Anda di halaman 1dari 11

AGAMA DAN

KEBUDAYAAN PRA
ISLAM
Perkembangan agama Islam di Indonesia yang berlangsung secara evolutif telah berhasil menanamkan akidah
Islamiah dan syari’ah shahihah, memunculkan cipta, rasa, dan karsa oleh pemeluk-pemeluknya. Sebelum
kedatangan Islam, masyarakat telah memeluk agama yang berkembang secara evolutif pula, baik dari
penduduk asli (yang menganut animisme, dinamisme, veteisme, dan sebagainya) maupun pengaruh dari luar
(Hindu-Budha). Yang menarik, unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kepatutan tersingkir
dengan sendirinya, sedangkan yang baik yang mengandung unsur-unsur kepatutan dan kepantasan, hidup
secara berdampingan[1].

Berbicara tentang konsep Islam vis a vis tradisi dalam disiplin antropologi terbagi menjadi dua bagian yang
sering disebut dengan “tradisi besar” (grand tradition) dengan tradisi kecil (little tradition). Konsep ini
dikenalkan oleh Jacques Duchesne Guillemin yang menyatakan bahwa akan selalu terjadi dialog antara tatanan
nilai agama yang menjadi cita-cita religius dari agama dengan tata nilai budaya lokal. Pertautan dialektis yang
kreatif antara nilai universal dari agama dengan budaya lokal telah menghadirkan corak ajaran Islam dalam
kesatuan spiritual dengan corak budaya yang ragam (unity and diversity).

Lebih jauh melihat kondisi Islam di Indonesia dengan menggunakan kerangka pemahaman seperti di atas, tidak
saja akan menemukan keterkaitan historis dengan realitas kesejarahan Islam, tetapi juga akan menemukan
satu sisi penting dari awal proses transformasi intelektual Islam yang bertolak dari nilai-nilai universalisme
Islam yang dikategorikan sebagai tradisi besar dengan tata nilai dalam setting kultural dan struktural tertentu
yang sudah terpola sebelumnya[2].
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat muslim mayoritas di dunia, namun palingsedikit
mendapat pengaruh arabisasi, dibandingkan dengan negara-negara muslim besar lainnya. Itulah sebabnya, dua ciri
paling utama dalam kesenian Islam yakni arabesk dan kaligrafi, paling sedikit mempengaruhi budaya Indonesia.
Selain itu, dalam proses Islamisasi di nusantara, penyebaran agama dan kebudayaan Islam tidak menghilangkan
kebudayaan lokal dan tidak menggunakan kekuatan militer dalam upaya proses Islamisasi. Hal itu disebabkan karena
proses Islamisasi dilakukan secara damai melalui jalur perdagangan, kesenian, dan perkawinan dan pendidikan.
Hasil islamisasi dengan cara demikian menghasilkan praktik sinkretisme yang luas. Salah satu indikasinya adalah sistem
penanggalan Jawa, yang mempertahankan asal usul Hindu kalender Shaka, tetapi mengubah sistem penanggalannya
berdasarkan nama-nama penanggalan Islam.
Untuk mengetahui hal itu, pertama-tama kita harus memahami dalam konteks budaya Indonesia, dimana pernah
mengalami apa yang dinamakan dualisme kebudayaan, yaitu antara budaya keraton dan budaya populer di tingkat
bawah (masyarakat). Dua jenis kebudayaan ini sering dikategorikan dalam kebudayaan tradisional.
Lebih lanjut pengaruh Islam terhadap kehidupan (pembinaan moral) bangsa Indonesia berkisar antara tiga kemungkinan. Yang
pertama ialah ajaran Islam berpengaruh sangat kuat terhadap pola hidup masyarakat. Kedua, Islam dan budaya (moral) bangsa
berimbang, sehingga merupakan perpaduan yang harmonis. ketiga, ajaran (moral) Islam kurang berpengaruh, sehingga
merupakan perpaduan yang ikut menyempurnakan moral bangsa. Ketiga kemungkinan perpaduan itu dapat terjadi di
komunitas-komunitas muslim di berbagai tempat di Indonesia.
Akulturasi ajaran tersebut kemudian berkembang menjadi kebudayaan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga: (1)
Kebudayaan yang didominasi oleh budaya Islam yaitu akulturasi antara dua budaya Islam dan non-Islam, tetapi yang paling
menonjol ialah budaya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ritual-ritual Islam seperti; peralatan yang digunakan pada waktu salat
(sajadah, tasbih, dan sebagainya), kelembagaan zakat, wakaf, dan pengurusan pelaksanaan haji; (2) Kebudayaan yang terdiri
dari percampuran antara kedua budaya seperti; bangunan masjid, bentuk joglo, pakaian pria ataupun mahramah untuk wanita,
lagu, kasidah, tahlil, dan sebagainya; (3) Percampuran kebudayaan yang membentuk pola atau corak kebudayaan tersendiri
ialah; sistem pemerintahan (Pancasila), sistem permusyawaratan, dan berbagai pemikiran yang timbul dari berbagai macam
pergerakan dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok pembahasan dalam makalah ini adalah melihat bagaimana bentuk perpaduan
islam dan budaya lokal yang ada di indonesia dalam bentuk ajaran maupun budayanya di bidang seni atau kesenian secara
asimilasi, akulturasi maupun dalam hal singkretisasi.
BENTUK-BENTUK PERPADUAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
A. DALAM BIDANG SASTRA JAWA

• Setelah islam masuk ke indonesia, secara otomatis nilai-nilai islam dihadapkan pada kondisi
masyarakat lokal indonesia terutama jawa yang memiliki berbagai kebudayaan dengan corak yang
berbeda-beda. Dalam bidang ini, islam memiliki ketekaitan dengan karya sastra jawa dalam artian
imperatif moral atau dengan kata lain bahwa karya sastra jawa dalam perkembangannya mengalami
perpaduan dengan nilai-nilai keislaman sehingga karya-karya sastra yang lahir baik itu dalam bentuk
puisi maupun yang lainnya telah diwarnai oleh nilai-nilai islam.

• Secara historis, karya-karya sastra jawa yang lahir dari para pujangga sebelum islam masuk ke
indonesia di dominasi oleh aspek-aspek yang bercorak mistis. Namun setelah masuknya pengaruh
budaya islam, karya-karya sastra yang kemudian lahih dari para pujangga jawa telah di bumbui dengan
ajaran-ajaran islam yang tersurat dalam bait-bait sajak, puisi dan bentuk-bentuk karya sastra lainnya.

• Dalam karya sastra ciptaan para pujangga kraton pada masa perkembanganya, warna islam lebih
terlihat dibanding unsur mistisnya. Nilai-nilai subtansi islam sudah sangat mewarnai karya-karya
sastra yang diciptakan. Misalnya karya sastra yang menggunakan puisi jawa baru dan lain sebagainya
lebih memiliki unsur-unsur kebajikan dan unsur ketauhidan sebagaimana yang diajarkan oleh islam.
Contoh lain misalnya adalah mucopat yang pada saat ini sangant kental dengan nilai-nilai keislaman.
DALAM BIDANG PEWAYANGAN
Wayang dan budaya jawa
Wayang yang awal mulanya
Interelasi nilai jawa dan ibarat sisi-sisi keping mata
merupakan teradisi
islam dalam pewayangan uang logam yang tak
masyarakat lokal yang
merupakan salah satu terpisahkan, maka untuk
kemudian dimasukkan unsur
bagian yang khas dari memahami budaya jawa tan
nilai keislaman dan alur
proses perkembangan keno ora (tidak boleh tidak)
cerita yang dirubah dari
budaya jawa. Wayang harus memahami wayang.
sumber aslinya adalah
merupakan suatu produk Wayang mengandung makna
manifestasi dari masuknya
budaya yang didalamnya lebih jauh dan mendalam
budaya islam yang kemudian
terkandung seni estetis. karena mengungkapkan
menjadi salah satu sarana
Bahkan wayang selain gambaran hidup semesta
dakwah yang dilakukan oleh
berfungsi sebagai tontonan dengan segala masalahnya.
para wali songo terutama
ia juga berfungsi sebagai Selain itu tersimpan pula
sunan kalijaga.
tuntunan kehidupan karena nilai-nilai pandangan hidup
di dalamnya ada nilai-nilai jawa dalam menghadapi
moral[3]. segala tantangan dan
kesulitan hidup[4].
B.DALAM BIDANG ARSITEKTUR
Namun demikian,
perpaduan islam dan
Masjid Demak adalah budaya lokal dalam
Di samping penciptaan
contoh konkrit dari upaya bidang seni tidak hanya
ritus-ritus keagamaan,
akulturasi Islam juga dibuat rekonsiliasi atau dalam bentuk masjid atau
dalam bentuk simbol- akomodasi itu. Ranggon makam, namun juga
simbol kebudayaan. Contoh atau atap yang berlapis dalam ruang lingkup yang
dari simbol ini adalah pada masa tersebut besar, misalnya bentuk
bentuk arsitektur bangunan diambil dari konsep kraton, tamansari
masjidmasih berbentuk 'Meru' dari masa pra Islam maupun arsitektur
pure atau candi, kemudian wilayah yang
(Hindu-Budha) yang
penamaan pintu gerbang
terdiri dari sembilan mencerminkan unsur-
dengan istilah ‘gapura’
nama yang diambil dari susun. Hal ini berbeda unsur budaya lokal dan
bahasa Arab ghofura yang dengan Kristen yang unsur-unsur keislaman.
berarti pengampunan membuat gereja dengan
arsitektur asing, arsitektur
Barat.
C.DALAM BIDANG SHALAWAT
• Sholawat Rodat SHOLAWAT MAULUD

• Salah satu kelompok sholawat maulud yang masih eksis


• Kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah adalah kelompok kesenian sholawat maulud “puji
“kota santri” yaitu daerah Jejeran, Wonokromo, rahayu” yang berada di daerah Kasihan, Bantul, DIY.
Bantul. Kelompok kesenian Sholawat Rodat ini Shalawat maulud sebenarnya merupakan tradisi
menamakan dirinya Kelompok “Lintang Songo”. pembacaan shalawat pada saat peringatan maulid Nabi
Muhammad. Dalam perkembangannya, tradisi ini
• Kesenian Rodat merupakan salah satu kesenian menjadi kesenian pembacaan shalawat yang dibacakan
tradisi di kalangan ummat Islam. Kesenian ini pada acara-acara khitanan, aqiqah (kelahiran bayi),
berkembang seiring dengan tradisi maupun acara-acara rutin yang diselenggarakan
memperingati Maulid Nabi di kalangan ummat masyarakat.
Islam. Kesenian ini menggunakan syair atau SHOLAWAT JAWI
syiiran berbahasa arab yang bersumber dari
Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang • Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan
masykur di kalangan ummat Islam. Isi dari beberapa juga sudah menyebar di sekitar kecamatan
sholawat rodat adalah bacaan sholawat yang Pleret, atau bahkan di sekitar Kabupaten Bantul.
Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan
merupakan puji-pujian terhadap Nabi
jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang
Muhammad SAW. seiring dengan tradisi peringtaan Maulid Nabi ini
mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat kepada
Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan
juga dengan melodi-melodi Jawa (langgam sinom,
dandang-gula, pangkur dan lain-lain).
D. DALAM BIDANG INSTRUMENT (ALAT MUSIK)

Instrumen-instrumen yang pada saat ini digunakan oleh umat islam


yang ada di jawa pada khususnya juga telah depengaruhi oleh nilai-
nilai keislaman dimana pada zaman dahulu peralatan-peralatan
seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain sebagainya digunakan
pada ritual-ritual mistis yang pada ajaran islam di anggap sebagai
suatu penyimpangan. Namun pada saat setelah unsur nilai islam
masuk kedalam budaya lokal masyarakat indonesia, alat-alat tersebut
digunakan untuk kepentingan dakwah dan dimaknai sebagai simbol-
simbol keagamaan seperti gamelan, gong, gambus, rebana dan lain
sebagainya.
DALAM BIDANG SENI LUKIS
• Dalam bidang ini kita dapat melihat peninggalan-peninggalan sejarah
seperti candi Borobudur, Prambanan dls. Dimana pada dinding-dindingnya
dipenuhi lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang menunjukkan budaya
jawa terdahulu sebelum masuknya islam.
• Berbeda ketika melihat bangunan-bangunan masjid yang megah dan
dipenuhi dengan lukisan atau ukiran kaligrafi yang indah. Secara tidak
langsung, fakta tersebut mencerminkan adanya proses asimilasi yang
kemudian menghasilkan sebuah karya seni yang dahulunya dapat dijumpai
pada peninggalan sejarah, sedangkan pada saat ini terlihat dalam bentuk
keindahan yang juga merupakan karya seni pada masjid-masjid yang ada di
indonesia.
KESIMPULAN
Dalam perkembangannya, Islam
Kehadiran Islam ke nusantara nusantara dengan wataknya yang Proses perpaduan islam dan
tidak lepas dari nuansa, dimana moderat dan apresiatif terhadap budaya budaya lokal di bidang seni
Islam itu lahir. Sungguhpun lokal, serta memihak warga setempat juga bermacam-macam,
demikian, ia mampu beradaptasi dalam menghadapi tantangan, namun secara luas dapat
menyebabkan Islam mudah diterima dimakanai sebagai proses
dengan kebudayaan lokal,
sebagai agama baru.Bukti nyata dari
dimana Islam itu datang. Proses akulturasi, asimilasi dan
proses persenyawaan antara Islam dan
persenyawaan keislaman budaya lokal dalam bidang seni dapat singkretisasi. Sungguhpun
dengan kenusantaraan, ditemukan dalam bentuk karya Babad, demikian, yang lebih
menjadikan Islam yang ada di hikayat, lontara, sastra suluk, mitologi, menjadi sorotan adalah;
nusantara ini, mudah diterima qasidah rebana, gambus dan lain bahwa perpaduan budaya
oleh masyarakat. Tidak ada sebagainya. Kemudian dari segi bentuk islam dan budaya lokal di
resistensi; yang ada adalah arsitektur bangunan-bangunan atap bibang seni telah
penyambutan. Sungguhpun ada masjid Demak yang berlapis sembilan memberikan konstribusi
“dari Meru” pra Islam, kemudian diganti besar dalam perjalanan dan
modifikasi, itu tidak lebih pada
oleh Sunan Kalijaga menjadi tiga yang
injeksi nilai-nilai keislaman perkembangan islam di
melambangkan Iman, Islam, dan Ihsan.
dalam tradisi yang telah ada. Budaya selamatan, Maulid Nabi, Yasinan, indonesia.
Sekaten.

Anda mungkin juga menyukai