Anda di halaman 1dari 3

Nama: Adilfi Shandika Septiansyah

Asal Instansi: UIN Salatiga


Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Menghidupkan Tradisi Ramadhan:


Menjaga Kearifan Lokal dan Budaya Bangsa

Keragaman adat dan budaya di Indonesia merupakan ciri khas tersendiri bagi
bangsa yang sejatinya terdiri dari macam-macam suku, adat istiadat dan budaya.
Selama bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia memiliki banyak tradisi dan
kebiasaan yang berbeda dari negara-negara lain di dunia. Salah satu contoh tradisi
yang sangat khas adalah tradisi punggahan dan pudunan.

Punggahan adalah salah satu tradisi yang terdapat didaerah Jawa khususnya.
Tradisi punggahan ini sudah ada sejak dulu, tidak jelas dari sumbernya tradisi ini.
apakah asli dari Islam atau ajaran Hindu yang diaplikasikan pada Islam oleh Wali
agar orang-orang mau masuk ke Islam. Biasanya tradisi ini dilakukan menjelang
bulan ramadhan tiba. biasanya dimulai pada tanggal 21 jawa. Punggahan itu
sendiri berasal dari kata Munggah (bahasa Jawa) yang berarti naik. Maksudnya
bahwa, masuknya bulan Ramadhan perlu disambut dengan iman yang harus lebih
ditingkatkan lagi. Punggahan ini bertujuan untuk mengingatkan para umat muslim
bahwa Ramadhan akan segera tiba, dan juga untuk mengirim doa pada orang-
orang yang telah meninggal dunia atau para leluhur.  Pungahan ini biasanya
dilakukan dirumah dengan mengundang tetangga sekitar dan kyai untuk
memimpin pembacaan tahlil dan doa, atau bisa juga diadakan di masjid atau
mushola-mushola yang ada. Biasanya jika punggahan itu dilakukan dirumah
hidangan yang harus ada adalah nasi kluban, bubur nasi, dan menu wajib pada
tumpeng yang harus ada yaitu apem, pasung, gedang (pisang) dan ketan.
Sedangan jika dimasjid atau mushola hanya membawa empat menu wajib
tersebut.

Dari tradisi punggahan dan pudunan ternyata memiliki manfaat bagi masyarakat
sekitar yaitu terjalinnya tali silaturahmi dengan saling tukar menukar makanan
dan bisa saling merasakan makanan dari oranglain tanpa membedakan strata
sosial, saling bercengkarama satu sama lain sehingga sudah tidak ada dendam di
dalam hati mereka saat memasuki bulan suci Ramadhan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada tren yang mengarah pada
penghilangan beberapa kebiasaan dan tradisi lokal selama bulan Ramadhan. Salah
satunya adalah dengan memvonis bahwa tradisi punggahan dan pudunan bid’ah.
Hal ini dikarenakan praktik tersebut dianggap tidak memiliki dalil yang
melatarbelakanginya.

Punggahan ini dilakukan pada bulan Sya’ban sebagai pertanda akan hadirnya
bulan Ramadhan. Tradisi ini sejalan dengan hadis nabi yang menyatakan bahwa
siapapun yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan, maka Allah akan
mengharamkan jasadnya masuk neraka.

Semua tradisi Punggahan dan pudunan yang ajarannya dibawa Walisongo ini diisi
dengan amalan yang bersandar pada syariat Islam. Bagaimana orang luar
mengkritisinya sebagai bid’ah karena secara redaksi tidak ada dalilnya, maka
justru orang tersebut lah yang perlu melakukan kajian lebih dalam terhadap semua
tradisi yang dijalankan. Meski secara redaksi tidak ditemukan adanya istilah
punggahan, penilaian bid’ah atau tidaknya sebuah tradisi harus melihat kembali
“isi” dari tradisi tersebut. Jika tradisi tersebut diisi dengan kegiatan-kegiatan yang
tidak bertentangan bahkan disandarkan dari teks-teks agama.

Tradisi Ramadhan merupakan salah satu tradisi yang sangat penting bagi umat
Muslim di seluruh dunia. Bulan suci ini dipercayai sebagai bulan yang penuh
berkah dan menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk mendapatkan
keberkahan dan pengampunan dari Allah SWT. Di Indonesia, bulan Ramadhan
juga menjadi momen penting untuk menjaga kearifan lokal dan budaya bangsa.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenalkan dan menjaga kearifan lokal
dan budaya bangsa selama bulan Ramadhan. Salah satunya adalah dengan
memperkenalkan kepada kaum muda betapa pentingnya tradisi punggahan dan
pudunan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, H. (2017). Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Beragama: Studi tentang
Masyarakat Madura. Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan
Teknologi, 3(1), 24-39.

Huda, N., & Nasrulloh, A. (2020). Peran Pesantren Dalam Pelestarian Budaya
Lokal: Kajian di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo. Jurnal
Institut Riset dan Kritik Internasional Budapest (BIRCI-Journal), 3(3), 1719-1731.

Karakter Mahasiswa Pada Bulan Ramadhan. Jurnal Pendidikan Karakter, 11(2),


91-98.

Yuliyani, D. S. (2022). Mengenal tradisi menyambut bulan ramadhan (studi


tentang tradisi punggahan dan pudunan). Sosial Budaya, 19(1), 45.

Anda mungkin juga menyukai