PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak asasi yang harus dipenuhi kepada seluruh warga negara tanpa
kecuali. Selama ini kebanyakan masyarakat tidak sadar bahwa pendidikan adalah hak yang
harus mereka terima. Kewajiban-kewajiban pemerintah berkaitan dengan hak asasi manusia,
yang pertama yaitu available (disediakan), maksudnya ada penjaminan pendidikan tanpa biaya
dan wajib belajar bagi semua anak. Tentu saja dengan memperhatikan kebebasan orang tua
untuk memilih tempat anak bersekolah, yang kedua yaitu accessible (dijangkau),
memprioritaskan penghapusan diskriminasi sebagai mandat dari UU hak asasi manusia
internasional, kemudian acceptable (diterima), bagaimana mutu pendidikan dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran, dan yang terakhir adalah adaptable (disesuaikan) yang
menekankan pada prinsip-prinsip utama hak-hak anak, yaitu pendidikan perlu mengakomodasi
dan menyesuaikan minat utama setiap individu anak.
Berkaitan dengan kenyataan diatas maka pemerintah telah berupaya untuk mewujudkan
komitmennya dalam rangka pemenuhan hak pendidikan bagi warga negara melalui wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, sebagai wujud dari pembangunan pendidikan secara utuh
bagi seluruh warga negaranya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan
perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat. Namun masyarakat masih saja mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pemenuhan haknya dalam bidang pendidikan, terutama kesempatan mengikuti pendidikan
dasar masih tidak merata, hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, wilayah yang
terpencil, serta motivasi yang rendah menjadi faktor penghambat dalam rangka pemenuhan hak
pendidikan tersebut. Padahal Wajib belajar ini merupakan program pendidikan minimal yang
harus diikuti oleh warga negara atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pendidikan dasar sangat berperan penting untuk meletakkan dasar bagi upaya memberikan
pendidikan bagi warga negara oleh karena itu keterlaksanaannya merupakan sesuatu hal yang
wajib sifatnya. Layanan pendidikan dasar tidak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan yang
formal saja namun juga individu yang memerlukan layanan khusus, seperti anak berkebutuhan
khusus, anak-anak yang tinggal di daerah terpencil dan anak-anak dari keluarga miskin.
Suatu kondisi yang bertolak belakang bahwa memang sekolah-sekolah yang terletak di
daerah perkotaan padat penduduk atau sekolah-sekolah favorit mempunyai jumlah siswa yang
relati stabil. Tetapi di daerah lain, beberapa sekolah di daerah terpencil memiliki jumlah siswa
di bawah ambang batas kelayakan (kurang dari 15 orang per angkatan).
Kondisi tersebut diatas merupakan fenomena baru dalam pendidikan dasar, akibatnya
banyak sekolah dasar yang kekurangan siswa. Bahkan di beberapa daerah banyak SD yang
didirikan pada tahun 1980-an pada akhirnya terpaksa harus ditutup karena tidak memenuhi
ataupun tidak ada siswanya. Fenomena ini membutuhkan kebijakan khusus dari pemerintah
karena pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi negara kepada warga
negaranya.
1
Ada dua jenis kebijakan pemerintah menghadapi fenomena ini. Kebijakan pertama
adalah melakukan regrouping sekolah, sehingga sekolah memiliki jumlah siswa sesuai
persyaratan. Akibat regrouping adalah adanya sekolah yang ditutup. Kebijakan ini dapat
berakibat negatif lebih lanjut, seperti siswa terpaksa berhenti sekolah karena lokasi sekolah
regrouping jauh, guru terpaksa pindah ke sekolah yang mungkin lebih jauh. Meskipun secara
ekonomis kebijakan regrouping berdampak positif bagi pemerintah, di beberapa daerah
ternyata mempunyai dampak negative, baik bagi guru maupun para siswa. Beberapa guru
merasa tidak merasa di rumah, di tempat yang baru. Di daerah yang berpenduduk tidak
padat,regrouping menimbulkan masalah transportasi bagi siswa yang harus pindah sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi masalah yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran untuk saat
ini?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan yang ingin dicapai
adalahsebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadiakan model pembelajaran untuk
saat ini.
2
BAB II
ISI LAPORAN
3
B. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya PKR
https://www.inovasi.or.id/id/practices/bangkitkan-semangat-guru-dan-siswa-melalui-model-
pembelajaran-kelas-rangkap/
Bangkitkan Semangat Guru dan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kelas Rangkap
SDN Sukapura 3 Probolinggo merupakan salah satu sekolah di lereng Gunung Bromo yang
memiliki permasalahan kekurangan guru. Dengan jumlah 51 siswa, sekolah hanya memiliki
satu guru PNS dan empat guru honorer. Sang kepala sekolah, Hadi Trilaksono, tidak bisa
berbuat banyak karena kekurangan guru menjadi masalah di wilayah-wilayah terpencil di
Kabupaten Probolinggo.
Sebelum sekolah ini menjadi sekolah mitra program INOVASI, saya amati, guru mengajar
hanya (sekadar) menggugurkan kewajiban mereka mengajar saja. Motivasi mengajar mereka
biasa saja sehingga motivasi siswa untuk belajar menjadi rendah,” ungkapnya.
Hal tersebut menyebabkan capaian belajar siswa menjadi sangat rendah. Bahkan ada beberapa
siswa yang duduk di kelas 4 dan 5, tetapi masih belum lancar membaca.
Keinginan untuk mengubah keadaan menurut Hadi sangat sulit diwujudkan. Mengajak guru
untuk mengubah cara mereka mengajar juga sulit. Di satu sisi, para guru merasa usahanya
sudah maksimal, tetapi tidak mendapatkan dukungan dari wali murid. Para guru juga
mengalami kesulitan dalam mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Siswa
cepat lelah, tidak punya gairah belajar, dan mudah menyerah.
4
Untungnya, kehadiran program rintisan kelas rangkap (multigrade teaching) yang
dikembangkan di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, sangat memberikan pencerahan pada
sekolahnya.
https://www.inovasi.or.id/id/news-and-press/pembelajaran-kelas-rangkap-di-pendidikan-
dasar-peluang-dan-tantangan/
Melalui program INOVASI, pemerintah Indonesia dan Australia menjalin kemitraan untuk
lebih memahami dan mengatasi tantangan belajar di kelas-kelas awal pendidikan dasar,
5
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Salah satu upaya
untuk atasi tantangan pendidikan yang terus digali oleh INOVASI adalah model pengajaran
dan pembelajaran kelas rangkap atau multi-grade teaching.
6
a. Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca
inderanya terutama pengkihatan dan pendengaran
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan dasar
pengetahuan yang dimiliki.
b. Faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa, faktor ini terbagi menjadi dua yaitu faktor alam dan non sosial
(seperti keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, letak madrasah/sekolah, dan sebagainya) dan
faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental, yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung dan sarana fisik
kelas, sarana dan alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi pembelajaran.
7
Menurut Gene L Wilkinson dalam bukunya Media dalam Pembelajaran memaparkan bahwa:
Kelebihan Model PKR 221
Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan fokus
2 mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan.
Model ini bisa efektif apabila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut
tidak terlalu banyak (maksimum 25 siswa untuk masing-masing tingkatan kelas)
dengan suatu ruangan yang cukup luas.
Dengan pembelajaran terpadu model terjalan atau tema, guru bisa mengembangkan 2
mata pelajaran dengan topik yang sama atau berkaitan melalui sebuah tema yang
menarik.
Kelemahan Model PKR 221
Jika Siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas.
Jika guru menggunkan model ini, guru harus menyiapkan dua kelas pembelajaran kelas
rangkap model 221, dan memecah masing-masing dua tingkatan kelas yang akan
dicampur menjadi 2 sehingga ruangan tidak terlalu penuh, dan akan mengakibatkan
pembelajaran tidak efektif.
karena ada 2 kelas pembelajaran kelas rangkap model 221 ini, maka guru yang harus
mengelolanya pun harus dua orang guru atau dua tim guru.
8
Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini adalah
dapat meningkatkan keaktipan siswa, untuk bekerjasama denganantara tingkat kelas yang
berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan juga melatih siswa agar berani untuk bertanggung
jawab terhadap kelompok yang diembannya,dan kelemahan dari model ini yaitu tidak semua
siswa mempunyai keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada didalam diri siswa
tersebut, disamping itu tidak semua guru bisa mengembangkan kemampuan untuk mengelola
siswa yang heterogen dalam ruangan yang sama.
9
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah
munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.
Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.Penerapan aneka pen
dekatan, metode, dan teknik pemeblajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam
keseluruhan siklus proses belajar.
Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.
Di samping memiliki prinsip umum di atas, PKR memiliki prinsip khusus seperti berikut:
Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
.Kadar tinggi waktu keaktifan akademik.
Kontak psikologis guru-murid yang berkel
Lanjutan.Pemanfaatan sumber belajar yang efisien.
Belajar dari teman sebaya.
Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring
10
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang
memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan/atau
siswa-siswa yang belajar perseorangan. Bentuk mengajar ini ditandai oleh hubungan antar
pribadi yang akrab antara guru-siswa-siswa, kesempatan siswa untuk belajar sesuai minat dan
kemmapuan, adanya bantuan dari guru, serta mungkinnya keterlibatan siswa dalam
perencanaan pembelajarannya.Bagi seorang guru PKR , penguasaan keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan kegiatan
belajar mengajar karena hakikat kedua bentuk pengajaran ini hampir sama.Berbagai bentuk
pengorganisasian dapat dipergunakan oleh guru dalam menerapkan pengajaran kelompok kecil
dan perseorangan. Namun, harus diingat bahwa variasi kelas besar, kelompok kecil, dan
perseorangan harus digunakan sesuai dengan hakikat topic yang disajikan, dan kegiatan selalu
di akhiri dengan kulminasi oleh sebab itu Pembelajaran Model PKR sangat memungkinkan
untuk diterapkan sebagai solusi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajarAn dimana dalam
penerapannya mampu menjadi solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi tiap-
tiap sekolah di daerah.
B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam sekolah
tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara
terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi menyenangkan
dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan sumber belajar, murid aktif, iklim kelas
ceria, menyenangkan sehingga muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
1