I. Pemerataan Pendidikan
Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan telah dinyatakan di
dalam Undang – Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dengan
pengajaran di sekolah. Pada Bab XI, pasal 17 berbunyi : “ Tiap-tiap warga negara RI
mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-
syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu terpenuhi”
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, pasal 10
Ayat 1, menyatakan : “ Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang
berumur 8 tahun diwajibkan belajar disekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya”
a. Cara Konvensional
Membangun gedung sekolah seperti SD Inpers atau ruangan belajar
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift ( pagi dan sore ).
b. Cara Inovatif
Sistem pamong atau inpact system ( pendidikan oleh masyarakat, orang tua,
dan guru ). Sistem tersebut dirintis di Solo dan diseminasikan ke beberapa
provinsi.
SD kecil pada daerah terpencil
Sistem guru kunjung
SMP terbuka
Kejar paket A dan B
Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka
Contohnya :Seorang siswa tidak di terima atau tidak di izinkan untuk sekolah di luar daerah,
hanya boleh sekolah di sekitar daerah tersebut. Tetapi sekarang sudah diatasi oleh
pemerintah siapapun dan dimanapun setiap orang boleh sekolah asalkan dia mampu
bersaing.
Contohnya : Seorang anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menegah atas
karena keterbatasan daya tampung sekolah dan sekolah ini hanya satu-satunya di daerah
tersebut.
Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, srana belajar yang kurang
memadai, dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan. Guru-guru tentunya
punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Banyak
orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana.
Kecuali guru – guru lama yang sudah mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain
berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai
pelajaran yang mereka ajarkan. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin
terpuruknya pendidikan, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi
penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-
benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak
belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya antara lain kondisi sekolah
yang memprihatinkan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :
a. Faktor internal
Seleksi yang ketat terhadap calon yang akan masuk sekolah lanjutan atau
tempat kerja.
Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui
latihan, penataran, seminar dan lain-lain.
Peyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami
perubahan
Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar
Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratorium secara tepat gun.
Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian
kenegaraan.
Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh pemilik ke tiap sekolah.
V. Efektivitas Pendidikan
Pendidikan dikatakan efektif ( ideal ) ialah apabila hasil yang dicapai sesuai dengan
rencana atau program yang dibuat sebelumnya ( tepat guna ). Bila rencana mengajar yang
dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat dosen sebelum mengajar atau memberi kuliah
terlaksana secara utuh dengan sempura, maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatakan
efektif. Sempurna meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan,
strategi dan evaluasi. Dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak
terlaksana dengan sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan
semua, strategi belajar mengajar tidak tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai rencana.
Masalah efektivitas pendidikan juga berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan
dengan hasil pendidikan, artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang
diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu,
yaitu berupa kualifikasi iedeal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun
belum menunjukkan kemampuan karakteristik sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan
berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik
untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian pendidikan baik guru maupun dosen dituntut
untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar materi pembelajaran yang
diajarkan tersebut dapat berguna. Untuk meningkatkan efektivitas pendidikan, yaitu dengan
menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sebelum kegiatan pembelajaran
dilakukan.
Contohnya : Guru mengajarkan materi pembelajaran dengan trik atau teknik tertentu dalam
mengelola kelas agar pembelajaran dapat berjalan se efektif mungkin. Agar penyampaian
materi dapat di serap oleh peserta didik.
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika
peserta didik memasuki dunia kerja. Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan
melalui cara-cara sebagai berikut :
Contohnya : Banyaknya lulusan SMK maupun Sarjana yang masih menganggur karena
tidak dapat atau tidak mampu maupun tidak siap untuk bekerja.
Permasalahan pokok yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu dan merupakan
masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan itu sendiri (masalah intern). Jika kita analisis
lebih jauh, maka permasalahan tersebut sesungguhnya berkaitan langsung/tidak dengan
perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Perkembangan di luar
(exteren) tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
pendidikan.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan Di
Indonesia. Faktor utama yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan
diantaranya adalah :
Perkembangan IPTEK
Laju pertumbuhan penduduk
Aspirasi masyarakat
Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Bagian ini akan
memaparkan pengaruh faktor-faktor tersebut serta penangulangannya.
a. Pengaruh IPTEK
IP (Ilmu Pengetahuan)
Berkembangnya IP (Science), apakah bidang sosial, ekonomi, hukum,
pertanian dan sebagainya jelas akan membawa masalah dalam bidang
pendidikan misalnya saja, materi / bahan pengajran yang terdapat dalam
kurikulum sudah harus diubah / disesuaikan.
TEK (Teknologi)
Perkembangan teknologi, misalnya teknologi baru yang digunakan dalam
suatu proses produksi akan menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru.
Persyaratan kerja, kebutuhan tenaga kerja, sistem pelayanan dan lain-
lain akan serba baru. Perkembangan seperti ini akan menimbulkan
masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada mungkin tidak sesuai
lagi dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu ditanggulangi.
S (Seni)
Aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk
manusia Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus
kesenian dapat mengembangkan domain / aspek afektif dari peserta
didik. Duni seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan semakin
mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan seperti ini,
sudah barang tentu akan menimbulkan masalah baru dalam bidang
pendidikan. Jika seni dikembangkan melalui sistem pendidikan, maka
permasalahan baru akan muncul antara lain ketersediaan sarana dan
prasarana serta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan (seperti
sekolah).
b. Laju Pertumbuhan Penduduk
c. Aspirasi Masyarakat