Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MKU PENGANTAR PENDIDIKAN

PERMASALAHAN PENDIDIKAN
DI SUSUN

O
L
E
H

ANGGOTA KELOMPOK :
1. NIKEN WULANDA (20040028)
2. AYUNI SULISTIAWATI (20040032)
3. DHEA AMANDA PUTRI (20040034)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI


SUMATERA BARAT
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Pengantar Pendidikan
dengan judul “Permasalahan Pendidikan” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB 2. PEMBAHASAN
1.1 Masalah Pokok Pendidikan
1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan
1.3 Penanggulangan Permasalahan Pendidikan
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah permasalahan diterjemahkan dari istilah “problem” (Bahasa inggris) yang berarti :
perbedaan (discrepancy/different) antara sesuatu yang diharapakan dengan sesuatu yang
terlihat/terdapat sebagaimana adanya tentang sesuatu. Dalam Bahasa yang mudah
dimengerti, permasalahan adalah : perbedaan / jarak / kesenjangan antara sesuatu yang di
cita-citakan (idealita) dengan sesuatu yang ternyata ada (realita). Permasalahan
pendidikan ialah perbedaan program-program pendidikan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang terlaksana di lapangan. Seperti di ketahui program pendidikan kita di
negeri kita adalah :
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan.
b. Peningkatan mutu pendidikan.
c. Peningkatan relevasi pendidikan.
d. Peningkatan efesiensi dan efektivitas pendidikan.
e. Pengembangan kebudayaan.
f. Pembinaan generasi muda.

Semakin besar/lebar perbedaan antara yang dicita-citakan dengan yang ternyata


ditemui di lapangan, semakin besar / rumit / kompleks permasalahan tersebut.
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap
kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia
menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru,
kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan
kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki
siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan
potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan
malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut
ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak
untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa
diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan
pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih
parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya,
kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah.
Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan
kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan
Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia
(UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara
berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah
Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk
kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara
berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14
dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas
lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Masalah Pokok Pendidikan ?
2. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan ?
3. Apa Penanggulangan Permasalahan Pendidikan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk
mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan di Indoensia yang
dillihat dari kualitas pendidikannya semakin hari semakin menurun.

2. Manfaat

Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan


serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini
sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan di masa yang akan
dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan.
BAB 2 PEMBAHASAAN

1.1 Masalah Pokok Pendidikan


a. Masalah pemerataan pendidikan
Permasalahannya ialah bagaimana sistem pendidikan dikelola sehingga dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara
memperoleh pendidikan. Dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya itu
di harapakan pendidikan semakin mereta, karena merata dalam arti yang
sesungguhnya tidak mungkin tercapai. Hal ini antara lain disebabkan peraturan
perundang-undangan tentang wajib belajar (wajib) tidak diikuti dengan sangsi
bagi yang tidak mengikutinya, karena sistem pendidikan itu sendiri belum
memungkinkan untuk itu.

b. Masalah Mutu Pendidikan


Mutu pendidikan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri.
Kriteria untuk kadar ketercapaian tujuan ini mulai dapat dilihat dari hirarki tujuan
terkecil yaitu tujuan pembelajaran khusus (TPK) indikator pencapaian hasil
belajar. Selanjutnya dapat menggambarkan ketercapaian tujuan pembelajaran
umum (TPU) kompetensi dasar. Demikian secara hirarki, sehingga dapat
diketahui pula tujuan-tujuan yang lebih tinggi yaitu tujuan kurikuler (tujuan mata
pelajaran/kuliah), tujuan institusional (Lembaga pendidikan) dan tujuan nasional
pendidikan. Tujuan-tujuan ini dibuat sebelum proses pendidikan dimulai.
Kadar ketercapaian tujuan tersebut tergantung pada unit/Lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tersebut. Unit terkecil yang menentukan tersebut
ialah guru mata pelajaran (dosen mata kuliah) yang bersangkutan. Adakalanya
sistem penilaian ada yang menggunakan panduan acuan normal (PAN) dan acuan
patokan (PAP). Keadaan seperti ini, menyebabkan kita mengalami kesukaran
untuk menetapkan kadar mutu yang sesungguhnya (realita). Apabila bila si
penentu (evaluator) dilakukan oleh orang yang berbeda dengan kriteria yang
berbeda pula maka gambar permasalahan mutu ini sesuatu yang misteri. Nilai 8
(pencapaian 80%) pada suatu sekolah tidak akan sama kadarnya dengan nilai 8
pada sekolah lain. Dengan demikian bisa terjadi bahwa di suatu sekolah mutu
pendidikan tidak di pandang sebagai masalah karena antara mutu yang real
dengan yang ideal dapat diatur. Sementara secara nasional (menggunakan
EBTANAS/UAN) ternyata bermasalah.

c. Permasalahan Efesiensi dan Efektivitas Pendidikan


1. Efesien
Pendidikan dikatakan efesiensi (ideal) ialah bila penyelenggaraan pendidikan
tersebut hemat waktu, tenaga, dan biaya tetapi produktivitas (hasil) optimal.
Bagaimana kadar efesiensi itu di lapangan (realita) ? bila penyelenggaraan
pendidikan tidak/kurang memfungsikan tenaga yang ada, sementara waktu
kurang dimanfaatkan sedemikan rupa sehingga banyak yang terbuang sia-sia,
apalagi biaya yang dikeluarkan banyak maka kadar efesiensi rendah (kurang
efesien).
2. Efektivitas
Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana/program yang dibuat sebelumnya (tepat guna). Sebaliknya, dikatakan
kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana dengan
sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan
semua, strategi belajar mengajar tidak tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai
rencana.

d. Masalah Relevansi Pendidikan


Pendidikan dikatakan relevan (ideal) ialah bila sistem pendidikan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Pendidikan dikatakan tidak/kuranf relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut
tidak ada/kurang. Kadar permasalahan ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara
sistem pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.

e. Saling Kait Antara Masalah


Dalam kenyataannya di lapangan masalah tersebut saling kait. Mungkin pada
suatu situasi/kondisi muncul secara serempak meskipun dalam bobot yang
berbeda. Pada kondisi tertentu misalnya kita (negara) ingin pendidikan itu merata,
maka pada saat ini mutu terabaikan (bermasalah), efesiensi akan bermasalah,
demikian pula relevansi pendidikan akan mengalami penurunan (bermasalah).
Keadaan seperti ini, mengharuskan negara memusatkan perhatian pada program
pendidikan tertentu.

1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan


1. Perkembangan IPTEK dan Seni
Seiring dengan perkembangan globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
memgalami perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan segala bidang kehidupan. Salah satu diantaranya berdampak
pada pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia
pendidikan di Indonesia, menuntut Indonesia melakukan reformasi dalam
bidang pendidikan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia. Berbicara
prihal seni, Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Kesenian merupakan
aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang
menghasilkan sesuatu yang indah. Kesenian memiliki peranan besar dalam
kehidupan. Sesuai dengan tujuan pendidikan maka kesenian mengambil andil
yang besar dalam pengembangan sikap manusia khususnya emosi peserta
didik. Seiring perkembangan zaman, kesenian pun ikut mengalami
perkembangan.

2. Laju Prtumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap
masalah pemerataan, mutu, efesiensi, dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan
penduduk ini akan berdampak pada jumlah peserta didik. Semakin cepat laju
pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak pula jumlah peserta didik.
Menangani jumlah peserta didik yang meningkat maka dibutuhkan sekolah-
sekolah untuk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak
memadai, maka timbul suatu masalah yaitu akan banyak peserta didik yang
terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan
pendidikan. Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah
dipaksakan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar
dengan peserta didik. . Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan
relevansi pendidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik. Indonesia
dihadapkan kepada masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Selain
itu kemampuan pusat untuk menjangkau daerah terpencil masih belum
optimal. Seringkali perencanaan, sarana dan prasarana pendidikan di suatu
daerah terpencil tidak terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena
lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah tersebut.

3. Aspirasi Masyarakat
Sebagai Negara yang menjunjung tinggi demokrasi maka aspirasi masyarakat
Indonesia berperan besar dalam pengambilan kebijakan yang ada di Negara
Indonesia. Beberapa tahun terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal
mengalami peningkatan, khususnya aspirasi terhadap pendidikan, hidup sehat
serta aspirasi terhadap pekerjaan. Orang mulai beranggapan bahwa untuk
dapat hidup lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang
dan kunci akhir hanya pendidikan yang memberi jaminan seseorang untuk
mendapatkan pekerjaan. Dengan adanya peningkatan aspirasi terhadap
pentingnya pendidikan maka orang tua mulai berlomba untuk menyekolahkan
anaknya terutama mendaftarkan ke sekolah-sekolah favorit. Meskipun sangat
baik dengan adanya anggapan bahwa pendidikan merupakan hal penting yang
harus didapatkan oleh seorang anak dalam hidupnya, namun ternyata ada
masalah dibalik antusias tersebut. Dengan banyaknya jumlah pelamar
mengakibatkan berbagai macam permasalahan di antaranya, seleksi
penerimaan siswa di berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang
objektif, jumlah siswa perkelas melebihi yang semestinya, karena kurangnya
ruang kelas di suatu sekolah maka tidak jarang pemanfaatan gedung lain
seperti laboratorium menjadi ruang kelas, diadakannya kesempatan belajar
bergilir pagi sore dengan pengurangan jam belajar, kekurangan guru, dan
seterusnya.

4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana


Di era globalisasi seperti sekarang ini banyak dan mudah terjadi pertukaran
kebudayaan antar bangsa. Jika terjadi pertautan antara unsur kebudayaan baru
dari luar dengan unsur kebudayaan lama yang lambat berubah maka terjadilah
kesenjangan kebudayaan. Karena adanya kesenjangan kebudayaan maka
timbul masalah keterbelakangan budaya. Keterbelakangan budaya merupakan
suatu istilah yang di berikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap
dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya.
Keterbelakangan budaya disebabkan oleh beberapa hal misalnya letak
geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap
unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan
ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut. Inti
permasalahannya dalam dunia pendidikan adalah bagaimana menyadarkan
ketertinggalan mereka yang mengalami keterbelakangan kebudayaan,
bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana system
pendidikan dapat melibatkan mereka dalam pembangunan.

1.3 Penanggulangan Permasalahan Pendidikan


a. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan
perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri.
Misalnya: kurikulum harus fleksibel, jika perlu diperbaharui. Kurikulum jangan
mengakibatkan para pelakunya (siswa atau anak didik) selalu tertinggal dibanding
dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut.

b. Pendidikan (Bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan


penduduk atau pendidikan harus mencari sistem baru yang dapat melayani semua
orang yang memerlukan pendidikan.

c. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih
meningkat lagi. Sementara itu sistem pendidikan dibaharui/dikembangkan
sehingga dapat memenuhi aspirasi tersebut.

d. Sistem pendidikan meningkatkan peran/fungsinya sebagai pengembangan


kebudayaan di seluruh pelosok tanah air. Sejalan dengan itu pihak lain yang
terkait harus dapat membuka keterisolasian sebagian desa kita dan membuka
sarana kehidupan yang lebih baik.
BAB 3 PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari materi yang telah kami uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya
permasalahan pokok pendidikan kita belum/kurang merata, mutunya masih
rendah dan ada kecenderungan akan semakin merendah. Disamping itu kurang
efesien dan efektif serta relevansinya masih perlu ditingkatkan.

1.2 Saran
Inilah yang dapat saya paparkan dalam makalah ini, yang tentunya
pembahasan tentang permasalahan pendidikan. Di sini masih sangat sedikit,
serta perlu diperdalam dan diperluas lagi. Dan untuk memperluas serta
mendalaminya itu butuh waktu yang lama dan dosen yang benar-benar paham
dan mengerti tentang materi ini. Dan membutuhkan referensi yang banyak
pula.

Anda mungkin juga menyukai