Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL

”DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL”

"Makalah Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Muatan Lokal"

Dosen Pengampu :

Dr. Deasylina Da Ary, S.Pd., M.Sn.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Dyah Ayu Ihza Yunita (1401420004) (01)


2. Erma Fatmawati (1401420094) (08)
3. Intan Nurkhaliza (1401420181) (18)
4. Luthfi Tsaniyyati (1401420254) (27)

ROMBEL D 2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Desain Muatan Lokal” ini sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan
Lokal.

Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan.
Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari
sebelumya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu atas bimbingan,
dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini sebagai tugas awal semester mata kuliah Pengembangan
Kurikulum Muatan Lokal tepat pada waktunya.

Pada dasarnya makalah ini kami sajikan untuk membahas tentang hakikat
profesionalisme dan guru. Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini. Semoga
makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang “ Desain Muatan Lokal”
kepada kita semua.

Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, seperti halnya “Tak ada gading yang
tak retak.” Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk
memperbaiki makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

Semarang, 21 Februari 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Desain Kurikulum Muatan Lokal.............................................................. 3

2.2 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ............................ 5

2.3 Pembelajaran dalam Kurikulum Muatan Lokal .......................................................... 7

2.4 Pengembangan Silabus dalam Kurikulum Muatan Lokal ......................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 18

3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 18

3.2 Saran .......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan muatan lokal dapat tercantum dalam intrakurikuler, misalnya mata pelajaran
kesenian dan keterampilan, bahasa daerah dan Inggris, sedangkan bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara ekstrakurikuler bahan dikembangkan dari pola kehidupan di
lingkungannya. Bahan muatan lokal bersifat mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka
peran guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam muatan lokal sangat
menentukan. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran muatan
lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan adanya keanekaragaman budaya di Indonesia.
Sekolah sebagai tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari
masyarakat.
Oleh karena itu, program pendidikan sekolah harus memberikan wawasan yang
luas kepada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang
seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut,
sehingga perlu disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal. Mata pelajaran
muatan lokal menjembatani antara kebutuhan keluarga dan masyarakat dengan tujuan
pendidikan nasional, mata pelajaran ini juga memberikan peluang kepada peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Oleh karena itu, mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal,
keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan
lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan
dasar sebagai bekal dalam kehidupan (life skill), sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengertian dari desain kurikulum muatan lokal?
2. Bagaimanakah penjelasan dari komponen-komponen pengembangan kurikulum
muatan lokal?
3. Bagaimanakah bentuk desain pembelajaran dalam kurikulum muatan lokal?
4. Bagaimanakah pengembangan silabus dalam kurikulum muatan lokal?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari desain kurikulum muatan lokal.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen pengembangan kurikulum muatan lokal.
3. Untuk mengetahui bentuk disain pembelajaran dalam kurikulum muatan lokal.
4. Untuk mengetahui pengembangan silabus dalam kurikulum muatan lokal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desain Kurikulum Muatan Lokal


Konsep dari desain kurikulum berfokus pada cara kurikulum tersebut dibentuk,
terutama penyusunan yang aktual dari bagian rencana kurikulum. Istilah desain kurikulum
menunjuk pada penyusunan bagian-bagian kurikulum ke dalam pokok persoalan yang
sesungguhnya yang pemilihan desainnya dipengaruhi oleh pendekatan kurikulum dan
orientasi folosofinya.
Bagian ini terkadang disebut komponen elemen. Yang termasuk desain kurikulum antara
lain:
a) Tujuan
b) Pokok permasalahan
c) Pembelajaran pengalaman
d) Penilaian pendekatan
Inti dari komponen yang diorganisasikan dalam rencana kurikulum merupakan
pengertian kurikulum desain. Meskipun kebanyakan rencana kurikulum di dalamnya
terdapat empat elemen di atas, kebanyakan dari rencana kurikulum tersebut tidak memiliki
bobot yang sama.
Pengertian desain kurikulum menurut beberapa ahli:
1. Menurut Longstreet (1993)
Desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang berpusat pada
pengetahuan (the knowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur
disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek
akademis yang penekanannya diarahkan untuk pengembangan itelektual siswa.
2. Menurut McNeil (1990)
Desain kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau
pengembangan kemampuan berfikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan
melakukan proses penelitian ilmiah.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan
mengembangkan proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir untuk
pengembangan intelektual siswa. Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata

3
pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi
kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan
mengajarnya. Sementara dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan
berdasarkan urutan tingkat kesukaran, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan
yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya
dikenal tiga desain kurikulum, yaitu:
1. Subject centered design, yaitu kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan
diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata pelajaran
tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Kurikulum ini disebut juga separated subject
curriculum. Subject centered design, berkembang dari konsep pendidikan klasik yang
menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya
mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar
atau subjectmatter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic
curriculum
2. Learner centered design, desain ini memberi tempat utama kepada peserta didik. Di
mana dalam pendidikan yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri.
Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong
dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Learner centered
design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan
perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat,
kebutuhan dan tujuan peserta didik.
3. Problem centered design, desain ini berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered design yang
mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, problem centered design
menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat
Konsep pendidikan para pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi
bahwa manusia sebagai mkahluk sosial yang selalu hidup bersama. Dalam kehidupan,
manusia menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula, di

4
mana mereka berinteraksi dan bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah sosial
yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
2.2 Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Komponen-komponen pengembangan kurikulum muatan lokal meliputi:
2.2.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai berikut.
a. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu
yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial
ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu
yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan
hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat yang disesuaikan dengan arah
perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah
tersebut adalah seperti kebutuhan untuk:
a) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
b) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah.
c) Meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan
untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata.
d) Kemampuan berwirausaha.
b. Lingkup isi jenis muatan lokal.
Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa
Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal
yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
2.2.2 Prinsip Pengembangan
Pengembangan muatan lokal untuk SD/MI SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK
perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut.
a. Utuh, berarti pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan
pendidikan berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup.
b. Kontekstual, berarti pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan
berdasarkan budaya, potensi, dan masalah daerah.

5
c. Terpadu, berarti pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan
pendidikan, termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri.
d. Apresiatif, berarti hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk
pertunjukkan, lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan
dan daerah.
e. Fleksibel, berarti jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik
satuan pendidikan.
f. Pendidikan Sepanjang Hayat, berarti pendidikan muatan lokal tidak hanya
berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk
belajar secara terus-menerus.
g. Manfaat, berarrti pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan
dan mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global.
2.2.3 Strategi Pengembangan Muatan Lokal
Terdapat dua strategi dalam pengembangan muatan lokal, yaitu:
a. Dari bawah ke atas (bottom up)
Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat dibangun secara bertahap
tumbuh di dan dari satuan-satuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa satuan
pendidikan diberi kewenangan untuk menentukan jenis muatan lokal sesuai
dengan hasil analisis konteks. Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti
dengan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan identifikasi kebutuhan
dan/atau ketersediaan sumber daya pendukung. Jenis muatan lokal yang sudah
diselenggarakan satuan pendidikan kemudian dianalisis untuk mencari dan
menentukan bahan kajian umum/besarannya.
b. Dari atas ke bawah (top down)
Pada tahap ini, pemerintah daerah sudah memiliki bahan kajian muatan
lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan satuan
pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal dapat menganalisis core
and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content
umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah dapat merumuskan
rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis
muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya.

6
2.3 Pembelajaran dalam Kurikulum Muatan Lokal
2.3.1 Mekanisme Pengembangan dan Pelaksanaan
A. Tahapan Pengembangan Muatan Lokal
Muatan lokal dikembangkan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum.
Identifikasi konteks kurikulum meliputi analisis ciri khas, potensi,
keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan tuntutan daerah. Metode
identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim.
2. Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik),
kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi). pendidikan lingkungan,
dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).
a. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai
sosial, dan artifak- artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat
lokal.
b. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup
pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan
kecakapannya.
c. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran
muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik,
mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan
potensi lingkungan.
d. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional,
lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat
menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai
kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai
dengan dengan keadaan dan kebutuhan satuan pendidikan. Penentuan bahan
kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
a) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik
b) Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan
c) Tersedianya sarana dan prasarana

7
d) Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa
e) Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
f) Kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan
g) Karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah
h) Komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi,
keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan)
i) Mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti
j) Menyusun silabus muatan lokal.
B. Rambu-Rambu Pengembangan Muatan Lokal
Berikut ini rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengembangan muatan
lokal:
1. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran
muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan
pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan
yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan
kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya.
Beberapa satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu
mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang kurikulum
daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LPMP) di provinsinya.
2. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang
mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan
sosial peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta
didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena
itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah
(PR).
3. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan
peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat
secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan
sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan
kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencema
informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan pengajaran perlu

8
disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: (1) bertitik tolak dari hal-hal
konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum
diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru: (4) dari yang
mudah sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan
kajian/pelajaran diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat
karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Bahan kajian pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru
dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara
sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar. guru diharapkan dapat
mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi
di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah
kebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia
usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru
diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan
peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik,
maupun sosial.
5. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti
mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna
kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu
tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas I sampai dengan
kelas VI, atau dari kelas VII sampai dengan kelas IX, atau dari kelas X
sampai dengan kelas XII. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan
diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu
tahun ajaran.
6. Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu
memperhatikan jumlah hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran
muatan lokal pada setiap semester.
C. Langkah Pelaksanaan Muatan Lokal
Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan pendidikan muatan lokal di satuan
pendidikan:
1. Muatan lokal diajarkan pada setiap jenjang kelas mulai dari tingkat pra satuan
pendidikan hingga satuan pendidikan menengah. Khusus pada jenjang pra
satuan pendidikan, muatan lokal tidak berbentuk sebagai mata pelajaran.

9
2. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan
kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan
diri. 3. Alokasi waktu adalah 2 jam minggu jika muatan lokal berupa mata
pelajaran khusus muatan lokal.
3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun.
4. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif,
psikomotor, dan action).
5. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk,
dan portofolio.
6. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal.
7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik
satuan pendidikan.
8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal
dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain.
D. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu
dan penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan
pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan
mengenai muatan lokal, guru, sarana dan prasarana, dan manajemen sekolah.
1. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat,
provinsi. kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan
dalam hal:
a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;
b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lain-
lain).
c. penentuan jenis muatan lokal pada level kabupaten/kota/provinsi sebagai
muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu
adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan
sosial, rawan bencana, dan lain-lain.
2. Guru

10
Guru yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang
memiliki:
a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan;
b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan
c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu. Guru muatan lokal dapat
berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat.
tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan
sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama
dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain.
4. Manajemen Sekolah
Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah:
a. Menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara
khusus untuk muatan lokal.
b. Menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran umum dan muatan lokal khususnya.
c. Mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender
akademik satuan pendidikan.
2.3.2 Pihak yang Terlibat
Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan dan pengelolaan muatan lokal,
antara lain:
1. Satuan pendidikan
Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah/madrasah secara bersama-sama
mengembangkan materi/ substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi di sekitarnya.
2. Pemerintah provinsi
Gubernur dan dinas pendidikan provinsi melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah (SMA dan SMK).
3. Kantor Wilayah Kementerian Agama
Melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
menengah (MA dan MAK).
4. Pemerintah Kabupaten/Kota

11
Bupati walikota dan dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan koordinasi dan
supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD dan SMP).
5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
Melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan
dasar (MI dan MTS).

2.4 Pengembangan Silabus dalam Kurikulum Muatan Lokal


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Langkah-langkah dalam pengembangan silabus antara lain:

1. Mengkaji dan Menentukan Standar Kompetensi


2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar.
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kompetensi
5. Merumuskan Indikator Pencapaian
6. Menentukan Jenis Penilaian
7. Menentukan Alokasi Waktu
8. Menentukan Sumber Belajar.
Menurut E. Mulyasa (2009) terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengembangan silabus,antara lain:
1. Ilmiah, artinya keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa,
3. Sistematis, artinya komponen-komponen silabus saling berhubungan secar fungsional
dalam mencapai kompetensi,
4. Relevansi, konsistensi dan kecukupan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik, dan adanya hubungan yang
konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok.
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian:

12
5. Memadai, artinya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar,
6. Aktual dan konstekstual, artinya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Efisien
8. Fleksibel, artinya keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
9. Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotor).

SILABUS MUATAN LOKAL RINEKA BUDAYA SUNDA (RBS)


KABUPATEN BANDUNG BARAT
JENJANG SEKOLAH DASAR
Nama Sekolah : SDN Nusa Indah
Mata Pelajaran : Mulok Rineka Budaya Sunda
Kelas / Semester : IV / 1
Tahun Pelajaean : 2019/2020
Alokasi Waktu :

Kompetensi Kompetensi Indikator Bahan Ajar Alokasi Sumber


Inti Dasar Waktu Belajar
1.Memahami 1.1 Mengetahui • Mengetahui bentuk Wangun Buku mulok
bentuk dan bentuk dan jenis karawitan sekar Pindangan Seni rineka
jenis sekar karawitan sunda, • Mengetahui bentuk Karawitan budaya
pada seperti : sekar, karawitan gending Sunda : sunda untuk
karawitan gending, dan • Mengetahui bentuk • Karinding SD kelas 4,
sunda di sekar gending karawitan sekar celempung, geger
Kabupaten gending calung, dan sunten 2019
Bandung sawer
Barat • Ringkasan
materi

13
• Tugas
(panen)
1.2 Menjelaskan • Menjelaskan
bentuk dan jenis bentuk
karawitan : sekar, karawitan sekar
gending, dan • Menjelaskan
sekar gending bentuk karawitan
gending
• Menjelaskan
bentuk karawitan
sekar gending
2.Memahami 2.1 Mengetahui • Mengetahui jenis • Kakawiha
jenis sekar jenis karawitan karawitan urang n urang
pada urang lembur lembur sekar bebas lembur
karawitan sekar bebas, sekar • Mengetahui jenis • Ringkasa
sunda di hapalan, sekar karawitan urang n materi
Kabupaten tiruan gerak, sekar lembur sekar • Tugas
Bandung sambil berbaris, hapalan (panen)
Barat sekar dan waditra • Mengetahui jenis
sederhana serta karawitan urang
sekar korelasi lembur sekar
tiruan gerak
• Mengetahui jenis
karawitan urang
lembur sekar
sambil berbaris
• Mengetahui jenis
karawitan urang
lembur sekar dan
waditra sederhana
• Mengetahui jenis
karawitan urang

14
lembur sekar
korelasi

2.2 Menjelaskan • Menjelaskan


jenis karawitan jenis karawitan
urang lembur urang lembur
sekar bebas, sekar sekar bebas
hapalan, sekar • Menjelaskan
tiruan gerak, sekar jenis karawitan
sambil berbaris, urang lembur
sekar dan waditra sekar hapalan
sederhana serta • Menjelaskan
sekar korelasi jenis karawitan
urang lembur
sekar tiruan
gerak
• Menjelaskan
jenis karawitan
urang lembur
sekar sambil
berbaris
• Menjelaskan
jenis karawitan
urang lembur
sekar dan
waditra
sederhana
• Menjelaskan
jenis karawitan
urang lembur
sekar korelasi

15
3.Memahami 3.1 Mengetahui • Mengetahui bentuk • Pindangan Video
bentuk dan bentuk dan jenis sekar bebas wirama • Wangun pembelajara
jenis sekar sekar pada • Mengetahui bentuk sekar bebas n
bebas karawitan sunda tata tertib menyanyi wirama Waditra
wirahmu • Sekar pendukung
pada bebas (kecapi,
karawitan wirama suling)
sunda dan tata • Tata cara
tertib cara midangkeu
menyanyi n sekar
3.2 Menjelaskan • Mengetahui
bentuk dan jenis bentuk sekar
sekar pada bebas wirama
karawitan sunda • Menyanyikan
lagu sekar bebas
wirama
• Mengetahui tata
tertib menyanyi
4.Memahami 4.1 Mengetahui • Mengetahui Karawitan
bentuk dan waditra perkusi waditra perkusi gending :
jenis sekar sederhana dan sederhana • Pidang
pada bernada • Mengetahui an
karawitan waditra bernada • Pedara
sunda di n
Kabupaten • Tatabe
Bandung uhan
Barat • Ringka
san
materi
• Waditr
a (alat
musik)

16
4.2 Menyebutkan • Menyebutkan
waditra pekusi waditra perkusi
sederhana dan sederhana
bernada • Menyebutkan
waditra bernada
5.Memahami 5.1 Mengetahui • Menghargai jenis • Pidangan CD/DVD/re
bentuk dan jenis-jenis ksesnian di • Pedaran kaman
jenis sekar kesenian dan Bandung Barat • Fungsi pembelajara
pada fungsi penyajian dengan karya seni n
karawitan di seni karawitan di wisata, menonton karawitan
Kabupaten Kabupaten pagelaran, dll • Pengajen
Bandung Bandung Barat • Memahami fungsi karya seni
Barat penyajian seni karawitan
karawitan
5.2 Menjelaskan Menjelaskan jenis
jenis-jenis ksesnian di Bandung
kesenian dan Barat dengan karya
fungsi penyajian wisata, menonton
seni karawitan di pagelaran, dll
Kabupaten
Bandung Barat

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan
pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk
menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan. Komponen utama dari desain pembelajaran yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran muatan lokal antara lain: Pembelajar, tujuan
pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi pembelajaran, bahan ajar, dan penilaian
belajar.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran
tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Menurut E. Mulyasa (2009)
terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan silabus, antara
lain: ilmiah, memperhatikan perkembangan siswa, sistematis, relevansi, memadai, aktual
dan konstekstual, efisien, fleksibel, menyeluruh.

3.2 Saran
Kami berharap makalah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal yang berjudul
“Desain Kurikulum Muatan Lokal” ini dapat bermanfaat, serta menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca. Namun, terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami terbuka atas kritik dan
saran dari pembaca demi kemajuan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Masdiono. 2019. Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar. BADA’A: JURNAL


PENDIDIKAN DASAR

Kukuh Bayu Prabowo dan Kukuh Bayu Prabowo. 2016. Pengembangan Silabus Berbasis
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Dasar Sistem Komputer Di Smk Negeri 1
Driyorejo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 829
– 835.

Supriatna, Dadang dan Mulyadi, Mochamad. 2009. Konsep Dasar Desain Pembelajaran.
Bahan ajar untuk Diklat E-Training. PPPPTK TK dan PLB. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak Kanak dan
Pendidikan Luar Biasa.

Nasrin. 2018. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pengembangan Silabus Dan RPP dengan
Pendekatan Kooperatif. Jurnal Global Edukasi. 5 (1): 565-572.

Nasir, Muhammad. 2013. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Konteks


Pendidikan Islam Di Madrasah. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika 10, no. 1.

Dewi Zainul Alfi dan M. Yunus Abu Bakar. 2021. Studi Kebijakan tentang Kurikulum
Pengembangan Muatan Lokal. Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam.

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI
KURIKULUM.

19

Anda mungkin juga menyukai