakan bangunan, alat
pendukung belajar (meja kursi yang tak layak pakai dan masih digunakan),
bahkan buku pun masih kesulitan untuk ditemukan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemerataan kualitas dan sumber daya yang mendukung Pendidikan
harus dipercepat targetnya, terutama di daerah 3T.

b. Media dan Sumber Pembelajaran


Hal ini berkaitan dengan penjelasan sebelumnya terkait sarana prasarana
yang kurang mendukung. Alhasil, berimbas pada penggunaan media dan
sumber pembelajaran yang terbatas. Terkait media pembelajaran, seperti
media visual yang perlu ditampilkan menggunakan proyektor ataupun hal
lain sebagainya. Tentu saja satuan sekolah harus memiliki proyektor yang
cukup untuk menunjang setiap kelas. Karna pada saat ini, media belajar
hanya bentuk bacaan buku saja tentu tidak cukup untuk mendukung
perkembangan siswa di era serba teknologi saat ini. Selain itu, media audi
yang perlu alat bantu dalam bentuk sound. Hal ini juga diperlukan, karna
karakteristik peserta didik tentu ada yang tipe pembelajaran lewat audio.
Sekalipun itu, tentu pembelajaran perlu di buat sekreatif mungkin agar
peserta didik tidak bosan selama proses Pembelajaran. Jika sekolahnya saja
tidak memiliki sarana yang mendukung seperti itu, bagaimana menerapkan
media belajar visual, audio bahkan audio-visual yang mendukung
pembelajaran.
Selain itu, pemerataan buku yang mendukung pembelajaran pun kurang
merata. Salah satu hal yang ditemui di lapangan adalah “Buku yang Tak
Sesuai Kurikulum”. Saat ini, buku BSE yang digunakan di sekolah untuk
bahan ajar atau bahan bacaan Peserta Didik itu kurang update atau kurang
terbaru. Namun kurikulum Merdek Belajar sudah mulai diterapkan. Hal ini
memicu tabrakan antara bahan bacaan peserta didik dengan materi turunan
CP yang harus diajarkan oleh guru. Sehingga, diperlukan untuk pemerintah
maupun satuan yang merencanakan segala bentuk kebutuhan dalam
Pendidikan agar meregulasikan satu kesatuan seluruhnya dengan lengkap
dan diratakan untuk seluruh Indonesia.

c. Kualitas Sumber Daya Manusia


Kualitas Sumber Daya Manusi aini dilihat dari konteks peserta didik serta
Guru. Adapun Peserta Didik memiliki karakteristik yang berbeda antara
yang satu dan lainnya. Hal ini dipicu oleh latar belakang Pesert Didik yang
berbeda-beda. Dengan latar belakang yang berbeda mungkin dari segi
sosial, ekonomi, budaya hingga keluarga memicu perbedaan gaya belajar
yang berbeda. Berdasarkan itu, guru perlu menerapkan asesmen diagnostik
secara kognitif maupun non-kognitif. Penerapan asesmen tersebut
digunakan sebagai dasar mengukur pemahaman siswa dan menjadi landasan
untuk merencanakan pembelajaran yang seperti apa nantinya untuk
mencapai tujuan Pembelajaran.
Selain itu, kualitas guru pun masih menjadi kendala dalam proses
pembelajaran saat ini. Adapun guru saat ini masih memiliki keterbatasan
dalam proses perencanaan pembelajaran yang efektif bagi Peserta Didik.
Tidak hanya itu, masih banyak juga Guru yang belum memiliki kemampuan
akan teknologi yang berkembang pesat saat ini. Seperti yang kita ketahui,
Pendidikan saat ini haruslah berintegrasi dengan teknologi. Guru sebagai
pendidik, seharusnya lebih paham dan menguasai akan teknologi sehingga
dapat membangun Peserta Didik yang berkemajuan dan tidak ketinggalan
akan keterbaruan zaman. Namun fakta dilapangan ditemukan, masih banyak
Guru yang bahkan masih belum paham mengintegrasikan Pembelajaran
dengan Teknologi. Bahkan masih dijumpa Guru yang bingung saat
menggunakan perangkat teknologi seperti gadget maupun laptop.

d. Metode Pembelajaran yang Masih Berpusat Pada Guru (Teacher Centered)


Pada penerapan kurikulum Merdeka Belajar Guru diharuskan menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada Peserta Didik atau Student Center.
Sehingga Guru hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam Pembelajaran.
Selebihnya, Peserta Didiklah yang harus aktif untuk membangun
pengetahuannya dan mengembangkan keterampilannya sendiri tanpa harus
disuapin oleh Guru dari awal hingga akhir. Namun fakta di lapangan, masih
banyak Guru yang masih awam akan konsep “Pembelajaran yang Berpusat
Pada Peserta Didik atau Student Center”. Sehingga penerapan Pembelajaran
masih banyak yang konvensional, yaitu Guru ceramah dari awal hingga
akhir dan Peserta Didik hanya diam mendengarkan. Contoh lainnya, Peserta
Didik hanya disuruh mencatat atau menyalin materi yang ada di buku BSE
sepanjang 1 Bab tanpa diberikan intruksi lain yang dapat mengembangkan
pola pikir pengetahuan dan keterampilan Peserta Didik. Hal ini tentu saja
membuat siswa kesulitan untuk memahami materi dan terhambat pola
perkembangan keterampilannya. Dikarenakan penerapan pembelajaran
yang masih terbelenggu dan tidak mendorong Peserta Didik untuk aktif
dalam merekontruksi atau membangun pengetahuan serta keterampilannya
sendiri.

e. Bantuan Pendidikan yang Kurang Tepat Sasaran (contoh KIP dan


Bidikmisi)
Pemerintah memiliki program bantuan biaya hingga fasilitas Pendidikan
yang mendukung bagi anak-anak yang membutuhkan. Namun, sasaran dari
bantuan Pendidikan ini masih kurang tepat sasaran. Hal ini dipicu pada
proses seleksi yang masih kurang spesifik dan kurang memperhatikan di
aspek nyatanya. Karna, masih banyak personal ataupun oknum yang
memanipulasi data agar diterima. Selain itu kualitas Sumber Daya
Manusianya yang masih suka bermain curang. Contoh, oknum tersebut
sudah dikatakan mampu memiliki rumah yang bagus, kendaraan roda dua
dan empat, orang tua PNS, dan lain sebagainya yang dikatakan oknum ini
mampu. Namun pada saat pengisian berkas, oknum ini malah mengambil
foto rumah neneknya yang terlihat kurang layak, lalu memanipulasi
pemasukan orang tua dan lain sebagainya sehingga oknum ini terlihat
memenuhi kualifikasi kurang mampu. Alhasil, orang yang bener bener
mampu diambil kuotanya dengan yang memanipulasi data sehingga terjadi
pergeseran. Hal ini memicu tidak tepat sasarannya program bantuan
Pendidikan. Sehinnga anak yang seharusnya menerima bantuan dengan data
yang fakta, harus digeser oleh anak yang memanipulasi data. Alhasil, anak
yang kurang mampu dari segi biaya, harus mengubur mimpinya
melanjutkan Pendidikan karna tidak mumpuni ekonominya.
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan
‘belenggu’ yang belum memerdekakan peserta didik? Apa yang Anda tawarkan
sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan belenggu dan memerdekakan
peserta didik?
• Mengimplementasikan Program Merdeka Belajar

Program “Merdeka belajar “ didasari oleh asumsi bahwa proses belajar harus
dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan siswa, guru ataupun sekolah dari
berbagai hal yang membelenggu. hal ini untuk medukung banyak inovasi
dalam dunia pendididkan terutama kemajuan berbagai lembaga pendidikan
termasuk sekolah ataupun madrasah, dengan membentuk pula kompetensi
guru. Dalam pengimplementasian program merdeka belajar ini guru yang
merdeka dalam mengajar ditugaskan untuk mendidik, mengajar, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, oleh karena itu guru harus
mampu mengidentifikasi bakat setiap siswanya supaya dapat memberikan
pengarahan dan mengembangkannya sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki. Setiap anak memiliki bakat dan kepribadian yang berbeda, sehingga
mendidik anak merupakan hal yang menarik dan unik. Selain itu program ini
harus mengarah pada profil pelajar pancasila yang terdiri dari beriman,
berbinekha global, bergotong royong, mandiri, kreatif, bernalar kritis.

Pelaksaaan program merdeka belajar telah dirancang dalam beberapa episode


salah satunya episode sebagai berikut :

- Merdeka belajar (memiliki 4 pokok kebijakan yaitu, ujian sekolah


berstandart nasional, ujian nasional, penyederhaan rencana pelaksanaan
pembelajaran, fleksebilitas kebijakan penerimaan peserta didik baru)
- Kampus Merdeka ( (terdapat 4 pokok kebijakan yaitu, pembukaan program
studi baru, system akreditasi perguruan tinggi, perguruan tinggi (PTN) badan
hukum, hak belajar tiga semester diluar program studi)

- Penyaluran dan Penggunaan Dana BOS (memiliki 4 pokok kebijakan, yaitu


Penyaluran BOS langsung kerekening sekolah, Penggunaan BOS lebih
fleksibel ungtuk sekolah, nilai satuan BOS meningkat, Pelaporan BOS)

- Program Organisasi Penggerak (memiliki 4 pokok kebijakan yaitu


Mendorong hadirnya ribuan sekolah pengerak, sasaran program hingga 2022
untuk 50.000 guru, kepala sekolah dan tenaga kependiddikan di 5.000 PAUD,
SD, SMP (sederajad)
- Guru Penggerak (program ini salah satunya untuk meningkatkan kualitas
SDA guru, berfokus pada pedagogic, serta berpusat pada murid, menghasilkan
bibit unggul pemimpin Indonesia dimasa yang akan dating, menjadi calon
pemimpin sekolah)

Dalam menerapkan program Merdeka belajar saat ini tentunya memiliki


kekurangan salah satunya sebagai berikut :

➢ Kurang nya persiapan dalam beberapa aspek untuk melaksanakan


program Merdeka belajar

Bukan menjadi suatu rahasia lagi, bila program pendidikan selalu


berubah-ubah sesuai dengan menteri yang sedang menjabat. Maka dari
itu, program Merdeka Belajar ini dikhawatirkan akan berganti lagi bila
menteri yang menjabat akan berganti. Selain itu, program Merdeka
Belajar ini juga masih seumur jagung, semenjak dicetuskan oleh
Menteri Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, program Merdeka
Belajar masih perlu dilakukan pengkajian dan evaluasi yang lebih
mendalam agar efektif dan tepat dalam penerapannya.

➢ Kurangnya SDM dan sistem yang masih belum terstruktur

Program baru dalam dunia pendidikan tentunya membutuhkan sistem


yang terstruktur dan sistematis. Namun, program merdeka belajar ini
dinilai masih sangat baru dan belum cukup kuat untuk menyiapkan
SDM sebagai pelaksana dalam program ini. Seperti yang kita tahu,
mencanangkan suatu program baru, pasti memerlukan sosialisasi dan
persiapan yang cukup matang untuk para eksekutor di program
merdeka belajar ini. Maka, bisa dipastikan bahwa program merdeka
belajar masih perlu menyiapkan para tenaga ahli dan sosialisasi yang
matang agar bisa berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai