Anda di halaman 1dari 9

TRADISI RUWAHAN SEBAGAI INTERAKSI SOSIAL

DI DUSUN MUTIHAN, SRIMARTANI, PIYUNGAN, BANTUL

Penulis
1
Elly Zakki Muamar, 2Najlah Qonita ummi Khauro’, 3Rizki Ayu Lativah, 4Raden Muhammad
Zaidan Zhafran
Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Yogyakarta
1
20107010132@student.uin-suka.ac.id, 220107010133@student.uin-suka.ac.id,
3
20107010135@student.uin-suka.ac.id, 420107010139@student.uin-suka.ac.id

Abstrak
Tradisi ruwahan yang bertujuan untuk mengenang, mendo’akan para leluhur yang
telah meninggal dan tolak bala’ pada bulan sya’ban atau ruwah dalam kalender jawa telah
menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Dusun Mutihan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai tradisi ruwahan
yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Mutihan dan membahasnya dari perspektif Psikologi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara kepada tokoh
agama di Dusun Mutihan. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dalam
perspektif Psikologi, tradisi ruwahan merupakan proses belajar sosial karena dilestarikan
secara turun-temurun dan terjadi interaksi sosial dalam bentuk kerja sama, dimana
masyarakat Dusun Mutihan saling bergotong royong. Dengan demikian, tradisi ruwahan
menjadi salah satu bentuk perilaku Prososial, dimana pihak tuan rumah mengundang para
tetangga dan kerabat dalam rangka bersedekah tanpa mengharapkan imbalan.
Kata Kunci : Tradisi, Ruwahan, Psikologi, Interaksi Sosial.

Abstract
The ruwahan tradition which aims to remember, pray for ancestors who have died and
reject reinforcements in the month of Shaw'ban or ruwah in the Javanese calendar has
become a tradition that has been passed down from generation to generation by the people
of Mutihan Hamlet. The purpose of this study is to provide information about
the ruwahan tradition carried out by the people of Dusun Mutihan and discuss it from a
psychological perspective. This study used a qualitative approach by interviewing religious
leaders in Mutihan Hamlet. The results obtained in this study are from a psychological
perspective, the ruwahan tradition is a social learning process because it is preserved from
generation to generation and there is social interaction in the form of cooperation, where the
people of Dusun Mutihan work together. Thus, the ruwahan tradition becomes a form of
prosocial behavior, in which the host invites neighbors and relatives to give alms without
expecting anything in return.
Keywords : Traditions, Ruwahan, Psychological, Social Interaction.

sejak kapan tradisi ruwahan ini dimulai


pun masih belum diketahui secara jelas
PENDAHULUAN karena terlampau lama.
Perkembangan zaman yang Implementasi tradisi ruwahan
semakin pesat khususnya di era globalisasi masyarakat Dusun Mutihan ini dilakukan
seperti teknologi yang tidak ada batasnya. setiap hari selama bulan sya’ban penuh,
Yang bisa menjadikan berhubungan jauh dimana pelaksanaannya dilakukan disetiap
menjadi terasa lebih dekat. Tetapi RT dan bergantian dari rumah warga yang
secanggih apapun dalam perjalanan hidup satu menuju rumah warga yang lainnya.
manusia harus tetap mengingat sangkan Masyarakat Dusun Mutihan melaksanakan
paraning dumadi yaitu Tuhan Yang Maha tradisi ruwahan mulai ba’da maghrib
Esa. Tradisi mengingat para leluhur yang sampai waktu isya’ dengan membaca
telah mendahului yaitu merupakan budaya yasin, tahlil, do’a, dan ramah tamah
Jawa yang memberikan arahan dan jejak terhadap sesama. Tradisi ruwahan dinilai
menarik untuk diresapi oleh siapa saja. sangat penting untuk dilestarikan oleh
Pada masyarakat Jawa, tradisi mengenang masyarakat Dusun Mutihan karena
para leluhur yang diperingati ketika bulan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Ruwah tiba selama setahun sekali dikenal Allah SWT, mendapatkan keselamatan dan
dengan tradisi ruwahan. perlindungan dari Allah SWT (tolak
Tradisi ruwahan adalah suatu bala’), meminta ampunan atas segala
kegiatan mulia, karena masyarakat kesalahan yang telah dilakukan, serta
mengirimkan do’a kepada Allah SWT digunakan sebagai ajang untuk
untuk orang yang telah mendahului para mempererat tali silaturahmi antar sesama
masyarakat dan saling memberi sedekah warga Dusun Mutihan.
kepada sesama (Damani, 2014). Penduduk
Dusun Mutihan, Kelurahan Srimartani,
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, METODE PENELITIAN
Yogyakarta adalah masyarakat yang masih
menjalankan tradisi ruwahan. Masyarakat Penelitian ini menggunakan pendekatan
Dusun Mutihan percaya bahwa setiap kualitatif deskriptif, yaitu menggambarkan
orang yang masih hidup memiliki segala hal yang berkaitan dengan tradisi
tanggung jawab untuk mengirimkan do’a ruwahan sebagai interaksi sosial di Dusun
kepada arwah leluhur yang telah Mutihan, Srimartani, Piyungan, Bantul.
mendahului mereka. Sehingga, tidak heran Adapun metode pengumpulan data yang
jika tradisi ruwahan masih terus dilakukan adalah melalui observasi,
dilestarikan di Dusun Mutihan ini. Bahkan, wawancara, dan dokumentasi. Informan
dalam penelitian ini adalah masyarakat Susila Purwanti, 2014), dijelaskan bahwa
Dusun Mutihan, diantaranya adalah yang disebut Ruwah adalah Sasi kang
Kepala Dusun Mutihan, tokoh masyarakat, kawoloe, mangsane wong ngirim menyang
dan tokoh agama di Dusun Mutihan. koeboeran. Sedang istilah Ruwahan
Sedangkan, teknik analisis data yang diartikan slametan ing sasi ruwah.
digunakan adalah analisis data Miles dan Ruwahan ini merupakan tradisi yang
Huberman, yaitu reduksi data, penyajian dilestarikan oleh generasi penerus. Di
data, dan penarikan kesimpulan dalam pelaksanaan tradisi Ruwahan
(Sugiyono, 2017) terdapat pembacaan doa-doa untuk para
pemimpin trah Mataram Islam, dengan
membacakan Yasin dan Tahlil. Pada dusun
Mutihan ini Ruwahan dilakukan selama 30
PEMBAHASAN
hari menjelang bulan Ramadhan dan
A. Pengertian Tradisi Ruwahan dilanjutkan dengan ziarah kubur para
Bulan Ruwah merupakan salah satu leluhur. Mereka pergi ke makam orang
warisan kebudayaan dari para leluhur yang tuaatau nenek moyangnya, untuk menabur
menjadi tradisi secara turun temurun untuk bunga. Jenis bunga yang dipergunakan
generasi selanjutnya. Pada dasarnya untuk ngirim atau nyekar itu adalah bunga
dilakukan oleh para individu sebagai telasih, bunga mawar, bunga kenanga,
bentuk syukur dan permohonan ampun bunga melati dan bunga kantil (Rosalia
pada leluhur mereka. Hal ini mereka Susila Purwanti, 2014).
lakukan dengan cara mengirim doa pada Dalam suatu masyarakat nilai
para leluhur mereka yang telah meninggal budaya seperti ini mempunyai fungsi
dunia. Ruwahan yang berasal dari kata sebagai suatu sistem tata kelakuan dan
dasar ruwah yang berarti “arwah” (Pratiwi, pedoman tingkah laku manusia seperti
2019). Jadi, tradisi ini adalah acara ritual hukum adat, aturan sopan santun dan adat
sebagai sarana pengirim doa untuk arwah istiadat. Maka dalam kehidupan sehari-hari
leluhur dan para pendahulu sebagai sarana akan berpengaruh terhadap tingkah laku
permintaan pengampunan dosa untuk para dan perbuatan sikap manusia dalam hidup
leluhur. Tradisi ruwahan ini adalah bermasyarakat dengan kebudayaan yang
kegiatan yang dilakukan oleh sebuah mendominasi pola-pola interaksi. Bagi
kelompok masyarakat di suatu daerah mereka, tradisi ini merupakan suatu
dengan melakukan beberapa ritual sebagai kewajiban sosial dan ada juga yang
rangkaian acaranya sebagai praktik menganggap sebagai kewajiban religi
individual atas dasar kewajiban spritual dan terhadap keluarga atau para leluhur mereka
kewajiban tradisi (Dewi, 2022). Kegiatan (Pratiwi, 2019). Mereka melakukannya
ritual dalam acara ruwahan biasanya kadang kala hanya secara sadar sebagai
dipimpin langsung oleh kepala desa atau bagian dari mitos dan kebiasaan yang
tetua desa tempat diadakan ruwahan diajarkan oleh para orang tua mereka.
tersebut. Sebagai wujudnya, mereka melakukan
tradisi ini.
Ruwahan sebagai tradisi bulan
ketika orang-orang pergi ke makam, B. Pengertian Interaksi Sosial
menurut Poerwadarminta dalam (Rosalia
Menurut Wiyono dalam (Pebriana, Sedangkan G.C. Homan dalam
2017) interaksi secara umum dapat (Muniriyanto & Suharnan, 2014) membagi
diartikan saling berhubungan atau saling aspek-aspek dalam interaksi sosial menjadi:
bereaksi dan terjadi pada dua orang 1. Adanya motif/tujuan yang sama
induvidu atau lebih. Sedangkan sosial artinya setiap individu yang
adalah berkenaan dengan masyarakat. mengadakan interaksi mempunyai
Maka dari itu dapat diartikan bahwa motif/ tujuan tertentu.
interaksi sosial dapat merupakan hubungan 2. Adanya suasana emosional yang
yang terjadi dalam sekelompok induvidu sama artinya bahwa setiap individu
yang saling berhubungan baik dalam didorong oleh perasaan masing-masing
berkomunikasi maupun melakukan yang dalam interaksi sosial.
tindakan sosial. Hernawan dalam 3. Adanya interaksi yaitu setiap
(Pebriana, 2017) mengungkapkan bahwa individu dalam keadaan demikian pasti
interaksi sosial merupakan pula salah satu berhubungan dengan individu lain,
prinsip integritas kurikulum pembelajaran yang disebut dengan interaksi.
yang meliputi keterampilan berkomunikasi, Dipandang dari segi individu maka
yang bekerja sama yang dapat untuk interaksi itu disebut dengan aksi.
menumbuhkan komunikasi yang harmonis 4. Adanya pimpinan artinya bahwa
antara individu dengan lingkungannya. adanya interaksi, aksi dan sentiment
Interaksi sosial sendiri dilakukan oleh dua menimbulkan suatu bentuk pimpinan
orang atau lebih dengan tujuan untuk saling dan umumnya berlangsung secara wajar
mempengaruhi satu dengan yang lainnya serta merupakan bentuk piramida.
untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal 5. Adanya eksternal system artinya
ini dapat diartikan bahwa dalam interaksi bahwa dengan adanya interaksi dan
sosial terdapat dalam hubungan antar sentiment maka mereka tidak dapat
individu, kelompok, yang merupakan melepaskan diri dari pengaruh luar dan
hubungan yang dilakukan oleh manusia pengaruh dari ini disebut dengan
untuk bertindak terhadap sesuatu atas dasar eksternal system.
makna yang dimiliki oleh manusia. 6. Adanya internal siste artinya untuk
Berdasarkan Teori Interaksi Sosial menanggulangi pengaruh dari luar,
dari Bales dalam (Muniriyanto & Suharnan, masingmasing individu yang
2014), aspek interaksi sosial dibagi berinteraksi sosial semakin
menjadi: memperkuat dirinya masing-masing
1. Situasi, yaitu sustu Susana dimana seperti menciptakan kesamaan
tingkah laku masing-masing individu pandangan, kesadaran, yang ini
tersebut berlangsung. menimbulkan internal sistem.
2. Aksi/interaksi, yaitu suatu tingkah
laku yang tampak sebagai pernyataan C. Pelaksanaan Tradisi Ruwahan
pribadi. Setiap aksi adalah interaksi Masyarakat Dusun Mutihan
sebab aksi/ interaksi selalu Dusun Mutihan adalah salah satu
menghubungkan subjek dengan objek dusun di Kelurahan Srimartani, Piyungan,
atau situasi tertentu. Bantul. Sebagaimana yang diceritakan oleh
Kepala Dusun, bahwa asal usul nama
Dusun Mutihan adalah karena letak
lokasinya yang berada disekitar ruwahan ini juga diyakini sebagai suatu
pengunungan kapur putih. Masyarakat amal bersedekah yang dapat dirasakan dan
Dusun Mutihan masih melaksanakan diterima langsung oleh orang lain sebagai
tradisi-tradisi kebudayaan yang telah penerimanya dan manfaatnya pun dapat
dibangun oleh para leluhur-leluhur diterima oleh mayoritas orang.
terdahulunya. Salah satu tradisi yang masih
terus dilakukan oleh masyarakat Dusun D. Tinjauan Hukum Islam terhadap
Mutihan adalah tradisi ruwahan. Tradisi Ruwahan Masyarakat
Sebagaimana ungkapan dari salah satu Berbicara tentang adat Istiadat atau
tokoh agama Dusun Mutihan bahwa tradisi Budaya Masyarakat Mutihan sampai
ruwahan adalah warisan leluhur yang saat sekarang masih melaksanakan
menjadi adat budaya warga dan diteruskan tradisi Ruwahan, dengan cara
secara generasi ke generasi. Tradisi mengundang masyarakat atau tetangga
ruwahan disini berlangsung setiap hari untuk berdoa dengan membaca Yasin
setelah ba’da maghrib di Bulan Sya’ban dan Tahlil, lalu berkumpul dan
dan dilakukan oleh tiap-tiap RT. Adapun, menyantap hidangan yang telah di
tujuan dari dilestarikannya tradisi ruwahan sediakan. Tradisi Ruwah ini dilakukan
di Dusun Mutihan adalah untuk di setiap RT yang ada di dusun
mengingatkan masyarakat bahwa setiap Mutihan. Tradisi ini dilakukan selama
makhluk yang hidup di Bumi ini nantinya 30 hari menjelang bulan Ramadhan,
akan mati, mengirim do’a kepada para dimana pembagian tempat dan
leluhur-leluhur yang telah wafat, konsumsinya digilir pada setiap warga
bersedekah untuk memuliakan tamu&tolak RT setempat, sehingga tidak
balak, mempererat persaudaraan antar membebankan satu pihak saja, karena
warga, dan sebagai bentuk rasa terimakasih walaupun tidak ada batas minimal
kepada Allah SWT.. harga konsumsi ataupun ketentuan
Dalam pelaksanaannya, masyarakat untuk menyajikan makanan berat,
Dusun Mutihan melaksanakan tradisi namun menyiapkan konsumsi untuk
ruwahan secara sederhana/tidak berlebihan, para tamu di butuhkan dana yang
karena masyarakat melaksanakan tradisi sedikit menguras isi kantong. Selain
ruwahan sesuai dengan kemampuannya untuk mengeratkan hubungan antar
masing-masing dan tidak ada unsur warga, Tradisi Ruwah ini juga
paksaan. Adapun, persiapan hingga dilakukan sebagai suatu sedekah yang
berlangsungnya acara ruwahan (masalah diharapkan keberkahannya. Sedekah
biaya) ini ditanggung oleh tuan rumah, tidak ada larangannya dalam Islam dan
sedangkan tetangga-tetangga hanya sedekah juga tidak akan mengurangi
membatu secara tenaga saja. Sehingga, kekayaan seseorang yang melakukan
gotong royong antar warga disini adalah sedekah, asalkan uang yang di
mengirim do’a kepada para keluarga yang sedekahkan tersebut bersalal dari uang
telah meninggal dari tuan rumah tersebut. yang halal(Murniyanto, 2020). Begitu
Hal ini, sesuai dengan ajaran agama juga seperti yang dijelaskan dalam Al-
Islam yang menganjurkan supaya para Qur’an Surat Saba’ ayat 39 yang
penganutnya berdo’a/hanya memohon berbunyi “Dan barang apa saja yang
kepada Allah SWT saja. Selain itu, tradisi kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah Pemberi memanjatkan do’a kepada para
rezeki yang sebaik-baiknya.” pendahulu yang telah meninggal
Rasulullah pernah bersabda “tidak akan dunia dan diakhiri dengan
pernah berkurang harta yang menikmati hidangan yang telah
disedekahkan, kecuali ia bertambah, disediakan oleh tuan rumah. Selain
bertambah dan bertambah” (HR. sebagai bentuk keimanan, tradisi
Tirmidzi) (Murniyanto, 2020) ruwahan ini terus dilestarikan oleh
masyarakat Dusun Mutihan karena
E. Tradisi Ruwahan Sebagai Media juga dirasa mampu mempererat tali
Interaksi Masyarakat Dusun persaudaraan dan mempersiapkan
Mutihan mental seluruh masyarakat dalam
Biasanya, menjelang menyambut bulan Ramadhan.
datangnya bulan suci Ramadhan, Sehingga, selain menjadi tradisi
masyarakat akan menjalankan kearifan lokal, ruwahan di Dusun
beberapa tradisi yang sudah Mutihan juga dapat dijadikan
dilakukan sejak dulu dan sudah sebagai media interaksi antara
menjadi identitas sekaligus karakter sesama dan menggambarkan
masyarakat setempat. Salah satu persaudaraan dengan sesama umat
contoh tradisi yang hingga kini Islam. Hal ini sesuai dengan
masih dipertahankan oleh ungkapan Clifford Geertz (1999)
masyarakat Mutihan adalah tradisi bahwa budaya telah mengakar
ruwahan. Adapun, tujuan utama dalam masyarakat sebagai bentuk
dari tradisi ruwahan ini adalah simbolisme, sehingga masyarakat
untuk mengirimkan do’a kepada dapat berinteraksi,
keluarga, para leluhur, ataupun mempertahankan, dan
nenek moyang yang sudah menumbuhkembangkan wawasan
meninggal dunia (Suryani, 2020). serta sikapnya dalam kehidupan
Salah satu alasan mengapa tradisi (Roni, 2018)
ruwahan masih terus dilestarikan Pada tradisi ruwahan,
hingga saat ini adalah karena terdapat suatu proses pembelajaran
dianggap sebagai bentuk ilmu psikologi, yaitu teori belajar
keimanan/keyakinan serta bentuk sosial yang dikemukakan oleh
penyebaran agama islam yang khas Albert Bandura. Dalam teori
di daerah tersebut. Tradisi ruwahan tersebut dijelaskan bahwa seorang
adalah sedekah yang dilakukan individu akan memperoses sendiri
pada bulan sya’ban/menjelang informasi ataupun pengetahuan
Ramadhan yang tidak wajib untuk yang didapatkan dari hasil
dilakukan karena bukan bagian dari mengamati pola di sekelilingnya.
rukun islam (Lestari, 2021). Proses belajar ini dinilai sangat
Masyarakat Dusun Mutihan efektif untuk pertumbuhan serta
menganggap tradisi ruwahan perkembangan individu karena
sebagai salah satu tradisi sedekah tindakan mengamati akan
dengan cara mengajak tetangga memberikan peluang untuk seorang
sekitar (antar RT) untuk individu belajar tanpa perlu
melakukan suatu apapun. Individu mempererat persaudaraan antar
yang belajar dengan cara sesama (tetangga disekelilingnya),
mengamati tingkah laku orang lain sedekah makanan dari tuan rumah,
ini akrab disebut Vicarious dan mendo’akan arwah para leluhur
Learning, yaitu pembelajaran yang telah meninggal. Tradisi
dengan mengobservasi orang lain, ruwahan juga mampu dijadikan
sehingga Ia perlu memperhatikan, sebagai sarana interaksi sosial
mengingat, menganalisis, dan karena pada saat sedang berkumpul,
menentukan cara yang dapat masyarakat akan saling bertukar
mempengaruhi proses belajar informasi yang mereka ketahui
(dalam Lesilolo, 2018). Sama guna menjaga kerukunan dan ikatan
halnya dengan tradisi ruwahan yang antar masyarakat Dusun Mutihan.
dilakukan oleh masyarakat Dusun Tradisi ruwahan di Dusun Mutihan
Mutihan, dimana tradisi ruwahan ini juga dapat membangun
adalah tradisi turun temurun yang kebersamaan, mulai dari
hingga kini terus dilestarikan. mempersiapkan hingga
Dengan demikian, terdapat proses pelaksanaan ruwahan. Sehingga,
belajar sosial pada generasi terbentuklah dinamika prilaku
berikutnya, dimana masyarakat prososial, seperti interaksi,
Dusun Mutihan yang saat ini komunikasi, dan kerjasama antar
melakukan tradisi ruwahan telah warga masyarakat.
mengamati, menganalisis, dan Menjamu tetangga saat
membuat keputusan untuk rutin melakukan tradisi ruwahan ini
melakukan tradisi ruwahan tersebut disebut dengan sedekah oleh
dan mewariskannya kepada anak masyarakat Dusun Mutihan,
cucu mereka. dimana sedekah adalah salah satu
Dalam tradisi ruwahan hakikat dari tradisi ruwahan.
terdapat makna kebersamaan yang Adanya sedekah dan kerjasama
terjadi melalui interaksi sosial antar yang dilakukan oleh masyarakat
individu. Terdapat hubungan Dusun Mutihan dalam tradisi
timbal-balik antar individu yang ruwahan tanpa pamrih inilah yang
dapat saling mempengaruhi satu dalam ilmu Psikologi Sosial disebut
sama lain dalam interaksi sosial. dengan Interaksi Sosial.
Morton Deutsch mengungkapkan
bahwa interaksi sosial terdiri dari 2
PENUTUP
bentuk, yaitu kerjasama
(cooperation) dan persaingan Salah satu tradisi yang masih dijalankan
(competiton) (dalam Santoso, oleh masyarakat Dusun Mutihan,
2010). Sehingga, tradisi ruwahan Srimartani, Piyungan, Bantul hingga saat
masyarakat Dusun Mutihan dapat ini adalah tradisi ruwahan. Tradisi
dikatakan sebagai bentuk interaksi ruuwahan dilakukan pada bulan sya’ban
sosial berupa kerjasama, karena untuk mengirimkan do’a kepada keluarga,
tujuan dari pelestarian tradisi para leluhur, ataupun nenek moyang yang
ruwahan ini adalah untuk sudah meninggal dunia, sebagai bentuk
keimanan/keyakinan serta bentuk 3. Semua pihak yang tidak dapat
penyebaran agama islam yang khas di disebutkan satu-persatu dan telah
daerah tersebut, dan mempererat tali bersedia menjadi informan yang
persaudaraan serta mempersiapkan mental siap memberikan informasi data
seluruh masyarakat dalam menyambut secara jujur dan jelas. Terimakasih
bulan Ramadhan. Dari perspektif Psikologi banyak atas segalanya.
dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan tradisi ruwahan masyarakat
Dusun Mutihan terjadi proses belajar DAFTAR PUSTAKA
sosial, di mana seluruh masyarakat telah
mengamati, menganalisis, dan membuat Damani, M. (2014). Makna Agama
keputusan untuk secara rutin melakukan dalam Masyarakat Jawa.
Yogyakarta: LESFI.
tradisi tersebut dengan mengobservasi
generasi sebelum mereka untuk kemudian Dewi, I. A. K. (2022). Toleransi dalam
diwariskan kembali hingga ke anak cucu Tradisi Ruwahan di Puro
mereka nanti. Selain itu, tradisi ruwahan di Mangkunegaran. … Conference
Dusun Mutihan ini juga menjadi salah satu on Cultures &Languages (ICCL),
816–831.
interaksi sosial yang terjadi dalam bentuk
https://ejournal.uinsaid.ac.id/inde
kerjasama. x.php/iccl/article/view/5809%0A
https://ejournal.uinsaid.ac.id/inde
x.php/iccl/article/download/5809/
UCAPAN TERIMAKASIH 1988

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Lesilolo, H. J. (2018). Penerapan Teori


SWT, karena kehendak dan Ridha-Nya, Belajar Sosial Albert Bandura
penulis dapat menyelesaikan jurnal studi dalam Proses Belajar Mengajar di
literature ini. Penulis sadari, penulisan Sekolah. KENOSIS, 5-6.
jurnal ini tidak akan selesai tanpa do’a, Lestari, M. (2021, Januari 23). Jelang
bimbingan, serta dukungan dari berbagai Ramadhan, Kenali Ruwahan!
pihak. Adapun dalam kesempatan ini, Kearifan Lokal dalam Bagian
penulis ingin mengucapkan banyak terima Islam Nusantara. Retrieved from
JURNAL SUMSEL:
kasih kepada:
https://jurnalsumsel.pikiran-
1. Bapak Aditya Dedy Nugraha, rakyat.com/nasional/pr-
S.Psi., M.Psi., Psi. selaku dosen 741315897/jelang-ramadhan-
kenali-ruwahan-kearifan-lokal-
mata kuliah Psikologi Kearaifan dalam-bagaian-islam-nusantara
Lokal yang telah memberikan
bimbingan selama pembelajaran Muniriyanto, M., & Suharnan, S.
(2014). Keharmonisan Keluarga,
lapangan dan bimbingan dalam
Konsep Diri dan Kenakalan
menyelesaikan penulisan jurnal ini. Remaja. Persona:Jurnal
2. Teman-teman penulis yang sama- Psikologi Indonesia, 3(02).
sama berjuang dan selalu https://doi.org/10.30996/persona.
mengingatkan, memberikan v3i02.380
bantuan, saran, dan juga motivasi. Murniyanto. (2020). TRADISI
SEDEKAH RUWAH
MASYARAKAT DESA MUARA 4/tradisi-jelang-ramadan-
TIKU DALAM PANDANGAN ruwahan-dan-pawai-obor-di-
ISLAM. 21(1), 1–9. palembang
http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/art
icle/view/2203
Pebriana, P. H. (2017). Analisis
Penggunaan Gadget terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial pada
Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 1(1), 1.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v1
i1.26
Pratiwi, K. B. (2019). Dari Ritual
Menuju Komersial: Pergeseran
Tradisi Ruwahan Di Kelurahan
Sukorejo, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten. Haluan Sastra
Budaya, 2(2), 204.
https://doi.org/10.20961/hsb.v2i2.
23306

Roni, E. M. (2018). Tradisi Ruwahan


dan Interaksi Sosial Masyarakat
Dusun Bulus I Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman Yogyakarta .
Skripsi, 89.
Rosalia Susila Purwanti. (2014).
TRADISI RUWAHAN DAN
PELESTARIANNYA DI
DUSUN GAMPING KIDUL
DAN DUSUN GEBLAGAN
YOGYAKARTA Rosalia.
Indonesian Journal of
Conservation, 3(1), 50–57.

Santoso, S. (2010). Teori-Teori


Psikologi Sosial. Bandung: PT.
Refika Asitama.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suryani, E. (2020, Mei 18). (Tradisi
Jelang Ramadhan) Ruwahan dan
Pawai Obor di Palembang.
Retrieved from Kompasiana:
https://thr.kompasiana.com/ellysu
ryani/5ec1882ed541df48e67d010

Anda mungkin juga menyukai