Anda di halaman 1dari 23

Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan
KELOMPOK 7

1.Nadia Oktaviani (20129174)

2.Natasya Amanda (20086248)

3.Mustika Rani (20129170)

4.Natasya Ariani Putri (20087156)


Permasalahan Pokok
Pendidikan
Di Indonesia
A. Permasalahan Pokok Pendidikan dan
Penanggulangannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem.
Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa
jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang
erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial
budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan
menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehinngga permasalahan intern sistem sisem pendidikan itu
menjadi sangat kompleks.
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

Ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang
perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan,
2. Masalah mutu pendidikan,
3. Masalah efisiensi pendidikan,
4. Masalah relevansi pendidikan.
Disini akan membahas 7 masalah pokok pendidikan
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan,
sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pemabangunan sumber daya manusia untuk
menunjang pembangunan.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Cara konvensional antara lain:
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpresatau ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk pendidikan dasar ialah
membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau
menyekolahkan anaknya.
Cara inovatif antara lain:
a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru) atau Inpacts System
(Instructional Management by Parent, Communty and Teacher). Sistem tersebut dirintis
di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem Guru Kunjung.
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach).
e. Kejar Paket A dan B.
f. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen
tenaga dengan sistem tes unuk kerja(performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di
lapangan.
Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.
Jika terjadi belajar yang tidak optimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir
dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan
mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik,
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa
besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualitas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah kepada
pencapaian tujuan.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik
dan perangkat lunak, personalia, dan manjemen sebagai berikut:
a. Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
b. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain_x0002_lain.
c. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan mengandung
muatan lokal, metode yang menantang menggairahkan belajardan melaksanakan evaluasi yang
beracuan PAP.
d. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
e. Penyempurnaan saran belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium.
f. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya
hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya
berarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah:
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga kerja. Masalah Efisiensi
dalam Penggunaan Prasarana dan Sarana. Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang
tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering
juga karena perubahan kurikulum.
4. Masalah Relevansi Pendidikan

Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat


menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah
seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan, yaitu yang
beraneka ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika
sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual (yang
tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka
relevansi pendidikan dianggap tinggi. Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal
jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara
lain sebagai berikut:
Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya.
Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
5. Masalah Kuantitas Pendidkan di Indonesia

Kuantitas yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di dalam
sistem pendidikan atau sekolah.Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena
terbatasnya daya tamping. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat sekolah dasar.
Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tetapi saat ini masalah itu sudah bisa diatasi
.sisa permaslahan ini ada pada anaanak yang tinggal di daerah terpencil.
Diharapkan (ideal):”pendidikan nasional dapat menyediaan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara
indonesia untutk memperoleh pendidikan”.
Kenyataan (realita):”masih banyak warga negara khususnya warga usia sekolah tidak
tertampung di lembaga pendidikan(sekolah)yang”ada” (sumber statitik pendidikan daerah dan
nasional). Permasalahannya ialah bagaimana sistem pendidikan dikelola sehingga dapat
menyediakan kesempatan yang seluasluasnya bagi seluruh warga negara indonesia untuk
memperoleh pendidikan.
Dengan memberikan kesempatan yang selua-luasnya itu ,di harapkan pendidikan akan
semakin merata,karena merata dalam arti yang sesungguhnya tidak mungkin dicapai. Hal ini
anatara lain disebabkan peraturan perundang-undangan tentang wsajib belajar(wajar) tidak
diikuti dengan sanksi bagi yang tidak mengikutinya ,karena sistem pendidikan itu sendiri tidak
memungkinkan itu.
6. Masalah Kualitas pendidkan di Indonesia.

Kualitas pendidkan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri.kriteria
untuk hasil ini adalah kadar ketercapaian tujuan pendidikan itu sendiri.kadar ketercapaian tujuan ini dimulai dapat
dilihat dari hirearki tujuan terkecil,yaitu tujaun pembelajaran khusus(TKP)/ indicator pencapaian hasil belajar.
Kualitas ketercapaian TKP /indicator selanjutnya dapat menggambarkan ketercapaiaan tujuan pembelajaran
umum(TPU)/kompetensi dasar.
Demikian secara hirerki sehingga dapat diketahui pula tujuan-tujuan yang lebih jauh
/timggi, yaitu tujuan kurikule,(tujuan mata pelajaran/kuliah),tujuan institutional (lembaga
pendidikan dan tujuan nasional pendidikan. Kadar pencapaiaan tujuan tersebut tergantung pada unit atau lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan tersebut. Unit terkecil yang akan menentukan tersebut ialah guru mata
pelajaran (dosen mata kuliah) yang bersangkutan. Memang kadar ketercapaian tujuan tersebut sukar ditetapkan
secara eksak(pasti),karena alat ukur keberhasilan seseorang anak di sekolah belum ada yang abku(standar).
7. Masalah Efektivitas Pendidkan di Indonesia.

Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah biala hasil yang di capai sesuai dengan rencana
/ program yang di buat sebelumnya ( tepat guna). Bila rencana mengajar (persiapan mengajar) yang dibuat oleh guru
atau silabus /SAP yang dibuat dosen sebelum mengajar/ memberi kuliah terlasana secara utuh dengan
sempurna.maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan efektif. Sempurna di sini meliputi semua komponen
perencanaan seperti tujuan,materi/bahan,strategi, dan evaluasi.
Sebaliknya, dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana
dengan sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai, materi tidak tersajikan semua, strategi belajar mengajar tidak tepat,
evaluasi tidak dilakukan dengan sesuai rencana. 6. Relevansi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di
Indonesia. Pendidikan dikatakan (ideal) ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan output (keluaran) yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kesesuaian (relevansi) tersebut meliputi/mencakup kuantitas (jumlah)
ataupun kualitas (mutu)
output tersebut.
Faktor Pendukung Masalah Pendidikan

Faktor yang menyebabkan terjadinya masalah itu. Adapun faktor-faktor yang dapat
menimbulkan permasalahan pokok pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
11
1. IPTEK
2. Pertambahan Penduduk
3. Meningkatnya Animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
4. Menurunnya Kualitas Pendidikan
5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sudah
membangun.
SOLUSI PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
Solusi permasalahan pelayanan pendidikan. Cara memperluas pelayanan pendidikan
(kuantitas), yaitu melalui :
a. memberiakan ketetampilan bagi mereka yang tidak pernah sekolah
b. penyebaran pesan-pesan yang merangsag kegiatan belajar da partisipasi untuk ikut
membangun
c. penyebaran informasi untukmenumbuhkan kesadaran lingkungan.
d. Usaha memberikan pengalaman pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
yang berkembang dan realistis.
Solusi permasalahan relevansi pendidikan. Cara meningkatkan relevansi (keserasian)
pendidikan dengan pembangunan yaitu dapat ditempuh dengan :
a. Menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang fungsional untuk kehidupan
dimasyarakat kelak.
b. Menentukan kemampuan untuk memahami dan memecahkan permasalahan yang actual
dalam masyarakat.
c. Menunjukan jalan untuk mengembangkan keterampilan hidup dimasyarakat.
Solusi permasahan efiktifitas dan efisiensi pendidikan. Cara meningkatkan efiktifitas
dan
efisiensi sestem penyajian, dapat ditempuh melalui :

a. Memberikan kebebasan sesuai dengan minat, kemampuan,dan kebutuhan kearah


perkembangan yang optimal.
b. Memberikan pengalaman yang bulat agar peserta didik mandiri dan memiliki sikap
tanggung jawab.
c. Megintegrasikan berbagai pengalaman dan kegiatan pendidikan
d. Mengusahakan isi, metode, dan bentuk pendidikan yang tepat guna, tepat saat,
menarik
dan mengesankan.
D. Permasalahan Aktual
Pendidikan dan
Penanggulangannya
1. Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia

Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-masalah

keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan

pendayagunaan teknologi pendidikan.

Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai

pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Apakah kurikulum

tersebut cukup andal secara yuridis (merupakan penjabaran undang-undang pendidikan) dan

secara psikologis (berdasarkan hukum perkembangan peserta didik) atau tidak. Penjurusan yang

berlaku cepat pada SMA misalnya, dianggap tidak mendasarkan diri pada proses kematangan

anak.
d. Pendidikan tenaga kependidikan
2. Upaya Penanggulangan
(prajabatan dan dalam jabatan) perlu
a. Pendidikan efektif perlu
diberikan pelatihan
ditingkatkan secara terprogram.
khusus untuk menghasilkan guru-guru
b. Pelaksanaan kegaitan kurikuler
yang kompeten di bidangnya, oleh
dan ekstrakurikuler dilakukan
karena tenaga
dengan penuh
kependidikan khususnya guru menjadi
kesungguhan dan diperhitungkan
penyebab utama lahirnya sumber
dalam penentuan nilai akhir ataupun
daya manusia
kelulusan.
yang berkualitas. Misalnya melalui :
PKG (Pusat Kegiatan Guru), MGBS
c. Melakukan penyusunan yang (Musyawarah
mantap terhadap potensi siswa Guru Bidang Studi), dan MGMP
melalui keragaman jenis (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
program studi. perlu
ditumbuhkembangkan terus sebagai
model pengembangan kemampuan
guru.
.
E KETERKAITAN ANTARA
MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
Pada dasarnya, pembangunan di bidang pendidikan
mengharapkan tercapainya
pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu
sekaligus. Namun, yang terjadi ialah
ketika pemerataan pendidikan sedang dilancarkan, pada
saat yang sama pula mutu pendidikan
belum dapat diwujudkan bahkan malah sering ditelantarkan.
Ada dua faktor yang menyebabkan
mengapa pendidikan yang bermutu belum dapat
diwujudkan.
Pertama, gerakan perluasan pendidikan untuk melayani
pemerataan kesempatan
pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan
dan pengerahan dana dan daya.
Kedua, kondisi komponen pendidikan mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah
murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga
pendidik yang kurang cakap, kurikulum
yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan lain-
lain.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai