Anda di halaman 1dari 6

Tradisi Padungku Masyarakat di Kecamatan Mangkutana

Hendro Tri Widodo


Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial & Hukum
Universitas Negeri Makassar
hendrounm@gmail.com

Abstrak

Tradisi Padungku merupakan suatu bentuk adat istiadat atau kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Mangkutana sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas hasil panen yang melimpah. Padungku dilaksanakan sekali dalam setahun, dan waktunya
berbeda-beda antara wilayah yang satu dengan yang lainnya sesuai hasil kesepakatan masyarakat
setempat. Biasanya, sebelum merayakan Padungku, diawali dengan ibadah ucapan syukur di Gereja
dengan membawa buah sulung hasil panen setiap masyarakat dalam satu periode tanam. Buah
sulung yang dikumpulkan dapat berupa beras maupun gabah.

Kata Kunci : 1) tradisi 2) padungku 3) mangkutana

Abstrack

The Padungku tradition is a form of custom or habit carried out by the people of Mangkutana
District as a form of thanksgiving to God Almighty for an abundant. Padungku is held once a
year, and the time varies from one area to another according to the agreement of the local
community. Usually, before celebrating Padungku, it begins with a thanksgiving service at
the Church by bringing the first fruits of each community’s harvest in one planting
period.The firstfruits collected can be either rice or grain.

Keywords: 1) tradition 2) padungku 3) mangkutana

A. Pendahuluan Tradisi Padungku dilaksanakan satu kali dalam


satu tahun. Waktu pelaksanaannya ditetapkan
Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun melalui musyawarah bersama untuk mencari
dalam suatu masyarakat. Tradisi merupakan waktu yang tepat. Biasanya Padungku
mekanisme yang dapat membantu untuk dilaksanakan dua bulan setelah masa panen
meningkatkan pergaulan antar anggota usai. Masing-masing Desa yang ada di
masyarakat atau komunitas. Hal yang paling Kabupaten Poso dan sekitarnya memiliki
mendasar dari sebuah tradisi adalah adanya waktu padungkunya sendiri-sendiri,
informasi atau nilai-nilai yang diteruskan dari bergantung pada hasil panen dan kesepakatan
generasi ke generasi berikutnya baik tertulis bersama. Apabila ada keluarga yang tidak
maupun tidak tertulis. Seperti yang dijelaskan memiliki lahan pertanian tetapi
Coomans (1987), tradisi merupakan sebuah berpenghasilan dari pekerjaan lain, seperti
gambaran sikap dan perilaku manusia yang pedagang, tenaga pendidik, pegawai
sudah berproses dalam waktu lama dan pemerintahan, karyawan swasta dan
dilakukan secara turun temurun dimulai dari penyedia jasa. Maka masing-masing orang
nenek moyang. Tradisi yang sudah akan menyesuaikan diri dengan cara
membudaya akan menjadi sumber dalam menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
berakhlak dan budi pekerti seseorang. kegiatan Padungku. Sehingga tidak hanya
petani yang usai panen saja, tetapi semua pesta rakyat saja, namun bagaimana
masyarakat bisa melakukan Padungku. masyarakat masih menjaga nilai asli dari
tradisi Padungku tersebut. Untuk itu, kajian
Pemaknaan masyarakat tentang tradisi
dalam penelitian ini membahas dan
padungku digambarkan dengan cara
memaparkan mengenai makna tradisi
pelaksanaan masyarakat terhadap tradisi
padungku sebagai identitas kultural
padungku yang memiliki adanya norma, nilai,
masyarakat serta makna padungku dalam
dan aspek kehidupan lainnya yang menjadi ciri
konteks sosial agama.
khas dari tradisi padungku. Eksistensi
padungku memberikan gambaran pada Hal itu disebabkan karena nilai budaya
masyarakat bahwa tradisi padungku memiliki merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu
makna dan nilai-nilai luhur. Persepsi yang ada dalam alam pemikiran sebagian
Padungku bagi masyarakat Pamona pastinya besar dari masyarakat yang mereka anggap
sangat beragam. Makna yang dimaksudkan bernilai, berharga, dan penting dalam hidup
adalah pemahaman terhadap nilai-nilai luhur sehingga dapat berfungsi sebagai suatu
yang sudah diwariskan oleh para leluhur. pedoman yang memberi arah dan orientasi
Harapan bersama pastinya masyarakat masih pada kehidupan para warga masyarakat atau
terus menjaga dan memahami makna aslinya, berorientasi pada nilai sosial masyarakatnya
bukan hanya sekedar kegiatan ritual atau (Koentjaraningrat, 2009).

B. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif mengandung nilai-nilai tertentu dilihat dari
kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena aspek sosial budaya.
penelitian ini dimaksud untuk menggali nilai
dan pengalaman mengenai makna dan
pelaksanaan tradisi Padungku dalam Nilai keterkaitan sosial “Padungku”
kehidupan komunitas masyarakat Pamona.
Penggalian nilai-nilai tersebut dimaksudkan Pemahaman mengenai padungku sebagai
untuk memperoleh pemahaman dan identitas dimulai dari pemahaman menurut
kaitannya dari pengalaman para informan bahasa. Padungku merupakan kata yang
yang terlibat dalam proses pelaksanaan tradisi sangat populer di tanah Poso, terutama oleh
Padungku. Pendekatan kualitatif menurut komunitas pamona sebagai pendukung dan
para ahli berusaha untuk mengungkapkan pelaku utama tradisi ini. Kalangan tertentu
realita sosial dalam latar yang alami. menganalisis bahwa padungku berasal dari
bahasa pamona yang berarti sudah rapi,
C. Pembahasan sudah tuntas dan sudah bersih. Elaborasi dari
pengertian diatas adalah jika para petani telah
Padungku dan nilai integrasi sosial budaya
melaksanakan panen besar-besaran dalam
Berdasarkan realitas diatas menunjukkan bidang pertanian dan semua alatalat yang
bahwa padungku sebagai nilai-nilai sosial digunakan dalam bidang pertanian disimpan
memiliki nilai yang fungsional bagi pada kolom rumah, maka aktivitas kolektif
masyarakat. Dalam perspektif sosiologis, petani melaksanakan syukuran sebagai hari
suatu tradisi tertentu dapat bertahan lama, raya petani pada komunitas pamona
dipelihara dan berkembang dalam masyarakat
Padungku dalam perspektif komunitas
karena tradisi tersebut memiliki atau
pamona, dipahami secara praktis sebagai hari
raya petani sebagai manifestasi tanda syukur pergeseran sosial sebagai syukuran tahunan
kepada Tuhan penguasa alam raya yang telah yang tidak hanya dilaksanakan oleh para
memberikan rezeki dan keberhasilan Petani petani tetapi juga dilaksanakan oleh berbagai
dalam bidang pertanian dan perkebunan. komponen dalam masyarakat, baik petani,
Burase (2019) menjelaskan bahwa Padungku pedagang, karyawan, guru, nelayan, tukang
sebenarnya merupakan perpaduan antara dan sebagainya.
tradisi adat masyarakat Nasrani khususnya
Suku Mori dan Pamona, suku Kabupaten
Poso, untuk mengucap syukur atas berkat Padungku dan nilai-nilai pembauran sosial
yang telah Tuhan berikan. Lazimnya,
Padungku dilaksanakan setelah panen dan Pembauran sosial dalam konteks ini
dikaitkan dengan acara keagamaan untuk dimaksudkan bahwa padungku yang
merayakannya. Masyarakat desa mulanya dilaksanakan secara kontinu tersebut, yang
akan mengikuti ibadah di gereja sebelum melibatkan berbagai komponen dan elemen
menyambut tamu di rumah masing-masing. masyarakat dapat merubah cara berpikir dan
perasaan masyarakat dari berbagai latar
Pelaksanaan pesta syukuran petani relatif belakang etnis dan agama titik padungku
bervariasi waktunya untuk masingmasing memuat nilai toleransi, saling menghargai dan
wilayah, di Kabupaten Poso. Khusus untuk juga dapat menghindari masyarakat dari sikap
wilayah kecamatan pamona pusalemba diskriminatif dan prasangka antar etnis.
pelaksanaannya berlangsung pada bulan Proses akulturasi terhadap budaya lokal
September atau Oktober. Penetapan tersebut memiliki banyak fungsi dan makna
waktunya didasarkan pada masa berakhirnya terhadap etnis lain yang bertempat tinggal di
kegiatan panen dari para petani. Realitas ini wilayah pamona. kebudayaan ini berasal dari
menunjukkan bahwa padungku sebagai nenek moyang suku Pamona yang mayoritas
bahasa dan identitas kultural merupakan hari berada di Poso. Namun menyebar hingga
raya petani atau pesta syukur petani sehabis beberapa daerah sekitar Poso, Tojo una-una,
panen. Namun demikian realitas lain dan Morowali. Menurut Hadi (2000),
menunjukkan bahwa hari raya ini bukan Padungku Mirip dengan beberapa
hanya dilaksanakan oleh para petani tetapi kebudayaan di tanah Jawa, inti dari perayaan
hampir seluruh masyarakat pada wilayah ini adalah merayakan dan bersyukur atas
tersebut terlibat dalam hari raya padungku. panen yang hasil utamanya adalah “pae” atau
Tradisi padungku ini tidak hanya diikuti oleh beras. Masyarakat mulai bersiap seminggu
komunitas etnis pamona akan tetapi juga sebelum acara dimulai, semua masyarakat
diikuti oleh komunitas lain yang berada atau desa mulai mencari daun-daun dan bambu.
bertempat tinggal di pamona pusalemba. Kemudian para pria mulai membangun tenda-
Seperti orang Jawa, orang Bali, orang Toraja, tenda terpal di lapangan desa. Melalui
dan sebagainya. Berkenaan dengan realitas di padungku, terlihat nilai-nilai gotong royong
atas maka pada waktu pelaksanaan padungku dan persaudaraan sangat terasa di sini.
yang biasanya ditetapkan pada hari Jumat
elemen-elemen warga masyarakat yang Keterlibatan etnis lain dalam tradisi padungku
bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai karena yang bersangkutan merasa diri sebagai
swasta ikut serta dalam hari raya tersebut petani yang semestinya turut merayakannya
walaupun tidak ada pengumuman resmi dari dan berbahagia bersama petanipetani lainnya
pemerintah sebagai hari libur. Padungku sebagai bagian dari nilai kebersamaan, karena
dalam konteks bahasa, pada dasarnya tidak mengandung pengertian simbolik yang
menyalami perubahan pengertian, pengertian berkaitan dengan kegiatan sehari-harinya
tetapi dalam perspektif sosiologis mengalami sebagai petani. Berkenaan dengan makna
simbolik tersebut maka para petani dari diikat dengan bagian yang lebih sedikit tiap-
berbagai latar belakang daerah dan etnis tiap ikatan, lalu diperciki darah seekor ayam
tertentu, sangat mudah berakulturasi dan yang disembelih . Padi yang sudah dipercik
terintegrasi dengan masyarakat di pamona darah ini sebagian dibawa ke lobo , rumah
dan turut serta dalam pesta padungku adat Pamona. Peletakan padi di lobo disebut
tersebut. Mpetomaya. Sebagian lainnya dari ikatan padi
yang dipanen pertama diikat dengan ikatan
kecil diletakkan di atas parapara atau
Makna padungku dalam kehidupan sosial perapian di atas dapur kayu. Bagian padi yang
agama diletakkan di atas perapian ini ditunggu
sampai kering. Setelah padi kering, padi itu
Masyarakat pamona yang hidup dan ditumbuk untuk dimasak. Makan padi baru,
berkembang di wilayah perbukitan, pada demikian orang tua dulu menyebutnya. Padi
umumnya bekerja sebagai petani dan tukang baru yang diolah untuk dimasak dimakan
tukang kebun. Mereka pada umumnya telah bersama dengan ayam yang sebelumnya
menganut sistem kepercayaan animisme. digunakan.
Komunitas petani pada waktu itu,
mempercayai bahwa tanah dan hutan Padungku sebagai manifestasi ritual adat
belantara tempat mereka bermukim di kuasai syukuran atas keberhasilan pertanian, kami
oleh dewa-dewa tertentu, yang juga mereka telah mengalami transformasi setelah agama
kenal dengan istilah “Pue” setiap kali mereka Kristen masuk di wilayah Poso pada tahun
panen raya dalam 1 tahun mereka melakukan 1989. Agama Kristen yang dibawa ke Sulawesi
pesta syukuran yang disebut tradisi padungku, Tengah khususnya ke Poso oleh dua tokoh
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. utama yakni Albert Christian kruyt dan N.A
Berkat kemurahan dan perlindungan dari para Adrian, berangsur-angsur merubah cara
dewa tersebut Setiap tahun setelah kelompok pandang masyarakat tentang sistem
petani yang tinggal bersama-sama di wilayah kepercayaan animisme yang dianut
tertentu, melakukan tradisi padungku. sebelumnya.
Padungku ini merupakan acara syukuran
Konsep Pue, seperti yang dipahami oleh
pertanian terhadap para dewa-dewa tersebut
masyarakat Pamona berangsur-angsur
di atas pengucapan syukur tersebut terhadap
mengalami perubahan, dari Pue berupa dewi-
Dewa dilaksanakan di bawah pohon beringin
dewi penguasa alam semesta, berubah
besar. Hal ini didasarkan pada suatu
menjadi Pue dalam pengertian Tuhan”yesus”
keyakinan bahwa para dewa berada
sesungguhnya tidak banyak yang
(bersemayam) di pohon tersebut ketika
mengetahuinya Kapan konsep”Pue”itu
masyarakat mempersembahkan sesuatu
mengalami perubahan makna tetapi
dalam acara syukuran.
realitasnya pada masa kini konsep tuhan
Menurut Gogali (2017) Pada waktu panen seperti yang dikemukakan diatas telah
dimulai, pertama-tama, diambillah dua ikat mengalami perubahan yang dapat diukur
yang pertama dipetik, kemudian disendirikan, dalam setiap pesta ritual padungku
akan dibawa ke Lobo, untuk disembahyangi
Menurut Tosadu (2013) Pada Etnis Pamona
atau berdoa kepada Pue Palaburu, sebutan
yang ada di kabupaten Poso dalam
pada Tuhan sang pencipta di Pamona. Dalam
melaksanakan padungku sama artinya dan
doa disampaikan permohonan untuk
fungsinya yaitu pengucapan rasa syukur
keberhasilan dalam memanen padi, agar padi
kepada tuhan atas keberhasilan panen
yang dipanen bernas dan tetap, tidak kosong.
mereka kemudian di tuangkan dalam proses
Setelah doa, diambil sebagian dari padi diikat,
syukuran. Ritual padungku ini adalah
pengucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa Tuhan adalah manifestasi dari doa dari para
yang telah memberikan rezeki dan pendeta. Berkenaan dengan hal tersebut
keselamatan dari pembukaan lahan atau maka warga masyarakat mempersiapkan
lokasi ladang hingga masa panen. Makna berbagai jenis materi yang akan dibawa ke
simbol inilah yang dituangkan dalam gereja.
ungkapan kegembiraan. Setelah proses panen
Hari raya padungku di Tanah pamona ini,
selesai mereka mengundang masyarakat desa
keberadaannya bermakna ganda baik secara
tetangga untuk hadir dan berkumpul di
vertikal maupun horizontal. Makna
tengah kebun padi untuk menyelenggarakan
vertikalnya dimanifestasikan dalam bentuk
ucapan syukur panen.
ibadah dan doa kepada Tuhan, yang telah
Menurut Hadi (2000) ritual merupakan suatu melindungi dan memberikan rezeki dan
bentuk perayaan yang berhubungan dengan memberkati hamba-nya, sementara Makna
beberapa kepercayaan atau agama ditandai horizontalnya adalah sebagian rezeki yang
dengan sifat khusus, yang menimbulkan rasa mereka peroleh di Sumbangkan untuk
normal atau seperti biasa yang dirasakan oleh kepentingan gereja. Sumbangan tersebut
semua manusia dan yang luhur dalam arti dilakukan melalui program bazar (dilelang)
merupakan suatu pengalaman yang suci. dimana Sejumlah warga masyarakat yang
Berkaitan dengan hal tersebut ritual tidak sempat membuat nasi bambu serta tidak
Padungku adalah upacara ritual pengucapan memiliki kebun kebun yang menghasilkan
rasa syukur kepada yang maha kuasa, hasil bumi di atas melarangnya untuk
merupakan suatu upacara berupa serangkaian kebutuhan keluarganya sekaligus untuk
tindakan yang dilakukan sekelompok orang kepentingan gereja.
menurut adat istiadat setempat, yang
Kesimpulan
menimbulkan rasa hormat yang luhur sebagai
suatu pengalaman suci. Tradisi ritual tersebut Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas
di atas, ternyata memiliki fungsi bagi dapat disimpulkan bahwa Padungku sebagai
keberlangsungan hidup diantaranya: 1. Ritual identitas kultural, memiliki perluasan, makna,
akan mampu mengintegrasikan dan sebagai pesta syukuran yang tidak hanya
menyatukan rakyat dengan memperkuat dilaksanakan oleh para petani tetapi juga
kunci dan nilai utama kebudayaan melampaui diikuti oleh berbagai segmen warga
dan di atas individu dan kelompok, berarti masyarakat di kelurahan pamona pusalemba.
ritual menjadi alat pemersatu atau interaksi. Padungku juga memiliki makna dan fungsi
2. Ritual juga menjadi sarana pendukung sebagai sarana integrasi masyarakat;
untuk mengungkapkan emosi khususnya membangun ketertiban sosial dan akulturasi
nafsu. 3. Ritual akan mampu melepaskan sebagai masyarakat. Padungku mengalami
tekanan-tekanan sosial. proses transformasi sosial dari sistem
kepercayaan animisme, ke sistem
Kontribusi Padungku Terhadap Gereja kepercayaan berdasar prinsip Ketuhanan yang
diajarkan oleh agama. Keberadaan agama
Berkenaan dengan pemikiran tersebut maka
berkontribusi merubah cara berpikir dan
masyarakat di pamona yang mayoritas
keyakinan Berdasarkan sistem kepercayaan
beragama Kristen berbondong-bondong ke
yang dianut sebelumnya. Sebaliknya aktivitas
gereja untuk melaksanakan ibadah bersama.
syukuran padungku yang dilaksanakan di
Sebagai pesta syukuran, maka padungku
gereja, juga berkontribusi terhadap berbagai
mempunyai kontribusi yang cukup berarti
prasarana kelembagaan agama tersebut.
terhadap gereja dan Pengurus pengurus
Gereja. Sebahagian warga masyarakat Berdasarkan hasil penelitian data
meyakini bahwa rezeki yang diperoleh dari direkomendasikan bahwa: Pada dasarnya
makna sosial kultural tradisi padungku dalam Kecamatan Pamona tenggara Kabupaten
kehidupan sosial serta kontribusinya terhadap Poso.
masyarakat relatif masih banyak dari Wirawan. (2012). Evaluasi: Teori, Model,
mengupas masalah dan hasil penelitian diatas Standar, Aplikasi, dan Profesi. Depok,
karena itu disarankan kepada para peneliti Indonesia: PT Raja Grafindo Persada.
lainnya dapat menggali makna dan kontribusi
tradisi di atas baik dari aspek sosial budaya,
agama, maupun aspek sosial ekonomi.

Daftar Pustaka
Burase, A. (2019). Padungku Tradisi
Syukuran hasil Panen Suku Mori di
Sulawesi Tengah. Diakses 23 September
2020.
Coomans, M. (1987). Manusia Daya:
Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta,
Indonesia: Gramedia.
Gogali, L. (2017). Mosintuwu Padungku
Karena Semua Sudah Selesai Liputan
Padungku Molimbu Oleh Sekolah
Perempuan Dan Sangga. Institut
Mosintiwu.
(http://www.mosintuwu.com/2020/10/08/
mo-mpadungku/). Diakses 29 September
2020.
Hadi, Y. S. (2000). Seni Dalam Ritual
Agama. Yogyakarta, Indonesia: Yayasan
untuk Indonesia.
Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu
Sosial. Yogyakarta, Indonesia: PT. Gelora
Akasara.
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta, Indonesia: Rineka
Cipta.
Moleong, L. (2017). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung, Indonesia: PT Remaja
Rosdakarya.
Miles, M. B., & Hubermen, A. M. (2014).
Qualitative Data Analysis, A Methods
Source. USA: Sage Publications.,
Sugiono. (2018). Metode Penelitian
Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D.
Bandung Indonesia: Alfabeta.
Susilo, R. K. (2008). Sosiologi
Lingkungan. Jakarta, Indonesia: PT. Raja
Grafindo Persada.
Tosadu. F. F. (2013). Ritual Padungku
pada Etnis Pamona di Desa Tindoli

Anda mungkin juga menyukai