Anda di halaman 1dari 11

DAKWAH KULTURAL MASYARAKAT LEMBAK

KOTA BENGKULU

Rahmat Ramdhani
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Kota Bengkulu

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi ritus-ritus ajaran Islam yang dilakukan oleh masyarakat
lembak, selanjutnya untuk mengkaji, memahami dan menganalisis pola dakwah kultural masyarakat lembak.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan sosiologi dan interaksionisme simbolik. Informan
penelitian adalah 6 (enam) orang masyarakat Kelurahan Dusun Besar dan Kelurahan Panorama yang dipilih
secara purposif sampling dengan kriteria yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengamatan, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan studi literatur terhadap hasil penelitian terdahulu
yang relevan. Hasi penelitian menunjukkan bahwa dakwah kultural masyarakat lembak yang berlangsung sejak
dulu dan tetap terjaga kelestariannya adalah berayak, klop ngaji dan klop bedikir. Kegiatannya rutin
dilaksanakan setiap sekali dalam seminggu, dengan praktik yang ada terjadi singkronisasi dan harmonisasi
antara dakwah Islam dan budaya lokal.Muatan dakwah dalam budaya tersebut berupa internalisasi dan
sosialisasi ajaran Islam sehingga menjadi energi sosial dan modal sosial dalam kehidupan masyarakat suku
lembak.
Kata kunci: Strategi Komunikasi, Mahasiswa, Keputusan Kuliah

LATAR BELAKANG dengan serta merta menggunakan tradisi-tradisi Arab


untuk mengembangkan Islam.2
Integritas agama dan budaya merupakan realita sosial
yang terjadi di sebuah masyarakat, ini dikarenakan Islam datang ke Indonesia dengan cara begitu
kedua entitas memiliki posisi saling mempengaruhi elastis dan adaptif. Baik itu yang berhubungan
yang disebabkan oleh nilai dan simbol. 1 Agama dengan pengenalan simbol-simbol Islami (seperti
memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama fisik bangunan peribadatan) atau ritus-ritus
memerlukan kebudayaan agama, tetapi keduanya keagamaan. Dapat di lihat, masjid-masjid pertama
perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, yang dibangun bentuknya menyerupai arsitektur
universal, abadi, sedangkan kebudayaan bersifat lokal-warisan dari Hindu, sehingga jelas Islam lebih
partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa toleran terhadap warna atau corak budaya lokal.
kebudayaan dapat berkembang sebagai agama pribadi Tidak seperti Agama Budha yang masuk “membawa
tetapi tanpa kebudayaan, agama sebagai kolektivitas stupa”, atau bangunan Gereja agama Kristen yang
tidak akan mendapatkan tempat. arsitekturnya seperti di Barat. Dengan demikian,
Islam tidak memindahkan simbol-simbol budaya
Wajah Islam yang hadir di Indonesia juga tidak
yang ada di Timur Tengah (Arab), tempat lahirnya
bisa dilepaskan dengan tradisi atau budaya Indonesia.
agama Islam.
Sama seperti Islam di Arab Saudi, Arabisme dan
Islamisme bergumul sedemikian rupa di kawasan Demikian pula dalam sosialisasi ajaran dan
Timur Tengah sehingga kadang-kadang orang sulit nilai-nilai Islam. Para pendakwah Islam kita dulu,
membedakan mana yang nilai Islam dan mana yang memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan
simbol budaya Arab. Nabi Muhammad SAW dengan ajaran Islam kepada masyarakat yang heterogen nilai
cukup cerdik (fathanah) mengetahui sosiologi budayanya (setting social). Tercatat dalam sejarah
masyarakat Arab pada saat itu, sehingga beliau para Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam di

2
Sebagai salah satu contoh misalnya, ketika Nabi
Saw hijrah ke Madinah, masyarakat Madinah di sana
1
Agama merupakan identitas dan simbol yang menyambut dengan iringan gendang dan tetabuhan sambil
melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan menyanyikan thala‟al-badru alaina (sholawat badar) dan
juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa seterusnya.
hidup di dalamnya.
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

daerah Jawa, mereka dapat dengan mudah diantaranya, suku Lembak Tanjung Agung, suku
memasukkan Islam karena agama tersebut tidak Lembak Pedalaman dan suku Lembak Bulang
dibawanya dalam bungkus Arab, melainkan dalam (Haryani, 2013).
racikan dan kemasan bercita rasa Jawa (Sutrisno,
Suku Lembak mendiami daerah Bengkulu
2009). Dengan redaksi lain, masyarakat diberi
yang tersebar di lembah- lembah sungai dan
bingkisan yang dibungkus budaya Jawa tetapi isinya
pengunungan, di antaranya pada lembah sungai
Islam.
Bangkahulu, sungai Hitam, hilir sungai Babatan,
Akan tetapi kaitannya dengan “ketegangan serta Danau Dendam Tak Sudah. Di kota Bengkulu
kreatif” antara dakwah Islam dengan budaya lokal, khususnya dikenal adanya suku Lembak Delapan,
Amin Abdullah mengingatkan para pelaku dakwah suku ini mendiami wilayah Tanjung Agung,
sekarang ini (muballigh/da‟i) untuk pandai memilah- Semarang, Tanjung Jaya, Bentiring serta Surabaya,
milah mana yang substansi agama dan mana yang sedangkan suku Lembak Bulang mendiami wilayah
hanya sekadar budaya lokal Panorama, Jembatan Kecil, Jalan Gadang dan Dusun
(http://id.shvoong.com/humanities/history/2183822- Besar.
perananwalisongodalampenyebaran agama/#ix
Dalam kehidupan masyarakat suku Lembak
zz2Qgi7upKQ). Metode dakwah al-Qur‟an yang
Bulang, tradisi atau kebiasaan yang dilakukan sejak
sangat menekankan “hikmah dan mau‟idzah
nenek moyang mereka itu masih kerap dipertahankan
hasanah” adalah tegas menekankan pentingnya
bahkan dilestarikan secara turun temurun.
“dialog intelektual”, “dialog budaya”, “dialog sosial”
Sehubungan masyarakat suku Lembak merupakan
yang sejuk dan ramah terhadap kultur dan struktur
mayoritas pemeluk agama Islam sehingga
budaya setempat (Puteh, 2006). Hal demikian
kebudayaan yang dilakukan mereka itu bernuansa
menuntut kesabaran serta membutuhkan waktu yang
Islami, bentuk dakwah kultural yang peneliti
cukup lama, karena dakwah berefek kepada merubah
perhatikan dan amati pada masyarakat lembak bulang
kebiasaan cara berfikir (habits of mind) masyarakat.
yaitu: Berayak (silaturrahim), Klop Ngaji (grup
Dengan kata lain high tradition yang berupa mengaji), Klop Bedikir (grup rebana syarafal anam).
nilai-nilai yang sifatnya abstrak, perlu dikongkretkan
Praktek dakwah kultural diatas memang sudah
dalam bentuk low tradition yang niscaya merupakan
dilaksanakan sejak lama dan berlangsung secara
hasil pergumulan dengan tradisi yang ada. Dalam
turun temurun. Ini menunjukkan bahwa rutinitas
tradisi tahlilan misalnya, high tradition yang diusung
tersebut sudah mengakar dan dilestarikan secara
adalah taqarrub ilallah, dan itu diapresiasikan dalam
kontinu. Hal yang menarik dari rutinitas keagamaan
bentuk dzikir kolektif yang dalam tahlilan kentara
tersebut adalah refresentasi dari pemahaman dan
sekali warna tradisi jawaismenya. Lalu muncul
pengamalan akan ajaran atau syariat Islam
simbol kebudayan bernama tahlilan yang didalamnya
masyarakat lembak, sehingga rutinitas ini bisa
melekat nilai ajaran Islam.
dijadikan sebagai media dakwah berbasis budaya
Keberadaan Islam di Nusantara dengan lokal sebuah masyarakat.
keanekaragaman budaya dalam masyarakat telah
Pengamatan awal peneliti menunjukkan bahwa
banyak dijadikan sebagai media pendekatan dakwah.
budaya berayak, klop ngaji dan klop bedikir
Keterkaitan dakwah Islam dengan kultur sangat erat
merupakan serangkaian nilai-nilai transenden yang
karena ajaran Islam telah menjadi bagian budaya,
dimiliki bersama diantara para anggotanya.
sedangkan budaya diadopsi oleh Islam untuk
Terbentuknya klop (untuk selanjutnya disebut
diluruskan praktik pelaksanaannya berdasarkan
kelompok atau grup) tersebut merupakan dinamisasi
hukum syariat Islam. Hal tersebut dapat ditemukan di
antara individu dalam masyarakat, ini
berbagai wilayah nusantara, dari Sabang sampai
menggambarkan adanya struktur social dan human
Merauke memiliki hubungan erat antara dakwah dan
social.3 Dengan demikian, kelompok-kelompok ini
budaya (Huda, 2013). Sebagaimana penyebaran
merupakan sumberdaya potensial dan aktual yang
Islam melalui pendekatan budaya telah menjadi bukti
terkait dengan jaringan yang tahan lama serta
Islam telah menjadi agama mayoritas yang dianut
hubungan yang melembaga.
oleh penduduk negara Indonesia.
Dalam perjalanannya para anggota kelompok
Di bengkulu sendiri masyarakat Lembak
sangat sadar, bahwa keberadaan mereka dalam
(suku Lembak), mendiami beberapa Kabupaten,
kelompok disamping melestarikan norma, rasa
diantaranya Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten
budaya dan nilai sosial kemanusiaan, keberadaan
Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. Suku Lembak
yang mendiami Kabupaten Rejang Lebong disebut 3
Suku Beliti, sedangkan suku Lembak yang mendiami Dua aspek ini berakibat terhadap produktivitas
komunitasnya dalam melakukan perjanjian (menyepakati
Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu
norma) dan keduanya melahirkan konsekuensi, baik sosial
disebut suku Lembak Delapan, yang terbagi atas tiga maupun ekonomi.

166
Rahmat Ramdhani; Sdakwah Kultural Masyarakat

mereka untuk belajar dan mendalami ajaran Islam. c. Penelitian ini dapat memberikan diskripsi
Hal ini sesuai dengan pendapat F. Fukuyama yang dakwah secara kultural sebagai media
mengatakan bahwa nilai dan norma bersama itu transformasi ajaran Islam dan adaptasi ajaran
dimungkinkan menjadi modal sosial (social capital) Islam terhadap budaya yang berkembang di
(Fukuyama, 2001). masyarakat.
Modal sosial dalam kelompok tersebut dapat
PENELITIAN TERDAHULU
dipetakan menjadikan dua bagian, pertama: sebagai
media ibadah mendekatkan diri kepada Allah dan Penelitian yang dilakukan oleh Kurnadi Sahab,
menjalin relasi antar anggotanya (social relation). dengan judul penelitian “Dinamika perubahan sosial:
Kedua sebagai modal sosial berfungsi sebagai ruang studi pada masyarakat asli Lembak”. Hasil
publik bersifat sosial kemanusiaan yang diisi untuk penelitian menunujukkan bahwa proses perubahan
sharing information. pada masyarakat lembak ini merupakan implikasi
dari sebuah intervensi kebijakan pemerintah
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa
mengkonversi lahan ke dalam bentuk pemanfaatan
tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap
lahan di luar kepentingan pertanian yang sejak lama
aktivitas dakwah kultural, khususnya masyarakat
menjadi sumber ketergantungan kehidupan
lembak Kota Bengkulu.
masyarakat pedesaan, sehingga bukan saja
kemiskinan yang menjadi masalah-masalah
MASALAH PENELITIAN
mendasar bagi mereka tetapi meyangkut
1. Bagaimana Dakwah Kultural Masyarakat ketidakpastian penghasilan.
Lembak Kota Bengkulu?
Dari penelitian diatas memiliki perbedaan
2. Bagaimana Pengamalan Dakwah Kultural dalam fokus kajian penelitian, yaitu tentang
Masyarakat Lembak Kota Bengkulu dalam perubahan sosial. Namun saja memiliki kesamaan
Perspektif Islam? dalam tempat atau lokasi penelitian, yaitu di
masyarakat Lembak Kota Bengkulu. Artinya, belum
TUJUAN PENELITIAN ada penelitian yang bertemakan “pola dakwah
kultural masyarakat lembak Kota Bengkulu”, yang
1. Untuk mengetahui deskripsi ritus-ritus ajaran
akan peneliti lakukan. Dengan minimnya kajian
Islam yang dilakukan oleh masyarakat lembak
tentang dakwah kultural, maka penelitian ini sangat
yang kemudian terlembagakan serta pengamalan
urgen untuk pengayaan keilmuan dan referensi bagi
dalam pelaksanaannya.
pengembangan keilmuan dakwah.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pola
dakwah kultural masyarakat lembak Kota KERANGKA PEMIKIRAN
Bengkulu yang meliputi Kelurahan Dusun Besar
1. Substansi Dakwah
dan Panorama
Dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab
MANFAAT PENELITIAN yaitu ‫دعا‬- ‫ي دعو‬- ‫ دعوة‬yang berarti seruan,
panggilan, undangan, atau doa. Dakwah secara istilah
Tujuan diadakannya penelitian ini diharapkan
adalah mengajak manusia kepada jalan Allah secara
dapat dimanfaatkan untuk:
menyeluruh sebagai upaya mewujudkan nilai-nilai
a. Manfaat Teoritis Islam dalam realitas kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat dalam segala segi kehidupan sehingga
1) Penelitian ini diharapkan dapat menemukan
terwujud khairu ummah.
gambaran praktik dakwah kultural yang
berlangsung pada masyarakat lembak Kota Enjang AS dan Aliyudin mengumpulkan
Bengkulu; beberapa rumusan dakwah oleh para ahli, diantaranya
sebagai berikut: Pertama, dakwah merupakan proses
2) Penelitian ini diharapkan dapat menemukan
pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah
titik temu antara dakwah dengan pendekatan
(ajaran Islam). Kedua, dakwah merupakan proses
kultural ditinjau dari perspektif Islam.
penyebaran pesan dakwah dengan menggunakan
b. Manfaat Praktis metode, media, dan pesan yang disesuaikan situasi
dan kondisi sasaran dakwah. Ketiga, dakwah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan merupakan pengorganisasian dan pemberdayaan
sumbangsih dalam wawasan keislaman melalui sumber daya manusia dalam melakukan berbagai
pengetahuan lebih mendalam terhadap dakwah petunjuk ajaran Islam, menegakkan norma sosial
dengan pendekatan kultural serta menghindari budaya dan membebaskan manusia dari berbagai
adanya penyimpangan ajaran Islam yang berada penyakit sosial. Keempat, dakwah merupakan sistem
di lingkungan masyarakat muslim.

167
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

dalam menjelaskan kebenaran, kebaikan, petunjuk kehidupannya. Manusia dipandang sebagai subjek
ajaran, menganalisis tantangan problema kebatilan pengejawantahan nilai-nilai Ilahiyah sehingga
dengan berbagai macam pendekatan, metode dan membentuk kultur agama. Sebaliknya, kultur yang
media agar objek dakwah mendapat kebahagiaan di berkembang di masyarakat dibina dan dikembangkan
dunia dan di akhirat. Kelima, dakwah merupakan dengan diwarnai nilai-nilai Ilahiyah sebagai sasaran
urgensi pengamalan pesan dakwah sebagai tatanan dakwah Islam. Hal ini menunjukkan adanya
hidup manusia hamba Allah dan khalifah-Nya di hubungan erat antara kultur manusia yang digunakan
muka bumi. Keenam, dakwah merupakan sebuah sebagai salah satu pendekatan dakwah yang potensial
profesionalisme, yakni kegiatan yang memerlukan dalam menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam.
keahlian dan memerlukan penguasaan pengetahuan. Selanjutnya, potensi manusia dalam melahirkan
kebudayaan digunakan sebagai media untuk
Berdasarkan pengertian di atas, substansi
memahami pesan dakwah (ajaran Islam) yang
dakwah adalah suatu kegiatan dalam penyampaian
terdapat pada tatanan empiris atau pesan dakwah
ajaran Islam dengan menggunakan berbagai
tersebut tampil dalam bentuk pengamalan formal
pendekatan dalam ruang lingkup kehidupan manusia
yang menggejala di masyarakat.
sebagai objek dakwah, menggunakan metode dan
media yang tepat dengan melihat kondisi dan sistuasi Dari pemaparan ini menghasilkan sebuah
sasaran dakwah. Secara substansial, dakwah yaitu gagasan atau konsep dakwah kultural, seorang Da‟i
mengajak kepada jalan Allah. berusaha memahami potensi dan kecenderungan
manusia sebagai makhluk berbudaya, yang berarti
2). Kultural sebagai Pendekatan
memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-
Dakwah Kultural atau disebut dengan nilai, norma, sistem aktivitas, simbol dan hal-hal fisik
kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan yang memiliki makna tertentu dan hidup suburdalam
batin (akal budi) manusia (seperti kepercayaan, kebiasaan masyarakat.pemahaman tersebut dibingkai
kesenian, dan adat istiadat). Kebudayaan adalah hasil oleh pandangan dan sistem nilai ajaran Islam yang
cipta, rasa dan karsa manusia dengan pemanfaatan membawa pesan rahmatan lil „alamin. Degan
akal sebagai sumber berpikir. Kebudayaan adalah demikian dakwah kultural menekakan pada
segala sesuatu yang dihasilkan oleh rekayasa dinamisasi dakwah, selain pada purifikasi.
manusia terhadap potensi fitrah terhadap tata nilai
Dinamisasi berarti mencoba untuk
kehidupan dan potensi alam dalam rangka
mengapresiasi (menghargai) potensi dan
meningkatkan kualitas kemanusiaannya dalam
kecenderungan manusia sebagai manusia dalam arti
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam realitanya,
luas, sekaligus melakukan usaha-usaha agar budaya
manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang
tersebut membawa pada kemajuan dan pencerahan
tidak bisa dipisahkan. Hal ini karena manusia
hidup manusia, sedangkan purifikasi mencoba untuk
merupakan sumber kebudayaannya itu sendiri,
menghindari pelestarian budaya-budaya yang nyata-
sehingga tidak mungkin ada kebudayaan tanpa
nyata dari segi ajaran Islam bersifat syirik. Seperti,
adanya manusia.
takhayul, bid‟ah,dan khurafat. Oleh karena itu,
Adapun hubungan manusia dengan kebudayaan dakwah kultural bukan berarti melestarikan atau
dan agama adalah bagaimana sikap manusia membenarkan hal-hal yang bersifat takhayul, bid‟ah,
mengambil nilai-nilai dasar yang terkandung dalam dan khurafat, tetapi cara memahami dan
kebudayaan dan agama sebagai rujukan esensial bagi menyikapinya dengan menggunakan kacamata atau
kehidupan bermasyarakat. Hubungan kebudayaan pendekatan dakwah.
dan agama memiliki cara pandang tersendiri menurut
para ahli: Pertama, kebudayaan merupakan bagian LANDASAN TEORI
dari agama yang mempengaruhi cara pandang
1. Pengertian Dakwah Kultural
manusia melihat agama dan budaya. Budaya
Kata Dakwah secara etimologis, berasal dari
dijadikan sebagai aktualisasi tingkah laku dalam
bahasa arab dakwatan dari da‟aa-yad‟u berarti
beragama. Kedua, agama merupakan bagian dari
panggilan, ajakan, atau seruan. Bila ditinjau secara
kebudayaan, yaitu agama dipersamakan dengan
terminologis, dakwah dimaknai menyeru manusia
mitos, legenda, atau dongeng sebagai bagian dari
kepada kebajikan dan mencegah dari kemunkaran
tradisi masyarakat. Nilai agama diartikulasikan
sehingga tercapai kebahagian hidup (diridhai-Nya) di
dalam berbagai bentuk budaya, baik dalam arti
dunia dan di akhirat. Senada dengan makna tersebut,
proses maupun produk.
Yunahar Ilyas mengemukakan bahwa dakwah
Dalam perspektif Islam, manusia dalam dakwah ialah transformasi dari jihalah (kebodohan)
mensosialisasikan dirinya telah melahirkan kepada ma‟rifah (pengetahuan). Dari ma‟rifah
kebudayaan dengan dianjurkan untuk dapat kepada fikrah (ide). Dari fikrah menuju harakah
mengambil nilai-nilai Ilahiyah sebagai sumber (gerakan), kemudian kepada ghayah (tujuan) yaitu

168
Rahmat Ramdhani; Sdakwah Kultural Masyarakat

keridhaan Allah SWT dan atau meninggikan kalimat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara
Allah SWT. kreatif dan inovatif tanpa menghilangkan aspek
substansial keagamaan. Kedua, menekankan
Adapun kultural dapat diartikan kebudayaan,
pentingnya kearifan dalam memahami kebudayaan
atau mengenai kebudayaan. Dengan demikian,
komunitas tertentu sebagai objek atau sasaran
dakwah kultural ialah metode yang digunakan untuk
dakwah. Jadi, dakwah kultural merupakan dakwah
menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi
yang bersifat bottom up yang melakukan
kehidupan dengan memperhatikan potensi dan
pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan
kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya
nilai-nilai spesifik yang dimiliki oleh mad‟u secara
secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat
kumunal.
Islam yang sebenarnya.
Dengan demikian, relasi dakwah dan budaya
Dalam konsep dakwah kultural, seorang Da‟i
lokal tampak erat dalam bentuknya yang resiprokal,
berusaha memahami potensi dan kecenderungan
sinergis dan kohesif. Keduanya saling mendukung
manusia sebagai makhluk berbudaya, yang berarti
eksistensi masing-masing. Budaya lokal mendukung
memahami ide-ide, adat istiadat, kebiasaan, nilai-
keberlangsungan dan keberhasilan dakwah,
nilai, norma, sistem aktivitas, simbol dan hal-hal fisik
sementara itu dakwah sendiri mendukung
yang memiliki makna tertentu dan hidup subur dalam
keberlangsungan dan kelestarian budaya lokal.
kebiasaan masyarakat. Pemahaman tersebut
dibingkai oleh pandangan dan sistem nilai ajaran 2. Landasan Teoritis Dakwah Kultural
Islam yang membawa pesan rahmatan lil „alamin.
Dinamika kebudayaan dan kemajuan peradaban
Degan redaksi lain bahwa dakwah kultural
umat manusia semakin cepat. Tantangan dan
menekankan pada dinamisasi dakwah4, selain pada
permasalahan yang dihadapi umat manusia pun
purifikasi5. Karena itu, dakwah kultural bukan berarti
semakin kompleks. Persoalan yang satu belum tuntas
melestarikan atau membenarkan hal-hal yang bersifat
untuk diselesaikan, kemudian datang persoalan baru
takhayul, bid‟ah,dan khurafat, tetapi cara memahami
yang terkadang lebih berat yang harus dihadapi oleh
dan menyikapinya dengan menggunakan kacamata
umat manusia. Bahkan karena kompleksitas
atau pendekatan dakwah Islam.
persoalan tersebut, sehingga batas-batas antara yang
Selanjutnya, potensi manusia dalam melahirkan ma‟ruf dan yang munkar sudah semakin sulit untuk
kebudayaan digunakan sebagai media untuk dipisahkan.
memahami pesan dakwah (ajaran Islam) yang
Selain itu, umat Islam pun dihadapkan pada satu
terdapat pada tatanan empiris atau pesan dakwah
realitas yang dapat menimbulkan efek ganda (double
tersebut tampil dalam bentuk pengamalan formal
effect). Menjadi sebuah rahmat ketika pluralitas ini
yang menggejala di masyarakat. Pengamalan ajaran
dihadapi dengan daya positif, yang mampu
Islam yang terdapat di masyarakat tersebut diproses
memberikan manfaat signifikan bagi manusia.
oleh penganutnya dari sumber ajaran Islam, sehingga
Manfaat tersebut berupa: adanya rasa saling
ajaran Islam menjadi membudaya di kalangan
mengasihi, bekerja sama, dan juga mampu
masyarakat. Selain itu, pengamalan ajaran Islam
mengembangkan daya kreativitas manusia yang
tidak lepas dari memperhatikan kebudayan yang
terlahir dari beagam warna perbedaan antar satu dan
berkembang di masyarakat, yakni dengan melalui
lainnya. Namun, bila pluralitas ini dihadapkan pada
pemahaman terhadap budaya, seseorang akan dapat
ketidakadilan sikap, dan cenderung menghakimi,
mengamalkan ajaran agama Islam itu sendiri sebagai
klaim kebenaran yang bias, maka sebaliknya
proses adaptasi. Hal ini yang membuktikan bahwa
keragamaan kehidupan manusia justru akan
ajaran Islam rahmatan lil „alamin yang bersifat
membawa pada perperecahan, disharmonisasi serta
universal dapat berlangsung dimana dan kapan pun ia
efek negatif lainya.
berada.
3. Prinsip Dakwah Kultural
Oleh karena itu, dakwah kultural adalah salah
satu cara berdakwah yang menggunakan pendekatan Adapun yang dimaksud dengan prinsip dakwah
budaya, yaitu: pertama, dakwah yang bersifat kultural dalam konteks ini ialah acuan prediktif yang
menjadi dasar berpikir dan bertindak merealisasikan
4
Dinamisasi berarti mencoba untuk bidang dakwah yang mempertimbangkan aspek
mengapresiasi (menghargai) potensi dan kecenderungan budaya dan keragamannya ketika berinteraksi dengan
manusia sebagai manusia dalam arti luas, sekaligus objek dakwah dalam rentang ruang dan waktu sesuai
melakukan usaha-usaha agar budaya tersebut membawa perkembangan masyarakat. Acuan kebenaran
pada kemajuan dan pencerahan hidup manusia. doktriner ini mungkin menjadi konfirmasi atas
5
Purifikasi disini mencoba untuk menghindari keragaman budaya masyarakat.
pelestarian budaya-budaya yang nyata-nyata dari segi
ajaran Islam bersifat syirik. Seperti, takhayul, bid‟ah,dan
khurafat.

169
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

Dalam al-Qur‟an banyak ditemukan ayat-ayat Richard Winstedt6 menguraikan bahwa karakter
yang mengisyaratkan dua fungsi fundamental Islam di Indonesia yang berdialog dengan tradisi
kaitannya dengan proses dakwah. Fungsi tersebut masyarakat saat ini sebenarnya sangat berkaitan
mencakup pada metode serta prinsip-prinsip dakwah dengan para muballigh dari India yang bersikap
baik secara eksplisit maupun implisit. Dalam hal ini akomodatif terhadap tradisi atau kultur masyarakat
mengacu pada surat an-Nahl ayat 125: setempat dari pada muballigh dari Arab yang puritan
dalam merespons praktik-praktik lokal masyarakat.
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan
Karakter Islam India inilah yang dibawa oleh orang-
Tuhan-mu dengan hikmah , dan pelajaran yang baik
orang India yang kemudia dipraktekkan kembali oleh
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
para wali songo dalam dakwahnya di pulau Jawa.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
Perpaduan Islam-Jawa memberikan corak yang
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
apresiatif terhadap tradisi masyarakat, maka tidak
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
heran jika Islam Nusantara memiliki karakter yang
yang mendapat petunjuk..”
kuat dalam hidup berdampingan dengan budaya
Berdasarkan ayat di atas, maka prinsip-prinsip masyakat setempat.
yang dapat digunakan dalam aktivitas dakwah
Proses dialog Islam dengan tradisi masyarakat
kultural meliputi, bil hikmah, mauizhatil hasanah,
di wujudkan dalam mekanisme proses kultural. Islam
mujadalah.
tidak diterima apa adanya ketika ditawar oleh
4. Metodologi Dakwah Kultural khazanah lokal. Islam dan tradisi masyarakat
ditempatkan dalam posisinya yang sejajar untuk
Dakwah kultural sebagai salah satu kajian berdialog secara adaptif dan kreatif agar salah
bidang ilmu dakwah dalam menjelaskan dirinya
satunya tidak berada dalam posisi yang subordinat
dapat menempuh prosedur penalaran sebagai berikut.
yang berujung pada sikap saling melemahkan.
1. Metode Istinbati, yaitu penalaran dalam Perpadua antara Islam dengan tradisi masyarakat
menjelaskan objek kajian dakwah kultural secara kultural tersebut merupakan sebuah kekayaan
dengan cara menurunkan dari isyarat-isyarat Al- lokal agar Islam tidak tampil hampa dalam realitas
Qur‟an dan as-Sunnah. Produk dari aplikasi ini yang sesungguhnya. Islam tidak harus dipersepsikan
menjadi teori utama dakwah kulutral, yang sebagai Islam yang ada di Arab, tetapi Islam harus
nantinya menjadi acuan dalam membaca data- berdialog dan bernegosiasi dengan tradisi, kebiasaan
data penelitian dalam pengembangan ilmu dan bahkan ritus-ritus masyarakat lokal.
dakwah;
Tradisi merupakan salah satu bentuk
2. Metode Iqtibasi, yaitu penalaran dalam kebudayaan dari masyarakat, kebudayaan dan
menjeaskan objek kajian dakwah kultural dengan masyarakat merupakan dwi tunggal artinya antara
meminjam produk-produk pemikiran pakar masyarakat dan dan kebudayaan tidak dapat
dakwah yang berumber pada Al-Qur‟an dan as- dipisahkan. Ini dikarenakan dimana ada masyarakat
Sunnah, meminjam teori-teori yang digunakan pasti memiliki sebuah kebudayaan dan setiap ada
oleh disiplin antropologi secara kritis, ketika kebudayaan pasti ada masyarakat.
teori-teori yang dipinjam itu mengalami Tradisi yang terlembagakan dalam masyarakat
paradoks atau kontradiksi dengan teori yang
suku lembak kedalam kelompok-kelompok acara
diturunkan oleh teori utama, maka teori pertama
yang berakar dari ajaran Islam merupakan hal yang
berfungsi untuk mengoreksi teori yang kedua
baik. Ini menegaskan bahwa ada nilai sosial yang
dan begitu seterusnya. Digunakannya teori-teori
mengkristal menjadi nilai sosial dalam kelompok ang
antropologi budaya karena ada titik temu dalam dapat dijadikan energi sosial bersama bagi anggota
objek kajiannya, karena dakwah memiliki kajian yang terlibat dan masyarakat umum diluar anggota
perilaku dakwah, hal ini mengingat watak dari
kelompok tersebut.
disiplin ilmu dakwah adalah indisipliner yang
bersentuhan dengan perilaku manusia;
6
3. Metode Istiqra‟i, yakni penalaran yang Mengingat tradisi dan struktur sosialnya sangat
sukar bagi orang Jawa untuk menjadi seorang “Muslim
menjelaskan penalaran objek kajian dakwah
sejati” pada tingkat perasaan terdalam. Suatu Agama yang
kultural dengan menggunakan prosedur kerja dalam menurut H.A.R. Gibs, “melatakkan ukuran-ukuran
metode ilmiah (science methode), dan untuk untuk suatu eksperimen baru dalam agama manusia, suatu
kerja ini yang berkaitan dengan metodologi ilmu eksperimen dalam monoteisme, murni, tanpa dukungan
dakwah menjadi kajian istinbati metode ini simbolisme apa pun atau bentuk-bentuk seruan emosi
lainnya. Bagi orang biasa, yang tetap tertanam dalam
5. Urgensi Dakwah Kultural dan Modal Sosial agama-agama monoteisme terdahulu”. Lihat Cliffordz
Masyarakat Geertz, Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat
Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), hal. 218.

170
Rahmat Ramdhani; Sdakwah Kultural Masyarakat

Dalam perjalanannya bahwa masyarakat lembak questioner guide atau wawancara dalam
yang masuk menjadi anggota kelompok tidak saja pengumpulan datanya, maka sumber datanya disebut
dilandasi oleh nilai agama (relegi), tetapi ada nilai informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab
lain yang turut membingkai yaitu nilai-nilai, norma, pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan
rasa budaya dan nilai sosial kemanusiaan. Hal ini tertulis maupun lisan (Arikunto, 1996 : 172). Sumber
sesuai dengan anggapan F. Fukuyama, bahwa nilai data yang selanjutnya disebut oleh Sudarwan Danim
dan norma bersama itu dimungkinkan dapat (2002) bahwa yang umum dipakai dalam penelitian
membentuk modal sosial. dan penulisan karya ilmiah seperti jurnal, majalah,
laporan penelitian, sirkular dan annual review.
METODE PENELITIAN
Maka, sumber data dalam penelitian ini terdiri
1. Metode Penelitian dari dua jenis, yaitu data primer dan data skunder
dengan penjelasan sebagai berikut:
Paradigma penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif 1. Data Primer
sebagaimana dikatakan Taylor dan Bogdan (dalam
2. Data Sekunder
Vardiansyah, 2005), sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis 3. Lokasi Penelitian
atau lisan dari orang atau gejala yang diamati.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi
Pendekatan kualitatif – interpretif diarahkan pada
pada suku lembak bulang yang berdomisili di
latar gejala secara holistik (utuh menyeluruh) dan
alamiah sehingga tidak mengisolasikan gejala ke Kelurahan Panorama dan Dusun Besar.
dalam variabel. Namun, mengkaji objeknya sesuai 4. Pendekatan Penelitian
latar alamiahnya.
Penelitian ini menggunakan dua pendekaan,
Di sisi lain, Unaradjan (2000), menggunakan yaitu: sosiologi dan interaksionisme simbolik.
istilah penelitian lapangan (field reasearch), yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dalam ralitas 1. Pendekatan Sosiologi
kehidupan yang sebenarnya. Sifat penelitian Pendekatan sosiologi digunakan dalam
kualitatif menurut Soehartono (2002), bersifat penelitian ini karena ingin menggamati, mengkaji
deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang dan menganalisis lebih dalam mengenai pola dakwah
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu kultural masyarakat lembak Kota Bengkulu. Seperti
masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau dikatakan Suprayogo dan Tobroni (2001), anggapan
gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara para sosiolog bahwa dorongan-dorongan, gagasan-
dua gejala atau lebih. gagasan dan kelembagaan agama mempengaruhi, dan
Ada beberapa alasan utama mengapa penelitian sebaliknya juga dipegaruhi oleh kekuatan-kekuatan
kualitatif dianggap lebih tepat digunakan dalam sosial adalah tepat. Jadi, seorang sosiolog agama
penelitian ini. Pertama, penelitian ini dimaksudkan bertugas menyelidiki bagaimana tata cara
untuk memahami pola dakwah kultural masyarakat masyarakat, kebudayaan dan pribadi-pribadi
lembak yang meliputi: Berayak (silaturrahim), Klop mempengaruhi agama, sebagaimana agama itu
Mengaji (grup mengaji), Klop Bedikir (grup rebana sendiri mempengaruhi mereka.
sayarafal anam), dalam setting alamiah, sehinga akan 2. Pendekatan Interaksionisme Simbolik
membentuk sebuah ulasan narasi (deskripsi) dari
fokus penelitian ini. Kedua, berusaha Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari
menginterpretasikan fenomena di lapangan dalam sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial
bentuk ulasan analisis (deskriptif analitif) dinamis manusia. Bagi pendekatan ini, individu itu
berdasarkan pengamatan dan pemaknaan yang bukanlah seseorang yang bersifat pasif, yang
diberikan informan. Ketiga, realitas masalah yang keseluruhan perilakunya ditentukan oleh kekuatan-
dikaji bersifat dinamis, cair dan multidimensi serta kekuatan atau struktur-struktur lain yang ada di luar
dalam situasi yang begitu kompleks, menyangkung dirinya, melainkan bersifat aktif, reflektif dan kreatif,
ranah agama (transenden), budaya (profan) serta menampilkan perilaku yang rumit dan sulit
kesenian (imanen). Oleh karena itu, kajian terhadap diramalkan.
pola dakwah kultural masyarakat lembak yang 3. Teknik Pengumpulan Data
berlangsung dalam masyarakat hanya mungkin
dilakukan dengan paradigma penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan tiga teknik. Ketiga
2. Sumber Data teknik pengumpulan data tersebut secara rinci
Sumber data adalah subjek dari mana data dijelaskan sebagai berikut:
diperoleh. Apabila pemeniliti menggunakan

171
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

a. Interviu Suku Lembak mendiami daerah Bengkulu yang


tersebar di lembah- lembah Sungai dan
b. Observasi
Pengunungan, di antaranya pada lembah Sungai
c. Dokumentasi Bangkahulu, Sungai Hitam, hilir Sungai Babatan,
serta Danau Dendam Tak Sudah. Di kota Bengkulu
4. Analisis Data
khususnya dikenal adanya suku Lembak Delapan,
Analisa data merupakan proses penyusunan suku ini mendiami wilayah Tanjung Agung,
agar data tersebut dapat ditafsirkan. Menyusun Semarang, Tanjung Jaya, Bentiring serta Surabaya.
berarti menggolongkannya kedalam pola, tema atau Sedangkan suku Lembak Bulang mendiami wilayah
kategori (Khamad, 2000). Mengacu pada jenis Panorama, Jembatan Kecil, Jalan Gadang,
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Sidomulyo, dan Dusun Besar.
kualitatif, dimana peneliti sebagai instrumen kunci,
Dalam kehidupan masyarakat suku Lembak,
analisis data bersifat induktif, serta hasil penelitian
tradisi atau kebiasaan yang dilakukan sejak nenek
kualitatif lebih mendekatkan makna daripada moyang mereka itu masi kerap dipertahankan, di
generalisasi. antaranya tradisi upacara daur hidup (lahir sampai
Sehubungan dengan penelitian ini yang dengan meninggal), pernikahan, cukur rambut,
menggunakan paradigma kualitatif, maka dalam aqiqah, dan kesenian tradisional Sarafal Anam, yang
menganalisis data penulis menggunakan metode mana masyarakat suku Lembak merupakan mayoritas
analisis kualitatif. Analisis dilakukan dengan cara: pemeluk Agama Islam sehingga kebudayaan yang
pertama, menyeleksi data. Kedua, display data. dilakukan mereka itu bernuansa Islami.
Ketiga, tahap verifikasi dan penyimpulan. Pada tahap
Profil Kelurahan Dusun Besar
ini adalah penyajian hasil penelitian dalam bentuk
kesimpulan. Dalam membuat kesimpulan 1. Batas, Luas dan Letak
menggunakan cara berfikir induktif.
Kelurahan Dusun Besar Kecamatan Singaran
Pati kota Bengkulu merupakan wilayah Kelurahan
TEMUAN PENELITIAN
yang mana terdiri dari 24 RT dan 6 RW, dan berada
Sekilas Sejarah Suku Lembak pada ketinggian 0,10 M diatas permukaan laut dan
sebagian besar wilayah merupakan tanah daratan
Di Bengkulu sendiri masyarakat Lembak (suku
yakni 75% dan tanah rawa, sawah dan danau 25%.
Lembak), mendiami beberapa Kabupaten,
diantaranya Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kelurahan Dusun Besar mimiliki luas wilayah
Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu. Suku Lembak secara keseluruhan seluas 377 Ha yang terdiri dari
yang mendiami Kabupaten Rejang Lebong disebut kawasan pemukiman seluas 165 Ha, persawahan
Suku Beliti, sedangkan suku Lembak yang mendiami seluas 192 Ha, dan kawasan cagar alam Danau
Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu Dendam seluas 20 Ha. Berdasarkan data tersebut
disebut suku Lembak Delapan, yang terbagi atas tiga dapat diketahui bahwa kawasan persawahan
diantaranya, suku Lembak Tanjung Agung, suku merupakan kawasan terbesar di Kelurahan Dusun
Lembak Pedalaman dan suku Lembak Bulang Besar (Buku profil Kelurahan Dusun Besar, 2015).
(Haryani, 2013).
Batas Wilayah Kelurahan Dusun Besar,
Suku Lembak Delapan memiliki satu kerajaan berbatasan dengan beberapa wilayah, sebelah Utara
tua di Bengkulu, yakni kerajaan Sungai Serut. Kelurahan Surabaya, sebelah Selatan Kelurahan
Kerajaaan ini terletak di daerah Tanjung Terdana dan Padang Nangka, sebelah Barat Kelurahan panorama,
tersebar disepanjang sungai Bangkahulu, kerajaan ini dan sebelah Timur Kelurahan Padang Nangka.
dipimpin oleh seorang raja yang bernama Burniat.
2. Demografi dan Monografi Kelurahan
Pada mulanya suku Lembak ini berada di daerah
Padang Ulak Tanding yang terletak di daerah Perubahan demografis suatu daerah biasanya
pinggiran kerajaan Rejang Empat Petulai. Dari cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan
Padang Ulak Tanding dan Lubuk Linggau terjadinya perubahan di berbagai sektor kehidupan,
penyebaran berakhir sampai ke kota Bengkulu. Suku contoh bidang ekonomi, bertambah penduduk akan
Lembak merupakan suku asli di Bengkulu, hal ini kesediaan kebutuhan sandang pangan.
dikatakan karena adanya bukti, di antaranya suku
Kelurahan Dusun Besar merupakan kawasan
Lembak mempunyai sejarah kerajaan yakni kerajaan
yang terbilang cukup padat penduduknya, itu
sungai Hitam dengan rajanya Singaran Pati yang
dikarenakan daerah Dusun Besar ini sebenarnya
bergelar Aswanda, suku Lembak mempunyai bahasa
daerah yang mana bagian dari sejarah kota Bengkulu
yang khas, mempunyai kebudayaan baik fisik
ini sendiri, daerah ini dihuni oleh sebagian Besar
maupun non fisik berupa kesenian dan mempunyai
penduduk Asli orang Lembak, dan tidak menuntut
wilayah yang jelas.

172
Rahmat Ramdhani; Sdakwah Kultural Masyarakat

sedititnya penduduk dikawasan ini merupakan para ilyas Islam Agama


pendatang dari berbagai daerah dan wilayah. Panorama/I
mam Masjid
Profil Kelurahan Panorama Al-Huda
6 Drs. Musa Laki-laki/ 52 Tokoh
1. Letak Geografis
Amrun Islam Agama
Kelurahan Panorama masuk dalam wilayah Panorama
Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu. Luas
wilayah 900 hektar, 70% wilayah berupa daratan HASIL PENELITIAN
yang dimanfaatkan sebagai lahan produktif berupa Dakwah secara kultural yang dipraktekkan
ruko dan tempat usaha lainnya, sedangkan lahan dalam kehidupan masyarakat suku lembak cukup
pertanian berupa persawahan dan perkebunan sekitar bervariasi, namun dalam penelitian ini ada beberapa
30%. bentuk saja yang akan peneliti uraikan, paparkan dan
Secara geografis Kelurahan Panorama terletak dibahaskan, yaitu:
di sebelah Utara Kota Bengkulu. Sebelah Selatan a. Berayak sebagai bentuk dakwah fi‟ah
berbatasan dengan Kelurahan Jembatan Kecil, (kelompok)
sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kebun
Tebeng dan sebelah Timur dengan Kelurahan Dusun b. Klop Ngaji dan Klop Bedikir sebagai media
Besar. dakwah dan modal sosial
Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah PEMBAHASAN DAN ANALISIS
sebagai berikut : jarak ke Ibu Kota Kecamatan sejauh Dalam sistematika pembahasan hasil penelitian,
3 Km dengan lama tempuh perjalanan 10 menit.
peneliti membagi menjadi dua bagian yang akan
Jarak ke Ibu Kota sejauh 15 Km dengan lama tempuh
dianalisis, yaitu:
20 menit perjalanan. Kemudian jarak ke Ibu Kota
Provinsi adalah 16 Km, dengan jarak tempuh 20 1. Berayak sebagai bentuk dakwah fi’ah
menit perjalanan.
Istilah dakwah fi‟ah mengacu pada proses
2. Kependudukan dakwah yang berlangsung antara da‟i dan mad‟u
kelompok kecil dalam suasana tatap muka. Respons
Penduduk Kelurahan Panorama Kota Bengkulu
mad‟u terhadap da‟i dan pesan dakwah yang
berjumlah 12.640 jiwa dengan kepala keluarga (KK) disampaikan dapat diketahui seketika serta
berjumlah 979 KK. berlangsung dalam suasana dialogis.
Profil Informan Sebagai istilah yang baru dimunculkan dalam
pengembang dakwah, dakwah fi‟ah didefenisikan
Pada bagian ini akan peneliti jelaskan profil
sebagai “Proses dakwah yang ditujukan pada mad‟u
informan yang menjadi subjek penelitian. Identitas
kelompok kecil, seperti suatu pertemuan dalam
informan dicantumkan secara jelas, karena tidak ada
majelis tertentu, pertemuan diskusi para tokoh,
unsur yang menjatuhkan harga diri pribadi dan
pengkajian ilmiah dan pertemuan lainnya.
merusak nama baik keluarga.
Dengan mengacu pada konsep teoritik
Tabel 4.5
mengenai dakwah tersebut, secara operasional adalah
Profil Informan
Jenis
dakwah yang berlangsung antara seorang da‟i dengan
No Nama Kelamin/ Umur Ket kelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang
Agama lebih, yang prosesnya berlangsung secara dialogis
1 Abdullah Laki-laki/ 48 Ketua Adat dan tatap muka dimana pesannya ditujukan kepada
Taib Taher, Islam Dusun mad‟u. Dakwah fi‟ah ini berbeda dengan dinamika
M.Pd.I Besar kelompok, diskusi kelompok, dakwah
2 Tukimin Laki-laki/ 54 Ketua Adat individu/fardhiyah, ataupun latihan laboratorium.
Islam Panorama
3 H. Arsyad Laki-laki/ 68 Tokoh Berangkat dari penjelasan diatas dapat
Mas‟ud Islam Agama dikatakan bahwa budaya berayak yang dilakukan
Dusun oleh masyarakat lembak dapat dikategorikan sebagai
Besar/Imam dakwah fi‟ah, karena merujuk kepada
Syuhada pelaksanaannya dimana beberapa anggota
4 Na‟im Laki-laki/ 56 Tokoh masyarakat (mad‟u) sekitar 5-7 orang datang
Amal Islam Agama mengunjungi kediaman tokoh agama atau Imam
Dusun
masjid (da‟i) untuk mendalami ilmu agama, untuk
Besar
5 Manan Laki-laki/ 58 Tokoh

173
Manhaj, Vol. 4, Nomor 2, Mei – Agustus 2016

mempelajari hafalan wirid, zikir dan do‟a, serta 2) Budaya berayak, klop ngaji dan klop bedikir
bertanya tentang masalah keagamaan. miliki aspek historis yang berintegrasi secara
sinergis dengan ajaran Islam, norma adat dan
2. Klop ngaji dan klop bedikir sebagai media
norma sosial. Sedangkan muatan dakwah dalam
dakwah dan modal sosial
budaya tersebut berupa internalisasi dan
Menurut F. Fukuyama modal sosial adalah sosialisasi ajaran Islam sehingga menjadi energi
serangkaian nilai-nilai informal yang dimiliki sosial dan modal sosial dalam kehidupan
bersama diantara para anggota suatu kelompok yang masyarakat suku lembak.
memungkinkan terjalinnya kerjasama dan partisipasi
diantara mereka. Terbentuknya klop ngaji dan klop DAFTAR PUSTAKA
bedikir dengan defenisi diatas tidak mungkin akan
terjadi sebuah kelompok dalam sebuah masyarakat Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu
jika tidak ada kerjasama dan partisipasi diantara Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka
individu dalam masyarakat. Klop ngaji dan klop Cipta, 1996.
bedikir menggambarkan adanya struktur sosial di
Basrowi dan Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif
dalam masyarakat bahwa dalam kelompok klop ngaji
Perspektif Mikro Surabaya: Insan
dan klop bedikir ada kewajiban dan pengharapan dari
Cendikia, 2002.
masing-masing anggota, dan setiap anggota merasa
dirinya memiliki jaringan (chanel information). Coleman, Jamas, Perencanaan Strategis bagi
Dengan kewajiban, harapan dan jaringan maka Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
anggota kelompok klop ngaji dan klop bedikir merasa Pelajar, 2003.
dirinya diikat oleh serangkaian norma yang positif.
Fukuyama, Francis, Trust Kebijakan Sosial dan
Kumpulan individu yang dipagari oleh kelopok Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:
klop ngaji dan klop bedikir memiliki struktur sosial Qolam, 2005.
dan aspek human social. Dua aspek ini berakibat
Ghalwusy, Ahmad., ad Dakwah Al-Islamiyah. Kairo:
terhadap produktifitas komunitasnya dalam
Dar Al Kutub Al-Mishry, 1987.
melakukan perjanjian (menyepakati norma) dan
melakukan jaringan yang melahirkan sebuah Hafifudin, Didin, Dakwah Aktual. Jakarta: Gema
konsekuensi. Dengan demikian klop ngaji dan klop Insani Press, 2004.
bedikir merupakan sumberbudaya potensial dan
Huda, Nor, ISLAM NUSANTARA: Sejarah Sosial
aktual yang terkait dengan pemilikan jaringan yang
Intelektual Islam di Indonesia.
tahan lama hubungan yang melembaga.
Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013.
KESIMPULAN Ilahi, Wahyu & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah
Dakwah. Cet I, Jakarta: Kencana, 2007.
Berdasarkan pemaparan, pembahasan dan analisis
yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat Mahadi, Ujang, “Komunikasi Dakwah Kaum
ditarik simpulan sebagai berikut: Migran: Studi Komunikasi Antarbudaya
dengan Pendekatan Fenomenologi pada
1) Dakwah kultural masyarakat lembak yang Da‟i Kaum Migran Dalam Dakwah Islam
berlangsung sejak dulu dan tetap terjaga di Kota Bengkulu”. Disertasi, Bandung:
kelestariannya adalah berayak, klop ngaji dan Universitas Padjadjaran, 2012.
klop bedikir. Berayak dimaknai sebagai wadah
silaturahmi bagi anggota masyarakat (mad‟u) Majemu‟atul Mawalid (Komfilasi Maulud Sarafal
untuk belajar tentang Islam dengan Tokoh Anam, Berzanji, al- Burda, al- Diba‟i, al-
Agama/Imam (da‟i), sedangkan klop ngaji dan Asyab). Indonesia: Maktaba Halim,tt
klop bedikir sebagai media dakwah yang Muhiddin, Asep, Dakwah dalam Perspektif Al-
melahirkan kefahaman dan kekhusyuan dalam Qur‟an Cet II. Bandung: CV. Pustaka
menjalankan Islam (dengan fasih membaca serta Setia, 2012.
mengetahui kandungan Al-Quran dalam klop
ngaji serta menghayati kandungan radat dan __________, Metode Pengembangan Dakwah.
syair-syair Islam pada kitab berzanji dan kitab Bandung: KPFD Dakwah2009
ulud dalam klop bedikir). Kegiatannya rutin Patilima, Hamid, Metode Penelitian Kualitatif.
dilaksanakan setiap sekali dalam seminggu, Bandung: Alfabeta, 2007.
dengan praktik yang ada terjadi singkronisasi
dan harmonisasi antara dakwah Islam dan Puteh, M. Jakfar, Dakwah Di Era Globalisasi:
budaya lokal. Strategi Menghadapi Perubahan Sosial.
Yogyakarta: AK Group, 2006.

174
Rahmat Ramdhani; Sdakwah Kultural Masyarakat

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi:


Dilengkapi Contoh Analisis Statistik.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sholeh, Rosyad, Manajemen Dakwah Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, 2008.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Sugiyanto, Lembaga Sosial. Yogyakarta: Global
Pustaka Utama, 2008.
Suisyanto. Islam, Dakwah dan Kesejahteraan Sosial.
Yogyakarta: IISEP-CIDA, 2015.
Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisongo Misi
Pengislaman di Tanah Jawa. Yogyakarta:
GRAHA Pustaka, 2009.
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya
Media Utama, 2009.
Unaradjan, Dulet, Pengantar Metode Penelitian
Ilmu Sosial. Jakarta: PT Grapindo, 2000.
Vardiansyah, Dani, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Indonesia: Indeks Kelompok
Gramedia, 2005.
Wardi, Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah.
Jakarta: Logos, 2007.
Zahrah, Abu, Dakwah Islamiyah. Bandung:
Rosdakarya, 2004.

175

Anda mungkin juga menyukai