Anda di halaman 1dari 8

RIDONA ZULYENI PUTRI

21231028
RESUME MATERI 12
DDIP

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA


Pengertian Permasalahan Pendidikan
Permasalahan pendidikan adalah perbedaan program-program pendidikan antara yang diharapkan
dengan kenyataan yang terlaksana dilapangan. Menurut (TAP MPR RI No. II/MPR/1993), semakin
besar atau lebar perbedaan yang di cita-citakan dengan yang ternyata ditemui dilapangan, semakin
besar, rumit atau komplek permasalahan tersebut.

Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


1. Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehinggga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia
untuk menunjang pembangunan. Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan
telah dinyatakan di dalam Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan
dengan pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, pasal 17 berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu
sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu
terpenuhi”
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, pasal 10 ayat 1, menyatakan:
“Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang berumur 8 tahun diwajibkan belajar
disekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya”
Ayat 2 menyatakan:
“Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah
memnuhi kewajiban belajar “.
Pemecahan masalah pemerataan pendidikan ditempuh dengan 2 cara, yaitu:
a. Cara Konvensional
1) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpers atau ruangan belajar.
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (pagi dan sore).

1
b. Cara Inovatif
1) Sistem pamong atau inpact system (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru).
Sistem tersebut dirintis di Solo dan diseminasikan ke beberapa provinsi.
2) SD kecil pada daerah terpencil
3) Sistem guru kunjung
4) SMP terbuka
5) Kejar paket A dan B
6) Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka
Contohnya:
Seorang siswa tidak di terima atau tidak di izinkan untuk sekolah di luar daerah,
hanya boleh sekolah di sekitar daerah tersebut. Tetapi sekarang sudah diatasi oleh
pemerintah siapapun dan dimanapun setiap orang boleh sekolah asalkan dia mampu
bersaing.

2. Kuantitas Pendidikan
Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut banyak murid yang
harus ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid
yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung. Kesempatan
memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Permasalahan ini mencuat
terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi
dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata lain dapat mengatasi permasalahan
kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal di daerah terpencil.
Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan itu perlu adanya perhatian yang lebih dari
pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut merasakan pendidikan. Upaya
yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan membangun SD negeri di daerah-daerah
yang msih minim kuantitas pendidikannya, dan tentunya sekolah yang dibangun juga dilengkapi
sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar.
Contohnya:
Seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah atas karena
keterbatasan daya tampung sekolah dan sekolah ini hanya satu-satunya di daerah tersebut.

3. Kualitas Pendidikan
Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, sarana belajar yang kurang
memadai, dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan. Guru-guru tentunya punya

2
harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Banyak orang yang
menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru – guru
lama yang sudah mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid,
mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Sarana
pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan, terutama bagi penduduk
di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu
terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan
mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya antara lain kondisi
sekolah yang memprihatinkan.
a. Faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu:
1) Faktor internal
Meliputi jajaran pendidikan seperti departemen pendidikan nasional, dinas
pendidikan daerah dan juga sekolah.
2) Faktor eksternal
Masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya
pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan:
a) Rendahnya kualitas sarana fisik
b) Rendahnya kualitas guru
c) Rendahnya kesejahteraan guru
d) Rendahnya prestasi siswa
e) Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
f) Mahalnya biaya pendidikan
b. Upaya pemecahan masalah kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan cara:
1) Seleksi yang ketat terhadap calon yang akan masuk sekolah lanjutan atau tempat kerja.
2) Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui latihan,
penataran, seminar dan lain-lain.
3) Peyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan
4) Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar
5) Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratorium secara tepat gun.
6) Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian kenegaraan.
7) Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh pemilik ke tiap sekolah.

3
Contohnya:
Di suatu sekolah terpencil yang masih kekurangan sarana dan prasarana sehingga proses
belajar mengajar tidak maksimal, seperti di sekolah tersebut tidak ada alat praktek seperti
mikroskop padahal dalam materi pembelajaran mereka ada. Tentu ini akan mempengaruhi
kualitas pendidikan.

4. Efesiensi Pendidikan
Pendidikan dikatakan efesiensi bila penayagunaan sumberdaya yang ada (waktu, tenaga,
biaya) tepat sasaran. Kadar efesiensi itu tergantung pada pemberdayaan sumberdaya tersebut. Bila
yang terjadi misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya tenaga tidak berfungsi secara optimal
maka kadar efesinsi rendah (tidak/kurang efesien). Analisa seperti ini dapat diarahkan pada unsur-
unsur terkecil dari ketiga kriteria tersebut. Misalnya apakah waktu yang digunakan sesuai dengan
jadwal/rencana, apakah guru mengajar atau dosen memberi kuliah minimal sama dengan jam
wajib belajar setara dengan pegawai negeri.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik
kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efesiensi pendidikan. Masalah
efesiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya
kegagalan seorang mahasiswa.
a. Permasalahan Efesiensi pendidikan dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi
pendidikan seperti:
1) Berorientasi pada peserta
Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran
hendaknya memusatkan perhatian pada peserta didik dengan memperhatikan
karakteristik, minat, potensi dari peserta didik.
2) Pemanfaatan sumber belajar
Pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik
hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkannya.
Contohnya:
Guru mengajar seharusnya 3x dalam seminggu dan ternyata guru tersebut hanya masuk 2x
dalam seminggu.

4
5. Efektivitas Pendidikan
Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah apabila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana atau program yang dibuat sebelumnya (tepat guna). Bila rencana mengajar yang dibuat
oleh guru atau silabus yang dibuat dosen sebelum mengajar atau memberi kuliah terlaksana secara
utuh dengan sempura, maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan efektif. Sempurna
meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi dan evaluasi.
Dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana dengan sempurna,
misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan semua, strategi belajar mengajar
tidak tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai rencana.
Masalah efektivitas pendidikan juga berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan
dengan hasil pendidikan, artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang diharapkan
dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan merupakan
proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi
iedeal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan
kemampuan karakteristik sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan berarti adalah masalah
efektivitas pendidikan. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian pendidikan baik guru maupun dosen dituntut untuk
dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar materi pembelajaran yang diajarkan tersebut
dapat berguna. Untuk meningkatkan efektivitas pendidikan, yaitu dengan menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.
Contohnya:
Guru mengajarkan materi pembelajaran dengan trik atau teknik tertentu dalam mengelola
kelas agar pembelajaran dapat berjalan se efektif mungkin. Agar penyampaian materi dapat di
serap oleh peserta didik.

6. Relevansi Pendidikan
Pendidikan dikatakan relevan (sesuai) ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan
ouput (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesesuaian (relevansi) tersebut
meliputi kuantitas (jumlah) ataupun kualitas (mutu) output tersebut. Masalah relevansi merupakan
masalah yang berhubungan dengan relevansi (kesesuaian) antara pemilikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga
kerja). Pendidikan dikatakan tidak atau kurang relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut tidak
ada atau kurang.

5
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan
diatasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk
bekerja. Selain itu juga dapat kita lihat dengan pertumbuhan pengangguran yang semakin
meningkat di indonesia. Kita sering menemui lulusan SLTA yang mengganggur, bahkan tak
jarang pula kita lihat sarjana – sarjana yang menganggur.
Contoh lain seperti adanya kasus perusahaan–perusahaan yang masih harus mengeluarkan
dana untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon karyawannya, karena mereka dinilai belum
memiliki keterampilan kerja seperti yang diharapkan. Adanya ketidakserasian antara hasil
pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang kurang fungsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
a. Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan melalui cara-cara sebagai berikut:
1) Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar
tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
2) Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan keejahteraan tenaga
kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan
pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan
selama menempuh pendidikan.
3) Melakukan pembaruan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusun
kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal
sesuai dengan kepentingan setempat.
Contohnya:
Banyaknya lulusan SMK maupun Sarjana yang masih menganggur karena tidak dapat
atau tidak mampu maupun tidak siap untuk bekerja.

7. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara lain:
1) Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat tenaga
pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh: pendidik yang
merupakan lulusan matematika mengajar bahasa indonesia. Hal ini secara tidak langsung
akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.

6
2) Padahal dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan
pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertifikat
keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.
3) Pendidik kurang menguasai dari 4 komponen yang harus dimiliki oleh pendidik maupun
tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan yang kurang baik.
4) Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggurkan kewajiban sebagai
pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal. Hal ini tidak sesuai dengan PP
No. 19 Tahum 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik memiliki kompetensi
profesional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan
pembinaan terhadap peserta didik.
5) Pendidik belum sepenuhnya dapat memnuhi harapan masyarakat. Fenomena itu di tandai
dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan
lebih berorientasi proyek. Akibatnya, sering kali pendidikan mengecewakan masyarakat.
Maka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam
dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
6) Pendidik mengajar tidak sesuai silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran tidak
sepenuhnya tercapai.
7) Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19 Tahun
2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/D4.
8) Tenaga kependidikan biasanya berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas
menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi atau
tenaga keperpustakaan.
b. Pemecahan masalah pendidik dan tenaga kependidikan
1) Masalah pendidik
a) Pendidikan profesi guru
Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan citra
profesionalan seorang guru. Diharapkan sebelum calon guru memegang jabatan
mereka sudah benar-benar profesional dalam bidangnya melalui PPG ini.
b) Meningkatkan status sosial ekonomi
Adanya upaya pemerintah dengan mengesahkan UU No. 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen. Di mana guru dan dosen berhak menerima pengahasilan di
atas kebutuhan minimum.

7
c) Menanamkan karakter kuat dan cerdas
Karakter kuat dan cerdas terdapat dalam pribadi guru sejati yang mampu
mendidik dengan hati.
2) Masalah tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan juga sangat berpengaruh kepada proses pendidikan oleh
karena itu pemerintah harus memberikan penghargaan bagi tenaga kependidikan yang
berprestasi dan juga penghasilan yang seimbang.
Contohnya:
Guru di daerah terpencil yang masih belum memiliki ijazah s1 dan sudah mengajar di
sekolah dasar, dan juga tenaga kependidikan yang berprofesi rangkap sebagai kepala sekolah dan
guru akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai