Anda di halaman 1dari 16

Kearifan Lokal Temanggung : Analisis Relasi Islam dan Tradisi Nyadran di

Kalangan Masyarakat Ngabeyan Kecamatan Candiroto Kabupaten


Temanggung

Abstract

This article is the result of research conducted with the aim of knowing about the relationship between
Islam and local culture in the form of theory and practice, knowing the procession and purpose of the
nyadran tradition in Ngabeyan village by exploring the historical values, goals and functions of the
nyadran tradition itself. The research method used in this study is a type of qualitative research with a
case study approach where data is collected by means of a literature study approach sourced from
scientific journals, bulletins, print media and so on. This study resulted in a discussion of the form of the
nyadran tradition in Ngabeyan village which is a form of community expression of gratitude to God
Almighty at the same time asking to be given the favor of abundant sustenance from the earth, as well as
the relationship formed between religion and local culture through various acculturation and assimilation
between religion and culture. local community in Ngabeyan village.

Keywords: Nyadran, Islam, Local Culture, Tradition

Abstrak

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mengenai relasi
Islam dan budaya lokal dalam bentuk teori dan praktik-praktiknya, mengetahui prosesi dan tujuan tradisi
nyadran di desa Ngabeyan dengan menggali nilai-nilai sejarah, tujuan maupun fungsi dari tradisi nyadran
itu sendiri. Metode penelitian yang digunakkan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus dimana data dikumpulkan dengan cara pendekatan studi kepustakaan yang
bersumber pada jurnal ilmiah, bulletin, media cetak dan lain sebagainnya. Penelitian ini menghasilkan
pembahasan mengenai bentuk tradisi nyadran di desa Ngabeyan yang merupakan bentuk ungkapan
syukur masyarakat kepada tuhan yang maha esa sekaligus meminta diberi nikmat rezeki hasil bumi yang
melimpah, sekaligus relasi yang terbentuk antara agama dan budaya lokal melalui berbagai alkulturasi
dan asimilasi antara agama dan budaya lokal masyarakat di desa Ngabeyan.

Kata Kunci : Nyadran, Islam, Budaya Lokal, Tradisi


Pendahuluan persoalan masyarakat setempat, pengalama-
pengalaman mereka, kapasitas intelektual,
Perkembangan Islam di Indonesia
adat-istiadat setempat dan berbagai
menjadi sebuah perjalanan perjuangan
keragaman yang terdapat sebagai bentuk
panjang yang unik dan menarik dimana
sistem budaya lokal masyarakat yang
belum tentu bisa ditemukan di negara-
berbeda-beda di dalam komunitas
negara lain. Keunikan dalam penyebaran
masyarakat.
agama Islam di Indonesia adalah
kemampuan para pendakwah Islam dalam Islam dan budaya memiliki korelasi yang
mengalkulturasikan antara nilai maupun sangat erat dan mempengaruhi satu sama
praktik-praktik keagamaan yang tetap lainnya, Islam sebagai sebuah ajaran yang
berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadist bersifat teologi dan spiritualitas pada
nabi tetapi tetap melihat kekayaan maupun umumnya mengajarkan nilai-nilai yang
nilai-nilai masyarakat lokal sebagai sebuah dapat di praktikan dan berlaku secara
bagian dari agama yang tidak dapat universal dan menyeluruh sekaligus
dipisahkan sehingga Islam dapat diterima memiliki kekuatan absolut hingga akhir
dengan baik oleh masyarakat dan mampu zaman, (Siti Zullaikah, Budi Eko, Ery Tri,
berkembang secara pesat sehingga 2020) sebagai contoh adalah perintah
mayoritas penduduk Indonesia adalah menjalankan sholat, puasa dan zakat yang
pemeluk agama Islam. akan tetap ada hingga akhir zaman. Tetapi
bagaimanapun juga Islam sebagai sebuah
Sejatinya kelahiran Islam awalnya
agama tidak menutup mata dengan adanya
merupakan suatu produk lokal yang
perkembangan zaman maka dari itu kita
kemudian memilik tujuan untuk
dapat melihat Islam sebagai agama yang
diuniversalisasikan dan ditransendensi
memiliki fleksibilitas khususnya dalam
sehingga pada akhirnya Islam menjadi
menjumpai masyarakat yang beraneka
agama maupun pemahaman yang bersifat
ragam budaya, adat kebiasaan maupun nilai-
universal dan mampu di terima khalayak
nilai tradisi masyarakat. agama dan budaya
umum. Selanjutnya pada proses perjalanan
mampu untuk membentuk relasi yang saling
dan perkembangannya, masyarakat yang
memberikan pengaruh terhadap satu sama
meyakini agama Islam membentuk suatu
lainnya dikarenakan keduanya mempunyai
presepsi yang berkaitan dengan berbagai
simbol maupun nilai yang dipercaya oleh Temanggung memiliki tradisi, budaya
pemeluknya dan dipegang dengan teguh. maupun praktek keagamaan yang banyak

Agama menjadi sebuah simbol yang dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu yang

menjadi suatu perlambangan bentuk-bentuk bertahan hingga saat ini, hal ini tidak

ketaatan kepada yang maha kuasa. mengherankan karena agama Hindu sempat

Sedangkan budaya memiliki simbol agar mendominasi kepercayaan masyarakat di

manusia dapat hidup didalamnya. Temanggung, kuatnya pengaruh ajaran

Bagaimapun juga perlu dipahami bahwa Hindu dapat dilihat dengan kehadiran

agama adalah suatu hal yang telah pasti berbagai candi-candi yang memiliki bentuk

tidak berubah, bersifat akhir atau final, arsitektur sesuai dengan masa-masa ajaran

menyeluruh bagi semua pemeluknya dan Hindu yang mendominasi tanah Jawa,

abadi (parennial) maka dari itu dalam adapun candi-candi di daerah Temanggung

memandang agama, konsep agama tidak yang bercorak Hindu dapat di lihat pada

akan pernah berubah hingga kapanpun arsitektur candi Gondosuli, candi Pringapus

(absolut). Sedangkan budaya sangat berbeda dan lain sebagainnya.

dengan agama karena agama masih bersifat Bagi masyarakat Jawa khususnya
dinamis dan dapat berubah selain itu budaya masyarakat di Desa Ngabeyan kabupaten
juga masih berbentuk sementara dan dapat Temanggung tradisi nyadran adalah suatu
disempurnakan seiring berjalannya waktu. tradisi yang menjadi ungkapan filosofis
(Kastolani, Abdullah Yusof, 2016). praktik sosial-keagamaan yang di lakukan

Dalam masyarakat Jawa budaya dan sebagai ungkapan syukur atas limpahan

nilai-nilai leluhur yang sudah di wariskan rahmat dan rejeki yang diberikan oleh tuhan

secara turun-temurun memiliki peranan yang maha esa selama ini, tetapi lebih jauh

penting dalam menjadi pedoman dan dapat kita pahami bahwa tradisi nyadran ini

pandangan hidup masyarakat Jawa yang merupakan bentuk ekspresi cipta, karya, dan

banyak mempengaruhi konsep kepercayaan karsa masyarakat setempat yang di

masyarakat yang bersumber pada ajaran dalamnya memuat kandungan nilai

leluhur dan berbagai praktik keagamaan keagamaan, makna-makna filosofis dan

lainnya yang bersumber pada agama yang sebagai perwujudan kearifan lokal

dibawa oleh pendatang. Mayoritas penduduk setempat yang selama ratusan

masyarakat Jawa khususnya di Kabupaten tahun telah melakukan kegiatan tersebut.


Selain sebagai bentuk ungkapan syukur, Maka dari itu dapat kita pahami bahwa
tradisi nyadran sendiri juga berfungsi tradisi Nyadran merupakan bentuk
sebagai perwujudan pembersihan hati hal ini intropeksi diri sekaligus pembersihan jiwa
sesuai dengan definisi nyadran itu sendiri khussunya sebelum memasuki bulan-bulan
yang berasal dari bahasa sansekerta sadra tertentu dengan melakukan berbagai
dan setelah bersentuhan dengan masyarakat kegiatan bermanfaat dan di ridhoi Allah
di daerah lain terdapat sedikit perubahan agar diri kita kembali ke fitrah atau kembali
dalam pelafalan kata sadra menjadi sadran suci dengan melantunkan doa-doa kepada
atau nyadran yang akhirnya tradisi ini sudah Allah SWT, shalawat kepada nabi
melekat dalam ritual keagamaan masyarakat Muhammad SAW sekaligus membagikan
Jawa khususnya di Desa Ngabeyan. rejeki kepada orang-orang yang
(Hasanah, 2016) membutuhkan dengan demikian diharapkan

Tradisi nyadran yang dilakukan bahwa dalam memasuki bulan-bulan

mendekati bulan-bulan tertetu seperti bulan tertentu kita telah siap.

ramadhan, sya’ban dan ruwah ini bahkan Berdasarkan latar belakang


sudah hadir jauh sebelum agama Islam tiba permasalahan yang telah di tentukan
dan menyebar di Indonesia, tepatnya pada tersebut, maka permasalahan dalam
saat pengaruh Hindu-Buddha masih sangat penelitian ini adalah bagaimanakan interaksi
kental di masyarakat Jawa terdapat Islam dan budaya lokal, apa itu nyadran bagi
pelaksanaan kegiatan Graddha dimana pada masayarakat di desa Ngabeyan, dan
pelaksanaannya masyarakat melakukan bagaimana kah prosesi dan makna Nyadran
pujian-pujian sekaligus memberikan sesaji di desa Ngabeyan kabupaten Temanggung.
yang pada akhirnya ketika Islam menyebar
di Indonesia tradisi ini di rubah dengan
Kajian Pustaka
mengganti pujian-pujian dan sesaji dirubah
Berdasarkan hasil eksplorasi awal yang
dengan doa-doa yang bersumber dari Al-
dilakukan peneliti tentang berbagai kajian
Qur’an maupun Sunnah nabi Muhammad
penelitian yang memiliki kesamaan dengan
dan sesaji diganti dengan kegiatan
tema yang diambil oleh peneliti ditemukan
memberikan makanan pokok kepada
bahwa hasil dari penelitian ini bukanlah
masyarakat. (Kastolani, Abdullah Yusof,
sebuah studi pertama yang dilakukan untuk
2016)
mengetahui mengenai hubungan yang agama Islam yang mempengaruhi prosesi
dibangun antara agama dan budaya dalam tradisi Nyadran dan bagaimana prosesi
masyarakat lokal di Jawa. Meskipun Nyadran berlangsung. Penelitian tersebut
demikian, penelitian terdahulu memiliki menjelaskan mengenai prosesi Nyadran
berbagai perbedaan dalam beberapa hal yang mana didalam desatraji kecamatan
seperti fokus kajian maupun tema penelitian parakan nyadran merupakan bentuk ziarah
yang diangkat dengan penelitian ini. Maka kubur yang dilakukan oleh masyarakat hal
dari itu untuk menunjukkan perbedaan yang ini menunjukkan nyadran didalam penelitian
ada antara penelitian ini dengan penelitian tersebut merupakan bentuk tradisi nyadran
yang sudah ada sebelumnya, akan dijelaskan awal yang belum terpengaruh dengan
lebih lanjut sekaligus sebagai perbandingan budaya lain. Selain itu jurnal ini
awal terhadap penelitian yang dibuat oleh menggambarkan mengenai berbagai nilai
peneliti. Islam yang telah teralkulturasi di dalam

Jurnal (Anam, 2017) dengan judul : tradisi Nyadran baik itu dalam prosesi

Tradisi Sambatan dan Nyadran di dusun maupun dari pemaknaan kegiatan lainnya.

Suruhan. Jurnal ini membahas tentang Jurnal (Riyadi, 2017) dengan judul :
budaya didalam masyarakat desa Suruhan Kearifan lokal tradisi Nyadran lintas agama
yaitu Sambatan dan Nyadran, analisis di desa Kayen-Juwangi kabupaten Boyolali.
semiotika, dan makna tradisi. Dimana Hasil dari penelitian dalam jurnal ini
didalam jurnal ini Nyadran digambarkan menyatakan : (1) kearifan lokal merupakan
dalam bentuk tanda maupun simbol-simbol nilai-nilai yang di yakini dan berlaku
terdahulu yang kemudian di jabarkan dan di didalam masyarakat dimana Nyadran di
analisis, selain itu jurnal ini hanya berfokus desa kayen-Juwangi merupakan ritual
dalam menjelaskan tentang makna dari sedekah dimana ritual ini merupakan
sebuah tradisi tanpa mengkesplorasi lebih gambaran rasa syukur oleh masyarakat atas
dalam mengenai tradisi yang di teliti. nikmat yang diberikan oleh Allah SWT

Jurnal (Saefullah, 2018) dengan judul: kepada meraka. (2) Nyadran sebagai bentuk

Nilai-nilai pendidikan agama Islam pada ritual kegamaan tidak hanya dimeriahkan

tradisi Nyadran di Desatraji kecamatan oleh pemeluk agama Islam semata

parakan. Jurnal ini memiliki fokus melainkan juga oleh pemeluk agama lain

pembahasan terhadap praktik dan nilai seperti Hinddu, Budda maupun penghayat
yang mana dalam prosesinya nyadran hadir ini membahas mengenai Nyadran yang
dalam bentuk yang lebih luas sebagai bentuk merupakan bagian dari tradisi Islam
syukur terhadap tuhan yang maha kuasa nusantara. Penguatan nilai-nilai sufisme

Jurnal (Muhammad Arifin, Siany Indria merupakan bentuk penggambaran dari nilai-

L, Atik Catur Budiati , 2015) dengan judul : nilai filosofis yang terkandung dalam

Upaya Mempertahankan Tradisi Nyadran kegiatan nyadran sebagai bentuk

Di Tengah Arus Modernisasi (Studi perwujudan rasa syukur terhadap tuhan yang

Diskriptif Kualitatif Di Kampung Krenen, maha kuasa. Jurnal ini juga membahas

Kelurahan Kriwen Kecamatan Sukoharjo, mengenai strategi melestarikan Nyadran

Kabupaten Sukoharjo). Hasil dari penelitian dimana pelestarian Nyadran bisa dilakukan

jurnal ini adalah : (1) adanya korelasi antara dengan berbagai cara. Pertama, ikut serta

upaya mempertahankan budaya nyadran dalam prosesi tradisi Nyadran karena tradisi

dengan teori fungsionlisme Bronislaw ini dianggap memiliki peran dan pengaruh

dimana kita dapat melihat pentingnya dalam menyelamatkan umat Islam dari

pelaksanaan tradisi Nyadran bagi permasalahan mendasar masyarakat yaitu

masyarakat lokal setempat dengan demikian kehilangan arah terhadap nilai kehidupan

kita dapat melihat upaya-upaya yang dan keagamaan akibat dari hilangnya

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. (2) pemahaman kandungan nilai filosofis dan

Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat spiritual melalui. Kedua, mengkolaborasikan

setempat merupakan tradisi ziarah makam 2 aspek yaiu aspek batiniah dan modernitas

dimana pada zaman dahulu orang-orang (formalitas ritual) melalui kegiatan nyadran.

hampir setiap hari melakukan ziarah makam Ketiga, gerakan sosialisasi dan edukasi

maka berkenaan dengan hal tersebut ada untuk melakukan penjelasan kepada

upaya penyederhanaan dengan melakukan masyarakat mengenai nyadran yang

kegiatan ziarah makam yang dilakukan mengandung nilai-nilai tasawuf tinggi dalam

setiap satu tahun sekali yang sebelumnya di aspek sosial dan budaya.

kenal dengan kegiatan nguri-uri kini dikenal


dengan sebutan Nyadran.

Jurnal (Ibda, 2018), dengan judul : Metode Penelitian


Penguatan nilai-nilai sufisme dalam nyadran
sebagai khazanah Islam Nusantara. Jurnal
Metode didalam penelitian ini adalah studi pustaka tidak terbatas baik oleh batasan
memanfaatkan metode atau pendekatan ruang maupun waktu sehingga dalam
kepustakaan (library research), Studi pengumpulan data peneliti dapat menelusuri,
pustaka atau kepustakaan adalah rangkaian mencari maupun menemukan beragam
aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan buku, jurnal maupun dokumen-dokumen
pengumpulan data pustaka, melakukan pendukung lainnya yang berhubungan
pencatatan, membaca dan menelaah bahan- dengan penelitian yang dilakukan.
bahan yang berkaitan dengan penelitian ini.
(Supriyadi, 2016)
Kerangka Teoritis
Dalam proses pelaksaan penelitian
Nyadran sebagai salah satu produk hasil
dengan menggunakan metode studi pustaka
dari relasi Islam dan budaya lokal yang
ada 4 hal yang menjadi landasan paling
terjadi di desa Ngabeyan yang memiliki
fundamental yang wajib dipahami oleh
makna sangat dalam sekaligus sejarah
peneliti yaitu : (1) Peneliti tidak melakukan
panjang didalam prosesi pembentukan relasi
aktivitas pengumpulan data di lapangan
agama dan budaya, Maka dari itu diperlukan
melainkan peneliti akan berhubungan secara
adanya kerangka teoritis sebagai landasan
langsung dengan nash (teks) maupun data
teori didalam penelitian ini.
yang berupa data angka. (2) data yang
berasal dari pustaka berbentuk telah siap
yang berarti peneliti sudah tidak perlu lagi Teori Relasi

melakukan aktivitas pengumpulan data Konsep yang digunakkan dalam rangka


dilapangan dikarenakan sumber data berasal pengembangan penelitian ini adalah
dari kepustakaan baik dari jurnal ilmiah membahas mengenai hubungan maupun
maupun buku yang secara langsung relasi diantara agama dan budaya lokal,
memiliki keterkaitan dengan pembahasan konsep relasi digunakkan untuk mencermati
penelitian tersebut. (3) Perolehan data yang teori yang ada didalam pembahasan
berasal dari kegiatan library research mengenai hubungan yang terjalin antara
merupakan data sekunder dikarenakan data agama dan budaya, pertukaran sosial dan
tidak diperoleh melalui aktivitas secara ketergantungan timbal balik diantara
langsung dilapangan sehingga data berasal keduanya.
dari tangan kedua. (4) Data yang berasal dari
Relasi menurut Berscheid & yang terjalin oleh masyarakat Jawa yang
Ammazzalorso dalam (Novi Qonitatin, saat itu memiliki kepercayaan Hindu-
Faturochman, dkk, 2020) relasi merupakan Buddha dengan agama Islam sebagai agama
suatu hubungan ketergantungan sehingga baru bagi masyarakat setempat. Gerakan-
mempengaruhi perubahan antar individu, gerakan alkulturasi yang dilakukan oleh
kelompok maupun konsep yang saling pendakwah-pendakwah Islam telah
menjalin relasi tersebut. memberikan ciri khas tersendiri bagi

Relasi memiliki 2 sifat yang berbeda penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang

yaitu bentuk pertama adalah relasi yang mengedepankan toleransi dan tindakan

bersifat asosiatif atau dapat diartikan sebagai humanis lainnya sehingga mudah diterima

hubungan yang terciptakan diakibatkan dari oleh masyarakat setempat.

kehendak masyarakat itu sendiri secara


rasional. Sedangkan yang kedua adalah Interaksi Islam dan Budaya Lokal
relasi yang bersifat dissosiatif adalah bentuk
Senft and Basso dalam (Megasari Noer
hubungan yang mengarah pada konflik
Fatanti, Siti Noer Tyas Tut, 2020) menyebut
maupun perpecahan antara 2 entitas yang
kan bahwa “ritual communication is an
saling berhunubungan.
action or effort made by community to
Relasi antara Islam dan budaya local involve knowledge regarding local culture
kaitannya dengan tradisi Nyadran di desa in human interactions” dalam artian
Ngabeyan dapat di lihat merupakan relasi bahwasanya interaksi sosial terhadap ritual
yang bersifat asosiatif dikarenakan relasi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat
yang terbangun diakibatkan kehendak dari merupakan bentuk dalam upaya melibatkan
masyarakat itu sendiri yang menerima Islam ilmu pengetahuan tentang budaya lokal
secara baik sehingga terciptanya alkulturasi untuk menjalin interaksi tersebut.
budaya dan pemahaman secara damai.
Islam sebagai sebuah agama yang
mengajarkan mengenai nilai-nilai dan
Pembahasan konsep ketuhanan dimana menurut pandang

Nyadran sebagai suatu ritual keagamaan Islam umat manusia harus berserah diri dan

yang memiliki makna mendalam sebagai fokus pada peribadatan kepada tuhan, tetapi

bentuk alkulturasi budaya dan keagamaan tujuan dari praktik tersebut adalah untuk
kemaslahatan umat manusia itu sendiri atau menerima perbedaan maupun keragaman di
dapat sebut sebagai humanisme teosentris dalam masyarakat sehingga dalam
yang menjadi nilai inti dalam ajaran agama praktiknya, menjadi seorang yang beragama
Islam (Sumpena, 2012). Islam tidak harus menjadi Arab dimana hal

Bagaimanapun juga Islam yang ini memiliki arti Islam tidak hanya untuk

mengajarkan nilai-nilai dan konsep masyarakat di Arab saja melainkan setiap

ketuhanan tidak serta-merta memandang umat manusia yang mempercayai bahwa

sepele interaksi antara agama dan manusia Allah adalah tuhan yang maha esa dan nabi

khususnya menyangkut masalah budaya Muhammad adalah utusannya sedangkan

maupun nilai-nilai tradisi suatu masyarakat Arabisasi merupakan sebuah kepentingan

khususnya di Indonesia dimana masyarakat politis yang memakai Islam sebagai topeng

pra Islam di pulau Jawa sudah bersentuhan guna melakukan purifikasi Islam yang

dengan 3 kepercayaan sekaligus yang kemudian berusaha menjadikan Islam satu

mewarnai kehidupan masyarakat Jawa yaitu dan seragam. (Widiana, 2015)

kepercayaan animisme, Hindu dan Buddha. Selain menjadi sarana pemersatu antara

Kehadiran Islam di pulau Jawa ikut Islam dan nilai-nilai lokal budaya

mewarnai kehidupan masyarakat dan dapat masyarakat konsep interaksi yang terjalin

diterima dengan baik hal ini tidak lepas dari antara agama Islam dan budaya lokal juga

peran para pendakwah Islam yang mampu menjadi suatu bentuk nilai baru, aturan dan

mengalkulturasikan antara nilai-nilai kepercayaan sekaligus berbagai aktivitas

masyarakat dan agama sehingga kegiatan- masyarakat, konsep agama Islam berhasil

kegiatan yang sudah hidup secara turun- membentuk suatu pola panutan bagi

temurun didalam masyarakat tetap dapat masyarakat Jawa khsusunya di Desa

lestari dan dilakukan tanpa harus melukai Ngabeyan. Dalam konteks ini Islam bukan

ajaran Islam. hanya sekedar menjadi agama bagi


masyarakat tetapi juga telah menjadi bagian
Interaksi yang dijalin antara Islam dan
dari budaya masyarakat desa Ngabeyan
budaya lokal masyarakat adalah suatu
dimana nilai-nilai lokal desa Ngabeyan tidak
keniscayaan yang tidak dapat ditolak bahkan
serta merta menghilang dengan kehadiran
interaksi ini menunjukkan bahwa Islam
agama Islam melainkan berkembang dan
sebagai sebuah agama yang mampu
Islam juga memberikan warna baru bagi realitas masyarakat Indonesia yang beragam
budaya masyarakat di Desa Ngabeyan. dan dinamis maka dari itu Islam dan budaya

Interaksi yang dijalin oleh agama Islam lokal dapat berkolaborasi dalam kehidupan

bukan dilakukan secara radikal dimana masyarakat.

kehadiran Islam ingin merubah tatanan


kehidupan masyarakat scara utuh dan Sejarah Nyadran
menyeluruh dan menggantinya dengan
Tradisi Nyadran merupakan ritual yang
ajaran yang sesuai agama Islam, tetapi apa
telah dijalankan oleh masyarakat Jawa sejak
yang ingin dicapai oleh agama Islam dalam
jaman Majapahit, epatnya pada 1284 atau
interaksi ini adalah menyatukan,
saat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha
mengalkulturasikan dan mengasimilasikan
masih mendominasi dan mempengaruhi
antara ajaran yang dianut oleh Islam dan
masyarakat Jawa dan kemudian saat
juga nilai-nilai masyarakat lokal.
masuknya agama Islam ke Indonesia pada
Proses interaksi ini menunjukkan bahwa abad ke 13, dan tradisi Nyadran mulai
nilai-nilai agama Islam dapat diakomodasi mengalami berbagai perubahan dan
oleh nilai dan kepercayaan luhur budaya modifikasi dengan mengakulturasikan nilai-
masyarakat Jawa sekaligus nilai-nilai luhur nilai Islam, modifikasi ini dilakukan saat
yang terdapat di dalam kearifan lokal masyarakat yang saat itu beragama Hindu-
masyarakat Jawa dapat diakomodasi dengan Budha mulai bermigrasi dan mulai
baik oleh ajaran Islam. memeluk agama Islam. Walisongo
Sebuah interaksi antara Islam dan membuat modifikasi dan alkulturasi pada
kearifan budaya masyarakat Jawa tradisi Nyadran dengan mulai menyusupkan
khususnya desa Ngabean menunjukkan nilai dan konsep keislaman merupakan
bahwa Islam telah memberi warna dan spirit sebuah strategi sehingga agama Islam
terhadap kebudayaan lokal di Jawa. mudah diterima oleh masyarakat tetapi tetap
(Widiana, 2015). Sekaligus Islam sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan
menunjukkan bahwa ajaran yang agama Islam sehingga tidak menjadi sebuah
dibawanya tidak kaku atau rigid dalam tradisi yang melanggar aturan Islam. (Abida
melihat fenomena-fenomena sosial Al Aliyah, Totok Wahyu Abadi. Ferry Adhi
masyarakat maupun menolak berbagai Dharma , 2020)
Terdapat 2 penyebutan kegiatan Nyadran membuat sebuah sesajen sebagai
pada masa lalu dimana yang pertama, Pada perlengkapan ritualnya. (Rusdi, 2020)
zaman dahulu Nyadran merupakan prosesi Dikemudian hari Nyadran semakin
upacara yang dilakukan masyarakat guna berkembang dan disesuaikan dengan
memberikan penghormatan terhadap ruh- keadaan lingkungan dan masyarakat di
ruh para nenek moyang yang telah desanya masing- masing dan muncul
meninggal dan dianggap sebagai sosok suci, beragam ritual Nyadran yang berbeda
pada masa Hindu Kuno di Jawa kegiatan seperti ritual ziarah, silaturahmi dan ritual-
tersebut dinamai dengan nama Shraddha. ritual lain yang sudah berbeda dengan
Kata shraddha menurut Purwangningsih Nyadran pada awalnya tetapi akar dari setiap
dalam (Benny Baskara, Vincamira Tasha, kegiatan Nyadran masih tetap sama dan
Ali Akbar Muhammad, 2019) “The word kegiatan lainnya tetap memiliki filosofis
sraddha has a meaning which means faith dan makna yang tidak jauh berbeda selama
or belief, which in its operational sense, tidak menyimpang dan tetap sesuai dengan
sraddha means a ritual embodiment of ajaran agama Islam karena saat ini muncul
human faith or human belief in the spirit to beberapa kegiatan Nyadran yang sudah
send prayers to ancestors” Oleh karena itu, menyimpang dari nilai-nilai Islam
shraddha adalah sebuah ritual yang (Daryono, 2017)
dilakukan oleh masyarakat dengan
manifestasi iman untuk memanjatkan doa
Nyadran di Desa Ngabeyan
sekaligus merupakan cara membangun
kedekatan spiritual dan sosial kepada pada Tradisi nyadran adalah sebuah tradisi

nenek moyang yang telah meninggal yang dapat dengan mudah ditemukan

(Purwaningsih, 2017). Kedua Prosesi tradisi didalam setiap masyarakat Jawa, tradisi ini

Nyadran atau biasa dibut (Craddha) pada dapat dikategorikan sebagai tradisi folklor,

awalnya merupakan prosesi ritual folklor adalah sebuah kebudayaan kolektif

menghormati orang yang telah meninggal yang telah diwariskan secara turun-temurun

yang dilakukan pada masa Hindu-Budha kepada masyarakat dimana pada

dimana pada praktik dan proses perkembangannya akan muncul versi-versi

pelaksanaannya masyarakat akan yang lebih sederhana maupun berbeda

melantunkan berbagai puji-pujian dan


dengan yang telah ada dahulu. (Kastolani, tertentu seperti sebelum bulan Ramadhan
Abdullah Yusof, 2016) dimana diharapkan agar keluarga diberi

Tradisi nyadaran di dalam masyarakat kesehatan dan kesempatan untuk

Jawa yang telah berlangsung sangat lama menjalankan ibadah puasa di bulan

dapat terpengaruh dengan budaya-budaya Ramadhan.

baru sehingga menghasilkan versi-versi Selain melaksanakan kegiatan tadi ada


berbeda dari tradisi ini dimana tidak setiap keunikan lain yang dilakukan masyarakat
daerah memiliki kesamaan dalam desa Ngabeyan yaitu memberikan berkat
pelaksanaan tradisi nyadran tetapi yang atau makanan pokok kepada masyarakat
paling umum dari kegiatan nyadran adalah yang membutuhkan yang bersumber dari
kegiatan ziarah makam dan juga ritual hasil bumi masyarakat setempat.
memanjatkan doa bagi para leluhur yang Masyarakat di desa Ngabeyan juga
sudah meninggal. membuat gunungan atau tumpeng besar

Tidak seperti pada umumnya dimana yang berisi berbagai makanan pokok untuk

masyarakat melakukan ziarah ke makam dibagikan kepada masyarakat, gunungan ini

para leluhur, di desa Ngabeyan kegiatan merupakan simbol agar hasil bumi

nyadran diisi dengan mengundang kerabat- masyarakat melimpah dan mereka

kerabat untuk datang bersilahturahmi, senantiasa diberi rahmat dan rezeki yang

kerabat yang berada jauh dari desa melimpah dikemudian hari.

Ngabeyan maupun kerabat-kerabat yang Secara sederhana masyarakat


masih dekat dengan desa Ngabeyan memandang pembagian hasil bumi maupun
diundang undang ikut meramaikan kegiatan pembuatan gunungan hanyalah sebuah
ini, didalam tradisi nyadran desa Ngabeyan perlambangan bentuk pengharapan agar doa
masyarakat tidak melakukan ziarah kita dapat diterima di sisi Allah SWT. Selain
melainkan hanya berfokus pada kegiatan itu pemberian ini juga diharapkan agar lebih
keagamaan seperti mengundang kyai untuk banyak orang yang ikut mendoakan
mengadakan dialog keagamaan atau masyarakat desa Ngabeyan agar senantiasa
ceramah sekaligus memanjatkan doa-doa diberikan rezeki hasil bumi yang melimpah.
bagi para leluhur sekaligus berdoa agar
diberikan keselamatan dan rahmat untuk
Prosesi dan Tujuan Tradisi Nyadran
menjalankan kegiatan di bulan-bulan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan Kemudian masyarakat desa Ngabeyan
nyadran di desa Ngabeyan adalah untuk pada proses pelaksanaan tradisi Nyadran
akan membuat sebuah gunungan yang berisi
memberikan manfaat bagi kehidupan
berbagai makanan pokok yang akan
masyarakat di masa mendatang baik di dibagikan kepada masyarakat yang hadirm
dunia maupun balasan di akhirat. Selain itu gunungan ini memiliki pemaknaan
nyadran dilakukan sebagai ucacapan syukur berlimpahnya hasil bumi yang telah
diberikan oleh tuhan yang masa esa kepada
masyarakat terhadap tuhan yang maha esa
masyarakat setempat sehingga sebagian dari
setelah diberikan berbagai kelimpahan hasil bumi itu menjadi hak masyarakat lain
nikmat, berkah dan rezeki yang selama ini agar semua masyarakat dapat menikmati
diterima oleh masyarakat desa Ngabeyan. dan merasakan hasil bumi yang melimpah
tersebut.
Nyadran juga merupakan bentuk harapan
masyarakat, harapannya adalah dengan
Kesimpulan
diadakannya kegiatan ini dalam rangkaian
Nyadran sebagai salah satu bukti nyata
acara tahunan, maka hasil bumi dikemudian
terjalinnya interaksi antara Islam dan budaya
hari akan melimpah sehingga dapat lokal tidak hanya dilakukan semata untuk
memberi manfaat bagi kehidupan melestarikan budaya itu saja melainkan
masyarakat. (Arinda, 2014) lebih jauh prosesi pelaksanaan nyadran yang
masih terjadi hingga hari ini menunjukkan
Selain itu Nyadran juga bertujuan bahwa masih adanya kepercayaan didalam
sebagai ajang untuk berbagi kepada diri masyarakat mengenai fisolosofi
masyarakat sekitar sehingga kerukunan dan sekaligus makna mendalam dari Nyadran
tali silaturahmi antar masyarakat dapat sehingga Nyadran menjadi bagian dari
terjalin. Proses Nyadran yang membagikan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan.
berbagai hasil bumi kepada memiliki
Masyarakat di desa Ngabeyan juga
pelambangan rasa syukur atas limbahan
menunjukkan bahwa didalam diri
berkah yang diberikan oleh Allah SWT,
masyarakat tradisional sekalipun agama
selain itu pemberian hasil bumi menjadi
telah menjadi warna tersendiri yang mampu
penggambaran permohonan masyarakat
menjadi bagian dari masyarakat dan
untuk diberikan kelimpahan hasil bumi.
membentuk suatu alkulturasi budaya yang
Kegiatan Nyadran juga dilakukan sebagai
dapat diyakini oleh masyarakat tanpa harus
bentuk mempererat tali silaturahmi antar
menentang ajaran dari agama yang diyakini.
masyarakat desa Ngabeyan sehingga
semuanya dapat hidup aman, tentram dan Harapan dari peneliti kedepannya
rukun. penelitian ini dapat menjadi khazanah
keilmuan yang dapat berguna dan
bermanfaat bagi masyarakat umum dalam
melihat fenomena interaksi antara agama
dan budaya, sekaligus peneliti berharap
adanya penelitian lebih lanjut dan lebih
mendalam mengenai tradisi nyadran yang
ada di desa Ngabeyan kabupaten
Temanggung.

Daftar Pusataka
Abida Al Aliyah, Totok Wahyu Abadi. Ferry Adhi Dharma . (2020). Rite Communication in The
Nyadran Tradition in Sidoarjo. Jurnal Kanal , 1-7.

Abubakar, F. (2016). Interaksi Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Khanduri Maulid Pada
Masyarakat Aceh. Akademika, 20-34.

Anam, C. (2017). Tradisi Sambatan dan Nyadran di Dusun Suruhan. Jurnal Sabda, 77-84.

Arinda, I. Y. (2014). Sedekah Bumi (Nyadran) sebagai konvensi tradisi Jawa dan Islam
masyarakat Sraturejo Bojonegoro . Jurnal El Harakah, 100-110.

Ariyanti, J. (2016). Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo,
Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. ADITYA, 67-77.

Benny Baskara, Vincamira Tasha, Ali Akbar Muhammad. (2019). CHANGE AND DEVELOPMENT
IN NYADRAN RITUAL TRADITION. Jurnal Khatulistiwa, 64-75.

Daryono. (2017). Berbagai berkah Bid'ah Nyadran dalam Budaya Islam Jawa. Jurnal Dinamika ,
209-220.

Hasanah, H. (2016). Implikasi Psiko-Sosio-Religius Tradisi Nyadran Warga Kedung Ombo Zaman
Orde Baru (Tinjauan Filsafat Sejarah Pragmatis). Wahana Akademika, 18-35.

Ibda, H. (2018). Penguatan nilai-nilai sufisme dalam nyadran sebagai khazanah Islam
Nusantara. Jurnal Islam Nusantara, 148-161.

Kastolani, Abdullah Yusof. (2016). Relasi Islam dan Budaya Lokal Studi Tentang Tradisi Nyadran
di Desa Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Kontemplasi, 52-74.

Megasari Noer Fatanti, Siti Noer Tyas Tut. (2020). Interpretation of Nyadran Sonoageng Ritual
as the Form of Ritual Communication of Sonoageng Villagers, Nganjuk Regency. Jurnal
Komunikator, 67-78.

Muhammad Arifin, Siany Indria L, Atik Catur Budiati . (2015). Upaya Mempertahankan Tradisi
Nyadran Di Tengah Arus Modernisasi (Studi Diskriptif Kualitatif Di Kampung Krenen,
Kelurahan Kriwen Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) . Jurnal Sosialitas, 1-
17.

Novi Qonitatin, Faturochman, dkk. (2020). Relasi Remaja – Orang Tua dan Ketika Teknologi
Masuk di Dalamnya. Jurnal Buletin Psikologi, 28-44.

Purwaningsih, E. (2017). Tradisi Nyadran Tuk Tempurung dari domestik ke publik. Jurnal
Patrawidya, 357-372.

Riyadi, A. (2017). Kearifan lokal tradisi Nyadran lintas agama di desa Kayen-Juwangi kabupaten
Boyolali. Jurnal SMaRT, 139-153.

Rusdi, P. S. (2020). Nilai-nilai Pancasila dalam budayaNyadran. Jurnal Sosial Budaya, 20-27.
Saefullah, M. (2018). Nilai-nilai pendidikan agama Islam pada tradisi Nyadran di Desatraji
kecamatan parakan. Jurnal Paramurobi, 80-93.

Siti Zullaikah, Budi Eko, Ery Tri. (2020). Ritual Nyadran Dam Bagong sebagai Wujud Pelestarian
Budaya Lokal dan Sumber Belajar IPS SD Kelas IV. Jurnal Pendidikan, 1290-1297.

Sumpena, D. (2012). Islam dan Budaya Lokal : Kajian Terhadap Interelasi Islam dan Budaya
Sunda. Ilmu Dakwah , 102-120.

Supriyadi. (2016). community of practitioners : solusi alternatif berbagi pengetahuan antar


pustakawan . Jurnal Lentera Pustaka, 83-93.

Widiana, N. (2015). Alkulturasi Islam dan Budaya Lokal Dalam Tradisi Nyumpet Di Desa Sekuro
Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Ilmu Dakwah , 286-306.

Anda mungkin juga menyukai