Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak asasi yang harus dipenuhi kepada seluruh warga negara tanpa
kecuali. Selama ini kebanyakan masyarakat tidak sadar bahwa pendidikan adalah hak yang
harus mereka terima. Kewajiban-kewajiban pemerintah berkaitan dengan hak asasi manusia,
yang pertama yaitu available (disediakan), maksudnya ada penjaminan pendidikan tanpa biaya
dan wajib belajar bagi semua anak. Tentu saja dengan memperhatikan kebebasan orang tua
untuk memilih tempat anak bersekolah, yang kedua yaitu accessible (dijangkau),
memprioritaskan penghapusan diskriminasi sebagai mandat dari UU hak asasi manusia
internasional, kemudian acceptable (diterima), bagaimana mutu pendidikan dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran, dan yang terakhir adalah adaptable (disesuaikan) yang
menekankan pada prinsip-prinsip utama hak-hak anak, yaitu pendidikan perlu mengakomodasi
dan menyesuaikan minat utama setiap individu anak.
Berkaitan dengan kenyataan diatas maka pemerintah telah berupaya untuk mewujudkan
komitmennya dalam rangka pemenuhan hak pendidikan bagi warga negara melalui wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, sebagai wujud dari pembangunan pendidikan secara utuh
bagi seluruh warga negaranya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan
perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat. Namun masyarakat masih saja mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pemenuhan haknya dalam bidang pendidikan, terutama kesempatan mengikuti pendidikan
dasar masih tidak merata, hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, wilayah yang
terpencil, serta motivasi yang rendah menjadi faktor penghambat dalam rangka pemenuhan hak
pendidikan tersebut. Padahal Wajib belajar ini merupakan program pendidikan minimal yang
harus diikuti oleh warga negara atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pendidikan dasar sangat berperan penting untuk meletakkan dasar bagi upaya memberikan
pendidikan bagi warga negara oleh karena itu keterlaksanaannya merupakan sesuatu hal yang
wajib sifatnya. Layanan pendidikan dasar tidak hanya memenuhi kebutuhan pendidikan yang
formal saja namun juga individu yang memerlukan layanan khusus, seperti anak berkebutuhan
khusus, anak-anak yang tinggal di daerah terpencil dan anak-anak dari keluarga miskin.

Suatu kondisi yang bertolak belakang bahwa memang sekolah-sekolah yang terletak di
daerah perkotaan padat penduduk atau sekolah-sekolah favorit mempunyai jumlah siswa yang
relati stabil. Tetapi di daerah lain, beberapa sekolah di daerah terpencil memiliki jumlah siswa
di bawah ambang batas kelayakan (kurang dari 15 orang per angkatan).
Kondisi tersebut diatas merupakan fenomena baru dalam pendidikan dasar, akibatnya
banyak sekolah dasar yang kekurangan siswa. Bahkan di beberapa daerah banyak SD yang
didirikan pada tahun 1980-an pada akhirnya terpaksa harus ditutup karena tidak memenuhi
ataupun tidak ada siswanya. Fenomena ini membutuhkan kebijakan khusus dari pemerintah
karena pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi negara kepada warga
negaranya.

1
Ada dua jenis kebijakan pemerintah menghadapi fenomena ini. Kebijakan pertama
adalah melakukan regrouping sekolah, sehingga sekolah memiliki jumlah siswa sesuai
persyaratan. Akibat regrouping adalah adanya sekolah yang ditutup. Kebijakan ini dapat
berakibat negatif lebih lanjut, seperti siswa terpaksa berhenti sekolah karena lokasi sekolah
regrouping jauh, guru terpaksa pindah ke sekolah yang mungkin lebih jauh. Meskipun secara
ekonomis kebijakan regrouping berdampak positif bagi pemerintah, di beberapa daerah
ternyata mempunyai dampak negative, baik bagi guru maupun para siswa. Beberapa guru
merasa tidak merasa di rumah, di tempat yang baru. Di daerah yang berpenduduk tidak
padat,regrouping menimbulkan masalah transportasi bagi siswa yang harus pindah sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi masalah yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadikan suatu model pembelajaran untuk saat
ini?

C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan penulisan laporan yang ingin dicapai
adalahsebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pembelajaran Kelas Rangkap bisa dijadiakan model pembelajaran untuk
saat ini.

2
BAB II
ISI LAPORAN

A. Pendapat Pribadi PKR Sebagai Model Pembelajaran


Menurut Penulis di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari
ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan
perbedaan beberapa hal. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita,Misalnya dalam penyebaran
guru SD.
Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kelas rangkap. Yakni,
mampu mengatasi kekurangan guru, dari sisi siswa bisa saling berinteraksi dan memacu
motivasi, efektivitas ruangan serta keterlibatan orang tua, guru dan siswa itu sendiri dalam
proses pembelajaran,dengan kelas rangkap mampu menjawab ketersediaan guru. Karena
dengan kelas rangkap, jika normalnya membutuhkan dua guru, maka cukup satu orang guru
saja. Misalnya dalam sebuah pembelajaran butuh empat guru maka bisa dimampatkan hanya
dua guru. Dari sistem pembelajaran, dengan kelas rangkap siswa tidak hanya bertemu dengan
teman sebayanya, tetapi juga kakak kelasnya atau kakak kelasnya bertemu dengan adik
kelasnya.
Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru
wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana,
termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. Dalam
masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang
terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini. Salah
satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan
penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan
merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil
belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk
melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru diharapkan
akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien, sehingga ada
anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi. Namun, justru
disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas
guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri dan konstektual, sehingga
secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter
siswa yang positif. Kalau dikaitkan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menekannkan
pada pendekatan tematik, PKR ini tampaknya cocok diterapkan. Pembelajaran tematik
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi
sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
gintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan oleh karena itu PKR masih menjadi solusi
dan pilihan guru maupun sekolah untuk saat ini demi tercapainya tujuan pembelajaran.

3
B. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya PKR
https://www.inovasi.or.id/id/practices/bangkitkan-semangat-guru-dan-siswa-melalui-model-
pembelajaran-kelas-rangkap/

Bangkitkan Semangat Guru dan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kelas Rangkap

Facebook Twitter LinkedIn Sambung

SDN Sukapura 3 Probolinggo merupakan salah satu sekolah di lereng Gunung Bromo yang
memiliki permasalahan kekurangan guru. Dengan jumlah 51 siswa, sekolah hanya memiliki
satu guru PNS dan empat guru honorer. Sang kepala sekolah, Hadi Trilaksono, tidak bisa
berbuat banyak karena kekurangan guru menjadi masalah di wilayah-wilayah terpencil di
Kabupaten Probolinggo.

Sebelum sekolah ini menjadi sekolah mitra program INOVASI, saya amati, guru mengajar
hanya (sekadar) menggugurkan kewajiban mereka mengajar saja. Motivasi mengajar mereka
biasa saja sehingga motivasi siswa untuk belajar menjadi rendah,” ungkapnya.

Hal tersebut menyebabkan capaian belajar siswa menjadi sangat rendah. Bahkan ada beberapa
siswa yang duduk di kelas 4 dan 5, tetapi masih belum lancar membaca.

Keinginan untuk mengubah keadaan menurut Hadi sangat sulit diwujudkan. Mengajak guru
untuk mengubah cara mereka mengajar juga sulit. Di satu sisi, para guru merasa usahanya
sudah maksimal, tetapi tidak mendapatkan dukungan dari wali murid. Para guru juga
mengalami kesulitan dalam mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Siswa
cepat lelah, tidak punya gairah belajar, dan mudah menyerah.

4
Untungnya, kehadiran program rintisan kelas rangkap (multigrade teaching) yang
dikembangkan di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, sangat memberikan pencerahan pada
sekolahnya.

“Saya seperti menemukan solusinya setelah bertahun-tahun berpikir keras mengatasi


permasalahan ini,” ungkap Hadi bersemangat.

https://www.inovasi.or.id/id/news-and-press/pembelajaran-kelas-rangkap-di-pendidikan-
dasar-peluang-dan-tantangan/

Pembelajaran Kelas Rangkap di Pendidikan Dasar: Peluang dan Tantangan


Facebook Twitter LinkedIn Sambung

Badan Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud bersama program kemitraan


Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kembali menggelar forum Temu INOVASI
yang diselenggarakan dalam semangat memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh
pada tangal 2 Mei. Mengusung tema “Pembelajaran Kelas Rangkap di Pendidikan Dasar:
Peluang dan Tantangan”, forum diskusi pendidikan ini menyajikan perspektif nasional dan
daerah dengan menghadirkan narasumber yaitu guru dan tenaga kependidikan di Provinsi Jawa
Timur (Kabupaten Probolingo), Bupati Probolinggo, Wakil Bupati Sumba Timur, Direktur
Pembinaan Guru Dikdas, Ditjen GTK Kemendikbud, serta perwakilan dari program kemitraan
pemeritnah Indonesia dan Australia yaitu program TASS dan juga INOVASI.

Melalui program INOVASI, pemerintah Indonesia dan Australia menjalin kemitraan untuk
lebih memahami dan mengatasi tantangan belajar di kelas-kelas awal pendidikan dasar,

5
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Salah satu upaya
untuk atasi tantangan pendidikan yang terus digali oleh INOVASI adalah model pengajaran
dan pembelajaran kelas rangkap atau multi-grade teaching.

C. Teori Pendukung Pelaksanaan PKR


Menurut Djalil (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah
bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu ruang
kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.
Setiap siswa memiliki kemampuan dalam menyerap materi yang didapatkannya dengan
cara yang berbeda-beda. Maka sudah menjadi tugas seorang guru mampu memahami berbagai
karakteristik perbedaan individu setiap siswa. MenurutPradipto (2007) seorang guru harus
mengenal anak-anak di kelasnya secara personal. Kemampuan untuk menangkap materi
pembelajaran masing-masing anak berbeda satu dengan lainnya (bersifat individual).
Pemberian materi ajar harus disesuaikan degan kemampuan peserta didik. Seorang siswa bisa
menyelesaikan sebuah soal atau memahami materi dalam waktu yang berbeda-beda. Dari
perbedaan ini, guru bertugas membantu anak-anak yang mengalami kesulitan mengerjakan
soal ataupun memahami materi. Sehingga guru tidak bisa menyamaratakan kemampuan anak.
Guru harus bertanya kepada anak satu per satu tentang kesulitan yang mereka hadapi. Apa yang
belum dipahami anak, guru harus bisa membantu supaya mereka paham ataupun juga dengan
meminta teman-teman sebayanya untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sumar (2017) bahwa disamping profesionalisme seorang
guru, pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar, yaitu peserta didik. Beberapa faktor
yang mempengaruhi belajar peserta didik, yaitu faktor yang ada pada diri peserta didik dan
faktor yang berasal dari luar peserta didik. Faktor minat, motif, dan perhatian dari dalam peserta
didik perlu dimunculkan karena faktor inilah yang sangat menentukna keberhasilan belajar
peserta didik. Peran guru akan sangat membantu memunculkan faktor ini dengan bimbingan,
arahan dari guru, sehingga peserta didik diharapkan akan menjadi pribadi yang matang, kreatif,
inovatif, dan mandiri.
Proses pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang guru.
Untuk itu pengenalan peserta didik secara mendalam juga menjadi tugas utama seorang guru.
Guru yang akan memahami karakteristik peserta didiknya harus mengetahui berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap peserta didiknya tersebut. Ada dua faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam
diri peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik. Dalam Alisuf (2007) menejelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa secara besar terbagi menjadi dua bagian sebagai berikut.

6
a. Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca
inderanya terutama pengkihatan dan pendengaran
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan dasar
pengetahuan yang dimiliki.
b. Faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa, faktor ini terbagi menjadi dua yaitu faktor alam dan non sosial
(seperti keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, letak madrasah/sekolah, dan sebagainya) dan
faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental, yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung dan sarana fisik
kelas, sarana dan alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi pembelajaran.

Kelebihan dan Kelemahan Model PKR


Menurut Wardhani, IGK dalam bukunya Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
menjelaskan bahwa:

Kelebihan Model PKR 221


 Kegiatan pendahuluan dan penutupan masing-masing kelas dapat dilakukan
secara bersama-sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk pembelajaran.
 Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab dua kelas
melakukan pembelajaran dalam satu ruangan bersama-sama.
 Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung.
 Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindah-pindah ruangan.
 Membina persahabatan antar kelas.
 Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim kelas
yang menyenangkan.
Kelemahan Model PKR 221
 Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau dikerjakan karena
terganggu oleh aktivitas kelas lain.
 Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan
yang sama.
 Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan tanggung
jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap.

7
Menurut Gene L Wilkinson dalam bukunya Media dalam Pembelajaran memaparkan bahwa:
Kelebihan Model PKR 221
 Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan fokus
2 mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan.
 Model ini bisa efektif apabila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut
tidak terlalu banyak (maksimum 25 siswa untuk masing-masing tingkatan kelas)
dengan suatu ruangan yang cukup luas.
 Dengan pembelajaran terpadu model terjalan atau tema, guru bisa mengembangkan 2
mata pelajaran dengan topik yang sama atau berkaitan melalui sebuah tema yang
menarik.
Kelemahan Model PKR 221
 Jika Siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas.
 Jika guru menggunkan model ini, guru harus menyiapkan dua kelas pembelajaran kelas
rangkap model 221, dan memecah masing-masing dua tingkatan kelas yang akan
dicampur menjadi 2 sehingga ruangan tidak terlalu penuh, dan akan mengakibatkan
pembelajaran tidak efektif.
 karena ada 2 kelas pembelajaran kelas rangkap model 221 ini, maka guru yang harus
mengelolanya pun harus dua orang guru atau dua tim guru.

Menurut Susilowati dalam bukunya Pembelajaran Kelas Rangkap menjelaskan bahwa:


Kelebihan Model PKR 221
1. Peserta didik mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan kebiasaan bekerja
secara independen dan keterampilan belajar sendiri. kelompok diantara para siswa
yang berbeda usia dan tingkatan mempunyai kecenderungan berkembangnya etika,
kepedulian tanggung jawab kelompok.
2. Peserta didik mengembangkan sikap positif tentang saling membantu sama yang lain.
3. Para siswa yang belajar dalam kelas rangkap akan lebih berkembang dengan perpaduan
antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kooperatif, kelompok yang
beragam, tugas-tugas yang menunjang perkembangan, pendekatan tutor multiusia,
waktu yang luwes dan evaluasi yang positif.
Kelemahan Model PKR 221
 Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran
terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu
mengajar.
 Jika Siswa dalam kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas.
 Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan
yang sama.

8
Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini adalah
dapat meningkatkan keaktipan siswa, untuk bekerjasama denganantara tingkat kelas yang
berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan juga melatih siswa agar berani untuk bertanggung
jawab terhadap kelompok yang diembannya,dan kelemahan dari model ini yaitu tidak semua
siswa mempunyai keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada didalam diri siswa
tersebut, disamping itu tidak semua guru bisa mengembangkan kemampuan untuk mengelola
siswa yang heterogen dalam ruangan yang sama.

Prinsip-Prinsip yang Mendasari PKR


Prinsip-prinsip dalam PKR adalah ketentuan – ketentuan umum yang khusus memandu
dan mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola pembelajaran.
PKR seperti pembelajaran pada umum memiliki prinsip umum baik yang bersifat psikologis-
pedagogis maupun didaktik-metodik. Sedangkan yang bersifat psikologis-pedagogis adalah
yang berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan yang bersifat didaktik-metodik
adalah yang berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran. Beberapa prinsip umum
psikologis-pedagogis antara lain :
 Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku menuntut
perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal, perlakuan terhadap
siswa kelas III tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas IV. Pada
tingkat usia kelas III proses berfikir kongkrit lebih dominan, sedangkan siswa kelas IV
sudah mulai dapat berfikir abstrak.
 Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau
”motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi
instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan
motivasi siswa agar terasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi tersebut
perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan atau”
reinforcement ”.
 Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan,
sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat
dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit (concrete experience ),
pengamatan mendalam ( reflective observation ), pemikiran abstrak ( abstract
conceptualization ), dan percobaan atau penerapan secara aktif ( active experimentation
).
 Belajar dari teman seusia atau “peer group “ terutama mengenai sikap dan ketrampilan
sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
 Pencapaian dampak instructional atau ”instructional effects” dan dampak pengiring
atau ”nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang dirancang
dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.

9
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah
munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :
 Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.
 Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.Penerapan aneka pen
 dekatan, metode, dan teknik pemeblajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam
keseluruhan siklus proses belajar.
 Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.

Di samping memiliki prinsip umum di atas, PKR memiliki prinsip khusus seperti berikut:
 Keserempakan kegiatan belajar-mengajar
 .Kadar tinggi waktu keaktifan akademik.
 Kontak psikologis guru-murid yang berkel
 Lanjutan.Pemanfaatan sumber belajar yang efisien.
 Belajar dari teman sebaya.
 Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring

10
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang
memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan/atau
siswa-siswa yang belajar perseorangan. Bentuk mengajar ini ditandai oleh hubungan antar
pribadi yang akrab antara guru-siswa-siswa, kesempatan siswa untuk belajar sesuai minat dan
kemmapuan, adanya bantuan dari guru, serta mungkinnya keterlibatan siswa dalam
perencanaan pembelajarannya.Bagi seorang guru PKR , penguasaan keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan kegiatan
belajar mengajar karena hakikat kedua bentuk pengajaran ini hampir sama.Berbagai bentuk
pengorganisasian dapat dipergunakan oleh guru dalam menerapkan pengajaran kelompok kecil
dan perseorangan. Namun, harus diingat bahwa variasi kelas besar, kelompok kecil, dan
perseorangan harus digunakan sesuai dengan hakikat topic yang disajikan, dan kegiatan selalu
di akhiri dengan kulminasi oleh sebab itu Pembelajaran Model PKR sangat memungkinkan
untuk diterapkan sebagai solusi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajarAn dimana dalam
penerapannya mampu menjadi solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi tiap-
tiap sekolah di daerah.

B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam sekolah
tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara
terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi menyenangkan
dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan sumber belajar, murid aktif, iklim kelas
ceria, menyenangkan sehingga muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.

11
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, Op, Cit., Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5
https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/16/dorong-efisiensi-pembelajaran-di-
sekolah-terpencil-pemprov-jatim-jajaki-model-kelas-rangkap
https://edukasi.kompas.com/read/2019/05/16/23021341/kelas-rangkap-di-sekolah-
dasar-peluang-atau-tantangan?page=all
IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok
(Jakarta:Universitas Terbuka, 1998)
IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok
(Jakarta:Universitas Terbuka, 2012)
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:
RefikaAditama, 2012), hlm. 41
Susilowati, Pembelajaran Kelas Rangkap, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)"

12
1

Anda mungkin juga menyukai