OLEH :
WAN RINA WAHYUNI
8564
UNIVERSITAS TERBUKA
S1 PGSD
POKJAR PEKANBARU
2023
A. LATAR BELAKANG
Guru memiliki peran yang sangat vital dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun,
saat ini banyak sekolah, baik tingkat SD maupun SMP, menghadapi masalah kekurangan tenaga
pendidik. Hal ini dapat terjadi akibat pensiun atau meninggalnya para guru, serta
ketidakseimbangan antara jumlah siswa dan jumlah guru yang tersedia. Kekurangan tenaga
pendidik tersebut dapat berdampak negatif pada proses pembelajaran dan efektivitas pendidikan
di satuan pendidikan terkait.
Hal ini dapat berdampak pada penurunan kualitas pembelajaran. Guru pengganti
mungkin tidak memiliki pengetahuan yang cukup mendalam atau keterampilan pembelajaran
yang memadai
untuk menyampaikan materi dengan efektif. Akibatnya, siswa mungkin tidak mendapatkan
pemahaman yang baik dan kualitas pembelajaran menjadi terganggu. Kekurangan guru juga
dapat mengakibatkan beban kerja yang berlebihan bagi guru yang tersedia.
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah cara penitng dan tepat untuk membantu negara
mencapai target pendidikan untuk semua yang diamanatkan secara internasional dan tujuan
pembangunan millennium nasional dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas kepada
siswa yang sering kali terabaikan oleh system pendidikan karena mereka hidup dalam
masyarakat kecil, miskin dan terpencil.
Paidi dkk, (2008:3) mengemukakan bahwa konsep Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR)
sebenarnya tidak hanya dikenal di Indonesia, beberapa negara bahkan seperti di Amerika Serikat
telah menggunakan sistem PKR, khususnya untuk jenjang Sekolah Dasar. Birch, I & Lally, M.
(1995) memperkenalkan strategi PKR dalam sebuah program pada UNESCO, sebagai
multigrade teaching. Djalil (2012) dalam Maaswet, (2015: 7) menyatakan bahwa Kelas Rangkap
adalah bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang
kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang
berbeda.
Beberapa hal yang menjadi alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap diper;ukan yaitu
sebagai berikut :
1. Alasan Geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang berpindah- pindah, dan
adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap ikan, menebang kayu dan sebagainya,
mendorong penggunaan PKR.
2. Alasan Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apalagi tinggal di daerah pemukiman
yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai pendekatan pengajaran yang praktis.
3. Kurang Guru
Praktik penempatan guru SD mirip kerucut terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah
terpencil dan jumlah guru yang bersedia bertugas di daerah terpencil. Terbatasnya sarana
transportasi, alat dan media komunikasi dapat menciutkan “nyali” guru untuk bertugas di
daerah terpencil. Belum lagi harga keperluan sehari-hari yang jauh lebih mahal daripada di
daerah perkotaan, sementara besarnya gaji yang diterima tidak berbeda.
4. Terbatasnya Ruang Kelas
Di SD Ketuk Ketimpun, memang tidak diperlukan ruang kelas lebih dari satu karena jumlah
muridnya kecil. Namun, daerah lain menunjukkan walaupun jumlah muridnya cukup besar,
jumlah ruang kelas yang tersedia jauh lebih kecil daripada jumlah rombongan belajar. Salah satu
jalan untuk mengatasi masalah ini adalah menggabungkan 2 atau lebih rombongan yang diajar
oleh seorang guru, nah, tentu saja PKR diperlukan.
6. Alasan lainnya
Realita yang dihadapi seorang guru, baik ia mengajar di daerah terpencil maupun di
perkotaan adalah ia menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang
berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi di ruang dan tingkat kelas yang sama.
Maka dari itu, dilihat dari penjelesan diatas dapat disimpulkan bahwa dikarenakan kurangnya
ruang kelas di SDN 003 Bagan Batu Kota membuat pembelajaran kelas rangkap perlu
dipraktikkan di sekolah.
Pada kenyataannya praktik PKR di SDN 003 Bagan Batu Kota sangat membantu, karena
SDN 003 Bagan Batu kota yang terletak di perkotaan membuat jumlah siswa yang membludak
ataupun banyaknya jumlah siswa yang terdapat dalam 1 kelas, sehingga membuat misalnya kelas
4 menjadi 2 kelas yaitu 4a dan 4b begitu juga kelas 5 menjadi 2 kelas yaitu kelas 5a dan 5b.
Maka dari itu dapat digunakan PKR untuk melaksanakan pembelajaran saat guru kelas tidak
hadir .
Dalam penggunaan PKR, PKR yang biasa dilakukan di SDN 003 Bagan Batu Kota adalah
PKR 221 ataupun 222, dan PKR ini tidak bisa dilaksanakan sewaktu-waktu. PKR dilaksanakan
harus terjadwal dan tidak seperti mengganti kelas pada umumnya yang biasa dilakukan. Adapun
Hambatan yang biasanya terjadi adalah karena penggabungan 2 kelas, membuat kelas menjadi
lebih aktif dari biasanya dan ini memicu keributan dikelas.
C. Pemaduan Kurikulum
Pembelajaran kelas rangkap memungkinkan guru untuk lebih fleksibel dalam
menggabungkan materi dari kurikulum yang berbeda. Ini dapat membantu siswa untuk
melihat hubungan antara konsep-konsep yang mereka pelajari dalam mata pelajaran yang
berbeda.
D. Penyesuaian Individual
Meskipun siswa belajar dalam satu ruangan, guru masih bisa memberikan perhatian
individual kepada siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang tingkat kemampuan siswa, guru dapat memberikan bantuan yang lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Yasa, Made Agung, Pendekatan Inovatif Dalam Peningkatan Efisiensi Pembelajaran Kelas
Rangkap, Bali, Jurnalinovasi.org. Vol 8 No .10 Bulan Desember.
Diah, Utami Ratnasari, 2023, Pemberdayaan Guru dan Fasilitator Pembelajaran Kelas Rangkap
pada Sanggar Belajar Malaysia Berpendekatan Profil Pelajar Pancasila,Surakarta. Buletin KKN
Pendidikan, Vol.5, No.1 Juni 2023.
Rosada, Admila dkk. 2018, Menjadi guru kreatif praktik+praktik disekolah insklusif, Daerah
Istimewa Yogyakarta, PT. Kanisius