2020
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak
usia sekolah yang tidak dapat ditampung dalam sistem atau lembaga pendidikan
karaena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Pada awalnya di tanah air kita pemerataan pendidikan telah dinyatakan dalam
undang-undang no. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
disekolah, pada bab XI, pasal 17 berbunyi: “Tiap-tiap warga negara Republik
indonesi mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi muridsuatu sekolah
jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran disekolah itu
dipenuhi.“ (Prof.Dr.Umar Tirtarahaja dan Drs.La Sula,227,2000)
Kenyataan : “masih banyak warga negara khususnya warga usia sekolah tidak
tertampung dilembaga pendidikan yang ada. Permasalahannya ialah bagaimana
sistem pendidikan di kelolah sehingga dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara memperoleh pendidikan. (pengantar
pendidikan,97,2006
Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah,
karena terbatasnya daya tampung.Kesempatan memperoleh pendidikan masih
terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.Permasalahan ini mencuat terutama di SD
pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi
dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata lain dapat
mengatasi permasalahan kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada
anak-anak yang tinggal di daerah terpencil
Mutu pendidikan umumnya dilihat dari hasil (output) pendidikan itu sendiri,
kriteria untuk hasil ini adalah kadar ketercapaian tujuan pendidikan itu sendiri,
kadar ketercapaian tujuan ini dapat dilihat dari hirarki tujuan terkecil yaitu tujuan
pembelajaran khususnya indikator pencapaian hasil belajar kualitas ketercapaian
TPK indikator selanjutnya dapat menggambarkan ketercapaian tujuan
pembelajaran umum kompensasi dasar.
Demikian secara hirarki sehingga dapat diketahui pula tujuan-tujuan yang lebih
jauh yaitu tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran/kuliah), tujuan institusional
(lembaga pendidikan), dan tujuan nasional pendidikan, tujuan ini diterapkan
sebelum proses pendidikan dimulai. (pengantar pendidikan,96,2006)
Kadar ketercapaian tujuan ini tergantung pada lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan tersebut, unit terkecil yang akan menentukan ialah guru mata pelajaran
yang bersangkutan. Memang kadar ketercapaian tujuan sukar / sulit ditetapkan
secara pasti karena alat ukur keberhasilan seorang anak di sekolah belum ada yang
baku, adakalanya sistem penilaian ada yang menggunakan panduan acuan normal
dan acu an patokan, rambu-rambur kadar keberhasilan (ketercapaian tujuan) secara
umum dapat ditetapkan seperti kadar pencapaian tujuan minimal 75% (menurut
kurikulum sekolah), indek prestasi (IP) minimal 2,00 untuk program S1 di
Perguruan Tinggi.
4. Efisiensi
Analisis seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga kriteria
tersebut, misalnya apakah waktu yang digunakan sesuai dengan rencana, apakah
guru mengajar sama dengan jam wajib mengajar setara dengan pegawai negri (24
jam/ minggu), demikian pula analisis dapat dilakukan dari unsur-unsur makro
sehingga dapat diketahui efisiensi secara nasional. (pengantar pendidikan,98,2006)
5. Efektivitas
Pendidikan dikatakan efektif ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana/program yang dibuat sebelumnya (tepat guna, bila rencana mengajar
(persiapan mengajar) yang dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat oleh dosen
sebelum mengajar/memberikan kuliah terlaksana secara utuh dengan sempurna,
maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan efektif, sempurna disini meliputi
semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi, evaluasi.
Pendidikan dikatakan tidak / kurang relevan apabila tingkat kesesuaian tidak ada,
kadar permasalahan ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara sistem pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat pembangunan tersebut, bila tingkat kesesuaian
tinggi maka pendidikan dikatakan relevan, permasalahan akan semakin besar bila
tingkat kesesuaian rendah. (pengantar pendidikan,99,2006)
Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :
Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan
ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas dalam
pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8
meliputi kopetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.”
Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai
kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya
pendidik memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan pendidik wajib
bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.
e. Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai
Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi pedagogic yang harus dimiliki oleh guru
sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi “Kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogic, Kompetensi
kepribadian, Kompetensi professional dan Kompetensi sosial.”
· Kemahiran teknis (technical skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari
tugas khusus yang menjadi tanggung jawabnya.