Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama pada Prodi Studi Agama-Agama
pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
MUHAMMAD AMRI
NIM: 30500118039
Indonesia adalah negara yang kaya akan nilai adat dan istiadat. Indonesia
memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat
1.240 suku bangsa di tanah air menurut sensus BPS tahun 2010. Dari banyaknya
Bugis Makassar, Mandar dan Toraja. Setiap suku memiliki keunikan dan khasan
yang menjadi daya tarik suku itu sendiri. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal
yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam islam, suatu kebuadayaan dapat
diterima selama tidak menimbulkan mudhorat bagi agama islam itu sendiri.1
tradisi. Tradisi dilakukan tidak hanya sendiri melainkan banyak orang. Silatuahmi
antar masyarakat sangat dibutuhkan agar tradisi tersebut dapat dilaksanakan terus-
menerus. Tidak hanya orang tua, anak muda juga turut ikut bercampur baur pada
tradisi yang akan dilakukan. Para anak muda yang lahir saat majunya teknologi
cenderung bosan dan tidak mau melakukan hal tradisional seperti yang dilakukan
di zaman dulu, masyarakat yang memiliki pola pikir seperti demikian disebut
Dari kedua kelompok tersebut dapat kita melihat perbedaan yang sangat besar dari
segi usia.
1
Ahmad Arman, Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern Desa
Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa (Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2020), h. 16.
1
2
universal itu yang merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini
dalam berperilaku. Pada dasarnya tradisi yang dipegang oleh masyarakat sesuatu
yang sulit berubah karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat. Tradisi
nampaknya bukan hanya sebagai pedoman tapi sudah terbentuk sebagai suatu
norma yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat.3 Pada dasarnya, tradisi itu
perilaku manusia. Dengan kata lain, semua manusia merupakan aktor kebudayaan
tradisional ke modern akan identik dengan perubahan dari situasi desa menjadi
2
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000), h. 3.
3
Wahyuni, Perilaku Beragama, Studi Sosiologi terhadap Asimilasi Agama dan Budaya
di Sulawesi Selatan (Cet, I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 114-116.
4
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya (Cet. I; Yogyakarta:
Lkis, 2003), h. 7.
3
menjunjung tinggi nilai tradisi secara perlahan namun pasti telah semakin
karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku
dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi, nilai-nilai budaya
akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, visi misi, atau sesuatu yang
nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal
yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu: simbol-simbol, slogan atau yang
lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas) sikap, tindak laku, gerak gerik yang
muncul akibat slogan, motto tersebut kepercayaan yang tertanam (believe system)
yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku
(tidak terlihat). Nilai-nilai budaya ini bersifat umum, luas dan tidak konkret maka
nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilainilai
budaya yang lain dalam waktu yang singkat seperti tradisi Assuro Maca yang
5
Riseri Frondizi, What Is Value, terj. Cuk Ananta Wijaya, Pengantar Filsafat NIlai (Cet.
II; Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 9.
4
dilakukan mulai sepekan hingga satu hari sebelum bulan suci Ramadan dan usai
melakukan shalat Idul Fitri. Tradisi ini dilakukan dengan kegiatan doa bersama
yang dipimpin seorang anrong guru atau orang yang dipercaya di kampung untuk
membawakan doa, biasanya seorang khatib atau imam desa, maupun pemuka adat
dihidangkan bagi orang-orang yang ikut berdoa. Masyarakat yang percaya dengan
tradisi ini biasanya menyajikan unti tekne (pisang raja) disertai dupa bakar. Selain
itu juga tersedia makanan pokok seperti nasi dan aneka lauk pauk. setelah semua
bersila di depan hidangan sambil mengikuti guru baca untuk berdoa dengan
anggota keluarga yang sedang merantau di daerah lain (massompe). Usai berdoa,
Assuro Maca yang berarti membaca doa secara bersama adalah suatu
tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku Bugis-Makassar yang sampai saat ini
masih terus dilestarikan secara turun-temurun. Tradisi Assuro Maca dalam bahasa
daerah setempat merupakan bentuk ungkapan rasa syukur warga atas rezeki,
berdoa untuk menolak bala dan mendoakan para leluhur serta menjalin hubungan
Assuro Maca juga memiliki istilah lain yaitu Ma’ Baca-baca berarti
membacakan doa dihadapan hidangan makanan seperti Nasi, Ayam, Ikan, dan
6
Ahmad Arman, Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern Desa
Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, h. 18
5
lauk pauk lainnya yang diletakkan diatas mampan atau yang baiasa disebut
kappara’. Assuro Maca itu sendiri sampai saat ini masih dilakukan oleh warga
Suku Bugis Makassar secara turun-temurun. Adapun beberapa tujuan dari Assuro
Maca selain untuk menyambut bulan suci Ramadhan, juga bertujuan untuk
mendoakan keluarga yang telah meninggal dan juga sebagai ungkapan rasa syukur
kedekatan yang sangat erat. kedekatan antar sesama masyarakat dapat terlihat dari
ikut melaksanakan doa menjadi keunikan tersendiri yang terjadi didesa tersebut.
Hal ini membuat calon peneliti tertarik untuk melihat proses tradisi Assuro Maca
1. Fokus Penelitian
penelitian ini bertumpu pada ajaran ataupun bentuk tradisi dari Assuro Maca. Ada
tiga hal yang akan diamati lebih jauh dalam penelitian ini, yaitu proses
Kabupaten Maros pada saat menyambut awal bulan ramadhan, dan pandangan
Kabupaten Maros.
2. Deskripsi Fokus
bulan suci ramadhan dan setelah shalat idul fitri. Hal ini dilakukan secara turun
temurun oleh nenek moyang sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terima
kasih kepada Tuhan karena masih dapat dipertemukan dengan bulan suci
ramadhan. Maka dari itu, tradisi ini dilakukan tidak lain hanya untuk
b. “Persaudaraan”, adalah sebuah ikatan tali silaturahim antara dua orang atau
lebih baik itu keluarga maupun bukan yang terjadi di dalam lingkungan sosial
kata lain adanya ikatan batin antara individu yang satu dengan yang lainnya.
C. Rumusan Masalah
Kabupaten Maros?
D. Kajian Pustaka
1. Jurnal dari Risky Rahim dan Abdul Rahman A. Sakka, dengan judul
Maca berasal dari Bahasa Bugis dimana kata Assuro yang berarti
rasa syukur warga atas rezeki, berdoa untuk menolak bala dan mendoakan
7
sekitar.
Pada saat melalukan tradisi Assuro Maca, pihak keluarga yang hendak
Islam”, Assuro Maca berasal dari bahasa Bugis, yaitu kata Assuro berarti
Maca dapat diartikan sebagai usaha seseorang untuk meminta orang lain
orang yang meninggal dunia, hal ini didorong dengan kesadaran seseorang
atas kurang dalamnya ilmu agama yang dimiliki dan ketaatan yang juga
masih kurang.
Biasanya orang yang diminta Ma’baca adalah orang yang diangap punya
ilmu agama yang dalam, rajin menjalankan syariat, serta punya hubungan
7
Risky Rahim dan Abdul Rahman A Sakka, Budaya Assuro Maca di Kecamatan Lau,
Kabupaten Maros, Indonesian Journal of Pedagogical and Social Sciences, 1(1), (2021), h. 65.
8
makanan yang memiliki filosofi yang luas, misalnya Pisang dan lain lain.
3. Skripsi dari Erwin Wahyu Saputra Faizal, dengan judul “Makna Dupa
Bajeng kabupaten Gowa adalah merupakan semua unsur yang ada dalam
diri manusia, jika salah satu unsur tersebut hilang maka manusia akan
masyarakat akan kematian dan tradisi assuro ammaca ini dilakukan untuk
8
Ibrahim, Mustafa Zulhas‟ari. Tradisi Assuro Maca dalam Masyarakat di Kabupaten
Gowa; Analisis Hukum Islam, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, 2(3), (2021), h.
693-694.
9
Erwin Wahyu Saputra Faizal, Makna Dupa dalam Tradisi Assuro Ammaca di Desa
Bone Kecamatan Bajeng Kabupaten Maros, Skripsi, (Gowa: UIN Alauddin, 2017), h. 61.
9
sebelumnya sangatlah berbeda, baik ditinjau dari sisi wilayah letak geografis
maupun pokok permasalahan yang muncul. Pada penelitian ini lebih fokus pada
nilai-nilai budaya lokal dari tradisi Assuro Maca yang menjadi tradisi yang
dilaksanakan setiap menjelang bulan suci ramadhan dan shalat idul fitri di
tradisi yang membahas tentang rangkaian kegiatan pada suatu desa di sulawesi
kabupaten maros.
1. Tujuan Penelitian
bulan ramadhan.
Maros.
2. Manfaat Penelitian
yaitu:
10
a. Manfaat Teoritis
pengetahuan dan memberikan pemahaman tentang tradisi Assuro Maca, baik itu
dari perspektif agama Islam maupun dari proses pelaksanaan tradisi dan budaya
b. Manfaat Praktis
yang ada, khususnya dalam hal ini yaitu perspektif agama Islam. Hal tersebut
menghargai suatu ajaran ataupun tradisi dan perspektif dalam suatu hal serta
ataupun tradisi seharusnya tidak menjadi sumber utama suatu konflik dan
TINJAUAN TEORITIS
A. Assuro Maca
filosofis lain yang secara Bahasa berarti membaca yang dapat diartikan sebagai
suatu bentuk usaha dari seseorang yang meminta kerja mengajak orang lain untuk
membacakan doa keselamatan, rasa syukur, serta doa untuk orang yang telah
meninggal dimana hal ini didorong dengan masih perlu belajarnya ilmu agama
dan ketaatan beragama secara sadar sehingga memanggil seorang yang dipercaya
memiliki ilmu agama yang cukup untuk membantu membacakan doa dalam
tradisi Assuro Maca sehingga tradisi ini tidak dilarang oleh ulama penyebar islam
terdahulu dan bahkan menganjurkan untuk ritual tersebut dapat dilestarikan secara
turun temurun dikarenakan usaha mereka yang hanya merubah doa-doa yang
sebelumnya bercorak Hindu Budha yang terpaut oleh kepercayaan lokal dengan
berlangsung sejak lama. Assuro Maca merupakan tradisi turun temurun yang
umumnya dilakukan dari satu minggu hingga satu hari sebelum bulan suci
Tradisi ini dipraktikkan dengan kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh
guru yang salah atau seseorang yang dipercaya di desa untuk membawakan doa,
11
12
biasanya seorang khatib (puang katte), pendeta desa (puang Imang), serta seorang
Pisang yang disajikan dalam tradisi Assuro Maca ini ditaruh di depan
seorang guru Anrong sebagai simbol rasa manis, dengan harapan pemilik rumah
pemilik rumah tercium harum, dan ketika semua syarat terpenuhi, semua anggota
Tradisi ini masih terpelihara dengan baik pada masyarakat Bugis mulai
dari pedesaan sampai ke desa, yang biasanya disiapkan dari rumah ke rumah atau
secara berkelompok antar tetangga dengan masakan atau masakan yang berbeda
shalat, berdoa dan mensyukuri rejeki, tolak bala dan mendoakan leluhur, serta
Assuro Maca tidak hanya untuk menyapa Ramadhan atau setelah shalat Idul Fitri,
tetapi bisa juga digunakan pada saat syukuran, perayaan panen, khatam Al-
Qur‟an, berbisnis, keluar masuk rumah, hajatan pernikahan, dan kegiatan adat
lainnya.
B. Persaudaraan
1. Pengertian Persaudaraan
Ukhuwah tersebut dalam bahasa Arab (ukhuwwah) di ambil dari kata akha ()أخا,
13
dari sini kemudian melahirkan beberapa kata al-akh, akhu, yang makna dasarnya
teman ( الصاحب، ”)الصديقyang secara leksikal menunjuk pada makna “dia bersama
di setiap keadaan, saling bergabung antara selainnya pada suatu komunitas ( فى
Masih dalam makna leksikal, kata ukhuwah pada dasarnya berakar dari
perempuan disebut ukhtun ()أخج, jamaknya akhwat ()أخواث. Dari kata ini kemudian
artinya banyak saudara, dan dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ini dinisbatkan
pada arti orang yang seibu dan sebapak, atau hanya seibu atau sebapak saja. Arti
lainnya adalah orang yang bertalian sanak keluarga, orang yang segolongan,
sepaham, seagama, sederajat.11 Jadi tampak sekali bahwa kata akhun tersebut
semakin meluas artinya, yakni bukan saja saudara seayah dan seibu, tetapi juga
bahasa Indonesiamemiliki arti sempit seperti saudara sekandung, dan arti yang
lebih luas yakni hubungan pertalian antara sesama manusia, serta hubungan
kamus bahasa, ditemukan bahwa kata akhjuga digunakan dalam arti teman akrab
atau sahabat.12
lain, baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari
persusuan, juga mencakup persamaan salah satu dari unsur seperti suku, agama,
persaudaraan yang dijalin oleh sesama umat Islam. Namun M. Quraish Shihab
lebih lanjut menyatakan bahwa istilah dan pemahaman seperti ini kurang tepat.
Menurutnya, kata Islamiah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat
dan transportasi membuat alam jagat raya saat ini menjadi desa buana meminjam
istilah Nurcholish Madjid (global village).15 Manusia terlihat lebih intim dan
mendalam untuk mengenal antara yang satu dengan lain, namun sekaligus juga
mempunyai struktur yang terdiri dari elemen-elemen yang relatif kokoh yang
12
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), h. 357.
13
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an dan Tafsir Maudhu'i atas Berbagai Persoalan
Umat (Cet. III; Bandung: Mizan, 1996), h. 486.
14
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an dan Tafsir Maudhu'i atas Berbagai Persoalan
Umat, h. 487.
15
Tiap individu dapat dengan mudah dan bebas untuk berhubungan dengan individu yang
lain, meskipun yang satu berada di ujung Timur dunia dan yang lain tinggal di belahan paling
Barat. Dengan fasilitas perangkat informasi yang ada, saat ini semua orang bebas mengakses berita
atau informasi yang terkait dengan keberadaan seseorang yang jauh dari tempat tinggalnya. Lih.
Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam
Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 144.
15
berintegrasi antara yang satu dengan yang lain dengan baik. Pada dasarnya tiap
individu dalam sebuah masyarakat dapat saling bekerja sama dan saling
akan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Apabila fungsi tersebut berjalan
sesuai dengan kesadaran dan tugasnya, maka agama tidak lagi dipahami sebagai
sebuah keimanan dan kepercayaan semata, tetapi juga dijadikan sebagai way of
life dan kebutuhan asasi manusia. Di sinilah agama berfungsi sebagai penyelamat
bagi masyarakat, karena nilai-nilai dalam agama menjadi sebuah penghayatan dan
sejak Al-Qur‟an itu diturunkan, dan tampak sekali hasilnya ketika nabi
16
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terj. Alimandan
(Jakarta: Rajawali, 1985), h. 25.
17
Teori struktural-fungsional yang dikembangkan oleh Talcott Parsons merupakan
sebuah teori sosial yang dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi yang menekankan adanya suatu
kesadaran saling mempunyai ketergantungan, karena keduanya mempunyai sebuah relasi
intersubjektif atau dunia alterego.Teori ini menekankan adanya keteraturan (order) dan
mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan yang berkembang pada masyarakat, sehingga
teori inimenggunakan konsep tentang “fungsi, disfungsi, dan keseimbangan (equilibrium)”. Lih.
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, h. 30.
16
Piagam Madinah.
tentang pembentukan umat bagi orang-orang mukmin di satu pihak, dan bagi
dipahami bahwa ukhuwah bagi setiap manusia harus terjalin dengan baik, dan
mereka toleran antara sesama, toleran antara sesama muslim demikian pula
Suatu umat, bangsa, dan negara tidak akan berdiri dengan tegak bila di
dalamnya tidak terdapat persaudaraan. Persaudaraan ini tidak akan terwujud tanpa
saling bekerjasama dan saling mencintai di antara sesama. Setiap jamaah yang
tidak diikat dengan tali persaudaraan, tidak mungkin bersatu dalam satu prinsip
agama. Ini tercermin dengan jelas dari pengamatan terhadap penggunaan bentuk
jamak kata tersebut dalam Al-Qur‟an, yang menunjukkan arti kata akh, yaitu:
18
J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah; Dintinjau
dari Pandangan Al-Qur'an (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 168.
17
Kata ini ditemukan sebanyak 22 kali, sebagian disertakan dengan kata ad-
Terjemahnya:
b. Ikhwah, kata ini terdapat sebanyak 7 kali dan digunakan untuk persaudaraan
ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ
ْ ْ١٠.....ْْنْا ِخ َوة
ْ ا ِنهاْالهؤنِيو
Terjemahnya:
batasan-batasan praktis dalam bentuk saling peduli dan tolong menolong. Sebagai
contoh Beliau bersabda “Allah swt. menolong hamba-Nya selama hamba itu
teoritis ideologi Islam tapi telah terbukti dalam praktek aktual pada kaum muslim
orang Arab muslim pergi apakah itu ke Afrika India atau daerah-daerah terpencil
19
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 188.
20
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 516.
18
Asia mereka akan disambut ramah oleh orang-orang yg telah memeluk Islam
tanpa melihat warna kulit ras atau agama lamanya. Tidak ada tempat dalam Islam
dan hukum-hukum dalam Islam telah serta terus menjadi faktor kunci dalam
menarik manusia di seluruh dunia untuk masuk Islam. Namun perlu diketahui
bahwa prinsip persaudaraan ini telah ditantang dalam prakteknya oleh munculnya
Persia dan Turki meruntuhkan umat muslim ketika kepemimpinan terus berpindah
tangan di antara mereka selama masa-masa itu. Bentuk awal nasionalisme ini
kecil dan dangkal. Walaupun ikatan umum Islam tetap berlanjut menyatukan umat
Islamiyah yang dinamis, dan umat Islam harus membangun jembatan pemahaman
dan kerja sama dialog-produktif dengan umat lain. Ini merupakan konsekuensi
imperatif dari gagasan Islam itu sendiri bahwa “manusia adalah satu umat.”
19
Gagasan ini bersifat universal, merengkuh segenap manusia di bawah satu otoritas
dari kehidupan Rasulullah ketika di Makkah, karena pada masa ini Rasulullah
Majusi, dan kaum paganis. Sejak masa ini Allah sudah menyinggung hubungan
An’a>m/6:109,22
ُ ْ ٰ َ ْ ُ ٰ ٰ ْ َ َّ ْ ُ َ َّ ُ ْ ُ َّ َ ٰ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ٰ ْ ُ َ ْ َ َ
ِْْو َناْيُشعِ ُرك ْم
َ ْاّلل و ْجاۤءتهم ْاية َّْلؤنُِن ْبِهاْۗقل ْا ِنهاْاْليت ْعِيد
ْ اّللِْجه ْد ْايهاى ِ ِه ْم ْل ِٕى
ْ ِ واقسهوا ْب
َ ْ َ ْ َ َ َ ٓ َ َّ َ
ْ١٠٩ْاۤءتْْلْيُؤن ُِي ْونانهاْا ِذاْج
Terjemahnya:
21
Abdul Aziz Sachedina, Kesetaraan Kaum Beriman: Akar Pluralisme Demokratis
dalam Islam, terj. Satrio Wahono, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), h. 48.
22
Turunnya ayat ini terkait dengankisah ajakan sekelompok orang Kafir Quraysh
terhadap Nabi saw. Untuk menyembah Tuhan mereka setahun dan sebaliknya mereka bersedia
menyembah Tuhan selama setahun pula. Mereka juga berjanji akan bersedia mengikuti ajaran
Nabi sekiranya Tuhan sesembahan Nabi lebih baik dan sebaliknya mereka Nabi untuk mengikuti
keyakinan mereka jika ternyata justru Tuhan sesembahan mereka yang lebih baik. Merespons
ajakan orangorang kafir itu, ayat inipin turun. Lih. Abu Ja‟far Muhammad Ibn Jarir al-Tabari,
Tafsir al-Tabari: Al-Musamma Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, vol. XII (Beirut: Dar al-Kutub
al-„Ilmiyah, 1992), h. 728.
23
Orang musyrik bersumpah bahwa jika mukjizat dari Allah datang, mereka akan
beriman. Oleh karena itu, orang mukmin berharap agar Nabi memohon kepada Allah Swt. untuk
20
Secara tidak langsung ayat ini menjelaskan bahwa agama adalah urusan
lah yang mengetahui pasti hakekat keberagamaan atau keimanan seseorang. Oleh
karena itu, bagi Islam, toleransi menjadi hal niscaya dalam konteks dinamika
keberagamaan yang berpuspa-ragam. Dalam rangka toleransi itu pula umat Islam
menurunkan mukjizat yang dimaksud. Maka, Allah Swt. menolak harapan orang-orang mukmin
itu dengan ayat ini.
24
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 141.
25
Terkait dengan toleransi dan kerukunan antarumat beragama pada masa Rasulullah ini,
maka Allah memberikan batasan kepada Nabi Muhammad bahwa ia hanya sebagai pembawa
risalah tentang kebenaran dan hanya bertugas memberi peringatan, bukan sebagai pemberi
petunjuk. Karena hanya Allah lah yang berhak memberikan hidayah (petunjuk) pada setiap orang.
Lih. (QS. Al-Gha>shiyah/88:21-22), (QS. Al-Shura/42:48), (QS. Qaf/50:45).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.26
2. Lokasi penelitian
penelitian ini lebih mudah untuk ditemui dan waktu untuk kegiatan wawancara
akan lebih menjadi lebih efisien lagi. Kemudian untuk berdialog kepada
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Fenomenologis
dengan fenomena tersebut. Sedangkan yang tidak penting dan di luar fenomenal
26
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet. VI, Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
309.
21
22
kita harus menyaringnya atau menahannya. Sehingga pada akhirnya sampai pada
idea yang menjelaskan secara real tentang hakikat tersebut.27 Apoche dalam usaha
2. Pendekatan Sosiologis
menguasai hidupnya.28 Dalam penelitian ini peneliti berbaur dan berinteraksi oleh
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empirik yang diperoleh langsung
dari objek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.29 Dalam hal ini
keyakinan bahwa yang dipilih mengetahui masalah yang akan diteliti dan
27
Mukhlis Latif, Fenomenologi Max Sceller Tentang Manusia: Disorot Menurut Islam,
(Cet. I ; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 25.
28
Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. V;
Jakarta: UI Press, 1986), h. 5.
29
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali
pers, 2010), h. 29-30.
23
secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan dari pihak lain)
tertentu.30
tertentu yang dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti
mengenai masalah yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data. Dalam penentuan informan ini
melibatkan, diantaranya:
2. Pemangku adat, selaku orang yang paham dan bisa menjalankan tradisi
tersebut.
30
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 218.
24
1. Observasi
yang sudah diteliti.32 Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
dijadikan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja, yaitu untuk melengkapi
sekaligus untuk memperkuat serta menguji kebenaran data yang telah diperoleh
dari hasil interview atau wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
2. Wawancara
informan di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis interview yang penulis
gunakan adalah snowball, dengan cara penulis menentukan sampel satu atau dua
orang yaitu imam masjid dan tokoh masyarakat, tetapi karena kedua orang ini
belum lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain
yang dipandang lebih tahu tentang tradisi Assuro Maca dan dapat melengkapi data
32
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT.Gramedia,
1990), h. 173.
33
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h.
72.
25
3. Dokumentasi
berupa foto penelitian, catatan harian dan buku. Dokumen yang berbentuk tulisan
sketsa dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kamera, dan alat
gambar secara langsung dari tempat penelitian untuk dijadikan sebagai bukti
penelitian.
4. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi bagian formal dari skripsi ini, didalamnya
pembahasan.
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian. Bagian ini akan
27
28
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, yang dimana bab ini
pembahasan pada penelitian skripsi ini. Pada bab ini juga akan
dari Assuro Maca, dan yang selanjutnya bab ini akan diakhiri
dengan penutup.
DAFTAR PUSTAKA
29
30