Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP DIJADIKAN

MODEL PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIGUNAKAN SAAT INI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Uji Kompetensi 3 Mata Kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap

Disusun Oleh :
Nova Aprilia Nur Salamah
857492678

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS TERBUKA
2023.2
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah proses transmisi pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan
gaya hidup masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses
pendidikan dan pelatihan. Dalam dunia pendidikan, peserta didik merupakan subyek yang
sangat penting. Karena tanpa adanya objek yang menjadi tujuan dari proses pendidikan
itu sendiri, maka proses penyampaian ilmu pengetahuan tidak mungkin terjadi. Dalam
proses belajar mengajar di kelas, siswa harus dijadikan pusat kegiatan (student-centered),
yaitu sebagai moderator. Pembelajaran harus meningkatkan potensi seluruh peserta didik
untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran ini juga digunakan
dalam pembelajaran kelas rangkap (PKR). Pembelajaran Multi Kelas (PKR) merupakan
format pembelajaran yang mengharuskan guru mengajar di satu atau lebih ruang kelas
secara bersamaan dan menangani dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Dalam hal
ini berarti guru yang mengajar di kelas yang sama dihadapkan pada siswa yang
kemampuan belajarnya berbeda (Susilowati, 2016).
Katz (Suryana: 2008) menegaskan pula bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak
hanya karena alasan-alasan letak geografis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga
guru akan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui
fasilitasi tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh karena itu, Katz
mengembangkan tiga jenis kelas rangkap dalam sebuah pembelajaran yakni: (a)
Combined Grades atau satu kelas lebih dari satu tingkatan kelas; (b) Continuous Progress
atau proses belajar mengajar melihat dari keberlanjutan pengalaman dan tingkat
perkembangan anak; (c) dan Mixed Age/ Multiage Grouping atau memaksimalkan pada
keuntungan dari berinteraksi dan bekerjasama dari berbagai umur.
Menjadi seorang guru yang mengajar dalam sekolah yang menerapkan
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) bukan hal yang mudah. Karena guru harus
menghadapi siswa yang berbeda dilihat dari segi tingkatan, umur, ataupun pengalaman
belajar dalam satu waktu yang sama sekaligus. Pembelajaran melalui kelas rangkap
bukan berarti faktor penyebab kualitas hasil belajar peserta didik yang kurang baik.
Proses pembelajaran yang berlangsung tetap terjadi seperti pembelajaran pada umumnya.
Dalam pembelajaran kelas rangkap ini, siswa tetap dapat mengembangkan segala potensi
dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya.
Untuk mencapai setiap potensi diatas, guru harus memperhatikan aspek-aspek yang
menyangkut siswa. Hal yang perlu diperhatikan oleh guru terhadap peserta didik bukan
hanya kemampuannya secara umum dalam kelompok atau tingkatan belajar, namun juga
perlu memperhatikan dari masing-masing individu peserta didik karena kemampuan
belajar setiap peserta didik yang berbeda. Dalam Suryana (2008) setiap individu peserta
didik adalah unik, masing-masing memiliki kemampuan atau tingkatan serta karakter
masing-masing. Setidaknya ada 6 perbedaan-perbedaan individu yang ada pada peserta
didik diantaranya: (a)perkembangan intelektual; (b)kemampuan berbahasa; (c)latar
belakang pengalaman; (d)gaya belajar; (e)bakat dan minat; (f)kepribadian.
Dari penjelasan di atas, maka seorang guru PKR harus mampu memahami
bagaimana perbedaan kemampuan setiap individu peserta didik bukan saja dilihat dari
kemampuan peserta didik secara umum di dalam kelas, melainkan lebih dari itu. Yaitu
seorang guru yang mampu memahami peserta didiknya secara individu atau personal.
Karenanya seorang guru PKR harus mempunyai teknik khusus mengenai cara menangani
siswa yang berbeda kemampuan terutama bagi mereka yang lambat dalam memahami
materi pada pembelajaran kelas rangkap.

B. Pendapat Pribadi PKR Sebagai Model Pembelajaran


Menurut Penulis di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari
ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan
perbedaan beberapa hal. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita. Misalnya dalam
penyebaran guru SD. Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara
merata ke segala penjuru wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru
SD secara lokal dimana-mana, termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan
guru SD sekitar 4000 orang. Dalam masalah perbedaan kualitas hasil belajar. pada
umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang
berada di daerah, terutama di daerah yang terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin
saja akan menambah adanya perbedaan ini. Salah satu upaya untuk mengatasi
kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan penerapan Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan
berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin
hal ini dikarenakan kita belum Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan
teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru
maupun calon guru diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan
efektif dan efisien, sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang
sulit untuk diatasi. Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas guru. Dalam PKR lebih banyak menuntut
siswa belajar mandiri dan kontekstual, sehingga secara tidak langsung interaksi antara
siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter siswa yang positif. Kalau
dikaitkan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menekankan pada pendekatan
tematik, PKR ini tampaknya cocok diterapkan. Pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap.
kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan oleh karena itu PKR masih
menjadi solusi dan pilihan guru maupun sekolah untuk saat ini demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

C. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya PKR


Mantan Bupati Trenggalek ini menjelaskan, model Penerapan kelas. rangkap
tersebut adalah dengan menggabungkan dua kelas berbeda menjadi satu. "Misalnya kelas
1 dan kelas 2 ditempatkan dalam satu kelas tapi gurunya ini mempunyai kemampuan
untuk mengelola perbedaan level jenjang pendidikan. Itu akan membuat kelas lebih seru
dan gurunya akan lebih efisien dalam mengajar." lanjut Suami Arumi Bachsin ini.
Penerapan model kelas rangkap tersebut, lanjut Emil sudah ada tekniknya dan sudah
dikembangkan di Jawa Timur sebagai pilot project.

Berita ke 2 Tujuan program rintisan ini untuk memperbaharui materi pelatihan


kelas rangkap, dengan berbekal pengalaman dari program sebelumnya dan untuk
meningkatkan peran pengawas, guru dan kepala sekolah dalam mendukung kegiatan
kelas rangkap. Tidak mustahil bahwa praktik pembelajaran kelas rangkap ini dapat pula
diterapkan di daerah lain, tentu dengan pembekalan yang baik agar tujuan peningkatan
mutu pembelajaran bisa tercapai. "Salah satu upaya untuk atasi tantangan pendidikan
adalah model pengajaran dan pembelajaran kelas rangkap. Kami pun telah melihat
komitmen dan dukungan positif dari pemerintah provinsi dan kabupaten dalam
mendukung pembelajaran kelas rangkap." jelas Michelle Lowe, Counsellor for Human
Development dari Kedutaan Besar Australia Jakarta
D. Terdapat beberapa teori pendukung yang mendukung
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah suatu model pembelajaran dengan
mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu
kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Penggunaan
model ini dilakukan karena faktor kekurangan tenaga guru, letak geografis yang sulit
dijangkau,jumlah siswa relatif kecil, keterbatasan ruangan,atau ketidakhadiran guru
(Swana & Dewi., 2021).
Menurut Purnawanto (2023), Guru perlu memahami ciri-ciri Individual
peserta didik ini agar dalam mengajar dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri individu itu.
Walaupun keanekaragaman peserta didik di kelas telah disadari dalam pedagogis sejak
lama, dalam proses belajaran sesuai dengan pencapaian mengajar selama ini,
perhatian terhadap kondisi itu belum maksimal. Sistem pembelajaran klasikal dengan
seorang guru menghadapi sekitar 30 siswa, kurang bisa mengakomodasi
keberagaman tersebut. Begitu pula, sistem kurikulum yang padat materi membuat
perhatian guru lebih fokus pada strategi penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
Indikator keberhasilan guru terletak pada penyelesaian target kurikulum dengan nilai
peserta didik tuntas.
Setiap siswa memiliki kemampuan dalam menyerap materi yang didapatkannya
dengan cara yang berbeda-beda. maka dari itu sudah menjadi tugas seorang guru mampu
memahami berbagai karakteristik perbedaan individu setiap siswa. Menurut Pradipto
(2007) seorang guru harus mengenal anak-anak di kelasnya secara personal. Kemampuan
untuk menangkap materi pembelajaran masing-masing anak berbeda satu dengan lainnya
(bersifat individual). Pemberian materi ajar harus disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik. Seorang siswa bisa menyelesaikan sebuah soal atau memahami materi dalam
waktu yang berbeda-beda. Dari perbedaan ini, guru bertugas membantu anak-anak yang
mengalami kesulitan mengerjakan soal ataupun memahami materi. Sehingga guru tidak
bisa menyamaratakan kemampuan anak. Guru harus bertanya kepada anak satu per satu
tentang kesulitan yang mereka hadapi. Apa yang belum dipahami anak, guru harus bisa
membantu supaya mereka paham ataupun juga dengan meminta teman-teman sebayanya
untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dewi (2015) bahwa disamping
profesionalisme seorang guru, pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar, yaitu
peserta didik. Kinerja seorang guru dikatakan baik apabila guru tersebut mampu
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kreatif dalam penyampaian
pembelajaran, mampu menunjukkan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, disiplin
dalam pekerjaan, melakukan kerjasama dengan semua warga sekolah, serta memiliki
kepribadian yang menjadi panutan bagi siswa. Menurut Sumar (2017), Beberapa faktor
yang mempengaruhi belajar peserta didik, yaitu faktor yang ada pada diri peserta didik
dan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Faktor minat, motif, dan perhatian dari
dalam peserta didik perlu dimunculkan karena faktor inilah yang sangat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Peran guru akan sangat membantu memunculkan
faktor ini dengan bimbingan, arahan dari guru, sehingga peserta didik diharapkan akan
menjadi pribadi yang matang, kreatif, inovatif, dan mandiri.
Menurut Jamil (2016), Proses pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya menjadi
tanggung jawab seorang guru. Untuk itu pengenalan peserta didik secara mendalam juga
menjadi tugas utama seorang guru. Guru yang akan memahami karakteristik peserta
didiknya harus mengetahui berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peserta didiknya
tersebut. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. yaitu
faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor
eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Lebih lanjut melihat suatu
kemungkinan adanya faktor lain yang mungkin saja terlupakan yang ikut mempengaruhi
prestasi belajar anak secara lebih spesifik. Lebih lanjut bisa saja faktor tersebut
sebenarnya justru sangat penting namun terkesan tidak begitu penting sehingga terluput
dari skala prioritas, sehingga mesin pencetak generasi muda yang berbudaya melalui
lembaga formal akhirnya gagal melahirkan produk sosial manusia siap pakai dari semua
ranah pendidikan yang seharusnya konkret untuk mampu bersaing dan berkompetisi di
dalam dan luar negeri yang semuanya tentu dimulai dari saat anak usia dini.
Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia,
banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar di
bidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi
intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.Secara implisit,
menurut Munadi dalam (Rusman, 2012) ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan
fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi
aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding
jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap
sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan
mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan
lelah.
2. Faktor Eksternal
Faktor- faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa yang ikut
mempengaruhi belajar siswa, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
a. Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai cara
mendidik orang tua terhadap siswanya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori,
apakah orang tua mendidik secara demokratis atau tidak. Dalam mendidik anak
bersosialisasi dikenal 2 teori populer yaitu represif dan partisipatoris. Represif
cenderung menempatkan keinginan orang tua menjadi penting di mana
komunikasi berjalan satu arah. Sedangkan sosialisasi partisipatoris menempatkan
keinginan anak menjadi penting. Dengan demikian komunikasi berjalan dua arah
atau seimbang. Pada represif kepatuhan anak terhadap orang tua menjadi prioritas.
b. Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran
yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi
penyebab kegagalan belajar siswa, yaitu yang menyangkut kepribadian guru,
kemampuan mengajarnya terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan siswa
memusatkan perhatiannya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan
nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Padahal
keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh atau campur tangan orang lain.
c. Faktor yang berasal dari masyarakat
Siswa tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan
sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan siswa. Pengaruh masyarakat
bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan
siswa, masyarakat juga ikut mempengaruhi.
Faktor internal dan faktor eksternal keduanya sama-sama mempengaruhi minat
belajar siswa seperti halnya yang mempengaruhi minat belajar. Keduanya sangat
mempengaruhi minat belajar siswa dan hasil yang dicapai. Oleh karena itu, untuk
mencapai minat belajar yang optimal maka diperlukan peran serta dari keduanya, agar
hasil belajar sesuai dengan tujuan dan mencapai keberhasilan (Setiawan et al., 2022).

E. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang
memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan
atau siswa-siswa yang belajar perseorangan. Bentuk mengajar ini ditandai oleh hubungan
antar pribadi yang akrab antara guru-siswa-siswa, kesempatan siswa untuk belajar sesuai
minat dan kemampuan, adanya bantuan dari guru, serta mungkinnya keterlibatan siswa
dalam perencanaan pembelajarannya. Bagi seorang guru PKR, penguasaan keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perseorangan akan sangat membantu dalam
mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar karena kedua bentuk pengajaran ini hampir
sama.Berbagai bentuk pengorganisasian dapat dipergunakan oleh guru dalam
menerapkan pengajaran kelompok kecil dan perseorangan. Namun, harus diingat bahwa
variasi kelas besar. kelompok kecil. dan perseorangan harus digunakan sesuai dengan
hakikat topik yang disajikan, dan kegiatan selalu diakhiri dengan kulminasi oleh sebab
itu. Pembelajaran model PKR sangat memungknkan untuk diterapkat scbagai solusi dan
alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana dalam penerapannya mampu menjadi
solusi hakikat atasi berbagai kendala yang dihadapi tiap.tiap sekolah di daerah.
Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud
dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Ràngkap yang ideal. PKR
yang ideal yang secara terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan
belajar menjadi menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan
sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga muncul kerja
sama dan persaingan yang sehat antara murid.

F. Daftar Referensi
Dewi, T. A. (2015). Pengaruh profesionalisme guru dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
ekonomi SMA se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1), 24-35.

Jamil, I. M. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Anak (JIPA), 1(1).

Purnawanto, A. T. (2023). Pembelajaran berdiferensiasi. Jurnal Pedagogy, 16(1), 34-54.

Pradipto, Yosef Dedy. 2007. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press

Setiawan, A., Nugroho, W., & Widyaningtyas, D. (2022). Pengaruh Minat Belajar Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 1 Gamping. TANGGAP: Jurnal Riset Dan Inovasi
Pendidikan Dasar, 2(2), 92-109.

Sumar, Wami Tune dan Intan Abdul Razak. 2017. Strategi Pembelajaran dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Soft Skill. Yogyakarta: Deepublish.

Susilowati. 2016. Bahan Ajar Pembelajaran Kelas Rangkap (Edisi Revisi). Semarang:
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Universitas Negeri Semarang
(UNNES).

Suryana, Asep. 2008. Pembelajaran Kelas Rangkap (Multigrade Teaching). PJJ PGSD.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Swana, I. P., & Dewi, N. L. M. L. K. (2021, August). Manajemen Pembelajaran Kelas


Rangkap (Multigrade Teaching) di Pasraman Nonformal. In Prosiding Seminar
Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 6, pp. 67-78).

Anda mungkin juga menyukai