Abstract
This article is the result of research conducted with the aim of knowing about the relationship between
Islam and local culture in the form of theory and practice, knowing the procession and purpose of the
nyadran tradition in Ngabeyan village by exploring the historical values, goals and functions of the
nyadran tradition itself. The research method used in this study is a type of qualitative research with a
case study approach where data is collected by means of a literature study approach sourced from
scientific journals, bulletins, print media and so on. This study resulted in a discussion of the form of the
nyadran tradition in Ngabeyan village which is a form of community expression of gratitude to God
Almighty at the same time asking to be given the favor of abundant sustenance from the earth, as well as
the relationship formed between religion and local culture through various acculturation and assimilation
between religion and culture. local community in Ngabeyan village.
Abstrak
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mengenai relasi
Islam dan budaya lokal dalam bentuk teori dan praktik-praktiknya, mengetahui prosesi dan tujuan tradisi
nyadran di desa Ngabeyan dengan menggali nilai-nilai sejarah, tujuan maupun fungsi dari tradisi nyadran
itu sendiri. Metode penelitian yang digunakkan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus dimana data dikumpulkan dengan cara pendekatan studi kepustakaan yang
bersumber pada jurnal ilmiah, bulletin, media cetak dan lain sebagainnya. Penelitian ini menghasilkan
pembahasan mengenai bentuk tradisi nyadran di desa Ngabeyan yang merupakan bentuk ungkapan
syukur masyarakat kepada tuhan yang maha esa sekaligus meminta diberi nikmat rezeki hasil bumi yang
melimpah, sekaligus relasi yang terbentuk antara agama dan budaya lokal melalui berbagai alkulturasi
dan asimilasi antara agama dan budaya lokal masyarakat di desa Ngabeyan.
Agama menjadi sebuah simbol yang dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu yang
menjadi suatu perlambangan bentuk-bentuk bertahan hingga saat ini, hal ini tidak
ketaatan kepada yang maha kuasa. mengherankan karena agama Hindu sempat
Bagaimapun juga perlu dipahami bahwa Hindu dapat dilihat dengan kehadiran
agama adalah suatu hal yang telah pasti berbagai candi-candi yang memiliki bentuk
tidak berubah, bersifat akhir atau final, arsitektur sesuai dengan masa-masa ajaran
menyeluruh bagi semua pemeluknya dan Hindu yang mendominasi tanah Jawa,
abadi (parennial) maka dari itu dalam adapun candi-candi di daerah Temanggung
memandang agama, konsep agama tidak yang bercorak Hindu dapat di lihat pada
akan pernah berubah hingga kapanpun arsitektur candi Gondosuli, candi Pringapus
dengan agama karena agama masih bersifat Bagi masyarakat Jawa khususnya
dinamis dan dapat berubah selain itu budaya masyarakat di Desa Ngabeyan kabupaten
juga masih berbentuk sementara dan dapat Temanggung tradisi nyadran adalah suatu
disempurnakan seiring berjalannya waktu. tradisi yang menjadi ungkapan filosofis
(Kastolani, Abdullah Yusof, 2016). praktik sosial-keagamaan yang di lakukan
Dalam masyarakat Jawa budaya dan sebagai ungkapan syukur atas limpahan
nilai-nilai leluhur yang sudah di wariskan rahmat dan rejeki yang diberikan oleh tuhan
secara turun-temurun memiliki peranan yang maha esa selama ini, tetapi lebih jauh
penting dalam menjadi pedoman dan dapat kita pahami bahwa tradisi nyadran ini
pandangan hidup masyarakat Jawa yang merupakan bentuk ekspresi cipta, karya, dan
lainnya yang bersumber pada agama yang sebagai perwujudan kearifan lokal
Jurnal (Anam, 2017) dengan judul : tradisi Nyadran baik itu dalam prosesi
Tradisi Sambatan dan Nyadran di dusun maupun dari pemaknaan kegiatan lainnya.
Suruhan. Jurnal ini membahas tentang Jurnal (Riyadi, 2017) dengan judul :
budaya didalam masyarakat desa Suruhan Kearifan lokal tradisi Nyadran lintas agama
yaitu Sambatan dan Nyadran, analisis di desa Kayen-Juwangi kabupaten Boyolali.
semiotika, dan makna tradisi. Dimana Hasil dari penelitian dalam jurnal ini
didalam jurnal ini Nyadran digambarkan menyatakan : (1) kearifan lokal merupakan
dalam bentuk tanda maupun simbol-simbol nilai-nilai yang di yakini dan berlaku
terdahulu yang kemudian di jabarkan dan di didalam masyarakat dimana Nyadran di
analisis, selain itu jurnal ini hanya berfokus desa kayen-Juwangi merupakan ritual
dalam menjelaskan tentang makna dari sedekah dimana ritual ini merupakan
sebuah tradisi tanpa mengkesplorasi lebih gambaran rasa syukur oleh masyarakat atas
dalam mengenai tradisi yang di teliti. nikmat yang diberikan oleh Allah SWT
Jurnal (Saefullah, 2018) dengan judul: kepada meraka. (2) Nyadran sebagai bentuk
Nilai-nilai pendidikan agama Islam pada ritual kegamaan tidak hanya dimeriahkan
parakan. Jurnal ini memiliki fokus melainkan juga oleh pemeluk agama lain
pembahasan terhadap praktik dan nilai seperti Hinddu, Budda maupun penghayat
yang mana dalam prosesinya nyadran hadir ini membahas mengenai Nyadran yang
dalam bentuk yang lebih luas sebagai bentuk merupakan bagian dari tradisi Islam
syukur terhadap tuhan yang maha kuasa nusantara. Penguatan nilai-nilai sufisme
Jurnal (Muhammad Arifin, Siany Indria merupakan bentuk penggambaran dari nilai-
L, Atik Catur Budiati , 2015) dengan judul : nilai filosofis yang terkandung dalam
Di Tengah Arus Modernisasi (Studi perwujudan rasa syukur terhadap tuhan yang
Diskriptif Kualitatif Di Kampung Krenen, maha kuasa. Jurnal ini juga membahas
Kabupaten Sukoharjo). Hasil dari penelitian dimana pelestarian Nyadran bisa dilakukan
jurnal ini adalah : (1) adanya korelasi antara dengan berbagai cara. Pertama, ikut serta
upaya mempertahankan budaya nyadran dalam prosesi tradisi Nyadran karena tradisi
dengan teori fungsionlisme Bronislaw ini dianggap memiliki peran dan pengaruh
dimana kita dapat melihat pentingnya dalam menyelamatkan umat Islam dari
masyarakat lokal setempat dengan demikian kehilangan arah terhadap nilai kehidupan
kita dapat melihat upaya-upaya yang dan keagamaan akibat dari hilangnya
dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. (2) pemahaman kandungan nilai filosofis dan
setempat merupakan tradisi ziarah makam 2 aspek yaiu aspek batiniah dan modernitas
dimana pada zaman dahulu orang-orang (formalitas ritual) melalui kegiatan nyadran.
hampir setiap hari melakukan ziarah makam Ketiga, gerakan sosialisasi dan edukasi
maka berkenaan dengan hal tersebut ada untuk melakukan penjelasan kepada
kegiatan ziarah makam yang dilakukan mengandung nilai-nilai tasawuf tinggi dalam
setiap satu tahun sekali yang sebelumnya di aspek sosial dan budaya.
Relasi memiliki 2 sifat yang berbeda penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang
yaitu bentuk pertama adalah relasi yang mengedepankan toleransi dan tindakan
bersifat asosiatif atau dapat diartikan sebagai humanis lainnya sehingga mudah diterima
Nyadran sebagai suatu ritual keagamaan Islam umat manusia harus berserah diri dan
yang memiliki makna mendalam sebagai fokus pada peribadatan kepada tuhan, tetapi
bentuk alkulturasi budaya dan keagamaan tujuan dari praktik tersebut adalah untuk
kemaslahatan umat manusia itu sendiri atau menerima perbedaan maupun keragaman di
dapat sebut sebagai humanisme teosentris dalam masyarakat sehingga dalam
yang menjadi nilai inti dalam ajaran agama praktiknya, menjadi seorang yang beragama
Islam (Sumpena, 2012). Islam tidak harus menjadi Arab dimana hal
Bagaimanapun juga Islam yang ini memiliki arti Islam tidak hanya untuk
sepele interaksi antara agama dan manusia Allah adalah tuhan yang maha esa dan nabi
khususnya di Indonesia dimana masyarakat politis yang memakai Islam sebagai topeng
pra Islam di pulau Jawa sudah bersentuhan guna melakukan purifikasi Islam yang
kepercayaan animisme, Hindu dan Buddha. Selain menjadi sarana pemersatu antara
Kehadiran Islam di pulau Jawa ikut Islam dan nilai-nilai lokal budaya
mewarnai kehidupan masyarakat dan dapat masyarakat konsep interaksi yang terjalin
diterima dengan baik hal ini tidak lepas dari antara agama Islam dan budaya lokal juga
peran para pendakwah Islam yang mampu menjadi suatu bentuk nilai baru, aturan dan
masyarakat dan agama sehingga kegiatan- masyarakat, konsep agama Islam berhasil
kegiatan yang sudah hidup secara turun- membentuk suatu pola panutan bagi
lestari dan dilakukan tanpa harus melukai Ngabeyan. Dalam konteks ini Islam bukan
Interaksi yang dijalin oleh agama Islam lokal dapat berkolaborasi dalam kehidupan
nenek moyang yang telah meninggal yang dapat dengan mudah ditemukan
(Purwaningsih, 2017). Kedua Prosesi tradisi didalam setiap masyarakat Jawa, tradisi ini
Nyadran atau biasa dibut (Craddha) pada dapat dikategorikan sebagai tradisi folklor,
menghormati orang yang telah meninggal yang telah diwariskan secara turun-temurun
Jawa yang telah berlangsung sangat lama menjalankan ibadah puasa di bulan
Tidak seperti pada umumnya dimana yang berisi berbagai makanan pokok untuk
para leluhur, di desa Ngabeyan kegiatan merupakan simbol agar hasil bumi
kerabat untuk datang bersilahturahmi, senantiasa diberi rahmat dan rezeki yang
Daftar Pusataka
Abida Al Aliyah, Totok Wahyu Abadi. Ferry Adhi Dharma . (2020). Rite Communication in The
Nyadran Tradition in Sidoarjo. Jurnal Kanal , 1-7.
Abubakar, F. (2016). Interaksi Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Khanduri Maulid Pada
Masyarakat Aceh. Akademika, 20-34.
Anam, C. (2017). Tradisi Sambatan dan Nyadran di Dusun Suruhan. Jurnal Sabda, 77-84.
Arinda, I. Y. (2014). Sedekah Bumi (Nyadran) sebagai konvensi tradisi Jawa dan Islam
masyarakat Sraturejo Bojonegoro . Jurnal El Harakah, 100-110.
Ariyanti, J. (2016). Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo,
Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. ADITYA, 67-77.
Benny Baskara, Vincamira Tasha, Ali Akbar Muhammad. (2019). CHANGE AND DEVELOPMENT
IN NYADRAN RITUAL TRADITION. Jurnal Khatulistiwa, 64-75.
Daryono. (2017). Berbagai berkah Bid'ah Nyadran dalam Budaya Islam Jawa. Jurnal Dinamika ,
209-220.
Hasanah, H. (2016). Implikasi Psiko-Sosio-Religius Tradisi Nyadran Warga Kedung Ombo Zaman
Orde Baru (Tinjauan Filsafat Sejarah Pragmatis). Wahana Akademika, 18-35.
Ibda, H. (2018). Penguatan nilai-nilai sufisme dalam nyadran sebagai khazanah Islam
Nusantara. Jurnal Islam Nusantara, 148-161.
Kastolani, Abdullah Yusof. (2016). Relasi Islam dan Budaya Lokal Studi Tentang Tradisi Nyadran
di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Kontemplasi, 52-74.
Megasari Noer Fatanti, Siti Noer Tyas Tut. (2020). Interpretation of Nyadran Sonoageng Ritual
as the Form of Ritual Communication of Sonoageng Villagers, Nganjuk Regency. Jurnal
Komunikator, 67-78.
Muhammad Arifin, Siany Indria L, Atik Catur Budiati . (2015). Upaya Mempertahankan Tradisi
Nyadran Di Tengah Arus Modernisasi (Studi Diskriptif Kualitatif Di Kampung Krenen,
Kelurahan Kriwen Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) . Jurnal Sosialitas, 1-
17.
Novi Qonitatin, Faturochman, dkk. (2020). Relasi Remaja – Orang Tua dan Ketika Teknologi
Masuk di Dalamnya. Jurnal Buletin Psikologi, 28-44.
Purwaningsih, E. (2017). Tradisi Nyadran Tuk Tempurung dari domestik ke publik. Jurnal
Patrawidya, 357-372.
Riyadi, A. (2017). Kearifan lokal tradisi Nyadran lintas agama di desa Kayen-Juwangi kabupaten
Boyolali. Jurnal SMaRT, 139-153.
Rusdi, P. S. (2020). Nilai-nilai Pancasila dalam budayaNyadran. Jurnal Sosial Budaya, 20-27.
Saefullah, M. (2018). Nilai-nilai pendidikan agama Islam pada tradisi Nyadran di Desatraji
kecamatan parakan. Jurnal Paramurobi, 80-93.
Siti Zullaikah, Budi Eko, Ery Tri. (2020). Ritual Nyadran Dam Bagong sebagai Wujud Pelestarian
Budaya Lokal dan Sumber Belajar IPS SD Kelas IV. Jurnal Pendidikan, 1290-1297.
Sumpena, D. (2012). Islam dan Budaya Lokal : Kajian Terhadap Interelasi Islam dan Budaya
Sunda. Ilmu Dakwah , 102-120.
Widiana, N. (2015). Alkulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Nyumpet Di Desa Sekuro
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Ilmu Dakwah , 286-306.