Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP (PDGK4302)

LAPORAN ANALISIS PKR

UNIVERSITAS TERBUKA

Oleh
NURIATI JULY
NIM : 859892786

PROGRAM STUDI S1-PGSD POKJAR SEIBALAI


UPBJJ-UT MEDAN
2023
ISI LAPORAN ANALISIS

A. Pendapat Pribadi PKR Sebagai Model Pembelajaran


Menurut Penulis di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan terdiri dari
ribuan pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran dan permasalahan
perbedaan beberapa hal. Begitu juga dalam sistem pendidikan kita,Misalnya dalam
penyebaran guru SD.
Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kelas rangkap.
Yakni, mampu mengatasi kekurangan guru, dari sisi siswa bisa saling berinteraksi dan
memacu motivasi, efektivitas ruangan serta keterlibatan orang tua, guru dan siswa itu sendiri
dalam proses pembelajaran,dengan kelas rangkap mampu menjawab ketersediaan guru.
Karena dengan kelas rangkap, jika normalnya membutuhkan dua guru, maka cukup satu
orang guru saja. Misalnya dalam sebuah pembelajaran butuh empat guru maka bisa
dimampatkan hanya dua guru. Dari sistem pembelajaran, dengan kelas rangkap siswa tidak
hanya bertemu dengan teman sebayanya, tetapi juga kakak kelasnya atau kakak kelasnya
bertemu dengan adik kelasnya.
Sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru
wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara lokal dimana-mana,
termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. Dalam
masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh
lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berada di daerah, terutama di daerah yang
terpencil. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini. Salah
satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di beberapa SD di Indonesia adalah dengan
penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Namun demikian, mengajar dengan
merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya kurang baiknya kualitas hasil
belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk
melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru maupun calon guru
diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien,
sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang sulit untuk diatasi.
Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan yang harus
dihadapi sebagai tugas guru.
Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri dan konstektual, sehingga
secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter
siswa yang positif. Kalau dikaitkan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang
menekannkan pada pendekatan tematik, PKR ini tampaknya cocok diterapkan. Pembelajaran
tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi
dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu
integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
gintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan oleh karena itu PKR masih menjadi solusi
dan pilihan guru maupun sekolah untuk saat ini demi tercapainya tujuan pembelajaran.
B. Sumber Berita Sebagai Pendukung Diperlukannya PKR
https://www.inovasi.or.id/id/practices/bangkitkan-semangat-guru-dan-siswa-melalui-model-
pembelajaran-kelas-rangkap/

Bangkitkan Semangat Guru dan Siswa Melalui Model Pembelajaran Kelas Rangkap

Facebook Twitter LinkedIn Sambung

SDN Sukapura 3 Probolinggo merupakan salah satu sekolah di lereng Gunung Bromo yang
memiliki permasalahan kekurangan guru. Dengan jumlah 51 siswa, sekolah hanya memiliki
satu guru PNS dan empat guru honorer. Sang kepala sekolah, Hadi Trilaksono, tidak bisa
berbuat banyak karena kekurangan guru menjadi masalah di wilayah-wilayah terpencil di
Kabupaten Probolinggo.

Sebelum sekolah ini menjadi sekolah mitra program INOVASI, saya amati, guru mengajar
hanya (sekadar) menggugurkan kewajiban mereka mengajar saja. Motivasi mengajar mereka
biasa saja sehingga motivasi siswa untuk belajar menjadi rendah,” ungkapnya.

Hal tersebut menyebabkan capaian belajar siswa menjadi sangat rendah. Bahkan ada
beberapa siswa yang duduk di kelas 4 dan 5, tetapi masih belum lancar membaca.

Keinginan untuk mengubah keadaan menurut Hadi sangat sulit diwujudkan. Mengajak guru
untuk mengubah cara mereka mengajar juga sulit. Di satu sisi, para guru merasa usahanya
sudah maksimal, tetapi tidak mendapatkan dukungan dari wali murid. Para guru juga
mengalami kesulitan dalam mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Siswa
cepat lelah, tidak punya gairah belajar, dan mudah menyerah.
Untungnya, kehadiran program rintisan kelas rangkap (multigrade teaching) yang
dikembangkan di Kecamatan Sukapura, Probolinggo, sangat memberikan pencerahan pada
sekolahnya.

“Saya seperti menemukan solusinya setelah bertahun-tahun berpikir keras mengatasi


permasalahan ini,” ungkap Hadi bersemangat.

https://www.inovasi.or.id/id/news-and-press/pembelajaran-kelas-rangkap-di-pendidikan-
dasar-peluang-dan-tantangan/

Pembelajaran Kelas Rangkap di Pendidikan Dasar: Peluang dan Tantangan


Facebook Twitter LinkedIn Sambung

Badan Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud bersama program kemitraan


Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kembali menggelar forum Temu
INOVASI yang diselenggarakan dalam semangat memperingati Hari Pendidikan Nasional
yang jatuh pada tangal 2 Mei. Mengusung tema “Pembelajaran Kelas Rangkap di
Pendidikan Dasar: Peluang dan Tantangan”, forum diskusi pendidikan ini menyajikan
perspektif nasional dan daerah dengan menghadirkan narasumber yaitu guru dan tenaga
kependidikan di Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Probolingo), Bupati Probolinggo, Wakil
Bupati Sumba Timur, Direktur Pembinaan Guru Dikdas, Ditjen GTK Kemendikbud, serta
perwakilan dari program kemitraan pemeritnah Indonesia dan Australia yaitu program TASS
dan juga INOVASI.

Melalui program INOVASI, pemerintah Indonesia dan Australia menjalin kemitraan untuk
lebih memahami dan mengatasi tantangan belajar di kelas-kelas awal pendidikan dasar,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Salah satu upaya
untuk atasi tantangan pendidikan yang terus digali oleh INOVASI adalah model pengajaran
dan pembelajaran kelas rangkap atau multi-grade teaching.

C. Teori Pendukung Pelaksanaan PKR


Menurut Djalil (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah
bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda.
Setiap siswa memiliki kemampuan dalam menyerap materi yang didapatkannya
dengan cara yang berbeda-beda. Maka sudah menjadi tugas seorang guru mampu memahami
berbagai karakteristik perbedaan individu setiap siswa. MenurutPradipto (2007) seorang guru
harus mengenal anak-anak di kelasnya secara personal. Kemampuan untuk menangkap materi
pembelajaran masing-masing anak berbeda satu dengan lainnya (bersifat individual).
Pemberian materi ajar harus disesuaikan degan kemampuan peserta didik. Seorang siswa bisa
menyelesaikan sebuah soal atau memahami materi dalam waktu yang berbeda-beda. Dari
perbedaan ini, guru bertugas membantu anak-anak yang mengalami kesulitan mengerjakan
soal ataupun memahami materi. Sehingga guru tidak bisa menyamaratakan kemampuan anak.
Guru harus bertanya kepada anak satu per satu tentang kesulitan yang mereka hadapi. Apa
yang belum dipahami anak, guru harus bisa membantu supaya mereka paham ataupun juga
dengan meminta teman-teman sebayanya untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan
dalam memahami pelajaran.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sumar (2017) bahwa disamping profesionalisme
seorang guru, pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar, yaitu peserta didik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, yaitu faktor yang ada pada diri
peserta didik dan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Faktor minat, motif, dan
perhatian dari dalam peserta didik perlu dimunculkan karena faktor inilah yang sangat
menentukna keberhasilan belajar peserta didik. Peran guru akan sangat membantu
memunculkan faktor ini dengan bimbingan, arahan dari guru, sehingga peserta didik
diharapkan akan menjadi pribadi yang matang, kreatif, inovatif, dan mandiri.
Proses pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang
guru. Untuk itu pengenalan peserta didik secara mendalam juga menjadi tugas utama seorang
guru. Guru yang akan memahami karakteristik peserta didiknya harus mengetahui berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap peserta didiknya tersebut. Ada dua faktor yang
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. yaitu faktor internal atau faktor yang berasal
dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar
diri peserta didik.
Dalam Alisuf (2007) menejelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa secara besar terbagi menjadi dua bagian sebagai berikut.
a. Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca
inderanya terutama pengkihatan dan pendengaran
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan dasar
pengetahuan yang dimiliki.
b. Faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa, faktor ini terbagi menjadi dua yaitu faktor alam dan non sosial
(seperti keadaan suhu, kelembapan udara, waktu, letak madrasah/sekolah, dan sebagainya)
dan faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental, yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung dan sarana fisik
kelas, sarana dan alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi pembelajaran.

Kelebihan dan Kelemahan Model PKR


Menurut Wardhani, IGK dalam bukunya Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap
menjelaskan bahwa:

Kelebihan Model PKR 221

● Kegiatan pendahuluan dan penutupan masing-masing kelas dapat dilakukan


secara bersama-sama dalam ruangan yang akan digunakan untuk
pembelajaran.
● Tidak membuang waktu terlalu banyak dalam pembelajaran, sebab dua
kelas melakukan pembelajaran dalam satu ruangan bersama-sama.
● Guru mudah dalam melakukan pemantauan terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
● Menghemat tenaga guru karena tidak perlu berpindah-pindah ruangan.

● Membina persahabatan antar kelas.

● Guru lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar tetap tercipta iklim
kelas yang menyenangkan.
Kelemahan Model PKR 221

● Siswa tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dipelajari atau dikerjakan karena
terganggu oleh aktivitas kelas lain.
● Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan
yang sama.
● Bertambahnya pekerjaan administratif, pekerjaan akademik, pelayanan dan tanggung
jawab guru terhadap siswa karena guru mengajar kelas rangkap.
Menurut Gene L Wilkinson dalam bukunya Media dalam Pembelajaran memaparkan bahwa:
Kelebihan Model PKR 221

● Guru atau tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang berbeda, dengan
fokus 2 mata pelajaran baik yang sama atau berbeda dalam 1 ruangan.
● Model ini bisa efektif apabila jumlah siswa yang terdiri dari 2 tingkatan kelas tersebut
tidak terlalu banyak (maksimum 25 siswa untuk masing-masing tingkatan kelas)
dengan suatu ruangan yang cukup luas.
● Dengan pembelajaran terpadu model terjalan atau tema, guru bisa mengembangkan 2
mata pelajaran dengan topik yang sama atau berkaitan melalui sebuah tema yang
menarik.
Kelemahan Model PKR 221

● Jika Siswa dalam 1 kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas.
● Jika guru menggunkan model ini, guru harus menyiapkan dua kelas pembelajaran
kelas rangkap model 221, dan memecah masing-masing dua tingkatan kelas yang
akan dicampur menjadi 2 sehingga ruangan tidak terlalu penuh, dan akan
mengakibatkan pembelajaran tidak efektif.
● karena ada 2 kelas pembelajaran kelas rangkap model 221 ini, maka guru yang harus
mengelolanya pun harus dua orang guru atau dua tim guru.

Menurut Susilowati dalam bukunya Pembelajaran Kelas Rangkap menjelaskan bahwa:


Kelebihan Model PKR 221
1. Peserta didik mempunyai kecenderungan untuk mengembangkan kebiasaan bekerja
secara independen dan keterampilan belajar sendiri. kelompok diantara para siswa
yang berbeda usia dan tingkatan mempunyai kecenderungan berkembangnya etika,
kepedulian tanggung jawab kelompok.
2. Peserta didik mengembangkan sikap positif tentang saling membantu sama yang lain.
3. Para siswa yang belajar dalam kelas rangkap akan lebih berkembang dengan
perpaduan antara strategi pembelajaran kelas rangkap, pembelajaran kooperatif,
kelompok yang beragam, tugas-tugas yang menunjang perkembangan, pendekatan
tutor multiusia, waktu yang luwes dan evaluasi yang positif.
Kelemahan Model PKR 221

● Keterbatasan berbagai sumber belajar untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran


terutama yang berupa buku-buku teks, bahan belajar yang lainnya dan alat bantu
mengajar.
● Jika Siswa dalam kelas jumlahnya lebih dari 25 siswa maka kelas PKR harus dibagi
menjadi 2 kelas.
● Tidak semua guru memiliki kemampuan mengelola siswa heterogen dalam ruangan
yang sama.
Dari uraian di atas model ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini adalah
dapat meningkatkan keaktipan siswa, untuk bekerjasama denganantara tingkat kelas yang
berbeda dalam satu ruangan yang sama, dan juga melatih siswa agar berani untuk
bertanggung jawab terhadap kelompok yang diembannya,dan kelemahan dari model ini yaitu
tidak semua siswa mempunyai keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada didalam
diri siswa tersebut, disamping itu tidak semua guru bisa mengembangkan kemampuan untuk
mengelola siswa yang heterogen dalam ruangan yang sama.

Prinsip-Prinsip yang Mendasari PKR


Prinsip-prinsip dalam PKR adalah ketentuan – ketentuan umum yang khusus
memandu dan mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola
pembelajaran. PKR seperti pembelajaran pada umum memiliki prinsip umum baik yang
bersifat psikologis- pedagogis maupun didaktik-metodik. Sedangkan yang bersifat psikologis-
pedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan yang bersifat
didaktik-metodik adalah yang berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran.
Beberapa prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain :

● Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilaku


menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misal, perlakuan
terhadap siswa kelas III tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas
IV. Pada tingkat usia kelas III proses berfikir kongkrit lebih dominan, sedangkan
siswa kelas IV sudah mulai dapat berfikir abstrak.
● Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari diri siswa atau
”motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi
instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan
motivasi siswa agar terasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh , motivasi
tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan
atau” reinforcement ”.
● Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan,
sikap dan ketrampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat
dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit (concrete experience ),
pengamatan mendalam ( reflective observation ), pemikiran abstrak ( abstract
conceptualization ), dan percobaan atau penerapan secara aktif ( active
experimentation
).
● Belajar dari teman seusia atau “peer group “ terutama mengenai sikap dan
ketrampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja
dirancang.
● Pencapaian dampak instructional atau ”instructional effects” dan dampak pengiring
atau ”nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang dirancang
dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah
munculnya prinsip didaktik-metodik sebagai berikut :

● Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.

● Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan,


memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.Penerapan aneka pen
● dekatan, metode, dan teknik pemeblajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam
keseluruhan siklus proses belajar.
● Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.

Di samping memiliki prinsip umum di atas, PKR memiliki prinsip khusus seperti berikut:
● Keserempakan kegiatan belajar-mengajar

● .Kadar tinggi waktu keaktifan akademik.

● Kontak psikologis guru-murid yang berkel

● Lanjutan.Pemanfaatan sumber belajar yang efisien.

● Belajar dari teman sebaya.

● Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang
memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan/atau
siswa-siswa yang belajar perseorangan. Bentuk mengajar ini ditandai oleh hubungan antar
pribadi yang akrab antara guru-siswa-siswa, kesempatan siswa untuk belajar sesuai minat dan
kemmapuan, adanya bantuan dari guru, serta mungkinnya keterlibatan siswa dalam
perencanaan pembelajarannya.Bagi seorang guru PKR , penguasaan keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perseorangan akan sangat membantu dalam mengorganisasikan kegiatan
belajar mengajar karena hakikat kedua bentuk pengajaran ini hampir sama.Berbagai bentuk
pengorganisasian dapat dipergunakan oleh guru dalam menerapkan pengajaran kelompok
kecil dan perseorangan. Namun, harus diingat bahwa variasi kelas besar, kelompok kecil, dan
perseorangan harus digunakan sesuai dengan hakikat topic yang disajikan, dan kegiatan selalu
di akhiri dengan kulminasi oleh sebab itu Pembelajaran Model PKR sangat memungkinkan
untuk diterapkan sebagai solusi dan alat untuk mencapai tujuan pembelajarAn dimana dalam
penerapannya mampu menjadi solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi tiap-
tiap sekolah di daerah.

B. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam sekolah
tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara
terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi
menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan sumber belajar, murid
aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga muncul kerja sama dan persaingan yang
sehat antar murid.
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, Op, Cit., Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 5
https://surabaya.tribunnews.com/2019/09/16/dorong-efisiensi-pembelajaran-di-
sekolah-terpencil-pemprov-jatim-jajaki-model-kelas-rangkap
https://edukasi.kompas.com/read/2019/05/16/23021341/kelas-rangkap-di-sekolah-
dasar-peluang-atau-tantangan?page=all
IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok
(Jakarta:Universitas Terbuka, 1998)
IGK. AK. Wardhani, Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap, Materi Pokok
(Jakarta:Universitas Terbuka, 2012)
Nanang Hanfiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:
RefikaAditama, 2012), hlm. 41
Susilowati, Pembelajaran Kelas Rangkap, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001)"

Dari "Laporan analisis PKR_Ni Wayan Revina Oktariani

Anda mungkin juga menyukai