Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang
berbeda.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau
guru kelas bisa terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada halangan yang
menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu
melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin saja
akan menghambat pelaksanaan tugas pembelajaran dan hak siswa dalam menuntut
ilmu di SDN Negororejo I.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak bisa dihindarkan.
Untuk memenuhi hak siswa mendapatkan pembelajaran yang semestinya.
Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan mendapatkan pemahaman
bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus dihadapai
sebagai tugas guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang
harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan yang
tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di kelas rangkap.
Dalam laporan ini akan dibahas dari teori mengenai PKR dengan pelaksanaan
PKR di lapangan. Meskipun tidak berada di daerah terpencil ternyata pelaksanaan
PKR masih dibutuhkan. Kita akan melihat bagaimana pelaksanaan PKR pada
daerah perkotaan yang ternyata kondisi sekolahnya masih bagus.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN Negororejo I
Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan
PKR?
3. Kendala apa yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di
SDN Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo?
4. Bagaimanakah sarana dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan
pembelajaran kelas rangkap?
5. Bagaimanakah penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN
Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo?
6. Bagaimana model dan prinsip apa dalam pengelolaan kelas di SDN
Ngororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari laporan observasi ini
adalah:
1. Menjelaskan mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN
Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadikan suatu sekolah dapat
menjalankan PKR.
3. Mengetahui proses pembelajaran serta kendala apa yang dapat terjadi pada
proses PKR.
4. Untuk mengetahui sarana dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan
pembelajaran kelas rangkap.
5. Untuk mengetahui penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN
Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo.
6. Untuk mengetahui model dan prinsip dalam pengelolaan kelas di SDN
Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo.

D. Manfaat Penulisan
Kegiatan observasi memberi manfaat bagi mahasiswa PGSD sebagai bekal untuk
mengajar di SD dan memberi pengalaman serta pengetahuan tentang keadaan
lingkungan sekolah dasar yang meemiliki beberapa keterbatasan dalam
pembelajaran. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan
dan pengalaman yang pada akhirnya dapat menjadi tenaga profesional yang
mampu mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada observasi di SDN Negororejo I Kecamatan Lumbang
Kabupaten Probolinggo dilakukan dengan menggunakan teknik nontes yaitu
observasi dan wawancara.
1. Observasi ( pengamatan )
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah
laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama
indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b. Direncanakan secara sistematis.
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan.
d. Perlu diperiksa ketelitiannya.

2. Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui
komunikasi langsung dengan responden atau orang yang diminta informasi.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap


Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur
beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan
pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran
kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara
terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu
berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang
berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa,
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-
siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda.

2. Alasan Diadakannya Kelas Rangkap


Beberapa hala yang mendasari yang mejadi alasan mengapa pembelajaran kelas
rangkap (PKR) diperlukan, yaitu sebagai berikut.
a. Alasan Geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang berpindah-
pindah dan adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap ikan, menebang
kayu dan sebagainya, mendorong penggunaan PKR. Saat itu (1995), demam
mencari emas sedang memanas di Kalimantan Tengah. Di desa karombang
misalnya, diantara penambang mas tradisional ada yang memboyong anak-
anaknya yang sudah berumur seusia anak SD. Di antaranya bahkan ada yang
sudah duduk di SD. Dengan kondisi ini, sekolah dengan satu guru (one-school
teacher) adalah solusinya.
b. Alasan Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apa lagi tinggal di daerah
pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai pendekatan pembelajaran
yang praktis..
c. Kekurangan Guru
Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru
yang dengan suka cita mengajar di daerah terpencil. Praktik penempatan guru SD
mirip kerucut terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah terpencil dan jumlah guru
yang tersedia bertugas di daerah terpencil. Terbatasnya sarana transportasi, alat
dan media komunikasi dapat menciutkan nyali guru untuk bertugas di daerah
terpencil. Belum lagi harga keperluan sehari-hari yang jauh lebih mahal daripada
di daerah perkotaan, sementara besarnya gaji yang diterima tidak berbeda.
Ditambah dengan tanggal gajian yang lambat dan tidak teratur, dan terbatasnya
peluang untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan lanjutan, serta
pengembangan karier maka lengkaplah sudah minat guru untuk mengadu nasib di
daerah terpencil.
d. Terbatasnya ruang kelas
Walau jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang kelas yang tersedia jauh lebih
kecil daripada rombongan belajar. Salah satu jalan untuk mengarasi masalah ini
adalah menggabungkan dua atau lebih rombongan yang diajar oleh seorang guru,
dan tentu saja PKR diperlukan.
e. Kehadiran guru
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi SD daerah terpencil, di kota besar pun juga
berlaku. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat guru untuk datang
mengajar. Guru yang tidak kena musibah atau beruntung karena berumah dekat
sekolah, harus mengajar kelas yang tidak ada gurunya.
3. Tujuan, Fungsi, Dan Manfaat PKR
Adapun tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut :
1. Quantity dan Equity
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita untuk
memenuhi asas quantity (jumlah) dan equity (pemerataan). Dengan jumlah guru
yang kita miliki saat ini, kita dapat memberikan pelayanan pendidikan dan
pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar
jumlahnya, disamping itu kita mampu memberikan layanan yang lebih adil dan
merata.
2. Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya
pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses
pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruang atau beberapa
ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis
biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih
kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan
pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, kecil, dan
terpencil sekalipun.
3. Pedagogis
Sudah seringkali bahwa pendidikan kita di kritik sebagai sistem yang belum
mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan kita dinilai
kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan mudah menyerah. Pengalaman
sejumlah negara yang mempraktikkan PKR menunjukkan bahwa, strategi ini
mampu meningkatkan kemandirian murid. Apabila Anda mempelajari lebih lanjut
pembahasan unit-unit dalam PKR, maka Anda akan menyimak bahwa seorang
guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4. Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah
dijangkau oleh anak. Dengan demikian kekawatiran orang tua terhadap
keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebabkan
anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus
sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada saat murid pergi atau
pulang sekolah.
4. Fenomena Penerapan PKR
5. Karakteristik dan Model Pengelolaan PKR yang ideal
Ada beberapa ciri PKR dikatakan sebagai suatu pembelajaran yang ideal misalnya
:
a. Kelas tampak hidup, siswa tampak lebih ceria.
b. Proses belajar berlangsung serempak, apalagi siswa yang berbeda tingkat
kelas ada dalam satu ruang.
c. Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber
belajar.
d. Siswa aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak.
e. Adanya asas kooperatif-kompetitif, siswa bersemangat mengerjakan tugas.
f. Belajar sambil bermain.
g. Ada berhatian khusus bagi siswa yang lambat dan yang cepat.
h. Guru menggunakan berbagai seumber belajar.
i. Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat
kelas atau lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang
bersamaan.
j. Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan siswa.
Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang
memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan keterlibatan siswa, perlu
pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola kelas mencakup
kemampuan guru untuk :

Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal


Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk
mendorong siswa melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh siswa
untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi
tersebut guru sebaiknya terampil dalam:
1) Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya
interaksi belajar mengajar.
2) Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun
verbal. Bicara dengan jelas sehingga semua siswa mendengar, arahkan pandangan
ke semua siswa.
3) Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa-siswa
memahami tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan
belajarmengajar.
4) Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku
menyimpang dari siswa.
5) Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai
dengan keperluan dan situasi secara wajar.
Mengendalikan kondisi belajar yang optimal
Bila ada siswa yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi
harus dikendalikan. Hakikat belajar adalah perubahan, maka bila Anda melihat
adanya perilaku menyimpang harus segera Anda ubah menjadi perilaku yang baik.
Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2) Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3) Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku
menyimpang.

Model Pembelajaran Kelas Rangkap


Beberapa model yang sering digunakan dalam PKR adalah sebagai berikut :
a. Model PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata pelajaran, Satu Ruangan.
b. Model PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan.
c. Model PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan.

6. Prinsip yang Mendasari PKR


PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut:
a. Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan.
Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi
secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus
bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum atau kebutuhan siswa dan dikelola dengan benar. Dengan
demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan siswa hanya untuk mengisi
kekosongan saja , maka bukan PKR yang diharapkan.
b. Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR berlangsung, siswa aktif menghayati pengalaman belajar yang
bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang
karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama,
pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu.
Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.
c. Kontak Psikologis guru dan siswa yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua siswa
merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampu
melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas
atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan siswa
bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru
harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang
tepat.
Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan
penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan
pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan
penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan
sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas
atau menegur siswa.
d. Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang
tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang
bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru
PKR. Demikian dengan orang dan waktu. Siswa yang pandai dapat dimanfaatkan
sebagai tutor. Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA
yang berkadar tinggi.
e. Membiasakan siswa untuk mandiri
Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan
terbiasa mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan
guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA
menjadi semakin tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Tempat Observasi
Observator melakukan kegiatan observasi di SDN Negororejo I Kecamatan
Lumbang Kabupaten Probolinggo.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN Negororejo I Kecamatan Lumbang
Kabupaten Probolinggo
Alamat : Desa Negororejo, Negororejo, Kec. Lumbang, Kab.
Probolinggo, Jawa Timur
Didirikan : 1 Januari 1910
Status Tanah dan Bangunan : Milik Pemerintah
Kode Pos : 67255

B. Waktu Observasi
Kegiatan observasi di SDN Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten
Probolinggo dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Maret 2023, mulai pukul
08.00 s.d. selesai.

C. Objek Observasi
Obsevator mengobservasi dengan objek dua orang, yaitu kepala sekolah SDN
Negoroejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo dan salah satu guru
SDN Negororejo I Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo. Berikut ini
merupakan identitas:
Indentitas:
Nama : Sujak, S.Pd, M.M
Jabatan : Kepala Sekolah SDN Negororejo I
NIP : 19690830 199304 1 001

Nama : Lusianah,S.Pd.SD
Jabatan : Guru Kelas 1 dan 2 SDN Negororejo I
D. Aspek yang di observasi
1. Alasan pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
2. Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran.
3. Upaya yang sudah dilakukan untuk menangani kendala-kendala yang
dihadapi.
4. Faktor penyebab di laksanakannya pembelajaran kelas rangkap.

E. Hasil Observasi
SDN Negororejo I berlokasi di Kecamatan Lumbang, Kabupaten
Probolinggo. Terdapat 5 ruangan kelas di SDN Negororejo I yang digunakan.
Kelas yang diampu 6 kelas dengan 5 orang guru kelas, 1 guru PAI dan 1 orang
kepala sekolah. Rata-rata siswa dari masing-masing kelas ialah 10 anak. 3 orang
guru serta kepala sekolah sudah tercatat sebagai PNS, 1 orang guru sudah tercapat
sebagai P3K dan hanya 3 guru tercatat sebagai guru tidak tetap (GTT). Di SDN
Negororejo I pembuatan RPP mengacu pada BSNP.
Kepala Sekolah SDN Negororejo I ialah Bapak Sujak, S.Pd, M.M.
Menurutn beliau, di SDN Negororejo I menerapkan pembelajaran kelas rangkap
mulai tahun 2015 karena ada beberapa guru yang dimutasi dan belum ada
pengganti maka Kelas 1 dan Kelas 2 di rangkap. Kemudian, apabila ada guru yang
tidak hadir maka RPP telah direncanakan lebih dahulu agar pada proses
pembelajaran tidak terjadi kekacauan, dan bagi guru yang merangkap tinggal
menjalankan proses pembelajaran.
Untuk mendukung proses pembelajaran, guru menggunakan alat peraga.
Karena keterbatasan, guru hanya dapat menggunakan alat peraga yang berupa
gambar-gambar saja. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode tanya
jawab, ceramah, observasi, klasikal, cerita, dan bermain. Sumber belajar yang
digunakan SDN Negororejo I berasal dari buku materi pelajaran dan lingkungan
alam sekitar.
Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah anak mampu menguasai
seluruh standar kompetensi. Akan tetapi pada kenyataannya kurang dari 80% dari
tujuan pembelajaran masih belum tercapai dan masih perlu dilakukan evaluasi.
Bentuk evaluasi yang sudah dilaksanakan berupa tes lisan, tertulis, dan penugasan.
F. Analisis Data
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan
mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam
satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu.
Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas
digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru
tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas
yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang
mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa,
seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-
siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat 5 kelas yang di pakai untuk 6
rombongan belajar dan diampu oleh 5 orang guru maka dilakukan pembelajaran
kelas rangkap pada Kelas 1 dan Kelas 2. Pembelajaran yang dilakukan pada Kelas
1 dan Kelas 2 menggunakan model pembelajaran kelas rangkap 221 dimana
terdapat 2 kelas, 2 mata pelajaran dan dalam 1 ruangan. SDN Negororejo I juga
melakukan perangkapan kelas ketika terdapat guru yang tidak hadir. Bagi guru
yang tidak hadir, maka harus membuat RPP terlebih dahulu untuk guru yang akan
merangkap kelas yang akan ditinggal. Sehingga guru yang akan merangkap kelas
tinggal menjalankan RPP yang telah direncanakan. Jadi meskipun guru mengajar
dua kelas yang dirangkap, RPP yang dibuat tetap dipisah.
Perangkapan kelas ini terkadang juga menimbulkan masalah bagi guru dan
orang tua peserta didik. Bagi guru, memfokuskan konsentrasi pada materi yang
sedang diajarkan untuk siswa dengan tingkatan kelas yang berbeda sulit untuk
dilakukan serta pembelajaran yang dilakukan kurang kondusit yang akan
berpengaruh pada konsemtrasi siswa dalam menerima pembelajaran di Kelas.
Perangkapan kelas pun juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua
peserta didik. Mereka berpikir bahwa dengan perangkapan kelas ini fokus guru
menjadi terpecah dan dapat mengabaikan beberapa siswa. Sudah menjadi
kewajiban bagi guru untuk mengayomi orang tua peserta didik untuk menjelaskan
sistem pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran kelas rangkap ini dilakukan
juga dikarenakan faktor kekurangan guru dan kurangnya ruang kelas yang
tersedia.
Jadi, dalam hal ini pemerintah juga harus berperan dalam peningkatan
kualitas pembelajaran bukan hanya di daerah kota saja tetapi juga hingga daerah
terpencil seperti SDN Negororejo I . Dengan keterbatasan, mereka harus dapat
memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi masyarakat sekitar.
Pembelajaran Kelas Rangkap seharusnya disosialisasikan pada setiap sekolah
terutama sekolah yang memiliki keterbatasan.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang
mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana
dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Dalam menerapakannya guru
harus menggunakan beberapa model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan di SDN Negororejo I belum
berlangsung dengan baik serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap.Kemudian apabila ada Guru yang tidak hadir maka
Guru Pengganti tersebut hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa
menjelaskan pembelajaran. Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran.

4.2. Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan
terwujud dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang
ideal. PKR yang ideal yang secara terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR
akan menyebabkan belajar menjadi menyenangkan dan menantang, guru menjadi
kreatif memanfaatkan sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria,
menyenangkan sehingga muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar
murid.

Anda mungkin juga menyukai