Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERMASALAHAN POKOK

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dedi Supendra,S.pd.M.A

Oleh

1. M.Teja Sakti 20033136


2. Selvi Tresa Elpina 20033154
3. Chintya Larayesa Satria 20033118
4. Suci Annisya Arsy 20033102

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
yang berjudul “Permasalahan Pokok Pendidikan”dapat selesai pada waktunya.
Tidak lupa sholawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan
terbaik baginda Rosul Muhammad Shallallahu ‘Alaihu Wasasallam selaku
tauladan terbaik hingga akhir zaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada
beliau, serta kepada keluarga, sahabat, tabi’in dan orang-orang yang selalu
mengikuti sunnahnya.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Istilah permasalahan diterjemahkan dari istilah “problem” (Bahasa Inggris)
yang berarti : perbedaan (discrapancy/ different) antara sesuatu yang diharapkan
(what should be/ das solen) dengan sesuatu yang terlihat/ terdapat sebagaimana
adanya (what is/ das sain) tentang sesuatu. Dalam bahasa yang mudah dimengerti
permasalahan adalah : “perbedaan/jarak/kesenjangan antara sesuatu yang di cita-
citakan (idealita) dengan sesuatu yang ternyata ada (realita). Permasalahan
penadidikan ialah perbeadaan program-program penadidikan antara yang
diharapkan dengana kenyataaan yang terlakasana dilapangan. Seperti diketahui
program utama pengembangan pendidikan ditanah air kita adalah :
a.       Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan.
b.      Peningkatan mutu pendidikan.
c.       Peningkatan relevansi pendiddiakn.
d.      Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.
e.       Pengembangan kebudayaan.
f.       Pembinaaan generasi muda.
Semakin besar/lebar perbedaan antara yang dicita-citakan dengan yang
ternyata ditemui dilapangan, semakin besar/rumit/komplek permasalah tersebut.
Dewasa ini permasalahan yang dipandang rumit/kompleks adalah permasalahan:
1) pemerataan, 2) mutu, 3) efisiensi dan efektiviatas, 4) relevansi. Keemapat
permasalahan pokok ini akan dipaparkan dalam pembahasan ini.

B.     Tujuan
Dengan membahas permasalahan pokok pendidikan yang ada di Indonesia
di harapkan peserta dapat mengetahui pokok permasalahan yang ada di indonesia.
Selain itu peserta juga di harapkan dapat :
1.      Menguraikan permasalahan pokok pendidikan di tanah air.
2.      Menjelaskan keterkaitan antara pokok permaslahan tersebut.
3.      Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi perkembangan masalah tersebut
4.      Menganalisis cara penanggulangan dari permalahan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    MASALAH POKOK PENDIDIKAN

1.      Masalah Pemerataan Pendidikan


Masalah pemerataan pendidiksn adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang
pembanagunan.
Masalah pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya
anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung dalam sistem atau lembaga
pendidikan karaena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Pada awalnya di tanah air kita pemerataan pendidikan telah dinyatakan
dalam undang-undang no. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran disekolah, pada bab XI, pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara
Republik indonesi mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi muridsuatu
sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran
disekolah itu dipenuhi.“ (Prof.Dr.Umar Tirtarahaja dan Drs.La Sula,227,2000)
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya,
sebagai landasan pelaksanaan uapaya pemerataan pendidikan guna mengejar
ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan. (Prof.Dr.Umar Tirtarahaja dan
Drs.La Sula,228,2000)
Diharapkan : “pendidikan nasional dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan”.
Kenyataan : “masih banyak warga negara khususnya warga usia sekolah
tidak tertampung dilembaga pendidikan yang ada. Permasalahannya ialah
bagaimana sistem pendidikan di kelolah sehingga dapat menyediakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara memperoleh pendidikan.
(pengantar pendidikan,97,2006
Dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya itu diharapkan
pendidikan akan semakin merata, karena merata dalam arti yang sesungguhnya
tidak mungkin dicapai, hal ini antara lain disebabkan peraturan perundang-
undangan tentang wajib belajar tidak diikuti dengan sanksi bagi yang tidak
mengikutinya, karena sistem pendidikan itu sendiri belum memungkinkan untuk
itu.
2.      Kuantitas Pendidikan
Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut
banyak murid yang harus ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah.
Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu
sekolah, karena terbatasnya daya tampung.Kesempatan memperoleh pendidikan
masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.Permasalahan ini mencuat terutama di
SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi
dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata lain dapat
mengatasi permasalahan kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada
anak-anak yang tinggal di daerah terpencil
Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan itu perlu adanya perhatian
yang lebih dari pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut
merasakan pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain
dengan membangun SD negeri di daerah-daerah yang masih minim kuantitas
pendidikannya, dan tentunya sekolah yang dibangun juga dilengkapi sarana
prasarana yang lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar.

3.      Masalah Mutu Pendidikan


Mutu pendidikan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu
sendiri, kriteria untuk hasil ini adalah kadar ketercapaian tujuan pendidikan itu
sendiri, kadar ketercapaian tujuan ini dapat dilihat dari hirarki tujuan terkecil yaitu
tujuan pembelajaran khususnya indikator pencapaian hasil belajar kualitas
ketercapaian TPK indikator selanjutnya dapat menggambarkan ketercapaian
tujuan pembelajaran umum kompensasi dasar.
Demikian secara hirarki sehingga dapat diketahui pula tujuan-tujuan yang
lebih jauh yaitu tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran/kuliah), tujuan
institusional (lembaga pendidikan), dan tujuan nasional pendidikan, tujuan ini
diterapkan sebelum proses pendidikan dimulai. (pengantar pendidikan,96,2006)
Kadar ketercapaian tujuan ini tergantung pada lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tersebut, unit terkecil yang akan menentukan ialah
guru mata pelajaran yang bersangkutan. Memang kadar ketercapaian tujuan sukar
/ sulit ditetapkan secara pasti karena alat ukur keberhasilan seorang anak di
sekolah belum ada yang baku, adakalanya sistem penilaian ada yang
menggunakan panduan acuan normal dan acu an patokan, rambu-rambur kadar
keberhasilan (ketercapaian tujuan) secara umum dapat ditetapkan seperti kadar
pencapaian tujuan minimal 75% (menurut kurikulum sekolah), indek prestasi (IP)
minimal 2,00 untuk program S1 di Perguruan Tinggi.
Walaupun kadar minimal sudah ditetapkan, tetapi pada akhirnya yang
memutuskan nilai adalah si penilai (evaluator) itu sendiri, keadaan seperti ini
menyebabkan kita mengalami kesukaran untuk menetapkan kadar mutu yang
sesungguhnya, oleh sebab itu permasalahan mutu pendidikan sukar diketahui
dalam arti yang sesungguhnya. (pengantar pendidikan,97,2006)

4.      Efisiensi
Pendidikan dikatakan efisiensi (ideal) ialah bila penyelenggaraan
pendidikan tersebut hemet waktu, tenaga dan biaya tetapi produktivitas (hasil)
optimal. Pendidikan dikatakan efisiensi bila pendayagunaan sumberdaya yang ada
(waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran, kadar efisiensi itu tentu tergantung pada
pemberdayaan sumberdaya tersebut, bila yang terjadi misalnya tidak hemat
(boros) waktu, biaya dan tenaga tidak berfungsi secara optimal maka kadar
efisiensi rendah (kurang efisien).

Kadar efisinsi dilapangan (realita) ditentukan oleh keadaan pendayagunaan


ketiga kriteria tersebut, bila penyelengaraan pendidikan tidak/kurang
memfungsian tenaga yang ada, sementara waktu kurang dimanfaatkan sedemikian
rupa sehingga banyak yang terbuang sia-sia, apalagi biaya yang dikeluarkan
banyak maka kadar efisiensi rendah. (pengantar pendidikan,98,2006)

Analisis seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga
kriteria tersebut, misalnya apakah waktu yang digunakan sesuai dengan rencana,
apakah guru mengajar sama dengan jam wajib mengajar setara dengan pegawai
negri (24 jam/ minggu), demikian pula analisis dapat dilakukan dari unsur-unsur
makro sehingga dapat diketahui efisiensi secara nasional. (pengantar
pendidikan,98,2006)

5.      Efektivitas
Pendidikan dikatakan efektif ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana/program yang dibuat sebelumnya (tepat guna, bila rencana mengajar
(persiapan mengajar) yang dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat oleh dosen
sebelum mengajar/memberikan kuliah terlaksana secara utuh dengan sempurna,
maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan efektif, sempurna disini
meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi,
evaluasi.
Sebaiknya dikatakan kurang efektif apabila komponen-komponen rencana
tidak terlaksana dengan sempurna, misalnya tujuan yang ingin dicapai tidak
tercapai semuanya, materi tidak tersajikan semuanya, stretegi belajar mengajar
tida tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai dengan rencana. (pengantar
pendidikan,98,2006)
6.      Masalah Relevansi Pendidikan
Pendidikan dikatakan relevan ialah bila sistem pendidikan dapat
menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, kesesuaian
tersebut meliputi kuantitas(jumlah) ataupun kualitas (mutu) output tersebut,
selanjutnya kesesuaian tersebut hendaknya mempunyai tingkat keterkaitan dan
keterpaduan.
Pendidikan dikatakan tidak / kurang relevan apabila tingkat kesesuaian
tidak ada, kadar permasalahan ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara sistem
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan tersebut, bila tingkat
kesesuaian tinggi maka pendidikan dikatakan relevan, permasalahan akan semakin
besar bila tingkat kesesuaian rendah. (pengantar pendidikan,99,2006)

7.      Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :
a.       Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat
tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik
yang  merupakan lulusan metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara
tidak langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.
Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan
ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang
berlaku.
b.       Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh
pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya
masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.
Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas
dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru sebagai mana dalam pasal
8 meliputi kopetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.” 
Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai
kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
c.       Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan
kewajiban sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang
seharusnya pendidik memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan
pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta
didik. 
d.      Pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena
itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang
tidak tuntas, bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil
pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi,
politik , sosial, dan budaya.
e.        Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai
Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi pedagogic yang harus dimiliki oleh guru
sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi “Kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogic, Kompetensi
kepribadian, Kompetensi professional dan Kompetensi sosial.”
f.       Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No.
19 tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/ D4. Tapi
dalam kenyataan di masyarakat masih terdapat pendidik yang belum berijazah D4
atau dengan kata lain  masih D3.
g.      Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang
merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi
tenaga administrasi atau tenaga perpustakaan.

Masalah-masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga kependidikan tidak


mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai manajer pendidikan. Sebagai
manajer pendidikan setiap tenaga kependidikan terlebih lagi untuk setiap
pemimpin institusi pendidikan harus mengembangkan kemahiran dasar yang oleh
Rex F. Harlow (Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
·         Kemahiran teknis (technical skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari
tugas khusus yang menjadi tanggung jawabnya.
·         Kemahiran yang bercorak kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk
bekerja dengan sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif
dan yang mampu menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan
yang dia pimpin.
·         Kemahiran menganalisis situasi dan permasalahan dengan konsep-konsep
ilmiah yang relevan (conceptual skill), yang dapat dijadikan dasar dalam
mengambil keputusan dan bertindak secara tetap.
B.     KETERKAITAN ANTAR MASALAH
Permasalahan pokok tersebut sesungguhnya tidak berdiri sendiri, dalam
kenyataannya di lapangan masalah tersebut saling berkaitan, mungkin pada suatu
kondisi muncul secara serempak meskipun dalam bobot yang berbeda, pada
kondisi tertentu misalnya kita (negara) ingin pendidikan itu merata, maka pada
saat ini mutu terabaikan (bermasalah) efisiensi akan bermasalah demikian pula
relevansi pendidikan akan mengalami penurunaan.
Keadaan seperti ini mengharuskan negara memusatkan perhatian pada
program pendidikan tertentu, misalnya pada periode tertentu memusatkan
perhatian pada pemerataan pendidikan, kemudian pada periode berikutnya pada
peningkatan mutu, bila negara sudah maju maka pada kondisi ini permasalahan
pendidikan tidak akan ada lagi, jika tedapat juga permasalahan tidak akan
berat/besar lagi. (pengantar pendidikan,99,2006)
BAB III
PENUTUP

1 Kesimpulan

Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan.


Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan.Karena pembangunan selalu berubah mengikuti tuntutan
zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi.Sebagai
akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun
semakin luas.
Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang
merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan
yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh
pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah
kualitas dan kuantitas pendidikan, masalah efisiensi dan efektivitas
pendidikan, masalah relevansi pendidikan, masalah pendidik dan tenaga
kependidikan.
Secara garis besar, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu solusi sistemik dan solusi teknis.Solusi
sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial ekonomi
yang berkaitan dengan sistem pendidikan.Kedua, solusi teknis, yakni
solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan
pendidikan.Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru
dan prestasi siswa.

2 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut
perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu
bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di
lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-
negara lain adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas
pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya
manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu
membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia
internasional.

Anda mungkin juga menyukai