https://www.kompasiana.com/dwimeliyantiputri/5de3c9bb097f361db43c04c2/efektifitas-sarana-dan-prasarana-sebagai-
penunjang-perbaikan-mutu-pendidikan-di-indonesia?page=all
Kualitas Pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang ada
40,31% dari 201.557 sekolah berada di bawah layanan standar pelayanan minimal, 48,89%
pada posisi standar pelayanan minimal dan 10,15% yang memenuhi standar nasional
Pendidikan. Oleh karena itu, banyak permasalahan yang muncul akibat rendahnya kualitas
Pendidikan di Indonesia seperti rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Dan
hal itulah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan yang menghambat penyediaan
sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan.
Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita
membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang
tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Yang kita rasakan
sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baikpendidikan
formal maupun informal.
Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannyadengan negara lain. Pendidikan
memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia
untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapatmeningkatkan
sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber dayamanusia di
negara-negara lain.
Dengan kejadian seperti itu harus diperbaiki karena seharusnya dalam pembelajaran itu
diselingi juga dengan praktik, karena jika terus menerus menggunakan teori maka para
peserta didik tidak akan memiliki keterampilan yang baik. Salah faktor yang mendukung
keberhasilan program pendidikan dalam proses pembelajaran yaitu sarana dan prasarana.
Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yangmenjadi tolak ukur
mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring denganperkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Sarana prasarana adalahs alah satu
bagian input, sedangkan input merupakan salah satu subsistem. Sarana prasarana
sangat perlu dilaksanakan untuk menunjang keterampilan siswa agar siap bersaing
terhadappesatnya teknologi. Sarana prasarana merupakan bagian penting yang perlu
disiapkan secara cermat dan berkesinambungan, sehingga dapat dijamin selalu terjadi KBM
yang lancar. Dalampenyelengaraan pendidikan, sarana prasaran sangat di butuhkan untuk
menghasilkan KBM yang efektif dan efisien. Masalah pemerataan pendidikan adalah
persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu
menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusiauntuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya
anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistempendidikan atau
lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang tersedia. Sampai saat ini 88,8
persen sekolah di indonesia mulai SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu
standar pelayanan minimal.Pada pendidikan dasar hingga kini layananpendidikan
mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku
pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah Dasar(SD)
baru 3,29% dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71%
kategoristandar minimal dan 44,84% dibawah standar pendidikan minimal. pada jenjang
SMP 28,41%dari 34.185, 44,45% berstandar minimal dan 26% tidak memenuhi standar
pelayanan minimal.
Dengan permasalahan -- permasalahan yang sudah dituangkan seperti di atas, maka mutu
pendidikan memang sangat berpengaruh untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang
unggul dan berkualitas. Jalan yang ditempuh juga salah satunya dengan mendapatkan
pendidikan yang layak dengan fasilitas yang layak pula. Jika ada sebuah sekolah atau
lembaga belajar, namun tidak memenuhi fasilitas yang baik, maka Sumber Daya Manusia
yang dihasilkan juga tidak berkualitas untuk itu sangat diperlukan sekali pembenahan di
dalam membangun dan mengembangkan fasilitas pembelajaran di sekolah atau di sebuah
lembaga pembelajaran agar para peserta didik juga lebih mampu mengembangkan dirinya
serta ampu mengeksplor dan mengekspresikan dirinya dengan menciptakan kreatifitas dalam
pengetahuan dan keterampilan. Pemerintah juga harus memfasilitasi untuk melengkapi
fasilitas praktek pembelajaran dan pendidik juga harus mampu mewadahi, karena jika
pembelajaran hanya mengandalkan sebuah teori tanpa dengan praktek langsung sama saja
pembelajaran tersebut kurang berhasil. Oleh karena itu, solusi dan pemecahan masalah
masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik
dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut :
Seperti contohnya sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan harus memiliki
keahlian yang lebih baik dan harus minimal mengenyam pendidikan sampai dengan S1/S2.
Karena jika sembarangan merekrut tenaga pendidik ataupun tenaga kependidikan maka hasil
akhirnya nanti akan kurang baik.
2. Penyempurnaaan kurikulum
Kurikulum yang jelas, tidak menekankan terlalu banyak tugas sehingga peserta didik bisa
memiliki waktu untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan mampu mengekspresikan
dirinya. Karena mereka sudah cukup lelah menerima banyak materi di sekolah, harusnya
berikan mereka ruang untuk mengekspresikan dirinya.
Media pembelajaran sangat membantu dan menunjang untuk proses pembelajaran. Untuk itu
di perpustakaan sekolah lebih diperlengkap lagi buku -- bukunya sehingga peserta didik tidak
merasa kesulitan dalam mencari bahan untuk pembelajaran.
Anggaran untuk pembangunan sekolah dan untuk kelengkapan fasilitas -- fasilitas di sekolah
harus benar -- benar digencarkan.
Banyak sekali peserta didik yang tidak bisa menikmati fasilitas sarana dan prasarana yang sama
dengan peserta didik yang ada di kota. Hal seperti itu membuktikan bahwa pemerintah kurang
memperhatikan fasilitas yang ada di daerah terpencil.
Masalah tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya alokasi dana yang
terhambat karena banyak sekali kasus penyalahgunaan dana sekolah yang seharusnya
digunakan untuk membuat sarana prasarana malah digunakan untuk kepentingan oknum
tertentu.
Dan faktor lainnya adalah perawatan yang buruk bisa saja terjadi karena pihak sekolah tidak
terlalu memperhatikan bagaimana merawat sarana prasarana yang telah diberikan, sikap acuh
tak acuh dan tidak adanya pengawasan dari pemerintah membuat banyak fasilitas sekolah yang
terbengkalai. Akibatnya para peserta didik tidak nyaman menggunakan fasilitas karena
kondisinya banyak yang rusak.
Kurang terpenuhinya fasilitas pendidikan seperti kerusakan sekolah, laboratorium, dan lain-lain
menimbulkan anak didik susah memahami pelajaran tersebut.
Contohnya dalam belajar biologi tetang jenis-jenis bakteri, tentunya kita pasti akan
membutuhkan labolatorium agar mengetahui bentuk bakteri secara nyata menggunakan
mikroskop.
Jika labolatorium dan perlengkapannya tidak tersedia rasanya kita akan kurang memahami jenis
bakteri itu seperti apa jika kita hanya melihatnya melalui buku paket/internet karena kita hanya
bisa berangan-angan.
Pelajar saat ini tentunya membutuhkan ruang gerak dalam kematangan emosi, misalnya grub
band, sepak bola, basket, badminton,dan lain-lain. Jika hal tersebut tidak terpenuhi cenderung
akan membuat perkumpulan yang menyalahi norma.
Solusi yang harus dilakukan agar permasalahan sarana dan prasarana bisa diperbaiki adalah
terorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekaligus agar tidak terputusnya komunikasi.
Dengan adanya koordinasi tersebut selanjutnya sarana dan prasarana harus ditingkatkan dalam
rangka meningkatkan output pendidikan tentunya kita harus meningkatkan harga maksudnya
adalah meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, yang meliputi:
1. Sarana fisik
Sarana fisik diperlukan untuk pemenuhan pembangunan gedung sekolahan, laboratorium,
perpustakaan, sarana-sarana olahraga seperti lapangan basket dan perlengkapannya, alat-alat
kesenian seperti studio musik, dan fasilitas lainnya.
Jika sarana belajar tersebut terpenuhi, tentunya akan semakin memudahkan peserta didik dalam
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru harus ditekan demi berjalannya pendidikan itu sendiri. Guru yang profesional pasti dapat
memberi pengajaran yang berkualitas bagi anak didiknya dan pengajaran tersebut akan lebih
fleksibel.
Dengan adanya peningkatan mutu pengajaran guru ini tentunya akan berdamppak pada
membaiknya output pendidikan.
Jika guru tersebut tidak mengajar secara profesional bisa saja anak didik tersebut akan
melakukan kenalkalan remaja dikarenakan guru tersebut memberikan perilaku yang tidak
semestinya mislanya melakukan hukuman fisik kepada siswa.
Selanjutnya dengan cara pembentukan lembaga studi mandiri berfungsi sebagai wadah
pengembangan kepribadian siswa. Jika lembaga studi ini dapat dibentuk tentunya akan
memperbaiki kualitas pendikan siswa maupun menambah pengalaman siswa itu sendiri.
Salah satu wilayah yang mengalami permasalahan sarana dan prasarana ini adalah Kapuas
Hulu Kalimanatan Barat. Di wilayah tersebut terdapat salah satu sekolah dasar yaitu SDN 4
Merakai Panjang yang sering kekurangan siswa karena rata-rata anak di daerah tersebut lebih
memilih sekolah ke Negara tetangga yaitu Malaysia.
Kepala sekolah sd tersebut mengatakan “Tahun ini kami tidak mendapatkan siswa baru karena
para orang tua dan anak-anak lebih memilih sekolah di Negara tetangga Malaysia”.
Menurut Lambertus, jumlah murid SDN 4 Merakai Panjang saat ini hanya sekitar 12 siswa,
bahkan dari tahun ke tahun ada saja siswa yang keluar sekolah dan memilih pindah sekolah di
Malaysia.
Hal tersebut terjadi karena sarana dan prasarana yang menjadi faktor penyebab orang tua
menyekolahkannya di Malaysia.
Menurut Lambertus bangunan sekolah tersebut memang sudah mengalami banyak kerusakan.
Sulitnya medan yang harus ditempuh untuk sampai ke sekolah juga menjadi penghalang bagi
siswa.
Pendidikan saat ini lebih diarahkan pada pola pendidikan yang lebih modern, di
mana anak (siswa/i) tidak perlu lagi belajar di ruangan, mereka bisa belajar di mana
saja mereka mau, si Anak (siswa/i) tidak perlu lagi membawa buku-buku yang
memberatkan mereka (mereka cukup membawa smartphone mereka karna buku
sudah dalam bentuk e-book) dan yang lebih menarik lagi si Anak tidak perlu lagi
membayar sekolah yang sangat mahal (otomatis uang pendidikan mereka bisa
dialihkan pada pengeluaran lain yang lebih bermanfaat). Anak-anak pelajar ini akan
sangat dimanjakan oleh teknologi, khususnya dalam bidang Pendidikan. Maka, suka
atau tidak suka, pemerintah dan aparaturnya harus mendukung hal tersebut. Selain
pemerintahan, sekolah-sekolah yang masih bertahan juga harus mendukung hal
tersebut.
Namun berbeda, ketika kita melihat ke sisi yang lain, sunguh begitu bertolak
belakang, yaitu jika melihat lebih mendalam akan kondisi keseluruhan pendidikan
yang ada di Nusantara ini, banyak ketidakmerataan dan jauh dari kesan maju (dalam
hal pendidikan). Hal tersebut, terlihat dari sekolah yang jauh dari kelayakan, kondisi
sekolah, dan sebagainya. Padahal, di dalamnya terdapat anak-anak yang begitu
bersemangat untuk belajar dan menuntut ilmu, namun karena keterbelakangan
akses dan juga berbagai kekurangan lainnya, membuat mereka sulit dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya.
Alhasil, mereka akan jauh tertinggal dibanding anak-anak yang mengenyam
pendidikan di kota yang umumnya sistem pendidikan lebih mumpuni. Maka dari itu,
terkait persoalan mutu pendidikan di Indonesia diantaranya adalah keterbatasan
akses pada pendidikan, jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu
sendiri dinilai masih kurang. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi
di daerah berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses
ilmu yang lebih baik di perkotaan.
Di sisi lain, kasus putus sekolah anak-anak usia sekolah di Indonesia juga masih
tinggi. Berdasarkan data dari Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8
juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, Hal ini disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu faktor ekonomi; anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung
ekonomi keluarga, dan pernikahan di usia dini,” menurut Sekretaris Direktorat
Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M. Eng, Sc di Jakarta. Dalam
laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati
posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan
angka 0,629. Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara tetangga
ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM di
kawasan Asia Pasifik adalah 0,683. (Sumber: http://www.prestasi-
iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balik-dunia-pendidikan-di-indonesia).
Kemudian dalam hal ini, pemerintah juga kurang aktif dalam menyelesaikan masalah
Pendidikan, sehingga masalah ini menjadi masalah yang cukup besar karena
sampai sekarang belum ada penyelesaian problematika pendidikan yang efektif,
tanpa adanya peran pemerintah dalam masalah pendidikan di pelosok, maka
masalah ini tidak akan akan selesai jika pemerintah masih pasif dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Solusi yang dapat saya berikan mungkin yang paling pertama yang harus dibenahi
pada sisi pemerintah yakni seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap masalah
pendidikan yang ada di Indonesia dan menangani dengan serius masalah
pendidikan dipelosok – pelosok negeri Indonesia, serta pemberian alokasi dana
untuk pendidikan pada daerah yang lebih merata karena dengan adanya alokasi
dana bisa membuat keadaan pendidikan menjadi lebih baik lagi, dari segi sisi
orangtua seharusnya pada usia wajib sekolah seharusnya diizinkan untuk sekolah
bukan untuk membantu orang tua mencari uang.
Mungkin boleh membantu mencari uang tetapi dalam catatan tidak mengganggu
aktivitas anaknya dalam sekolah. Bukan hanya pemerintah saja, kita juga bisa
membantu untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia dengan cara menyumbang
baik dalam hal materi contohnya kita dapat menyumbang uang, dan alat tulis
maupun non materil, serta memberi penyuluhan betapa pentingnya pendidikan untuk
membangun semangat anak- anak yang dipelosok untuk tetap terus bersekolah.