Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MITOS SEBAGAI LANDASAN POLA PIKIR MANUSIA


Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
Dosen Pengampu :
Muhammad Toha, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. Ai Muspikoh
2. Albi Nur Paisal
3. Kurnia Salsabila Muludi
4. Reza Prasasti
5. Riswan Apandi

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL AZAMI CIANJUR
Jl. KH Moh. Syuja’i KM 09, Sukasari – Kec. Cilaku Kab. Cianjur, Jawa Barat 43285
2021
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT., karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami diberikan
kemudahan untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Mitos Sebagai Landasan
Pola Pikir Manusia” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pembimbing kami, Bapak Muhammad Toha, M.Pd.I selaku dosen pada mata kuliah Ilmu
Alamiah Dasar (IAD), dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami
dalam berbagai hal.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen
pada mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Selain itu, tujuan makalah ini juga untuk menambah
wawasan bagi para pembaca serta kami sebagai penulis.

Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT., Tuhan
Yang Maha Sempurna. Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Cianjur, 01 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Perkembangan Alam Pikir Manusia.....................................................................................3
B. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia...........................................................................5
C. Mitos merupakan salah satu Perkembangan Pola Pikir Manusia.........................................7
D. Al-Qur’an dan Hadist sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan, bukan Mitos.............................8
BAB III...........................................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu Alamiah Dasar merupakan dasar-dasar ilmu yang patut untuk dipelajari
oleh mahasiswa sebagai modal untuk menumbuh kembangkan kepribadian
berwawasan tentang ilmu alamiah, ilmu budaya dan ilmu sosial, ilmu-ilmu itu
diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman dan penguasaan tentang keanekaragaman, kesederajatan, dan
kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan
bermasyarakat, serta memantapkan kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan
hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya
alam dan lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan seni.

B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Alam Pikir Manusia?
2. Bagaimana Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia?
3. Mengapa Mitos termasuk pada Perkembangan Pola Pikir Manusia?
4. Sebutkan Pembuktian bahwa Al-qur’an dan Hadits sebagai Sumber Ilmu
Pengetahuan!

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui asal-usul perkembangan alam pikir manusia.
2. Dapat mengetahui dan memahami proses perkembangan pola pikir manusia.
3. Dapat mengetahui sejarah mitos dan berbagai mitos.
4. Dapat mengetahui Al-qur’an dan Hadits sebagai sumber ilmu pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Alam Pikir Manusia
Hakikat manusia adalah makhluk berpikir. Berusaha memahami hakikat diri
sebagai manusia harus diawali dengan kesadaran sepenuhnya akan keberadaan
Tuhan. Manusia merupakan makhluk religious yang percaya akan adanya Tuhan
Yang Maha Esa. Tuhan menciptakan dunia dan seisinya disertai dengan
kelengkapannya, untuk memenuhi kebutuhan penghuninya.
Perkembangan alam pikir manusia merupakan suatu proses dimana manusia
tidak akan puas dengan pemikira yang sudah ada sehingga berkembang ke tahap
ilmu. Penalaran adalah suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan atau
proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Manusia dengan kemampuan berpikir dan bernalar, dengan akal serta
nuraninya memungkinkan untuk selalu berbuat yang lebih baik dan bijaksana untuk
dirinya maupun lingkungannya. Akal bersumber pada otak dan budi bersumber
pada jiwa. Sejalan dengan perkembangannya, manusia memanfaatkan akal dan budi
yang dimilikinya juga ditunjang dengan rasa ingin tahu (kuriotas), maka
berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.
Kuriositas pada manusia selalu berkembang. Manusia menggunakan
kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis, dan analis.
Berbeda dengan mahkluk hidup yang lain seperti binatang, yang mempunyai insting
untuk kelangsungan hidupnya, memperoleh makanan dan lain-lain. Akan tetapi,
aktivitas tersebut tidak berubah dari waktu ke waktu yang disebut sebagai idle
curiosty yakni keingintahuan yang tidak berkembang.
Manusia dengan rasa keingintahuannya yang besar selalu merasa tidak puas
dengan fakta, tetapi ingin tahu tentang apa, bagaimana dan mengapa demkian,
sehingga mereka berusaha mencari jawaban atas fenomena yang terjadi. Akumulasi

2
3

dari segala yang mereka dapat dari usahanya untuk mendapatkan jawaban dari
keingintahuannya, maka itu merupakan pengetahuannya.
Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, baik melalui
pendekatan non-ilmiah (sains semu) ataupun ilmiah. Cara memperoleh pengetahuan
dengan pendekatan sains semu dilakukan dengan mengandalkan perasaan,
keyakinan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat, sehingga pengetahuan yang
diperoleh bisa benar atau salah seperti pada cara prasangka atau intuisi, serta tidak
efisien karena harus mencoba tanpa dasar. Pengetahuan muncul dari kombinasi
antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut
legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan
hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan kemajuan zaman, maka
lahirlah ilmu pengetahuan dan metode (Maskoeri Jasin, 2008: 3)

Dalam sejarah peradaban manusia mulai dari tingkat primitif sampai


modern, manusia juga mengalami perkembangan. Perkembangan itu berawal dan
menuju suatu bentuk atau pola kebiasaan yang lebih manusiawi. Bila dahulu
manusia tidak berpakaian, pada zaman ini manusia sudah menggunakan pelbagai
jenis pakaian. Bila dahulu manusia percaya pada kisah-kisah mitos, sekarang
manusia percaya pada pikirannya. Manusia semakin berkembang dalam
kebudayaannya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.

Perkembangan kehidupan manusia dipengaruhi oleh cara pikir manusia


(alam pikiran manusia). Alam pikiran manusia itu yang membentuk suatu
kebudayaan yang baru yang merupakan pergeseran dari yang lama. Perkembangan
atau pergeseran pola pikir memiliki dua dimensi yaitu kontinuitas dan
diskontinuitas. Kontinuitas berarti perkembangan itu tidak sama sekali
memutuskan yang lama tetapi, perkembangan itu didasarkan pada kebiasaan yang
lama atau sebelumnya. Diskontinuitas berarti kebiasaan yang lama itu diganti
4

dengan kebidanan yang baru.

Menurut Van Peursen ada tiga bentuk alam pemikiran manusia. Ketiga
alam pemikiran itu antara lain: alam pikiran mistis, alam pikiran ontologis dan
alam pikiran fungsional.

Tahap ontologis adalah tahap di mana manusia mulai menganalisis alam.


Pada tahap ini manusia mulai bertanya tentang dunia. Manusia yang tidak lagi ada
dalam lingkaran kekuasaan mistis, tetapi secara bebas ingin meneliti segala hal
ihwal. Dalam tahap ini manusia mulai mengambil jarak terhadap segala sesuatu
yang dirasakan mengepung dirinya. Keadaan manusia dalam alam pikiran mistis
masih terkungkung dalam lingkaran dunia. Di mana dalam alam pemikiran mistis,
manusia takut terhadap dunia dan merasa inferior berhadapan dengan dunia.

Manusia berusaha mencari dan menemukan jawaban tentang “ada”.


Manusia berusaha mencari pengertian tentang apa yang dialaminya. Mereka
merenung dan merefleksikan hidupnya berhadapan dengan dunia yang dialaminya.
Dan perenungan ini tidak lain merupakan perenungan tentang “ada” itu sendiri.

Pada konteks ini, manusia mengalami perkembangan. Perkembangan itu


ialah sebuah pergerakkan dari “Mitos” ke “Logos”. Perkembangan dari mitos ke
logos ini membuat manusia dapat bertanya dan mencari pengertian tentang dunia
dan dirinya.

Manusia menggunakan pikirannya untuk menemukan pengertian tentang


“ada”. Namun dalam tahap ini memang manusia tidak hanya melulu berpikir
secara logis, tapi emosi dan harapan juga bermain juga agama dan keyakinan tetap
berpengaruh bagi kehidupannya.

Pertanyaan yang sering diajukan dalam alam pikiran ontologis adalah


tentang dunia transenden, tentang kebebasan manusia, pengertian mengenai
5

kehidupan, dan hal-hal yang bersifat eskatologis. Dari pertanyaan-pertanyaan itu


manusia memperoleh pengertian tentang dunia dan dirinya. Dengan demikian,
dalam alam pikiran ontologis ini, manusia berusaha memperoleh pengertian
mengenai daya-daya kekuatan yang menggerakkan alam dan manusia. Alam
pikiran seperti ini membebaskan manusia dari lingkaran mitologis. Alam pikiran
ontologis berani hidup dalam ketegangan jarak dengan mitologis. Pada tahap ini
manusia mengambil jarak (distansi) dengan dunia.

B. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

Berpikir adalah kemampuan penalaran manusia dengan proses yang benar.


Penalaran merupakan usaha logis dan analisis untuk menemukan jawaban atas
berbagai pertanyaan. Kemampuan ini tidak didapat melalui perasaan. Namun tentu
ada pengetahuan yang bersumber dari bukan penalaran, yaitu:

 Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan.


 Intuisi, kegiatan berpikir yang tidak analis. Intuisi adalah pengetahuan
yang timbul dari pengetahuan-pengetahuan terdahulu, intuisi dapat
menimbulkan penyelesaian permasalahan tanpa proses berpikir yang
sistematis.
 Wahyu, merupakan sumber pengetahuan yang paling tinggi
 Trial and error, mencoba dan menemukan kegagalan, mencoba lagi dan
gagal lagi hingga menemukan cara yang benar-benar tepat.

Macam-macam perkembangan pola pikir manusia, antara lain yaitu:

1. Rasionalisme
Rasionalisme merupakan pola pikir yang sangat mementingkan rasio.
Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu
6

pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Aliran Rasionalisme


berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad XVIII. Pada
zaman ini, hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang
eksklusif daya akal budi (rasio) untuk menemukan kebenaran.
2. Empirisme

Empirisme bersal dari kata Yunani yaitu emperia yang berarti pengalaman
inderawi. Oleh karena itu, empirisme dinisbatkan kepada paham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan dan yang dimaksudkan dengannya
adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman
batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya empirisme sangat
bertentangan dengan rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan
yang sejati berasal dari rasio, sehingga pengenalan indrawi merupakan suatu
bentuk pengenalan yang kabur. Sebaliknya empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan
pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

3. Kritisme

Kritisisme merupakan pola pikir manusia yang menyelidiki batas-batas


kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu,
kritisisme sangat berbeda corak dengan rasionalisme yang mempercayai
kemampuan rasio secara mutlak. Kritisisme menjembatani pandangan
rasionalisme dan empirisme, yang pada intinya ilmu pengetahuan berasal dari
rasio dan pengalaman manusia.

C. Mitos merupakan salah satu Perkembangan Pola Pikir Manusia

Mitos merupakan tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat pada


masa lampau yang mengandung penafsiran tentang alam semesta, dewa-dewa
7

maupun hal-hal ghaib serta dianggap benar-benar terjadi oleh orang yang punya
alur cerita, dikarenakan belum adanya jawaban-jawaban dari ilmu atau agama.
Meskipun ceritanya terkadang diluar nalar, mitos ini sangat berkembang pesat
pada zaman dahulu. Rasa ingin tahu manusia berkembang hingga ke arah
supranatural, dikarenakan pada zaman dahulu belum adanya ilmu pengetahuan
sehingga manusia hanya bisa menerka-nerka sendiri atas jawaban dan
keingintahuannya.

Sebagai contoh adanya pelangi yang manusia anggap bahwa pelangi itu
adalah selendang bidadari. Atau adanya sebuah kejadian angin puting beliung
sehingga mereka bertanya-tanya kenapa bisa terjadi seperti ini? Lagi-lagi mereka
mencari jawaban bahwa “mungkin penguasa alam sedang marah’’, sehinga mereka
mencari antisipasi supaya penguasa alam tidak marah dengan cara memberi
sesajen. Pengetahuan dan kepercayaan seperti inilah yang disebut sebagai mitos.
Penyebab terjadinya mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan
alat indera manusia misalnya:

1) Alat Penglihatan

Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tidak tampak jelas
oleh mata, mata tidak dapat membedakan benda-benda tersebut, demikian juga
jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka mata tidak mampu melihatnya.

2) Alat Pendengaran

Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30


sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tidak
terdengar.

3) Alat Pencium dan Pengecap Rasa


8

Manusia tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya.


Manusia hanya bisa membedakan 4 jenis rasa yaitu rasa manis, asam ,asin dan
pahit.

Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia ada


yang sangat tajam penglihatannya, ada juga yang tidak. Demikian juga ada yang
tajam penciumannya ada juga yang lemah akibat dari keterbatasan alat indera,
maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Jadi, mitos
dapat diterima oleh masyarakat karena keterbatasan pengetahuan yang disebabkan
keterbatasannya alat indra, dan rasa ingin tahunya sudah terpenuhi dengan mitos.

D. Al-Qur’an dan Hadist sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan, bukan Mitos

Semua persipalan tentang ilmu pengetahuan yang telah mantap dan


meyakinkan, merupakan pemikiran valid yang dianjurkan Al-Qur’an, tidak ada
pertentang sama sekali dengannya. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak
pula masalahnya, namun apa yang telah tetap daripadanya tidak sedikitpun
bertentangan dengan Al-Qur’an.

Di dalam Al-Qur’an terdapat ilmu pengetahuan ilmiah yang diungkapkan


dalam konteks hidayah. Misalnya, perkawinan tumbuh-tumbuhan ada yang zati’
dan ada yang khalti. Yang pertama adalah tumbuhan yang bunganya telah
mengandung organ jantan dan betina. Kedua adalah tumbuhan yang organ
jantannya terpisah dengan organ betina, seperti pohon kurma, sehingga
perkawinannya melalui perpindahan. Dan diantara sarana perpindahannya adalah
angin. Penjelasan demikian terdapat dalam firman Allah; “dan Kami telah
meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan)...” (QS. Al-Hijr 15:22)

Berkenaan dengan embriologi sebagaimana firman Allah : “Wahai manusia,


jika kamu terdapat keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
9

sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiaanya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan padamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa manusia memiliki kuoritas yang


tinggi atau mempunyai rasa ingin tahu rahasia alam dengan menggunakan
pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab
masalah dan tidak memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan diri, mereka
mencoba menjawab sendiri, sehingga muncullah pengetahuan baru. Pengetahuan
baru itu yang merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan
kepercayaan yang disebut dengan mitos.

Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima waktu karena


keterbatasan pengindraan, penalaran dan hasrat ingin tahu yang perlu segera
dipahami. Sehubungan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan
dan metode pemecahan masalah secara ilmiah yang dikenal dengan metode ilmiah
(scientific method).

Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babylonia (700-600 SM).


Mereka berpendapat bahwa alam semesta sebagai ruang setengah bola dengan
bumi yang datar sebagai lantainya, dan langit dengan bintang-bintang sebagai
atapnya, dan masih banyak mitos lainnya. Berdasarkan kemampuan berpikir
manusia yang semakin maju dan perlengkapan pengamatan makin sempurna, maka
mitos makin ditinggalkan orang dan cenderung menggunakan akal sehat atau rasio.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan ini penulis berharap, baik kami sebagai penulis
maupun para pembaca dapat menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pijakan

10
dan tolak ukur bagi perkembangan pola pikir untuk perkembangan ilmu
pengetahuan.
Demikian makalah yang kami susun. Apabila terdapat kesalahan baik dari
segi penulisan, bahasa, maupun isi, kami mohon maaf dan kami berharap kritik dan
saran yang membangun. Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat
khususnya bagi kami sebagai penulis, umumnya bagi para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Abqary, R.(2010). 101 info tentang ilmuan muslim. Bandung : DAR! Mizan

2. Alavi, Z. (2003). Pemikiran Pendidikan Islam pada abad klasik dan pertengahan.
Bandung: Angkasa

3. Azra, A. (2001). Pendidikan Islam

4. http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/06/mitos-sebagai-landasan-
perkembangan.ht

5. https://karyatulisku.com/alam-pikir-manusia-dan-perkembangannya/

6. https://www.kompasiana.com/sentosarnando/560f63604ff9fd2e05eb86e1/alam-
pikiran-manusia#

7. https://www.youtube.com/watch?v=aBxiV5pfCNU

8. https://www.asikbelajar.com/mitos-sebab-timbulnya-kenapa-diterima-
masyarakat/

12
13

Anda mungkin juga menyukai