Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1

Permasalahan Pokok Pendidikan ( DDIP )

A. Pengertian Permasalahan Pendidikan


Permasalahan pendidikan adalah perbedaan program-program pendidikan antara yang
diharapkan dengan kenyataan yang terlaksana dilapangan. Menurut ( TAP MPR RI No.
II/MPR/1993 ), semakin besar atau lebar perbedaan yang di cita-citakan dengan yang ternyata
ditemui dilapangan, semakin besar, rumit atau komplek permasalahan tersebut.

B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


1. Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehinggga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan
sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan telah dinyatakan di dalam
Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dengan pengajaran di
sekolah. Pada Bab XI, pasal 17 berbunyi :
“ Tiap-tiap warga negara RI mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu
sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah
itu terpenuhi”

Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, pasal 10 ayat 1, menyatakan :
“ Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang berumur 8 tahun diwajibkan
belajar disekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya”
Ayat 2 menyatakan :
“ Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap
telah memnuhi kewajiban belajar “.

Pemecahan masalah pemerataan pendidikan ditempuh dengan 2 cara, yaitu :


1. Cara Konvensional
a. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpers atau ruangan belajar.
b. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift ( pagi dan sore ).
2. Cara Inovatif
a. Sistem pamong atau inpact system ( pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru ).
Sistem tersebut dirintis di Solo dan diseminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil
c. Sistem guru kunjung
d. SMP terbuka
e. Kejar paket A dan B
f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka
Contohnya :
Seorang siswa tidak di terima atau tidak di izinkan untuk sekolah di luar daerah, hanya
boleh sekolah di sekitar daerah tersebut. Tetapi sekarang sudah diatasi oleh pemerintah
siapapun dan dimanapun setiap orang boleh sekolah asalkan dia mampu bersaing.

2. Kuantitas Pendidikan
Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut banyak murid yang
harus ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah. Masalah ini timbul karena calon
murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.
Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu
sudah bisa teratasi, apalagi dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata
lain dapat mengatasi permasalahan kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada
anak-anak yang tinggal di daerah terpencil.
Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan itu perlu adanya perhatian yang lebih dari
pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut merasakan pendidikan.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan membangun SD negeri di daerah-
daerah yang msih minim kuantitas pendidikannya, dan tentunya sekolah yang dibangun juga
dilengkapi sarana dan prasarana yang lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar.
Contohnya :
Seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah atas karena
keterbatasan daya tampung sekolah dan sekolah ini hanya satu-satunya di daerah tersebut.

3. Kualitas Pendidikan
Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, srana belajar yang kurang
memadai, dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan. Guru-guru tentunya
punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Banyak
orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali
guru – guru lama yang sudah mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman
mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka
ajarkan. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan,
terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu
terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang
menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya
antara lain kondisi sekolah yang memprihatinkan.

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :
a. Faktor internal
Meliputi jajaran pendidikan seperti departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan daerah
dan juga sekolah.
b. Faktor eksternal
Masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu
sebagai objek dari pendidikan.
Beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan :
1. Rendahnya kualitas sarana fisik
2. Rendahnya kualitas guru
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Rendahnya prestasi siswa
5. Kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan
6. Mahalnya biaya pendidikan
Upaya pemecahan masalah kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan cara :
1. Seleksi yang ketat terhadap calon yang akan masuk sekolah lanjutan atau tempat kerja.
2. Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui latihan, penataran,
seminar dan lain-lain.
3. Peyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan
4. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar
5. Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratorium secara tepat gun.
6. Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian kenegaraan.
7. Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh pemilik ke tiap sekolah.
Contohnya :
Di suatu sekolah terpencil yang masih kekurangan sarana dan prasarana sehingga proses
belajar mengajar tidak maksimal, seperti di sekolah tersebut tidak ada alat praktek seperti
mikroskop padahal dalam materi pembelajaran mereka ada. Tentu ini akan mempengaruhi
kualitas pendidikan.

4. Efesiensi Pendidikan
Pendidikan dikatakan efesiensi bila penayagunaan sumberdaya yang ada
(waktu,tenaga,biaya) tepat sasaran. Kadar efesiensi itu tergantung pada pemberdayaan
sumberdaya tersebut.
Bila yang terjadi misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya tenaga tidak berfungsi secara
optimal maka kadar efesinsi rendah (tidak/kurang efesien).
Analisa seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga kriteria tersebut.
Misalnya apakah waktu yang digunakan sesuai dengan jadwal/rencana, apakah guru
mengajar atau dosen memberi kuliah minimal sama dengan jam wajib belajar setara dengan
pegawai negeri.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik
kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efesiensi pendidikan. Masalah
efesiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui dari
adanya kegagalan seorang mahasiswa.
Permasalahan Efesiensi pendidikan dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi
pendidikan seperti :

1. Berorientasi pada peserta


Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya
memusatkan perhatian pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi
dari peserta didik.
2. Pemanfaatan sumber belajar
Pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat
memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkannya.
Contohnya :
Guru mengajar seharusnya 3x dalam seminggu dan ternyata guru tersebut hanya masuk
2x dalam seminggu.
5. Efektivitas Pendidikan
Pendidikan dikatakan efektif ( ideal ) ialah apabila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana atau program yang dibuat sebelumnya ( tepat guna ). Bila rencana mengajar yang
dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat dosen sebelum mengajar atau memberi kuliah
terlaksana secara utuh dengan sempura, maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan
efektif.
Sempurna meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi
dan evaluasi. Dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana
dengan sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan semua,
strategi belajar mengajar tidak tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai rencana.
Masalah efektivitas pendidikan juga berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan
dengan hasil pendidikan, artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang diharapkan
dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan
merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa
kualifikasi iedeal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum
menunjukkan kemampuan karakteristik sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan berarti
adalah masalah efektivitas pendidikan.
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian pendidikan baik guru maupun dosen dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar materi pembelajaran yang diajarkan tersebut
dapat berguna. Untuk meningkatkan efektivitas pendidikan, yaitu dengan menentukan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.
Contohnya :
Guru mengajarkan materi pembelajaran dengan trik atau teknik tertentu dalam mengelola
kelas agar pembelajaran dapat berjalan se efektif mungkin. Agar penyampaian materi dapat
di serap oleh peserta didik.

6. Relevansi Pendidikan
Pendidikan dikatakan relevan ( sesuai ) ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan
ouput ( keluaran ) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesesuaian ( relevansi )
tersebut meliputi kuantitas ( jumlah ) ataupun kualitas ( mutu ) output tersebut.
Masalah relevansi merupakan masalah yang berhubungan dengan relevansi ( kesesuaian )
antara pemilikan pengetahuan, keterampilan dan sikap lulusan suatu sekolah dengan
kebutuhan masyarakat ( kebutuhan tenaga kerja ). Pendidikan dikatakan tidak atau kurang
relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut tidak ada atau kurang.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang
tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan
diatasnya.
Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap
untuk bekerja. Selain itu juga dapat kita lihat dengan pertumbuhan pengangguran yang
semakin meningkat di indonesia. Kita sering menemui lulusan SLTA yang mengganggur,
bahkan tak jarang pula kita lihat sarjana – sarjana yang menganggur. Contoh lain seperti
adanya kasus perusahaan – perusahaan yang masih harus mengeluarkan dana untuk
pendidikan atau pelatihan bagi calon karyawannya, karena mereka dinilai belum memiliki
keterampilan kerja seperti yang diharapkan.
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan
kurikulum yang kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta
didik memasuki dunia kerja.

Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan melalui cara-cara sebagai berikut :


1. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar
tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan
kebutuhan dunia usaha dan industri.
2. Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan keejahteraan tenaga
kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan
pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan
selama menempuh pendidikan.
3. Melakukan pembaruan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusun kurikulum
yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan
kepentingan setempat.

Contohnya :
Banyaknya lulusan SMK maupun Sarjana yang masih menganggur karena tidak dapat
atau tidak mampu maupun tidak siap untuk bekerja.

7. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :
a. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat tenaga
pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh : pendidik yang merupakan
lulusan matematika mengajar bahasa indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi
masalah pendidikan di Indonesia.
b. Padahal dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan
pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertifikat keahlian
yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pendidik kurang menguasai dari 4 komponen yang harus dimiliki oleh pendidik maupun
tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan yang kurang baik.
d. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggurkan kewajiban sebagai
pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal. Hal ini tidak sesuai dengan PP No.
19 Tahum 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik memiliki kompetensi profesional,
yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan
terhadap peserta didik.
e. Pendidik belum sepenuhnya dapat memnuhi harapan masyarakat. Fenomena itu di tandai
dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan
lebih berorientasi proyek. Akibatnya, sering kali pendidikan mengecewakan masyarakat.
Maka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam
dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
f. Pendidik mengajar tidak sesuai silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran tidak
sepenuhnya tercapai.
g. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19 Tahun
2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/D4.
h. Tenaga kependidikan biasanya berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas menjadi
tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi atau tenaga
keperpustakaan.
Pemecahan masalah pendidik dan tenaga kependidikan
a. Masalah pendidik
1. Pendidikan profesi guru
Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan citra profesionalan seorang
guru. Diharapkan sebelum calon guru memegang jabatan mereka sudah benar-benar
profesional dalam bidangnya melalui PPG ini.
2. Meningkatkan status sosial ekonomi
Adanya upaya pemerintah dengan mengesahkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen. Di mana guru dan dosen berhak menerima pengahasilan di atas kebutuhan minimum.
3. Menanamkan karakter kuat dan cerdas
Karakter kuat dan cerdas terdapat dalam pribadi guru sejati yang mampu mendidik dengan
hati.
b. Masalah tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan juga sangat berpengaruh kepada proses pendidikan oleh karena
itu pemerintah harus memberikan penghargaan bagi tenaga kependidikan yang berprestasi
dan juga penghasilan yang seimbang.
Contohnya :

Guru di daerah terpencil yang masih belum memiliki ijazah s1 dan sudah mengajar di
sekolah dasar, dan juga tenaga kependidikan yang berprofesi rangkap sebagai kepala sekolah
dan guru akuntansi.
TUGAS 2

2.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan

Permasalahan pokok pendidikan merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-


masalah yang berlangsung didalam sistem pendidikan itu sendiri. Masalah mikro tersebut
berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah diluar sisitem pendidikan,
sehingga juga harus diperhitungkan didalam memecahkan masalah mikro pendidikan.
Masalah makro ini berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi dan sosial budaya, serta masalah perkembangan
regional. Dan selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan iptek dan Beni.
2. Laju pertumbuhan penduduk.
3. Aspirasi Masyarakat
4. Keterbelakangan budaya clan sarana kehidupan.

2.1.1 Perkembangan Iptek dan Seni


a. Perkembangan Iptek
Terdapat hubungan yang eras antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisir
mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
Sebagai contoh betapa eratnya hubungan antara pendidikan dengan iptek itu, misalnya
sering suatu teknologi baru yang dugunakan dalam suatu proses produksi menimbulkan
kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan kerja, dan mungkin juga
penguraian jumlah tenaga kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan varu, sistem
pelayanan baru, sampai berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal dapat
mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru
tunjangan pendidikan , otomatis juga sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium dan
ketenangan. Semua tersebut tentu membawa masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit
memakan biaya.
b. Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok
yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hisup manusia.
Malalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipt) yang bersifat
orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni
membutuhkan pengembangan.
Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika dunia seni
dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan
kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan. Disinilah timbulnya
masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu penting tetapi di sekolah –
sekolah saat ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program
studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasuk
ebtanas, disamping juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang
umumnya tidak tersedia secara memadai karena mahal.
2.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
a. Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan penduduk
adalah sebagai berikut:
Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan
jumlah penduduk meskipun gerakan berhasil. Sebabnya karena tingkat kematian menurun
labih cvepat yaitu sebesar 4.5 % dari turunnya tinggi kelahiran, yait6u sebesar 3,5 %. Hal
tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan serta komponen
penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan
nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas
pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan
permintaan akan fasilitas sekloah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke
perguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat
perlu disediakan pendidikan nonformal.

b. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang
dapat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang padat penduduk, terutama
dikota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman khususnya
didaerah terpencil yang berlokasi dipegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk seperti
digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru.
Disamping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols yang static (di kota padat,
di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke
kota (urbanisasi) yang terusw menerus terjadi. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis
dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil
ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan
dalam pengadaan tenaga kerja.
2.1.3 Aspirasi Masyarakat
Dalam dua warsa terakhir ini, aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat,
khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan ,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan
dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga social.
Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong
anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih
baik daripada orang tuanya sendiri. Apa akibat yang timbul dari perubahan social tersebut?
Gejala yang timbul ialah membanjinya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi
meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulia bermunculan beraneka ragam
penidikan nonformal.
2.1.4 Keterbelakang Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakang budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarkat
(yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya,
kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan
apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu
penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif. Semestinya masyarakat luar bukan
harus menilainya hanya melihat bagaimana kesesuaia n kebudayaan tersebut dengan tuntutan
zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hali
ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada initnya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika system pendidikan
dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk
berperan serta dalam pembangunan.
2.2 Permasalahan Atual Pendidikan dan Penaggulangannya

2.2.1 Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia


Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan hasil yang dapat dari proses pendidikan. Permasalahan aktual berupa
kesenjangan –kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditanggulangi. Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi
masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru pendidikan dasar 9
tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan. Dahulu sebuah sekoplah sudah dapat
beroperasi jika ada murid , guru,dan ruangan tempat belajar dengan beberapa sarana
seperlunya. Guru merupakan satu-satunya sumber , ia menjadi pusat tempat bertanya. Tugas
guru memberikan ilmu pengetahuan kepada murid. Cara demikian dipandang sudah memadai
karena ilmu pengetahuan guru dalam berkembang. Cakupannya masih terbatas.
Guru mendudukan dirinya hanya sebagai bagian dari sumber belajar. Beraneka ragam
sumber belajar yang hanya justru dapat ditemukan diluar diri guru seperti perpustakaan,
taman bacaan, museum, toko buku, berbagai media massa, lembaga-lembaga sosial, orang-
orang pintar, kebun binatang, alam dan lingkungan sekitar, dan lain-lain. Sebagaimana
Comenius pernah mengingatkan bahwa alam ini adalah buku besar yang sangat lengkap
isinya.
2.2.2 Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI Nomor
2 Tahun 1989 Pasa; 6 menyatakan tentang hak warga negara untuk mengikuti pendidikan
sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan
dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3
tahundo SLTP, pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggita
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah.

2.2.3 Upaya Penanggulangan


Beberpa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah-masalah aktual
seperti telah dikemukakan pada butir 1, anatara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup berlangsung hanya
secara insidental.
b. Pelaksanaan Ko dan ekstrakulikuler dipekerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya
diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
c. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan
yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak
semua siswa secara potensial mampu belajar di perguruan tinggi.
d. Oleh karena itu perlu disusun rancangan yang mantap untuk itu. Misalnya anatara lain
sekolah menengah kejuruan tingkat atas diperbanayak denagn berbagai jenisnya . di segi lain
pendirian perguruan tinggi swasta dibatasi dan akreditasi terhadap PTS diperketat.
e. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberi perhatian
khusus, oleh karena tenaga kependidikan khususnya guru menjadi penyebab utama lahirnya
sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembanguanan.

Anda mungkin juga menyukai