Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH

DI SEKOLAH ISLAM TERPADU SALMAN AL FARISI YOGYAKARTA

Moh. Khairudin dan Susiwi


FT Universitas Negeri Yogyakarta dan SIT Salman Al Farisi
email: khaerudin@uny.ac.id

Abstrak: Penanaman pendidikan karakter sejak dini merupakan harga paling mahal yang perlu
dibayar oleh orang tua pada anaknya. Semua karakter yang melekat pada masa anak-anak akan
menjadi karakter dan budaya yang kuat dalam sanubari anak. Sekolah Islam Terpadu (SIT) Salman Al
Farisi Yogyakarta sebagai salah satu entitas masyarakat menyelenggarakan pendidikan dasar. Metode
yang dikembangkan dalam pendidikan karakter adalah melalui penumbuhan budaya sekolah. SIT
Salman Al Farisi Yogyakarta melakukan penumbuhan budaya sekolah untuk mendapatkan hasil
belajar pada aspek budaya yang memuaskan stakeholder. Nilai budaya yang menjadi trade mark SIT
Salman Al Farisi Yogyakarta adalah integratif, produktif, kreatif dan inovatif, qudwah hasanah,
kooperatif, ukhuwah, rawat, resik, rapi dan sehat, dan berorientasi mutu. Nilai budaya tersebut telah
dituangkan dalam prosedur pelaksanaan sampai dengan petunjuk pelaksanaannya. Hal ini menjadi-
kan SIT Salman Al Farisi siap mengimplementasikan nilai-nilai budaya tersebut pada semua warga
sekolah dan orang tua siswa.

Kata Kunci: budaya sekolah, Islam terpadu, pendidikan karakter

CHARACTER EDUCATION THROUGH SCHOOL CULTURE DEVELOPMENT


IN INTEGRATED ISLAMIC SCHOOL SALMAN AL FARISI YOGYAKARTA

Abstract: Planting early character education is the most expensive price to be paid by parents on their
children. All characters are attached to childhood will be a strong character and culture of the children
bosom. Integrated Islamic School (SIT) Salman Al Farisi Yogyakarta is one of the public entities that is
conducting basic educations. The methods are developed in character education through the growth
of the school cultures for students. SIT Salman Al Farisi Yogyakarta has done school cultures growth
for obtaining learning outcomes on the cultural aspects that satisfy stakeholders. Cultural values that
a trade mark of SIT Salman Al Farisi Yogyakarta are integrative productive, creative and inovative,
examples of good behaviours, cooperative, brotherhood,careness, clean, neat and health, and quality
oriented. Cultural values have been set forth in the form of implementing procedures until
implementation guide. It makes SIT Salman Al Farisi ready to implement cultural values on all
participants of the school and parents.

Keywords: school culture, character, education, integrated

PENDAHULUAN hidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasio-


Penanaman karakter atau akhlak yang nal ini untuk mengembangkan potensi pe-
diselenggarakan Sekolah Islam Terpadu serta didik agar menjadi manusia yang ber-
(SIT) Salman Al Farisi Yogyakarta sebagai- iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
mana termaktub dalam UU No 20 Tahun Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
pada Bab 2 Pasal 3 menyatakan bahwa negara yang demokratis serta bertanggung
fungsi pendidikan nasional adalah mengem- jawab (Gunansyah, 2010). Berdasarkan pada
bangkan kemampuan dan membentuk ka- fungsi dan tujuan pendidikan nasional, da-
rakter serta peradaban bangsa yang ber- pat ditegaskan bahwa pendidikan di setiap
martabat dalam rangka mencerdaskan ke- jenjang sudah seharusnya diselenggarakan

77
78

secara sistematis guna mencapai tujuan jadi warga negara yang demokratis serta
yang dicanangkan. Hal ini berkaitan de- vertanggung jawab. Untuk mencapai tuju-
ngan pembentukan karakter peserta didik an pendidikan nasional tersebut, pengem-
sehingga mampu bersaing, beretika, ber- bangan kurikulum di sekolah mengacu ke-
moral, sopan santun dan berinteraksi de- pada standar nasional pendidikan yang
ngan masyarakat (Marzuki, 2012). terdiri dari standar isi, proses, kompetensi
Pengembangan komfortabilitas pendi- lulusan, tenaga kependidikan, sarana para-
dikan nasional Indonesia dan dalam rangka sarana, pengelolaan, pembiayaan, dan pe-
pengembangan soft-skill serta karakter be- nilaian pendidikan yang dapat ditingkat-
berapa tahun terakhir ini dilakukan lewat kan secara berencana dan berkala.
pengembangan kurikulum. Perkembangan Desentralisasi pengelolaan pendidik-
itu di antaranya Kurikulum Berbasis Kom- an yang diharapkan dapat memenuhi ke-
petensi (KBK) tahun 2004. Selanjutnya, di- butuhan dan kondisi daerah yang perlu
kembangkan Kurikulum Tingkat Satuan segera dilaksanakan. Di antara wujud de-
Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Secara eks- sentralisasi pendidikan adalah diberikan-
plisit perkembangan pendidikan nasional nya kewenangan kepada sekolah untuk
Indonesia tertuang pada UU No. 20 Tahun mengambil keputusan dalam mengem-
2003 tentang sisdiknas yang mencanang- bangkan kurikulum operasional di sekolah.
kan pendidikan karakter bangsa melalui
berbagai metode pendidikan. Model Pendidikan Karakter SIT Salman
Pada kesempatan yang sama perkem- Al Farisi Yogyakarta
bangan otonomi dan desentralisasi penge- Kurikulum merupakan seperangkat
lolaan sekolah semakin mendapat peluang. rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
Desentralisasi pengelolaan pendidikan se- isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di-
suai dengan UU RI No.32 Tahun 2004 Bab gunakan sebagai pedoman penyelenggara-
3 Pasal 13 tentang Pemerintah Daerah, pe- an kegiatan pembelajaran untuk mencapai
laksanaan otonomi daerah dan wawasan tujuan pendidikan tertentu (Zaenuddin,
demokrasi dalam pengelolaan pendidikan, 2008). Tujuan tertentu tersebut meliputi tu-
yang semula bersifat sentralisasi menjadi juan pendidikan nasional, tujuan pendidik-
desentralisasi. Desentralisasi pengelolaan an di sekolah dasar yang disesuaikan de-
pendidikan memberikan wewenang kepa- ngan kondisi dan potensi daerah. Bentuk
da sekolah untuk menyusun kurikulum ope- nyata dari desentralisasi pengelolaan pen-
rasional yang mengacu pada UU RI No.20 didikan ini adalah diberikannya kewe-
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na- nangan kepada sekolah untuk mengambil
sional. keputusan berkenaan dengan pengelolaan
Pendidikan Nasional berfungsi me- pendidikan, seperti dalam pengelolaan ku-
ngembangkan kemampuan dan memben- rikulum, baik dalam penyusunan maupun
tuk watak serta peradaban bangsa yang pelaksanaannya di sekolah.
bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pengembangan kurikulum dirancang
kehidupan bangsa, untuk mengembangkan agar dapat memberi kesempatan kepada
potensi peserta didik agar menjadi manu- peserta didik untuk meningkatkan kemam-
sia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan puan, membentuk watak serta peradaban
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, bangsa yang bermartabat. Berkembangnya
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan men- potensi peserta didik agar menjadi ma-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013


79

nusia yang beriman dan bertakwa kepada taqwaan kepada Allah SWT, berakhlak
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mulia serta berkecakapan hidup yang da-
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan pat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
menjadi warga negara yang demokratis hari.
serta bertanggung jawab. Idealnya pendi- Acuan operasional penyusunan kuri-
dikan watak dapat terintegrasi dalam ver- kulum SIT Salman Al Farisi Yogyakarta
bagai mata pelajaran sehingga setiap guru memperhatikan (1) peningkatan iman, tak-
mempunyai tugas, tanggung jawab moral wa dan akhlak mulia; (2) peningkatan po-
dan visi yang sama dalam membangun tensi, kecerdasan, dan minat sesuai tingkat
watak (harga diri) siswa secara sistemik perkembangan dan kemampuan anak; (3)
dan berkesinambungan (Wanda, 2005). keragaman potensi, karakteristik daerah
Berdasarkan analisis SWOT, SIT Sal- dan lingkungan; (4) tuntutan pembangun-
man Al Farisi memiliki kekuatan (strength) an daerah dan nacional; (5) tuntutan dunia
berupa kualitas sumber daya manusia kerja; (6) perkembangan ilmu pengetahu-
yang berkompeten di bidang pendidikan an, teknologi, dan seni, (7) agama; (8) dina-
dan semangat serta idealisme dalam me- mika perkembangan global; (9) persatuan
nyelenggarakan pendidikan yang berkua- nasional dan nilai kebangsaan; (10) kondisi
litas. Namun demikian, ada pula kelemah- sosial budaya masyarakat setempat, (11)
an (weakness) yang dihadapi SIT Salman Al kesetaraan Jender; (12) karakteristik satuan
Farisi terutama dalam hal keterbatasan da- pendidikan.
na, sarana dan prasarana. SIT Salman Al
Farisi memiliki kesempatan (opportunity) PEMBAHASAN
untuk mengembangkan pendidikan Islam SIT Salman Al Farisi Yogyakarta se-
yang berkualitas, khususnya pendidikan bagai salah satu entitas masyarakat yang
yang memadukan nilai-nilai Islam dalam membantu memberikan pelayanan kepada
semua aspek baik kognitif, afektif dan psi- masyarakat dalam bidang pendidikan dan
komotorik. Namun demikian ada tantang- sosial telah menyelenggarakan model pen-
an (treat) yang dihadapi oleh SIT Salman Al didikan yang khas. Model pendidikan ini
Farisi yang dihadapi, yakni kualitas lulus- adalah dengan mengambangkan karakter
an yang diakui publik dan mampu ver- melalui budaya sekolah. Adapun budaya
kompetisi pada jenjang pendidikan yang yang dikembangkan dalam rangka pena-
lebih tinggi (Imron dkk., 2010). naman karakter di SIT Salman Al Farisi
Model pendidikan karakter SIT Salman Yogyakarta akan diulas secara detail pada
Al Farisi didesain dengan mengembangkan pembahasan berikut.
budaya dan lingkungan sekolah. Ini meru-
pakan seperangkat rencana dan pengatur- Budaya SIT Salman Al Farisi Yogyakarta
an mengenai tujuan, bahan pelajaran, dan Sekolah berusaha menciptakan sua-
cara yang digunakan sebagai pedoman pe- sana, iklim, dan lingkungan pendidikan
nyelenggaraan kegiatan pembelajaran un- yang kondusif sehingga terselenggara pem-
tuk mencapai tujuan pendidikan yang di- belajaran yang efisien. Adapun budaya se-
selenggarakan. SIT Salman Al Farisi diha- kolah yang dikembangkan dalam rangka
rapkan dapat mengantarkan peserta didik penanaman karakter meliputi: (1) integra-
dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tif; (2) produktif, kreatif dan inovatif; (3)
yang lebih tinggi, memiliki keimanan, ke- qudwah hasanah; (4) kooperatif; (5) ukhuwah;

Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Farisi
80

(6) rawat, resik, rapi dan sehat; dan (7) menyiapkan generasi Islam sehingga kelak
berorientasi mutu (Muhab, dkk., 2010). menjadi generasi yang berkarakter khali-
Integratif. Seluruh bidang ajar dalam fah, memimpin peradaban, dan memak-
bangunan kurikulum dikembangkan mela- murkan bumi. Amanah ini dapat ditunai-
lui perpaduan nilai-nilai Islam yang terkan- kan dengan penuh tanggung jawab dan
dung dalam Al Quran dan As Sunnah de- komitmen yang tinggi, karena semua itu
ngan nilai-nilai ilmu pengetahuan umum ada pertanggungjawabannya di hadapan
yang diajarkan. Ketika guru hendak meng- Allah SWT. Disiplin dalam menaati semua
ajarkan ilmu pengetahuan umum, semesti- peraturan-peraturan yang berlaku di seko-
nya ilmu pengetahuan tersebut sudah dike- lah, misalnya peraturan kepegawaian, dan
mas dengan perspektif bagaimana Al Qur- tata tertib-tata tertib lainnya. Antusias dal-
an atau As Sunnah membahasnya. am mengikuti perkembangan-perkembang-
Tidak ada ambivalensi atau diko- an baru tentang pendidikan, keahlian dan
tomi ilmu. Islam sebagai landasan, bingkai bermotivasi tinggi untuk menerapkan hal-
dan aspirasi bagi seluruh proses berfikir hal yang baik dari perkembangan pendi-
dan belajar. Setiap warga sekolah wajib dikan itu. Selalu menimba ilmu sepanjang
mengintegrasikan nilai-nilai Islam setiap ke- hayat, mengikuti pembinaan rutin, gemar
giatan dalam semua bidang, serta meniada- mengembangkan wawasan dengan mem-
kan/membersihkan dari unsur-unsur yang baca, mengikuti seminar-seminar, pelatih-
bertentangan dengan nilai-nilai Islam. an, diskusi, membaca dan studi banding,
Warga sekolah dapat menjadi priba- mengembangkan diri dengan mengikuti
di-pribadi yang produktif, kreatif dan ino- lomba-lomba yang bisa mengasah profesio-
vatif. Sekolah mampu memicu dan mema- nalisme warga sekolah.
cu peserta didik menjadi pembelajar yang Setiap warga sekolah diharapkan men-
produktif, kreatif dan inovatif. Model pem- jadi pribadi yang peduli dan menghargai
belajaran didekati dengan cara-cara yang orang lain, tidak saling meremehkan. Ling-
bervariasi, menggunakan berbagai sumber kungan sekolah marak dan ramai dengan
pendekatan dan media belajar. segala kegiatan dan perilaku terpuji seperti
Qudwah hasanah (suri teladan). Se- terbiasa menghidupkan ibadah dan sun-
luruh civitas akademika sekolah mesti nah, menebar salam, saling menghormati,
menjadi figure contoh bagi peserta didik. menyayangi. Lingkungan sekolah dapat ter-
Kualitas hasil belajar sangat dipengaruhi bebas dari segala perilaku yang terela se-
kualitas keteladanan yang ditunjukkan oleh perti umpatan, caci maki, kata-kata kotor,
tenaga kependidikan. Adapun qudwah hasa- kasar, iri, hasad, dengki, egois, ghibah, dan
nah bisa diuraikan dalam hal amanah dan konflik berkepanjangan.
berkomitmen tinggi, disiplin (tertib dan ter- Kooperatif. Kerjasama sistematis dan
atur), antusias dan bermotivasi tinggi, bela- efektif antara guru dan orang tua dalam
jar sepanjang hayat, peduli dan menghar- mengembangkan dan memperkaya kegiat-
gai orang lain serta menghidupkan sunnah. an pendidikan dalam berbagai aneka pro-
Siswa diharapkan mempunyai ama- gram. Guru dan orang tua bahu-membahu
nah dan berkomitmen tinggi. Setiap warga dalam memajukan kualitas sekolah. Orang
sekolah menjadikan bekerja/mendidik tua dapat ikut secara aktif memberikan
anak-anak di sekolah adalah sebuah ama- dorongan dan bantuan baik secara indivi-
nah dari Allah SWT untuk mendidik dan dual kepada putra-putrinya meupun keser-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013


81

taan mereka terlibat di dalam sekolah da- Prosedur Pelaksanaan Pendidikan Karak-
lam serangkaian program yang sistematis. ter Melalui Budaya Lingkungan Sekolah
Keterlibatan orang tua memberikan penga- Integratif. Tujuan adanya budaya in-
ruh yang sangat signifikan dalam mening- tegratif adalah terciptanya pembelajaran di
katkan performance sekolah. Program kerja- sekolah yang integratif dengan nilai-nilai
sama dengan orang tua yang dapat dikem- keislaman sehingga tidak ada lagi dikotomi
bangkan antara lain dalam hal pengem- ilmu. Adapun lingkup budaya integratif
bangan kurikulum, pengayaan program pada bidang kurikulum sekolah. Pelaksa-
kelas, peningkatan sumber daya pendana- naanya merupakan tanggung jawab wakil
an, pemantauan bersama kinerja peserta kepala sekolah bidang kurikulum. Prose-
didik, proyek ekshibisi, perayaan, pening- dur pelaksanaannya meliputi aspek-aspek
katan kesejahteraan guru, pengembangan sebagai berikut.
organisasi dan manajemen.  Setiap guru wajib mengintegrasikan ni-
Ukhuwah. Persaudaraan di antara lai-nilai keislaman dalam Rencana Pe-
para guru dan karyawan sekolah dibangun laksanaan Pembelajaran/RPP untuk SD
atau RKH untuk TK.
atas prinsip-prinsip universalitas. Saling
 RPP/RKH wajib dikonsultasikan atau
mengenal satu sama lain (ta’aruf), saling diteliti oleh wakasek kurikulum.
memahami (tafahum) segala karakter, gaya  Wakasek kurikulum meneliti RPP/RKH
dan tabiat, persoalan dan kebutuhan, ke- dengan sebaik-baiknya, terutama aspek
kurangan dan kelebihan dan saling mem- integratif dengan nilai-nilai keIslaman,
bantu (ta’awun) adalah pilar-pilar ukhuw- RPP/RKH sesuai dengan tahap perkem-
bangan anak, tidak mengandung nilai-
wah yang mesti ditegakkan. Husnuzhan me-
nilai yang bertentangan dengan Islam.
nunaikan kewajiban hak-hak ukhuwwah
 Wakasek kurikulum memberi pengarah-
dan membantu segala kesulitan sesame an/bimbingan/saran jika ada yang be-
guru/karyawan. lum lengkap / belum sesuai.
Rawat, resik, rapi dan sehat. Keber-  Guru memperbaiki RPP/RKH sesuai
sihan bagian dari iman. Kebiasaan mera- dengan saran dari wakasek.
wat, resik, rapi, tertib, teratur mengantar-  Guru mengajukan revisi RPP/RKH ke
wakasek kurikulum lagi.
kan seluruh civitas akademika pada ling-
 Wakasek kurikulum meneliti lagi.
kungan yang sehat dan asri. Seluruh ling-  Jika RPP/RKH sudah bagus, wakasek
kungan sekolah baik itu ruang kelas, kori- meng-acc RPP/RKH tersebut (dengan
dor, dinding, lantai, pintu, jendela, kamar paraf).
mandi, halaman sekolah bersih, tidak kotor  Guru meminta tanda tangan ke kepala
dan berdebu. sekolah.
Berorientasi mutu. Program sekolah  Kepala sekolah menandatangani RPP/
RKH tersebut.
memiliki perencanaan strategis yang jelas,
berdasarkan visi dan misinya yang luhur
Budaya Produktif, Kreatif dan Inovatif
mengarah pada pembentukan karakter dan
Tujuannya adalah agar warga seko-
pencapaian kompetensi peserta didik. Sis-
lah (guru, karyawan, peserta didik, orang
tem dibangun berdasarkan standar mutu
tua) menjadi pembelajar yang produktif,
yang dikenal, diterima dan diakui oleh ma-
kreatif dan inovatif. Adapun lingkupnya
syarakat.
pada pengembangan karakter. Dalam pe-
laksanaanya merupakan tanggung jawab
wakil kepala sekolah bidang personalia.

Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Farisi
82

Adapun prosedur pelaksanaannya melipu- sanaannya merupakan tanggung jawab wa-


ti aspek-aspek sebagai berikut. kil kepala sekolah bidang personalia. Qud-
 Setiap guru wajib membuat rencana pem- wah hasanah yang dimaksud terdiri atas
belajaran/kegiatan yang produktif, krea- amanah dan berkomitmen tinggi, disiplin
tif dan inovatif dengan cara berbagai (tertib dan teratur), antusias dan bermoti-
strategi pembelajaran, pendekatan, sum-
vasi tinggi, belajar sepanjang hayat, peduli
ber belajar, dan variasi media pembela-
dan menghargai orang lain serta meng-
jaran, sehingga peserta didik terstimu-
lus menjadi pembelajar yang produktif, hidupkan sunnah.
kreatif dan inovatif. Prosedur pelaksanaan budaya ama-
 Setiap guru mendokumentasikan pro- nah dan berkomitmen tinggi meliputi, (1)
duk/hasil karya tiap pembelajaran, mi- Setiap warga sekolah menerima setiap tu-
salnya lembar kerja siswa/lembar ke- gas dengan senang hati/ridho, menjadikan
giatan anak, dokumentasi APE + petun-
tugas sebagai amanah dari Allah yang akan
juk penggunaan APE. Hasil ini bisa di-
gunakan untuk mengikuti lomba tahun- dimintai pertanggungjawaban oleh Allah
an. SWT; (2) setiap tugas tersebut dilakukan
 Setiap guru wajib membuat rencana dengan sebaik-baiknya (ahsanu ‘amala). (3)
pembelajaran/kegiatan yang produktif, menyelesaikan tugas dengan penuh rasa
kreatif dan inovatif dengan cara ber- tanggung jawab, dan (4) tugas-tugas yang
bagai strategi pembelajaran, pendekat- dilaksanakan dengan komitmen tinggi.
an, sumber belajar, dan variasi media
Prosedur pelaksanaan budaya disi-
pembelajaran, sehingga peserta didik
terstimulus menjadi pembelajar yang plin di sekolah meliputi hal-hal sebagai be-
produktif, kreatif dan inovatif. rikut. (1) Datang ke sekolah tepat waktu.
 Mengadakan lomba intern untuk peser- (2) Masuk kelas tepat waktu setelah istira-
ta didik (misalnya kreatifitas seni rupa hat. (3) Datang dan pulang sekolah melalui
islami, suara/nasyid, drama shiroh, ber- pintu gerbang. (4) Terbiasa antri. (5) Ber-
cerita), untuk guru dan karyawan, (mi-
main di tempat yang sesuai dengan aturan
sal, lomba karya ilmiah guru, produk
dan peruntukannya. (5) Selalu memakai
pembelajaran, produk penelitian, mem-
buat APE, kreatifitas seni rupa islami, alas kaki sesuai aturan selama di sekolah.
membuat nasyid, membuat naskah dra- (6) Tidak membawa mainan dan barang
ma shiroh, menulis artikel/nonfiksi, me- yang berbahaya dari rumah. (7) Tidak mem-
nulis fiksi, dan lain-lain). bawa uang saku.
 Guru dan peserta didik berpartisipasi Budaya disipilin di kelas saat siswa
aktif mengikuti lomba-lomba yang di-
bertanya meliputi hal-hal seperti berikut.
adakan oleh pihak eksternal baik itu
skala daerah sampai skala nasional. (1) Anak didik mengacungkan jari tanpa
 Sekolah mendorong komite untuk meng- suara. (2) Guru menunjuk anak didik dan
adakan kegiatan yang memacu orang mempersilahkan bertanya. (3) Anak didik
tua sehingga produktif, kreatif dan ino- menyampaikan pertanyaan dengan jelas.
vatif. Misalnya, sekolah menulis untuk (4) Guru menjawab pertanyaan dengan je-
orang tua, seminar dan lainnya. las, bila kesulitan jawaban ditunda/sebagai
PR yang dapat diselesaikan guru (Tim,
Qudwah Hasanah (Suri Teladan)
2008).
Tujuan budaya suri tauladan adalah
Secara bersamaan budaya yang diba-
agar warga sekolah (guru, karyawan, pe-
ngun saat siswa menjawab pertanyaan me-
serta didik, orang tua) menjadi pembelajar
liputi hal-hal berikut. (1) Guru mengajukan
yang produktif, kreatif dan inovatif. Pelak-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013


83

pertanyaan. (2) Anak didik berfikir untuk sampah. (12) Membawa perlengkapan ma-
menjawab pertanyaan. (3) Anak didik meng- kan ke dapur/tempat cuci piring dengan
acungkan jari tanpa suara. (4) Guru me- tenang. (13) Tertib makan dan disiplin wak-
nunjuk anak didik dan mempersilahkan tunya. (14) Mencuci tangan, mulut hingga
menjawab pertanyaan. (5) Anak didik men- bersih.
jawab pertanyaaan guru. (6) Guru memberi Budaya saat berada di tempat wudhu
kesempatan pada anak didik yang lain. meliputi hal-hal berikut. (1) Memakai alas
Budaya yang dibangun saat siswa kaki/sandal. (2) Berjalan tertib/tenang me-
akan izin keluar kelas untuk ke kamar nuju tempat wudhu. (3) Antri wudhu mem-
mandi (WC) meliputi hal-hal berikut. (1) bentuk barisan. (4) Melipat celana dan le-
Anak didik menuju ke guru pengajar di ke- ngan baju. (5) Baca “bismillah” sebelum
las itu. (2) Anak didik menyampaikan mak- berwudhu, (6) Wudhu dengan sempurna,
sudnya. (3) Guru memberikan izin. (4) Bila semua bagian wudhu kena air. (7) Meng-
banyak anak yang izin keluar maka diizin- gunakan air secukupnya, (8) Doa sesudah
kan satu per satu. Begitu pula saat siswa di wudhu. (9) Bila terakhir antri, kran diting-
kelas dan mengingingkan pulang maka gal dalam posisi tertutup. (10) Bercermin,
pihak sekolah akan memastikan anak didik dan merapikan rambut sesuai kebutuhan.
sudah diperiksa oleh petugas UKS, petugas (11) Merapikan baju dan celana, dan (12)
UKS menelpon orang tua untuk menjem- Berjalan tertib menuju masjid.
put anak didik, orang tua/penjemput izin Selanjutnya, membangun budaya saat
ke kantor (administrasi) dan mengisi for- berada di tempat solat. Adapun budaya ini
mat izin keluar, dan orang tua /penjemput meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Meng-
menyerahkan format izin keluar pada wali isi shof terdepan mulai dari sebelah kiri. (2)
kelas sambil menjemput anak didik. Menjaga ketenangan selama sholat. (3) Se-
Budaya tentang kedisiplinan, keter- gera berdiri dengan tenang jika iqomah
tiban, dan keteraturan berkaitan dengan terdengar. (4) Menata shof lurus dan rapat,
hal tertib makan dan minum, saat berada (5) Mengisi shof kosong di depannya. (6)
di tempat wudhu, tempat sholat, di kamar Sholat dengan sungguh-sungguh. (7) Dzi-
mandi (WC) dan saat menemukan barang kir dan doa sesudah sholat dengan sung-
orang lain. Budaya yang dikembangkan guh-sungguh.
saat makan dan minum meliputi hal-hal Selain itu juga dikembangkan karak-
berikut. (1) Anak didik berjalan tenang me- ter anak saat berada di kamar mandi (WC)
nuju tempat cuci tangan. (2) Mencuci ta- yang terdiri atas (1) keluar kelas, ambil alas
ngan hingga bersih. (3) Menuju tempat ma- kaki/sandal; (2) menuju KM/WC dengan
kan dengan tenang/tertib, (4) Mengambil berjalan tenang; (3) melipat lengan baju
makanan dengan teratur dan bergilir. (5) panjang; (4) melepas celana/rok dengan
Berdoa sebelum makan. (6) Makan dan mi- benar; (5) berdoa ketika mau masuk KM/
num dengan duduk dan menggunakan ta- WC; (6) mendahulukan kaki kiri; (7) BAK/
ngan kanan. (7) Makan dan minum tidak BAB dengan jongkok; (8) hati-hati dengan
berlebihan dan tidak mubadzir. (8) Meng- cipratan air kencing (najis); (9) menyiram
konsumsi makanan dan minuman yang sampai bersih (dengan bantuan guru); (10)
halal dan sehat, (9) Makan dengan tenang bersuci/cebok sampai bersih (dengan ban-
dan teratur. (10) Berdoa selesai makan dan tuan guru); (11) mencuci tangan dengan
minum. (11) Membuang sampah ke tempat sabun, (11) kran ditinggal dalam posisi

Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Farisi
84

tertutup, (12) keluar KM/WC mendahulu-  Setiap warga sekolah antusias dan ber-
kan kaki kanan; (13) Berdoa keluar KM/WC; motivasi tinggi mengikuti perkembang-
(14) memakai celana/rok dengan baik. an-perkembangan baru tentang pendi-
dikan, keahlian.
Adapun budaya keteraturan yang di-
 Guru/karyawan menerapkan hal-hal
kembangkan adalah saat menemukan ba-
yang baik dari perkembangan baru itu.
rang orang lain, maka siswa dan guru  Warga sekolah mengikuti pelatihan/ se-
sebaiknya melakukan hal berikut. (1) Jika minar/kunjungan yang membangun rasa
menemukan barang yang bukan miliknya antusias dan bermotivasi tinggi.
maka segera memberikan barang itu ke- Budaya qudwah hasanah pada aspek
pada wali kelas/pemiliknya jika ada iden- belajar sepanjang hayat dilaksanakan de-
titas jelas. (2) Hari itu juga wali kelas me- ngan prosedur sebagai berikut. (1) Anak
ngumumkan barang itu di kelasnya. (3) didik selalu dimotivasi untuk menimba il-
Jika tidak ada pemiliknya di kelas itu maka mu sepanjang hayat dengan kisah-kisah te-
diberikan ke wali kelas lain untuk di- ladan pencari ilmu. (2) Menasehatkan anak
umumkan di kelas lain. (4) Jika belum ada didik untuk memanfaatkan waktu luang
pemiliknya, diserahkan pada bagian TPA, dengan sebaik-baiknya untuk belajar. (3)
ditaruh di kotak barang hilang, diletakkan Membiasakan anak didik ke perpustakaan.
di gerbang penjemputan anak (Tim, 2008). (4) Guru membuat pembelajaran yang mem-
Budaya tentang qudwah hasanah pada buat anak didik untuk aktif belajar man-
sisi antusias dan bermotivasi tinggi dikem- diri. (5) Sekolah mengadakan program baca
bangkan dengan prosedur pelaksanaan buku/kunjungan ke perpustakaan setiap
adalah sebagai berikut. pekan. (6) Anak didik dilatih menceritakan/
 Guru/karyawan antusias menerima tu- mengupas buku yang telah dibacakan. (7)
gas-tugas baru yang diberikan dan ber- Guru/karyawan mengikuti pembinaan ru-
motivasi tinggi menyelesaikan dengan tin, gemar mengembangkan wawasan de-
baik. ngan membaca, mengikuti seminar-semi-
 Guru membuat pembelajaran yang mem-
nar, pelatihan, diskusi, membaca dan studi
buat anak didik antusias dan bermoti-
banding. (8) Guru/karyawan mengembang-
vasi tinggi mengikutinya dengan mene-
rapkan quantum teaching (prinsip TAN- kan diri dengan mengikuti lomba-lomba
DUR), yaitu sebagai berikut. Tumbuh- yang bisa mengasah profesionalisme.
kan minat dengan memuaskan “Apa- Budaya tentang qudwah hasanah pada
kah Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), hal peduli dan menghargai orang lain di
dan manfaatkan kehidupan anak didik, antaranya seperti berikut. (1) Melatih ber-
alami Ciptakan atau datangkan penga-
empati kepada sesama dengan berinfaq
laman umum yang dapat dimengerti
dan gemar menolong. (2) Menghormati dan
oleh semua anak didik. Namai Sediakan
kata kunci, konsep, model, rumus, stra- menyayangi orang tua, guru, teman. (3)
tegi, sebuah “masukan”. Demonstrasi- Membiasakan berjabat tangan. (4) Meng-
kan, sediakan kesempatan bagi anak hargai orang lain, tidak saling meremeh-
didik untuk menunjukan bahwa mereka kan. Qudwah hasanah pada area menghi-
tahu. Ulangi, tunjukan pelajar cara-cara dupkan sunah dilakukan dengan beberapa
mengulang materi dan menegaskan, “
hal mendasar seperti berikut. (1) Terbiasa
Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
Rayakan pengakuan untuk penyelesai- menghidupkan ibadah (sholat, dzikir, dll.).
an, partisipasi, dan pemerolehan kete- (2) Membiasakan senyum, salam, sapa, so-
rampilan dan ilmu pengetahuan. pan, santun. (3) Menghindari berkata kotor

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013


85

dan menyakitkan hati, kasar, iri, hasad, menjaga sikap saling bersaudara/ukhuwah
dengki, egois, ghibah, dan konflik berke- dengan yang lain. Budaya ukhuwah dilak-
panjangan. (4) Ikhlas menerima dan mem- sanakan dengan tahapan seperti berikut.
beri nasihat. (5) Memegang kejujuran da- (1) Mengadakan silaturahim rutin antar
lam segala hal. (6) Meminta izin bila me- guru, karyawan dan yayasan. (2) Mengada-
minjam barang milik orang lain. (7) Mem- kan outbond bersama/rihlah keluarga. (3)
biasakan mengucapkan jazakumullah khai- Menjenguk guru atau keluarga guru yang
ran/terima kasih dan minta tolong. (8) Se- sakit, melahirkan, menikah dan meninggal
nang berkawan dan menghindari perse- dunia. (4) Mengadakan forum sambung ra-
lisihan. (9) Tidak segan meminta maaf dan sa/sharing. (5) Mengadakan pengajian ber-
bertanggung jawab atas kesalahan dan (10) sama.
Berusaha lebih mandiri. Adapun budaya rawat, resik, rapi
Selanjutnya, budaya kooperatif. Tu- dan sehat dikembangkan dengan tujuan
juan dibangun budaya kooperatif adalah agar warga sekolah (guru, karyawan, pe-
agar warga sekolah (guru, karyawan, pe- serta didik, orang tua) selalu merawat,
serta didik, orang tua) selalu menjaga sikap menjaga kebersihan, kerapian keindahan
saling kerjasama dengan yang lain. Dalam dan kesehatan. Prosedur pelaksanaan bu-
realisasinya merupakan tanggung jawab daya ini meliputi hal-hal seperti berikut. (1)
wakil kepala sekolah bidang personalia. Selalu berpakaian menutup aurat dan ber-
Budaya kooperatif ini dikembangkan de- penampilan bersih dan rapi. (2) Seragam
ngan tahapan seperti berikut. (1) Melaksa- sesuai dengan aturan sekolah. (3) Meletak-
nakan rapat-rapat koordinasi berkesinam- kan alas kaki pada rak yang telah disedia-
bungan dengan berbagai pihak terkait (Ya- kan. (4) Memberi identitas pada barang mi-
yasan, Komite Sekolah, Wakasek, Guru/ lik pribadi dan merawat dengan baik. (5)
Karyawan). (2) Saling berkerjasama melak- Membuang sampah pada tempatnya dan
sanakan kegiatan dan program sekolah mau memungut sampah yang tercecer. (6)
baik eksternal (baksos, pelatihan dan se- Merawat barang-barang sekolah dengan
minar, workshop, pameran) dan internal baik. (7) Menjaga lingkungan sekolah se-
(kunjungan edukatif, outbond, pentas tutup nantiasa bersih, rapi, dan sehat. (8) Meng-
tahun, manasik haji, dll). (3) Saling mem- agendakan kerja bakti bersama di sekolah
bantu dalam keberlangsungan KBM hari- yang melibatkan semua warga sekolah.
an, jika ada guru yang berhalangan hadir. Terakhir adalah budaya berorientasi
(4) Kooperatif antara wali kelas dan guru mutu. Budaya ini bertujuan untuk mem-
pendamping dalam mengelola kegiatan ha- bangun sistem berdasarkan standar mutu
rian. (5) Kooperatif antara guru dan karya- yang dikenal, diterima dan diakui oleh ma-
wan terutama dalam hal komunikasi po- syarakat. Sebagai manajer dalam pengem-
sitif. (6) Kooperatif antara guru dan wali bangan budaya ini adalah wakil kepala
siswa dalam mendampingi perkembangan sekolah bidang kurikulum. Tahapan dalam
anak didik. (7) Koordinasi antar lembaga pengembangan budaya ini meliputi hal-hal
dalam satu yayasan. sebagai berikut. (1) Wakasek kurikulum se-
Budaya ukhuwah sebagai pilar ma- lalu mengadakan perbaikan peningkatan
najemen konflik bertujuan dikembangkan mutu pembelajaran. (2) Mengevaluasi mutu
dengan tujuan agar warga sekolah (guru, pembelajaran setiap akhir semester. (3)
karyawan, peserta didik, orang tua) selalu Selalu mencari informasi-informasi terbaru

Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Islam Terpadu Salman Al Farisi
86

dalam pengembangan kurikulum. (4) Meng- rakter yang telah membantu dalam penulis-
olah informasi terbaru untuk dikembang- an artikel ini.
kan dan diterapkan di dalam kurikulum
sekolah. (5) Melacak data alumni yang me- DAFTAR PUSTAKA
lanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih Gunansyah, Ganes. 2010. “Integrasi Pendi-
tinggi. (6) Sharing dengan bagian kurikulum dikan Nilai dalam Membangun Ka-
sekolah yang lain. (7) Mengikuti penilaian rakter Siswa di Sekolah Dasar”, Kom-
dan lomba sekolah berprestasi (akreditasi, pasiana, Edisi 3 November 2010. http:-
lomba guru dan kepala sekolah berprestasi, //edukasi.kompasiana.com.
lembaga inovatif, lomba gugus).
Imron, Ali dkk. 2010. Kurikulum Sekolah Is-
PENUTUP lam Terpadu Salman Al Farisi, Yogya-
Kesiapan yang sangat rinci ditunjuk- karta.
kan oleh SIT Salman Al Farisi Yogyakarta
Marzuki. 2012. “Pengintegrasian Pendidik-
dalam menyelenggarakan pendidikan ber-
an Karakter Dalam Pembelajaran di
orientasi pada karakter melalui pengem-
Sekolah”, dalam Jurnal Pendidikan Ka-
bangan model kurikulum pendidikan ka-
rakter, Tahun 11, No. 1, hlm.
rakter berbasis budaya sekolah. Hal ini di-
dasarkan pada data yang sangat rinci ter- Muhab, Sukro dkk. 2010. Standar Mutu
hadap semua aktifitas baik secara kognitif, Sekolah Islam Terpadu. Jakarta: JSIT.
afektif maupun psikomotorik bagi semua
civitas akademika SIT Salman Al Farisi Tim. 2008. Budaya Sekolah Dasar Islam Al
Yogyakarta dalam melakukan kegiatan Hikmah, Surabaya.
PBM. Model pendidikan karakter yang di-
kembangkan telah melibatkan semua civi- UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tas akademika tak terkecuali petugas ke- Tentang Sistem Pendidikan Nasional
amanan, petugas UKS, petugas kebersihan (Sisdiknas). Bandung: Penerbit Citra
serta guru dan karyawan lain. Bermodal Umbara.
nilai dan karakter yang dikembangkan me-
UU Republik Indonesia No.32 Tahun 2004
lalui budaya sekolah serta bukti nyata yang
Tentang Pemerintah Daerah, Direkto-
telah dibayarkan oleh SIT Salman Al Farisi
rat Jenderal Otonomi Daerah.
Yogyakarta dengan tertanamnya nilai-nilai
budaya pada semua civitas akademika
Wanda, Chrisina. 2005. “Upaya Penerapan
maka SIT Salman Al Farisi Yogyakarta hing- Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa
ga tahun 2012 tetap mendapatkan minat (Studi Kasus di JTI- UK Petra)”, Jur-
dan animo masyarakat untuk mengenyam nal Teknik Industri, Vol 7, No 1, hlm.
pendidikan di lingkungan SIT Salman Al
Farisi Yogyakarta. Zaenuddin. 2008. Reformasi Pendidika: Kritik
Kurikulum dan Manajemen Berbasis
UCAPAN TERIMA KASIH Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada civitas akademika SIT Salman Al
Farisi dan Redaktur Jurnal Pendidikan Ka-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013

Anda mungkin juga menyukai