Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SESI 7

UJI KOMPETENSI PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

NAMA : Karnada
NIM : 857121071
KELAS :C
SEMESTER : 2022.3
POKJAR : TAMBELANG – BEKASI

Laporan analisis yang berisi hasil analisis yang dilakukan Saya selaku mahasiswa jika Pembelajaran
Kelas Rangkap dijadikan model pembelajaran yang dapat digunakan saat ini. Laporan tersebut dibuat
dengan ketentuan sebagai beriku

1. Pendapat pribadi saya selaku pengamat


Bahwa PKR sebagai model pembelajaran salah satu upaya untuk atasi kekurangan guru beberapa
SD di Indonesia adalah terapan pembelajaran kelas rangkap PKR namun demikian mengajar
dengan merangkap kelas bukan berarti lupakan penyebab terjadinya kurang baik kualitas hasil
belajar mungkin hal dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR
pemahaman yang baik tentang TKR guru maupun calon guru diharapkan akan mampu
melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien sehingga ada anggapan bahwa PKR
merupakan suatu masalah yang sulit diatasi namun justru disadari bahwa PKR adalah suatu
tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi bagai tugas guru
Selain dari pada itu sistem pendidikan kita belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke
segala penjuru wilayah di tanah air akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD di berbagai wilayah
termasuk di Papua masih mengalami masalah kekurangan guru SD sekitar 4000 orang. dalam
masalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada umumnya murid SD di kota-kota besar jauh lebih
baik dibandingkan dengan mereka yang ada di daerah-daerah terpencil. Akibatnya kekurangan guru
Mungkin saja akan menambah adanya perbedaan ini salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan
guru di beberapa sekolah SD di Indonesia adalah dengan menerapkan pembelajaran kelas rangkap
(PKR), namun mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab terjadinya
kurang baiknya kualitas hasil belajar. Hal ini dikarenakan kita belum menemukan teknik yang tepat
untuk melakukan PKR, pemahaman yang baik tentang PKR oleh guru diharapkan akan mampu
melaksanakan pembelajaran PKR dengan efektif dan efisien. PKR adalah suatu tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi sebagai tugas seorang guru. Dalam PKR lebih banyak menuntut
Siswa belajar mandiri dan kontekstual, sehingga secara tidak langsung interaksi antar siswa yang
baik dan insentif akan membentuk karakter siswa yang positif, jika dikaitkan dengan implementasi
kurikulum 2013 yang menekankan pada pendekatan tematik, PKR sangat cocok diterapkan.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran integrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal yaitu integrasi sikap,
kemampuan atau keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran.

2. Sumber berita yang mendukung cetak atau elektronik

Kekurangan Guru, 116 SDN


Terapkan Multigrade
2 Juni 2021

1506

Probolinggo (WartaBromo) – Ratusan sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Probolinggo


alami kekurangan tenaga pendidik atau guru. Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat pun,
menyiasati dengan menerapkan kelas rangkap atau multigrade.

Data yang dihimpun wartabromo.com, di Kabupaten Probolinggo ada 534 lembaga SDN. Sebanyak
116 lembaga di antaranya menerapkan multigrade. Di sisi tenaga pendidik atau guru, ada sekitar
4.800 yang mengajar di ratusan lembaga pendidikan tersebut. Dengan tenaga guru ASN sekitar
2.500 orang dan GTT sekitar 2.300 orang.
“Lembaga yang menerapkan pembelajaran mutligrade karena kekurangan guru di sekolah itu. Juga
karena jumlah siswa kurang dari 60 anak didik. Yang menerapkan multigrade, contohnya siswa
kelas I dan II digabung jadi satu kelas dan diajar oleh satu guru,” sebut Kabid Pembinaan SD Dinas
Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, Sri Agus pada Rabu, 2 Juni 2021

Kelas Rangkap, Mengatasi Kekurangan Guru


Author by Danu BhirawaPosted on 13/11/2019

Kepala SD terima sosialisasi sekolah multigrade. [wiwit agus pribadi]


Dispendik Sosialisasi Sekolah Multigrade Bagi Kasek SD
Probolingggo, Bhirawa
Upaya pengembangan kelas layanan khusus, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten
Probolinggo memberikan sosialisasi sekolah multigrade bagi Kepala Sekolah Dasar (SD) di
Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, sekaligus kelas rangkap atau multigrade
mengatasi kekurangan guru, khususnya di daerah terpencil.
Kegiatan ini diikuti 91 orang Kepala Sekolah Dasar dan 91 orang guru SD yang tersebar di seluruh
Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi dari Tim Inovasi Provinsi
Jawa Timur dan Fasda Kabupaten Probolinggo. Puluhan Kepala dan guru SD ini memperoleh
materi kebijakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, growth mindset, pemahaman
multigrade, menyusun RTL, kunjungan mandiri ke sekolah multigrade serta menulis refleksi.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina melalui Kepala Bidang Pembinaan SD, Sri
Agus Indariyati, Rabu (13/11) mengatakan, sosialisasi sekolah multigrade bagi kepala SD ini
bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran kelas
rangkap (multigrade reaching).
“Selain itu, untuk menindaklanjuti arahan Ibu Bupati dan Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Probolinggo, untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran kelas
rangkap (multigrade teaching), serta meningkatkan kompetensi para guru,” katanya.
Menurut Sri Agus Indariyati, dasar hukum kegiatan ini Peraturan Bupati (Perbup) Probolinggo
Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Sekolah Multigrade. Dengan adanya sekolah multigrade ini
diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan guru yang ada di Kabupaten Probolinggo. ”Sekolah
multigrade ini merupakan solusi lain selain melakukan merger sekolah di Kabupaten
Probolinggo,” paparnya.
Lebih lanjut, di contohkannya, Kecamatan Sukapura adalah salah satu wilayah di Kabupaten
Probolinggo yang terkenal sebagai destinasi wisata dunia. Di kecamatan inilah maskot wisata
Provinsi Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo, menjulang indah. Tidak mudah untuk mencapai lokasi
kecamatan ini. Letak geografis yang berada di Pegunungan Tengger membuat beberapa tempat
di wilayah ini memiliki tingkat kesulitan akses yang cukup menantang. Kondisi inilah yang
menyebabkan beberapa sekolah hanya memiliki jumlah siswa kurang dari 55 anak, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6.
Data jumlah peserta didik sekolah dasar di Kecamatan Sukapura (2018) tercatat, dari 21 sekolah
dasar yang tersebar di empat gugus, terdapat delapan sekolah yang memiliki jumlah peserta
didik antara 42 sampai dengan 52 anak. Hanya satu gugus yang jumlah siswanya mencapai di
atas 55 orang anak per sekolahnya, yaitu Gugus 04 yang terdiri atas SDN Pakel I, SDN Pakel II,
SDN Kedasih I, dan SDN Kedasih II yang memiliki jumlah peserta didik antara 80 hingga 111
anak per sekolahnya.
“Berdasarkan kondisi ini, Inovasi berkerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo
membentuk Gugus Multigrade, atau Gugus Kelas Rangkap bagi sekolah dasar di Kecamatan
Sukapura yang jumlah peserta didiknya kurang dari 55 anak per sekolah. Sekolah dengan kelas
rangkap ini mempunyai kelas yang muridnya terdiri atas siswa dengan tingkat kelas, usia, dan
kemampuan yang berbeda dalam satu kelas,” jelas Sri Agus.
Kelas yang digabungkan disesuaikan dengan tema yang memang bisa digabungkan. Menurut
Suyitno, Pengawas Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, sebelum melaksanakan
multigrade/kelas rangkap, guru harus melakukan bedah kurikulum untuk menentukan tema yang
bisa digabungkan dalam satu kelas, tetapi dengan beban materi yang berbeda.
Contoh konkretnya, gugus dengan jumlah peserta didik kurang dari 55 anak per sekolah akan
menerapkan kelas rangkap. Caranya, dengan menggabungkan dua kelas atau lebih yang
berurutan menjadi satu kelas, misalnya kelas 1 dan kelas 2. Setelah bergabung dalam kelas yang
sama, mereka akan mendapat pembelajaran tematik.
Meskipun tema yang diberikan sama, misalnya Masyarakat Lokal, namun masing-masing
kelompok siswa akan mendapatkan kegiatan yang berbeda. Dengan cara ini, hasil atau sasaran
pembelajaran yang didapatkan oleh siswa tetap sesuai dengan tingkatan kompetensinya masing-
masing.
Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo menyambut baik program Gugus Multigrade ini. Mereka
berharap, program ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memaksimalkan potensi
setempat, baik potensi guru, siswa, maupun sarana prasarana.
“Jika Gugus Multigrade di Kecamatan Sukapura ini berhasil, maka akan dijadikan model
pelaksanaan multigrade di seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo yang memiliki jumlah
peserta didik kurang dari 50 anak,” tadasnya.
Sejak tahun 2018, Kabupaten Probolinggo diberikan kepercayaan menjalankan Program Inovasi
Multigrade atau Pembelajaran kelas rangkap, dan Kecamatan Sukapura di jadikan Pilot Projects,
ada delapan lembaga sekolah yang mendapat kesempatan melaksanakan Program Inovasi
Multigrade.
Program Inovasi Multigrade ini menjawab tantangan yang selama ini dihadapi dunia pendidikan
di Indonesia, tantangan itu diantaranya kekurangan tenaga pengajar, sedikitnya jumlah murid,
dan tingginya anggaran yang diserap, sehingga inovasi multigrade diharapkan bisa mengatasi
tantangan itu. Inovasi Multigrade dinilai mampu menjawab tantangan yang saat ini di hadapi dan
sudah dikaji Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan nantinya akan dijadikan Program
Nasional.
Koordinator Program Inovasi Multigrade, Suyitno, yang sudah melanglang buana ke daerah-
daerah di Indonesia, hanya untuk pengembangan Program Inovasi Multigrade di Kabupaten
Probolinggo Khususnya di kecamatan Sukapura, dengan rasa bangga menyampaikan kalau
sekolah disekitar kawasan Wisata Bromo yang menjalankan Program Inovasi Multigrade
perkembangannya sangat pesat, hal ini karena dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan
dari Bupati Probolinggo, Kepala Diknas beserta jajarannya, pengawas, guru-gurunya dan wali
murid.
Suyitno juga menjelaskan, dengan Inovasi Multigrade ini lebih efektif, karena dengan jumlah
murid sedikit dan dua kelas di gabung jadi satu akan menumbuhkan mindset, atau pola pikir
yang sangat luar biasa, kepercayaan diri murid dan guru serta wali murid akan terbangun.
Walaupun masih berjalan hampir satu tahun proses dan hasilnya sudah bisa dilihat dan dirasakan,
terbukti siswa dalam satu kelas yang jumlahnya sedikit sebelumnya mungkin merasa tertekan
akan menjadi lebih bergairah.
Sedangkan tantangan yang dihadapi pada program inovasi Multigrade ini adalah SDM, ketika
menghadapi masalah yang harus dilakukan mencari sulosi yang tepat, dan solusinya adalah
Multigrade yang tentunya tidak mengurangi Kualitas pembelajaran di sekolah.
“Di negara lain Multigrade ini sangat dicari oleh orang tua murid, tetapi di Indonesia sosialisasinya
belum begitu gencar, namun diharapkan tahun depan akan segera terealisasi di seluruh
kabupaten Probolinggo,” tambah Suyitno.

3. Teori Pendukung yang pelaksanaan PKR


a. Menurut Djalil (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kelas rangkap ( PKR ) adalah bentuk
pembelajaran yang memasyarakatkan secara seorang guru mengajar dalam suatu ruang kelas
atau lebih dalam saat yang sama dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
b. Menurut Pradipto (2007) seorang guru harus mengenal anak-anaknya di kelas secara personal.
kemampuan untuk materi pembelajaran masing-masing anak berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya atau bersifat individual. Pemberian materi ajar harus disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik seorang siswa bisa menyelesaikan sebuah soal atau memahami
materi di dalam waktu yang berbeda-beda dari perbedaan ini guru bertugas membantu anak-
anak yang mengalami kesulitan mengerjakan soal atau memahami materi.
c. Menurut (Franklin, 1967) Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan
sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas,
di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa.
d. Menurut Elkind (1987), bahwa istilah multigrade di mana kelas yang berbentuk seperti itu akan
berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada
suatu waktu.
e. Menurut Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana
para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun, membuat
hubungan antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat.

4. Penjelasan pendapat dari teori dari tokoh PKR di atas pada no. 3
Bahwa dalam penjabarannya diantara para tokoh tersebut yaitu:
a. (Djalil 2012) pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna seorang guru mengajar
dalam suatu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang
berbeda-beda setiap Siswa memiliki kemampuan dalam menyerap materi yang didapatkan
dengan cara yang berbeda-beda maka sudah menjadi tugas seorang guru mampu memahami
berbagai karakteristik perbedaan individu setiap siswa.
b. (Pradipto 2007) sehingga guru tidak bisa menyamaratakan kemampuan anak guru harus
bertanya kepada guru harus bisa membantu agar mereka Paham ataupun juga dengan
meminta teman-teman sebayanya untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran hal yang sama juga disampaikan oleh Sumar 2017 bahwa disamping
profesionalisme seorang guru pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar yaitu
peserta didik beberapa faktor mempengaruhi peserta didik yaitu faktor yang ada pada diri
peserta didik dan faktor yang berasal dari luar peserta didik faktor minat dan perhatian dari
peserta didik perlu dimunculkan karena faktor inilah yang menentukan keberhasilan belajar
peserta didik peran guru akan sangat membantu memunculkan faktor ini dengan bimbingan
arahan dari guru Sehingga peserta didik diharapkan akan menjadi pribadi kreatif dan inovatif
proses pembelajaran di dalam kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab seorang guru untuk
pengenalan didik secara mendalam juga menjadi tugas utama seorang guru guru yang akan
memahami karakteristik peserta didiknya harus mengetahui berbagai Faktor yang berpengaruh
terhadap peserta didiknya tersebut ada 2 Faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam peserta didik itu sendiri
dan yang kedua faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri peserta didik dalam
Alishaf (2007) menjelaskan faktor-faktor proses dan hasil belajar siswa secara besar terbagi
menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal
c. (Franklin 1967) bahwa istilah multigrade di mana kelas yang berbentuk seperti itu akan berisi
para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu
waktu. Para siswa di kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan
kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan
tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau pembelajaran
kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan administrasi dan ekonomi.
d. (Elkind 1987) Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah daerah terpencil di Indonesia
banyak guru yang merangkap kelas karena memang tidak ada tenaga guru bukan karena tujuan
atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek
pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja dicampur karena kepentingan
tujuan pendidikan yang diinginkan.
e. Yates 2000 Mereka mempunyai rasa percaya, rasa aman, dan enak satu dengan yang lain,
sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, karena
model pembelajaran kelas rangkap seperti itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam satu kelas
dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal istilah naik kelas atau
tinggal kelas.

5. Kesimpulan atas analisis yang dapat saya simpulkan


Mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah bentuk mengajar yang memungkinkan guru
dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil dan siswa siswa yang belajar
perseorangan bentuk mengajar ini ditandai oleh hubungan antar pribadi yang akrab antara guru dan
siswa kesempatan siswa untuk belajar sesuai minat dan kemampuannya adanya bantuan dari guru
serta mungkinnya keterlibatan siswa dalam perencanaan pembelajaran bagi seorang guru PKR
penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan akan sangat membantu
dalam mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar karena hakikat dua pembelajaran ini hampir
sama berbagai bentuk organisasi yang dapat digulung dipergunakan oleh guru dalam menerapkan
pengajaran kelompok kecil dan perseorangan namun harus diingat bahwa variasi kelas besar
kelompok dan perseorangan harus digunakan sesuai dengan hakikat topik yang disajikan.

6. Sumber referensi dari hasil teori


- Aria Djalil, dkk. 2012 Pembelajaran Kelas Rangkap Jakarta: Universitas Terbuka
- Pradipto, Yosep, Dedy. 2007. Belajar sejati Versus Kurikulum Nasional Jogjakarta : Kanisius
- IGK. AK. Wardani. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap Materi Pokok (Jakarta: Universitas
Terbuka !998)
- https://www.asikbelajar.com/pendapat-ahli-hakikat-kelas-rangkap
- https://www.wartabromo.com/2021/06/02/kekurangan-guru-116-sdn-terapkan-multigrade/
- https://www.harianbhirawa.co.id/kelas-rangkap-mengatasi-kekurangan-guru/

Anda mungkin juga menyukai