Akulturasi budaya adalah suatu proses pencampuran antara unsur-umsur kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan yang
baru merupakan jhasil pencampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian atau ciri
khasnya. Jadi, untuk dapat beralkulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Akulturasi adalah pencampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling melengkapi. Sedangkan budaya adalah
pikiran, akal budi; adat istiadat; sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang
(maju, beradab). Jadi, jika dilihat dari pengertian masing-masing kata, akulturasi budaya
adalah pencampuran dua atau lebih adat istiadat, pemikiran, atau akal budi yang berkaitan
dengan kebudayaan yang saling bertemu dan melengkapi.
Adapun syarat ataupun ciri-ciri yang ada di akulturasi budaya adalah sebagai berikut:
b. Hasilnya merupakan sedikit perubahan pada fenomena kebudayaan atau psikologis antara
orang-orang yang saling berinteraksi tersebut, biasanya berlanjut pada generasi berikutnya.
c. Dengan adanya dua aspek sebelumnya, kita dapat membedakan antara proses dan tahap;
adanya aktivitas yang dinamis selama dan setelah kontak, dan adanya hasil secara jangka
panjang dari proses yang relatif stabil; hasil akhirnya mungkin mencakup tidak hanya
perubahan-perubahan pada fenomena yang ada, tetapi juga pada fenomena baru yang
dihasilkan oleh proses interaksi kebudayaan.
Di Indonesia, begitu banyak kebudayaan budaya baru yang jadi karena adanya akulturasi
budaya ini, ini memberikan dampak yang positif sehingga budaya di Indonesia semakin
beragam. Adapun contoh akulturasi disini adalah antara kebudayaan Hindu-Budha dan Islam
dengan kebudayaan yang ada di Indonesia sendiri.
Akulturasi ini dapaf dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian-
bagian candi. Misalnya, relief pada Candi Borobudur Di dinding pagaf langkan yang
merupakan pahatan riwayat sang Budha, disektarnya terdapat lingkungan alam
Indonesia seperti rumah panggung (rumah adat Jambi) dan burung merpati. Hiasan
relief makara yang sangat indah, pada dasarnya adalah motif binatang dan tumbuh-
tumbuhan, yang sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang itu
dipandang suci, maka diabadikan dengan cara dilukis.
3. Seni Pertunjukan
JLA Brandes berpendapat bahwa Gamelan adalah salah satu instrumen diantara seni
pertunjukan asil yang dimiliki oleh Indonesia sebelum unsur-unsur budaya dari India
masuk. Selama berabad-abad, gamelan telah mengalami perkembangan dengan
masuknya unsur budaya baru baik pada segi bentuk maupun kualitas.
Xylophones
Chordophones
Membranophones
Aerophones
Tidophones
Bangunan keagamaan seperti candi sangat dikenal pada masa Hindu Budha. Hal
tersebut terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu, seperti
Candi Gedungsongo maupun Candi Sewu. Bangunan pertapaan wihara juga
merupakan bangunan yang berundak. Terlihat di beberapa Candi Tikus, Candi
Jalatunda, dan Candi Plaosan. Bangunan suci berundak tersebut sebenarnya telah
berkembang pada zaman pra aksara, yang menggambarkan alam semesta yang
bertingkat. Tingkat paling atas adalah tempat semayam para roh leluhur (nenek
moyang).
7. Sistem Pemerintahan
Contoh akulturasi terakhir yang bisa dijelaskan di bacaan ini afalah sistem
pemerintahan yang ‘diwariskan’ di Indonesia. Sesudah datangnya Budaya India di
Indonesia, dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang
dimaksud ialah semacam pemerintah di suatu daerah tertentu (seperti desa). Rakyat
mengangkat seorang kepala suku (pemimpin). Orang yang dipilih sebagai kepala suku
biasanya orang yang sudah tua (senior) dapat membimbing, berwibawa, arif, memiliki
kelebihan tertentu seperti di bidang ekonomi dan biasanya dianggap mempunyai
semacam kekuatan gaib atau kesaktian. Sesudah pengaruh budaya India masuk, maka
pemimpin tadi diubah menjadi raja kemudian wilayahnya disebut sebagai wilayah
kerajaan. Contoh nya seperti di Kutai.