Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TRADISI PADUNGKU KOMUNITAS PETANI MASYARAKAT MORI DAN


PAMONA DI KABUPATEN POSO

DISUSUN OLEH

OSWALDUS URUNG

A 311 19 030

KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tradisi Padungku
Komunitas Petani Mayarakat Mori dan Pamona di Kabupaten Poso ini dengan baik
dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis
tentang materi yang berkaitan dengan sosial budaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palu, 3 November 2022

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

Halaman Judul

Kata Pengantar ................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

Bab II Kajian Pustaka.......................................................................................3

A. Penelitian Tedahulu..............................................................................3
B. Kajian Teori..........................................................................................4

Bab III Metode Penelitian.................................................................................10

A. Jenis penelitian......................................................................................10
B. Teknik Pengumpulan Data...................................................................10
C. Teknik Analisis data.............................................................................11

Bab IV Hasil dan Pembahasan.........................................................................13

A. Hasil......................................................................................................13
B. Pembahasan .........................................................................................14

Bab V Penutup..................................................................................................18

A. Kesimpulan...........................................................................................18
B. Saran ....................................................................................................18

Daftar Pustaka...................................................................................................19

Lampiran...........................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Petani yang memiliki tradisi Padungku di wilayah Mori dan

Pamona. Wilayah indonesia yang memiliki beragam suku dan kebudyaan

membuat wilayah ini kaya akan berbagai macam kegiatan budaya di lingkungan

masyarakat. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat multikultur,

dengan berbagai kebudayaan yang menjadi ciri khas masing-masing daerah.

Kebudayaan tersebut dapat berupa suatu tradisi, ritual maupun upacara-upacara

tertentu yang memiliki makna tertentu bagi masyarakat (Alviyah, et. al, 2020).

Budaya atau tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama yang

menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang dilakukan terus menerus menjadi

suatu kebiasaan, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta manusia sebagai

anggota masyarkat. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut

keseluruhan aspek kehidupan manusia, baik material maupun non-material (Mirna

2020). Pelestarian kebudayaan Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh

bangsa (Siswati, et. al, 2020). Dalam hal ini bentuk tanggung jawab yang

dilakukan ialah bagaimana menjaga keaslian dari berbagai macam tradisi dan

budaya yang ada. Hal tersebut bisa dilakukan sejalan dengan menambah wawasan

masyarakat melalui berbagai macam sosialisai yang dilakukan oleh kominitas-

komunitas yang bergerak dalam bidang pelestarian budaya.

1
Tradisi yang unik dari setiap wilayh membawa ciri khas tersendiri. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengkaji taradisi yang ada di wilayah Mori dan

Pamona yaitu Padungku, dengan judul Tradisi Padungku Komunitas Petani

Masyarakat Mori dan Pamona di Kabupaten Poso.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Pelaksanaan Tradisi Padungku oleh Kemunitas Petani Masyarakat
Mori dan Pamona ?
C. Tujuan
1) Menjelaskan Pelaksanaan Tradisi Padungku oleh Kemunitas Petani
Masyarakat Mori dan Pamona.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Relevan
Penelitian relevan bertujuan untuk menjadi bahan perbandingan dan gambaran

bagi penelitian selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang membahas

mengenai padungku :

1. Muh. Ali Jennah, dkk (2021). Judul penelitiannya adalah Makna Padungku

pada Komunitas Pamona di Kecamatan Pamona Pasulemba. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan makna tradisi Padungku sebagai identitas

budaya masyarakat dan mendeskripsikan makna padungku dalam konteks

sosial keagamaan. Penelitian ini menggunakan tradisi penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Padungku sebagai bahasa identitas

budaya telah mengembangkan makna Festival Panen Agung Petani menjadi

sebuah perayaan tahunan yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat.

Padungku juga memiliki arti sebagai sarana integrasi sosial dan akulturasi

sosial; 2) Sistem kepercayaan animisme melalui tradisi padungku mengalami

perpindahan menuju sistem kepercayaan menurut ajaran agama.

2. Nofianti Lapasila, dkk (2020). Judul penelitiannya adalah Etnografi

Komunikasi Pergeseran Makna Pesan Tradisi Padungku Pasca Konflik Poso

di Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif

memakai metode etnografi komunikasi yaitu menggambarkan dan

3
menganalisisserta menjelaskan perilaku komunikasi dari kelompok sosial.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara

mendalam, dokumentasi dan studi pustaka. Selanjutnya data analisis

menggunakan tehnik analisis data model interaktif Huberman yakni

mengumpulkan data pada lokasi penelitian dengan menelaah hasil observasi

dan wawancara lalu mereduksinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pergeseran makna pesan tradisi Padungku mempunyai dampak positif dalam

harmonisasi sosial paska konflik di Poso Sulawesi Tengah.

3. Oswaldus Urung (2020). Penelitian yang akan dilakukan berjudul Tradisi

Padungku Komunitas Petani Pada Masyarakat Maori dan Pamona di

Kabupaten Poso. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pelaksanaan tradisi

Padungku oleh komunitas Petani Masyarakat Mori dan Pamona.

B. Kajian Teori
a) Tradisi
Tradisi adalah sesuatu yang diwariskan tidak berarti harus di terima,

dihargai, diasmilasi atau disimpan sampai mati. Tradisi merupakan suatu

gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama

dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang (Syahrudin,

et. al 2022). Koentjaraningrat dalam (Daud, Arifin , & D, 2020), kata tradisi

berasal dari bahasa latin traditium yang berarti di teruskan dalam pengertian

yang sederhana, tradisi diartikan sebagai sesuatu yang telah di inginkan untuk

sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyrakat.

4
Dalam pengertian tradisi ini, hal yang paling mendasar dari tradisi adalah

adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis

maupun lisan oleh karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat penuh. selain itu

tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat

manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam

kehidupan sehari-hari para angota masyarakat itu.

Dari teori diatas mengenai tradisi, penulis dapat menulis sebuah

pendapat bahwa tradisi merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang

ada karena adanya warisan leluhur, kemudian dilestarikan dan dikembangkan.

Berikut ini adalah macam-macam tradisi yang masih berkembang

ditengahtengah masyarakat Indonesia dan masih dijaga keberadaannya.

1. Tradisi ritual agama

Masyarakat Indonesia adalah masyrakat yang majemuk, salah satu

akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beranekaragaman ritual

keagamaan yang dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing

pendukungnya. Ritual keagamaan tersebutmempunyai bentuk atau cara

melestarikan serta maksud dan tujuan yang berbeda-beda antara kelompok

masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya.

Agama-agama lokal atau agama primitif mempunyai ajaran-ajaran

yang berbeda yaitu ajaran agama tersebut tidak dilakukan dalam bentuk

tertulis tetapi dalam bentuk lisan sebagaimana terwujud dalam tradisitradisi

atau upacara-upacara ( Suber, 2020).

5
2. Tradisi ritual budaya

Orang Indonesia dalam kehidupannya masih penuh dengan upacara,

baik upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dari

keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, sampai pada saat

kematiannya, atau juga upacara-upcara yang berkaitan dengan aktifitas

kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khusunya bagi para petani,

pedagang, nelayan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan tempat

tinggal, seperti membangun gedung untuk berbagai keperluan, membangun

dan meresmikan tempat tinggal, pindah rumah dan sebagainya.

Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam rangka untuk menangkal

pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak dikehendaki yang akan

membahayakan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Upacara ritual

tersebut dilakukan dengan harapan pelaku upacara agar hidup senantiasa

dalam keadaan selamat (Dolly Rizky, 2021).

b) Padungku

Padungku yaitu sebuah bentuk ucapan syukur atas hasil panen

(Jennah, et. al , 2021). Padungku berasal dari bahasa Bare’e, yaitu dungku,

yang artinya telah selesai/rampung. Penambahan awalan pa pada kata dungku

menunjuk pada proses pertanian yang telah selesai dikerjakan. Hal-hal yang

telah selesai/rampung dikerjakan itu adalah memetik padi (olu mo), proses

menertibkan padi (ri baora) dan proses menyimpan padi (ri poniu). Sebagai

ungkapan rasa syukur, sukacita, dan bahagia atas proses yang telah berakhir

6
itu maka diadakanlah padungku. Jadi, padungku adalah perayaan atas proses

pertanian yang telah berakhir di tahun tanam berjalan. Sederhananya,

padungku adalah ucapan syukur setelah panen raya (Ones 2020).

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis uraikan bahwa padungku

merupakan tradisi masyarakat yang ada dimana merupakan kegiatan ucapan

syukur atas hasil panen masyarakat.

c) Komunitas

Komunitas merupakan kelompok sosial sebagai tempat hidup bersama

dari orang-orang yang saling memberi dan membantu tanpa pamrih atau tanpa

mengharapkan balasan apapun. Komunitas mempunyai budaya dan sistem

pengetahuan sendiri, yang dijalankan oleh setiap anggotanya sebagai kearifan

lokal komunitas (Hariadi, et. al, 2020). Menurut Yusutria, et. al (2020)

kearifan lokal merupakan de-ide lokal yang baik dan bijak, penuh kearifan,

yang tertanam dan diikuti seluruh anggota komunitas.

Dari pendapat di atas penulis dapat menguraikan bahwa, komunitas

merupakan sebua kelompok yang terdiri dari masyarakat yang melakukan

kegiatan-kegiatan sosial.

d) Petani

Menurut Richard (2021) Pengertian petani dapat didefinisikan sebagai

pekerjaan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk

menghasilkan bahan pangan, bahan baku, industri atau sumber energi, serta

untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup

7
dengan menggunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Secara

umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk

di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.

Petani dalam pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang

melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan dan

mikroba) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, petani juga diartikan

sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis

tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim (Efen, et. al 2020).

Dari pengertian diatas, penulis dapat memahami bahwa petani

merupakan suatu kegiatan yang memanfaatkan alam guna untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang dilakukan oleh manusia.

e) Masyarakat

Secara umum pengertian masyarakat adalah sekumpulan individu-

individu/ orang yang hidup bersama, masyarakat disebut dengan “society”

artinya adalah interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan,

berasal dari kata latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal

dari kata bahaa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi).

Dengan kata lain pengertian masyarakat adalah suatu struktur yang

mengalami ketegangan organisasi maupun perkembangan karena adanya

pertentangan antara kelompokkelompok yang terpecah secara ekonomi

menurut (Donny & Irwansyah 2020).

8
Kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai sistem sosial oleh

karena didalam masyarakat terdapat unsur-unsur sistem sosial. Secara garis

besar, unsur-unsur sistem sosial dalam masyarakat adalah orangorang yang

saling tergantung antara satu sama lainya dalam suatu keseluruhan. Dalam

ketergantungan itu sekumpulan manusia yang terintegrasi yang bersifat lebih

kekal dan stabil. Selama masing-masing individu dalam kelompok masyarakat

itu masih saling tergantung dan masih memiliki kesamaan dan keseimbangan

perilaku, maka selama itu pula unsur-unsur sistem sosial menjalankan

fungsinya. Sedangkan secara khusus dan rinci unsur sistem sosial dalam

masyarakat adalah status, peranan dan perbedaan sosial dari individu-individu

yang saling berhubungan dalam suatu struktur sosial (Megi Riyan 2022).

9
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelititian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Sukmawati (2020), penelitian Kualitatif yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan eksperimen

kunci dengan analisis data bersifat induktif.

Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang menggambarkan semua

data atau keadaan subjek atau objek penelitian kemudian dianalisis dan

dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini dan

selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya dan dapat

memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

B. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagi teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

10
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam (H. A. Prabowo, et. al 2022)

Jadi, pada penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data

dari responden yaitu melakukan tanya jawab dengan petugas musum Negeri

Suawesi Tengah.

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat

dipercaya kalau didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni

yang telah ada (Salman & Himan, 2022).

Jadi, pada penelitian ini dokumentasi diperlukan untuk mendukunga

hasil penelitian yang telah dilakukan melalui metode wawancara.

C. Teknik Analisis Data

1) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu perlu

segerah dilakukan analisi data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono dalam

M. A Thalib (2022), dijelaskan bahwa mereduksi data berarti data berarti

merangkum, memili hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

11
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data

dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2) Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data atau menyajikan data. Dalam penelitian ini, penyajian

data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori

dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkna untuk

memahami apa yang terjadi, merencenakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah difahami tersebut (A. P. Irawan, 2022).

3) Penarikan Kesimpulan

Langkah ke tiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Ytetapi apabila kesimpulan yang telah

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten

saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (M. Sari, et. al 2022).

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti memperoleh

beberapa data terkait padungku. Pada saat bertemu dengan narasumber, peneliti

menanyakan beberapa hal terkait kegiatan padungku. Menurut narasumber yang

berada di Museum Sulawesi Tengah :

“padungku merupakan upacaran ucapan syukur hasil panen. Tradisi


Padungku berasal dari suku asli yang mediami kabupaten Poso, yaitu Suku
Pamona dan suku Mori. Sebelum keguatan padungku dilakukan, masyarakat
yang telah melakukan panen, mereka menyisihkan sebagian dari hasil panen
untuk diserahkan ke Gereja. Masyarakat pamona dan mori itu mayoritas
agama Kristen sehingga padungku ini sama seperti ajaran yang mereka anut
dan tertulis di Alkitab.”

Padungku merupakan tradisi yang ada sejak dahulu yang dilakukan oleh

masyarakat setempat di suku Pamona dan Mori. Menurut nasumber :

“dalam beberapa tahun terakhir ini, tradisi Padungku itu bukan hanya
sekedar kegiatan budaya saja. Hal ini dikarenakan Tradisi Padungku dalam
beberapa tahun terakhir sangat berperan dalam menjaga dan merawat kembali
kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Poso, yang kita kenal dikenal
dengan kota bekas Konflik antar agama (Islam dan Kristen) yang terjadi pada
tahun 1998 hingga 2000.
Kegiatan padungku merupakan kegiatan yang melibatkan semua lapisan

masyarakat. Semua lapisan masyarakat berhak untuk ikut berperan dalam

kegiatan ini. Menurut narasumber :

“pada saat berlangsungnya perayaan Padungku dapat dilihat banyak warga


yang saling berkunjung di rumah-rumah yang menyediakan hidangan.

13
Tidak  hanya sesama nasrani saja, tetapi kita bisa melihat para kerabat,
tetangga bahkan warga diluar Kasiguncu yang beragama Islam datang untuk
berkunjung.”
Padungku melibatakan semua lapisan masyarakat, yang bertujuan untuk

meciptakan suasana damai dan tentram di antara perbedaan yang ada dalam

lingkungan masyarakat tersebut.

B. Pembahasan

Wilayah Indonesia memiliki keragaman budaya termasuk adat istiadat  dan

tradisi-tradisi yang masih ada sampai saat ini. Setiap suku memiliki kebiasaan

atau tradisi masing-masing, hal ini membuat Indonesia kaya akan nilai-nilai

budaya. Saat ini tradisi yang ada di Indonesia seakan mulai memudar.. Salah satu

akibatnya ada beberapa tradisi yang sudah tidak lagi dipraktekan, karena dianggap

sudah tidak sesuai dengan kondisi sosial yang ada pada masa kini. Akan tetapi

ada beberapa tradisi di Indonesia yang masih bertahan dan terus di praktekan

hingga sekarang, ada juga yang sudah sedikit dimodifikasi seiring perkembangan

zaman dan ada pula yang masih terjaga keasliannya. Seperti tradisi Padungku

yang ada di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Padungku merupakan upacaran ucapan syukur hasil panen kebun atau ladang.

Tradisi Padungku berasal dari suku asli yang mediami kabupaten Poso, yaitu

Suku Pamona dan suku Mori yang mayoritas menganut agama Kristen. Karena

Tradisi padungku berasal dari suku Pamona dan Mori, maka tradisi ini sudah

berubah mengikuti ajaran yang ada pada kitab agama Kristen. Sama halnya

14
Padungku, dalam ajaran Al-Kitab ditekankan adanya persembahan kepada Tuhan

lewat hasil jerih payah umat-Nya. Jika dalam sejarah Al-Kitab diceritakan bahwa

korban persembahan adalah hasil pertama dan terbaik lalu dibakar. Saat ini

persembahan hasil panen dipersembahkan kepada Gereja dengan menyerahkan

hasil panen tersebut.

(Foto kegiatan padungku. Sumber : http://indonesianall.blogspot.com/)


Petani yang baru panen disawah, maka sepersepuluh panen diserahkan kepada

pihak gereja. Gereja akan melelang hasil persembahan tersebut dalam bentuk uang

agar mudah dalam penyimpanan. Usai persembahan ke Gereja, diadakanlah tradisi

Padungku yakni pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur dari warga atas hasil

panen yang melipah. Padungku dilaksanakan satu kali dalam setahun. Waktu

penetapan padungku ditetapkan dalam musyawarah bersama untuk mencari waktu

yang tepat untuk melakukan pelaksanaan tradisi tersebut. Biasanya Padungku

15
dilaksanakan dua bulan usai panen. Masing-masing desa yang ada di kabupaten Poso

memiliki waktu Padungkunya sendiri-sendiri, bergantung pada hasil panen dan

kesepakatan bersama.

Dalam beberapa tahun terakhir, tradisi Padungku bukan hanya sekedar

momentum budaya saja. Hal ini dikarenakan Tradisi Padungku dalam beberapa tahun

terakhir sangat berperan dalam menjaga dan merawat kembali kerukunan antar umat

beragama di Kabupaten Poso, yang dikenal dengan kota bekas Konflik antar agama

(Islam dan Kristen) yang terjadi pada tahun 1998 hingga 2000.

(Foto Kebersamaan Kegiatan Padungku. Sumber :


https://indonesiasejarahbangsa.wordpress.com/)

16
Pada saat berlangsungnya perayaan Padungku dapat dilihat banyak warga

yang saling berkunjung di rumah-rumah yang menyediakan hidangan. Tidak  hanya

sesama nasrani saja, tetapi kita bisa melihat para kerabat, tetangga bahkan warga

diluar Kasiguncu yang beragama Islam datang untuk berkunjung. Tak luput mereka

juga menyediakan hidangan yang bisa dikonsumsi oleh selain warga yang beragama

nasrani. Karena bagi masyarakat kasiguncu tradisi padungku tidak mengenal agama

dan ras, melainkan bagi mereka padungku adalah hal yang mendamaikan.

Perayaan Padungku memang bukan sekedar momentun budaya, melaikan

perayaan yang memperkuat hubungan silaturahmi melahirkan momen-momen

bahagia seperti canda gurau dan lain sebagainya. Perayaan padungku menjadi

jembatan bertemunya orang-orang lintas generasi, profesi, strata, agama, suku dan

perbedaan lainnya. Karena pada akhirnya budaya itu terbangun dari perdaban yang

semuanya bergerak dinamis dan sangat kontekstual dengan kondisi saat ini. Dalam

arti harfiahnya padungku merupakan perayaan pesta panen, tetapi disisi lain Tradisi

Padungku merupakan momen dimana kita bisa memaknai suatu kebersamaan

menguatkan hubungan silaturahim sesama warga masyarakat kota Poso, sesama umat

beragama terkhusunya di Kasiguncu, Poso Pesisir kabupaten Poso. Sejak 1 januari

2016 Padungku ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Padungku merupakan upacaran ucapan syukur hasil panen kebun atau ladang.

Tradisi Padungku berasal dari suku asli yang mediami kabupaten Poso, yaitu

Suku Pamona dan suku Mori yang mayoritas menganut agama Kristen. Petani

yang baru panen disawah, maka sepersepuluh panen diserahkan kepada pihak

gereja. Gereja akan melelang hasil persembahan tersebut dalam bentuk uang agar

mudah dalam penyimpanan. Usai persembahan ke Gereja, diadakanlah tradisi

Padungku yakni pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur dari warga atas hasil

panen yang melipah. Padungku dilaksanakan satu kali dalam setahun. Waktu

penetapan padungku ditetapkan dalam musyawarah bersama untuk mencari waktu

yang tepat untuk melakukan pelaksanaan tradisi tersebut. Padungku sebagai

warisan budaya wajib untuk dilestarikan karena akan berhadapan dengan situasi

di era saat ini yang rentan melupakan budaya.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapakan pembaca tidak hanya

menjadikan makalah ini sebagai satu satunya sumber referensi, melainkan

mencari dan menambah sumber bacaan yang lain sehingga pemahaman pembaca

mengenai materi ini semakin luas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alviyah, K., Pranawa, S., & Rahman, A. (2020). Perilaku Konsumsi Budaya
Masyarakat dalam Tradisi Labuhan Ageng di Pantai Sembukan. Indonesian
Journal of Sociology, Education, and Development, 2(2), 135–143.
https://doi.org/10.52483/ijsed.v2i2.28
Mirna. (2022).Prespektif Islam Terhadap Tradis Mappasoro Bagi Masyarakat
Bojoale di Desa Nepo Kec. Mallusetasi Kab. Barru. Skripsi.Institut Agama
Islam Negeri Pare Pare.
Siswati, A., Dewantara, A., & Madiarsih, N. C. (2020). Pelestarian Budaya Lokal
melalui Edukasi Pengenalan Batik Tulis Khas Kabupaten Malang bagi
Kelompok PKK. 5(November), 249–256.
Syahruni, Hambali, Rahmatiah. (2022). AUFKLARUNG : Jurnal Kajian Bahasa ,
Sastra Indonesia , dan Pembelajarannya. AUFKLARUNG: Jurnal Kajian
Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pembelajarannya, 1(2), 138–146.
Hariadi, U., Suratman, S., Gunawan, T., & Armawi, A. (2020). Kearifan Lokal
Komunitas Sebagai Modal Sosial alam Manajemen Bencana Alam. Majalah
Geografi Indonesia, 33(2). https://doi.org/10.22146/mgi.48548
Jennah, M. A., Nawing, K., & Kulyawan, R. (2021). Makna Padungku pada
Komunitas Pamona di Kecamatan Pamona Pasulemba. Jurnal Kreatif Online,
9(1), 61–74.
Lapasila, N., Bahfiarti, T., & Farid, M. (2020). Etnografi Komunikasi Pergeseran
Makna Pesan Tradisi Padungku Pasca Konflik Poso Di Sulawesi Tengah.
Scriptura, 10(2), 111–122. https://doi.org/10.9744/scriptura.10.2.111-122
Saadia, E. (2020). Integrasi Sosial Petani Rumput Laut Dalam Meningkatkan Pola
Hidup (Studi Di Desa Nain Satu Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara)
Prabowo, H. A. et. al. (2022). Analisis Pengelolaan Keuangan Terhadap
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Remaja Masjid Jami Al-
Istiqomah). / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 8(15), 707-716.
Yusuf, R., Hendawati, H., & Wibowo, L. A. (2020). Pengaruh Konten Pemasaran
Shoppe Terhadap Pembelian Pelanggan. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan
IImu Sosial, 1(2), 506–515. https://doi.org/10.38035/JMPIS
Salman & Himan. (2022). Penilaian Akhlaq Al-Kharimah Di Madrasah Tsanawiyah
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Jurnal Studi Pendidikan Islam.
E-ISSN: 26143941 P-ISSN: 2614-3925

19
M. A Tallib (2022). Mengungkap praktik akuntansi di masjid berbasis nilai-nilai
kearifan lokal gorontalo. 10(1).
A. P. Irawan. (2020). Peranan Tokoh Masyarakat Dalam Meningkatkan
Pembangunan Desa Di Desa Baru Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur
Kabupaten Kerinci. e-ISSN : 2747-1578 Vol. 4 No. 5, – Mei 2022 p-ISSN :
2747-1659
M. Sari. (2022). Implementasi Manajemen Strategik Kepala Madrasah Untuk
Menghadapi Era Revolusi 4.0. Volume 1 Nomor 1 Juni 2022, Pages 27-38 ISSN:
2830-2531 (Online); ISSN: 2830-3318 (Printed).
Daud, et. al,. (2020). The Traditions Of The Community Of Maleku Village In The
District Of The East Luwu District , As A Source Of Materials To Teach
Geography At Sma Negeri 4 East Luwu. 17(1), 45–54.
Dolly Rizky. (2021). Jurnal sejarah dan pembelajaran sejarah. 7 ISSN:1412-8187.

Suber (2020). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa
Orahili Kecamatan Pulau-Pulau Batu Kabupaten Nias Selatan. Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Administrasi Publik, Dan Ilmu Komunikasi (JIPIKOM), 2(1),
46–52. https://doi.org/10.31289/jipikom.v2i1.180
Morokuhi, O. (2020). Tradisi Hospitalitas Untuk Pendidikan Perdamaian Di Poso. In
Jurnal Shanan (Vol. 1, Issue 1, pp. 22–82).
https://doi.org/10.33541/shanan.v1i1.1467
Yustria, et. al. (2020). Representasi Nilai Estetis dalam Syair Karambangan Suku
Pamona (Aesthetic Value Representation In the Karambangan Poem of the
Pamona Tribe). Indonesian Language Education and Literature, 7(2), 401.
https://doi.org/10.24235/ileal.v7i2.9404
Untuk, D., & Tugas-tugas, M. (2022). Skripsi RADEN INTAN LAMPUNG 1443 H /
2022 M Skripsi.
Ricard (2021). IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK KEPALA Meiliza Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Kifayah Riau Muhammad Fadhil Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Muhammad Amin Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Al-Kifayah Riau. 1, 27–38.
Megi Riyan. (2022). Pengaruh Konten Pemasaran Shoppe Terhadap Pembelian
Pelanggan. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan IImu Sosial, 1(2), 506–515.
https://doi.org/10.38035/JMPIS
Sukmawati. (2020). Media Dan Upaya Mempertahankan Tradisi dan NIlai-Nilai

20
Adat. Channel Jurnal Komunikasi, 7, No. 1.

21
LAMPIRAN

(Foto bersama Pak Drs. Rim , M. Hum, Petugas Analis Koleksi Museum Sulawesi

tenngah)

22

Anda mungkin juga menyukai