Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN DAN


PENANGGULANGANNYA

Dosen Pengampu:

Muhammad Fendrik, S. Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 12

1. Aliyah Ruspar (2205111213)


2. Elsa Safitri (2205124557)
3. Yemima V Peranginangin (2205124546)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata
kuliah Landasan Pendidikan yang membahas tentang Permasalahan Pokok Pendidikan dan
Penanggulangannya.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
permasalahan Penidikan di Indonesia dan serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan pendidikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Pekanbaru, 14 November 2022

Kelompok 12
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..………1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………..…1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….…………...1
C. Tujuan……………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………....2

A. Permasalahan Pokok Pendidikan……………………………………………………….....2


B. Faktor Yang Memengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan………………….4
C. Penanggulangan Permasalahan Pendidikan……………………………………………….6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………7

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..7
B. Saran………………………………………………………………………………………7

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya kita untuk menanggulangi kebodohan dan
kemiskinan yang terjadi di Negara kita yaitu Indonesia. Yang mana kita ketahui bersama,
bawasannya dengan seseorang mengenyam bangku sekolah maka, orang tersebut telah
mengetahui berbagai hal yang ada di dunia ini. Sebenarnya pendidikan itu dapat kita perolah
dimana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, kita sebagai manusia hendaknya mau menyadari
hal tersebut. Pendidikan sangat berdampak besar bagi pengaruh perkembangan masa depan.
Tidak hanya untuk diri sendiri, bahkan dapat pula berpengaruh bagi bangsa dan Negara
Repubik Indonesia.Pendidikan itu ada bersifat formal , non formal dan informal.

Namun, dibalik itu semua, permasalahan pendidikan di Indonesia sangat banyak yang
belum menemukan solusi yang terbaik. Permasalahan pendidikan ialah perbedaan program-
program antar yang diharapkan dengan kenyataan yang terlaksanakan di lapangan.
Permasalahan yang dipandang rumit adalah permasalahan: kuantitas, kualitas, efesiensi,
efektivitas, relevansi dan tenaga pendidik dan kependidikan.

Dan keenam masalah tersebut akan dibahas dalam makalah ini beserta upaya yang
diharapkan dapat menanggulanginya. Selain itu kenyataan semakin tertinggalnya pendidikan
bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk
berbenah diri. Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan
gambaran praktek pendidikan kita serta teguran bagi Negara kita untuk berbenah diri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan pokok pendidikan?


2. Faktor apa saja yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan?
3. Bagaimana penanggulamgan dari permasalahan pokok pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pokok permasalahan pendidikan
2. Unruk mengetahui factor apa yang mempengaruhi permasalahan pendidikan
3. Untuk mengetahui upaya apa saja untuk menanggulangi permasalahan pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan Pokok Pendidikan

1. Kuantitas
Yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung dalam sistem
pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampng di suatu
sekolah, karena terbatasnya daya tampung. Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada
tahun-tahun lampau. Tetapi saat ini masalah itu sudah bias diatasi. Sisa permasalahan ini ada
pada anak-anak yang tinggal di daerah terpencil.

Selain itu, pendidikan yang diharapkan ialah merata seluas-luasnya bagi seluruh warga
Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Namun kenyataannya masih banyak warga negara
yang tidak memperoleh pendidikan. Hal ini disebabkan peraturan perundang-undangan tentang
wajib belajar tidak diikuti dengan sanksi bagi yang tidak mengikutinya, karena sistem
pendidikan itu sendiri belum memungkinkan untuk itu.

2. Kualitas
Kualitas pendidikan umumnya dilihat dari hasil pendidikan itu sendiri. Kriteria untuk hasil ini
adalah kadar ketercapaian tujuan yang dimulai dari hierarki tujuan terkecil, yaitu tujuan
pembelajaran khusus (TPK). Kualitas ketercapaian TPK dapat menggambarkan ketercapaian
pembelajaran umum (TPU. Kadar ketercapaian tujuan tersebut tergantung pada lembaga.
Memang kadar ketercapaian tujuan tersebut sukar ditetapkan secara eksak (pasti), karna alat ukur
keberhasilan seseorang anak di sekolah belum ada yang baku. Adakalanya sistem penilaian ada
yang menggunakan penilaian acuan normal (PAN) dan acuan patokan (PAP).

3. Efisiensi
Pendidikan dikatakan efisiensi (ideal) ialah bila penyelenggaraan pendidikan tersebut
hemat waktu, tenaga, dan biaya, tetapi produktivitas (hasil) optimal. Pendidikan dikatakan
efisiensi bila pendayagunaan sum- ber daya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran. Kadar
efisiensi itu tentu tergantung pada pemberdayaan sumber daya tersebut. Bila yang terjadi
misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya, dan tenaga tidak ber- fungsi secara optimal, maka
kadar efisiensi rendah (tidak/kurang efisien).

Bagaimana kadar efisiensi itu di lapangan (realita)? Hal ini ditentu- kan oleh keadaan
pendayagunaan ketiga kriteria seperti disebutkan terdahulu. Bila penyelenggaraan pendidikan

2
tidak/kurang memfungsikan tenaga yang ada, sementara waktu kurang dimanfaatkan sedemikian
rupa sehingga banyak yang terbuang sia-sia, apalagi biaya yang dikeluarkan banyak maka kadar
efisiensi rendah (kurang efisien).

Analisis seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga kriteria tersebut.
Misalnya apakah waktu digunakan sesuai jad- wal/rencana, apakah guru mengajar atau dosen
memberi kuliah minimal sama dengan jam wajib mengajar setara dengan pegawai negeri. Demi-
kian pula analisis dapat dilakukan dari unsur-unsur makro sehingga dapat diketahui efisiensi
secara nasional.

4. Efektivitas

Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana/program yang dibuat sebelumnya (tepat guna). Bila rencana mengajar (persiapan
mengajar) yang dibuat oleh guru atau silabus/SAP yang dibuat dosen sebelum
mengajar/memberi kuliah ter- laksana secara utuh dengan sempurna, maka pelaksanaan
perkuliahan tersebut dikatakan efektif. Sempurna di sini meliputi semua komponen perencanaan
seperti tujuan, materi/bahan, strategi, dan evaluasi.

Sebaliknya, dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana


dengan sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan semua, strategi
belajar mengajar tidak te- pat, evaluasi tidak dilakukan sesuai rencana.

5. Relevansi
Pendidikan dikatakan relevan (ideal) ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan
output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kesesuaian (relevansi) tersebut
meliputi/mencakup kuantitas (jumlah) ataupun kualitas (mutu) output tersebut. Selanjutnya,
kesesuaian tersebut hendaknya mempunyai tingkat keterkaitan (link) dan kesepadanan (match).

Pendidikan dikatakan tidak atau kurang relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut
tidak ada/kurang. Kadar permasalahan ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara sistem
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan tersebut. Bila tingkat kesesuaian tinggi,
maka pendidikan dikatakan relevan. Permasalahan akan semakin besar/rumit bila tingkat
kesesuaian tersebut rendah.

6. Permasalahan Khusus Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

a. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya ter- kadang terdapat tenaga
pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik yang
merupakan lulusan matemati- ka mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak
3
b. langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia. Padahal, dalam PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pasal 28 ayat (2),
dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertifikat keahlian yang
relevan dengan perundang-un- dangan yang berlaku.
c. Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik maupun
tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas pendidik
dan tenaga kependidikan yang kurang baik. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8
dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi yang salah satu di antaranya
kompetensi, dan diperjelas dalam Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi “Kompetensi guru
sebagai mana dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional yang di- peroleh melalui pendidikan profesi. Selain itu, juga dijelaskan dalam
PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat (3) mengenai kompetensi yang harus dimiliki
oleh pendidik.
d. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggu- gurkan kewajiban
sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal. Hal ini tidak sesuai
dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat (3) yang seharusnya pendidik memiliki
kompetensi profesional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan
tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.

B. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Berkembangnya Permasalahan


Pendidikan
Faktor-faktor yang memengaruhi berkembangnya permasalahan Pendidikan:

1. Perkembangan IPTEK dan Seni


a. IP (Ilmu Pengetahuan)

Berkembangnya IP (science), apakah bidang sosial, ekonomi, hu- kum, pertanian, dan
sebagainya jelas akan membawa masalah dalam bidang pendidikan, misalnya saja materi
pengajaran yang terdapat dalam kurikulum sudah harus diubah/disesuaikan.

b. TEK (Teknologi)

Perkembangan teknologi, misalnya teknologi baru yang digunakan dalam suatu


proses produksi akan menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru. Persyaratan kerja,
kebutuhan tenaga kerja, sistem pe- layanan dan lain-lain akan serba baru. Perkembangan
seperti ini akan menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada
mungkin tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu
ditanggulangi.

4
c. Seni

Aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar dalam mem- bentuk manusia
Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus kesenian dapat mengembangkan
domain/aspek afektif dari peserta didik.

Dunia seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan sema- kin mendapat
tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan seperti ini, sudah barang tentu akan
menimbulkan masalah baru dalam bidang pendidikan. Jika seni dikembangkan melalui
sistem pendidikan, maka permasalahan baru akan muncul antara lain ketersediaan sarana
dan prasarana serta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan (seperti sekolah).

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan ber- kembangnya masalah
pendidikan, misalnya masalah pemerataan. De- ngan pertumbuhan penduduk yang pesat, maka
jumlah anak usia sekolah akan semakin besar/banyak. Jika daya tampung sekolah tidak
bertambah, maka sebagian dari mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika ditam- pung juga
(misalnya karena wajib belajar) maka rasio guru siswa akan se- makin besar. Hal ini
menyebabkan munculnya masalah lain seperti ma- salah mutu.

Penyebaran penduduk yang tidak merata di Tanah Air akan me- nimbulkan masalah baru
pula. Misalnya bagaimana merencanakan dan menyediakan sarana pendidikan yang dapat
melayani daerah padat (kota) dan daerah terisolasi yang anak usia sekolahnya tidak seberapa
orang (jarang).

3. Aspirasi Masyarakat

Kecenderungan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah terlihat.
Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin memperoleh pekerjaan yang
layak dan menetap atau akan meningkatkan status sosial mereka.

Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan anak-anak


(juga remaja dan dewasa) akan menyerbu dan membanjiri sekolah (lembaga pendidikan).
Kondisi seperti ini akan me- nimbulkan berbagai masalah seperti sistem seleksi siswa/mahasiswa
baru, rasio guru-siswa, waktu belajar, permasalahan akan terus berkembang karena saling kait
seperti yang telah dikemukakan pada bab terdahulu.

4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana

Masyarakat kita yang umumnya berada di daerah terpencil, yang ekonominya lemah, dan
kurang terdidik akan mengalami keterbelakang- an budaya dan sarana kehidupan. Keadaan
seperti ini sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan. Permasalahannya antara lain

5
bagaimana menyadarkan mereka akan keterbelakangan/ketinggalannya. Bagaimana cara
menyediakan sarana kehidupan dengan lebih baik, khu- susnya bagaimana sistem pendidikan
dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.

C. Penanggulangan Permasalahan Pendidikan


1) Pendidikan afektif yang sekarang lebih populer dengan pendidikan karakter perlu
ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya secara insidental.
2) Pelaksanaan kokurikuler dan ekstrakurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
3) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi
dengan yang akan terjun ke masyarakat melalui pendidikan vokasi berupa pendidikan
kejuruan merupakan hal yang prinsip, karena pada dasarnya tidak semua siswa secara
potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
4) Guru dan pegawai perlu diberi perhatian khusus, oleh karena itu khususnya guru menjadi
penyebab utama lahirnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
5) Pendekatan kurikulum yang berbasiskan kemampuan atau kompetensi (competency
based curriculum), selanjutnya dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Kompetensi yaitu kemampuan yang perlu dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang dapat dilihat dari kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan),
dan afektif (sikap). Pengetahuan dapat dilihat dari fakta, konsep materi yang bersifat
informatif, sedangkan keterampilan ditinjau secara akademik, sosial, dan vaksional.
Kemudian sikap dapat diukur dari nilai dan norma yang ada. Yang menjadi sasaran utama
dari Kurikulum Berdasarkan Kompetensi adalah di mana pembelajaran bukan hanya
sekadar tahu (know) tapi juga untuk mampu berbuat (to do), mampu membangun jati diri
(to be) serta mampu menjadi warga masyarakat yang hidup dalam kebersamaan yang
damai (to live together).
6) Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1) Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh


pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga
dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan Selain itu, perluasan kesempatan
belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam
usahapemerataanpendidikan.
2) Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam usaha pengendalian laju pertumbuhan
penduduk sangat diperlukan. Pelaksanaan program ini dapat ditingkatkan dengan
mengkampanyekan program KB dengan sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini.
3) Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini
dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.
4) Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-
unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah
dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan
jumlah korupsi dana di dalam dunia pendidikan.
B. Saran
Sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik, kita harus menyadari dan memahami berbagai
permasalahan pendidikan yang terjadi di lapangan sehingga dapat merumuskannya mencari
alternatif pemecahannya. Jadilah Mahasiswa sekaligus Calon Pendidik yang pekat
berbagaipermasalahan pendidikan.

7
Daftar Pustaka
Syafril, Zelhendra zen. (2019). dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta, Indonesia: Prenada media

Sohilait, e. (2021). Buku ajar pengantar pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

H.A.R. Tilaar. 2007. Mengembangkan Ilmu Pendidikan Berdimensi Global.

https://dispendik.mojokertokab.go.id/artikel-pentingnya-pendidikan-bagi-masa-depan/

Jakarta: Lembaga Manajemen UNJ. Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai