Akulturasi Budaya
Di susun oleh:
Nindya Yuli Eka Mardiana (27)
X Ips 3
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berbentuk Esay ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bu Anung selaku guru pembimbing yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi.
Kami menyadari, bahwa makalah yang berbentuk esay yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Semoga makalah berbentuk esay ini bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
PEMBAHASAN
1. Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya (acculturation) adalah perpaduan diantara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda dan bersatu dalam upaya membentuk kebudayaan baru tanpa dengan maksud
menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli.
Contohnya: perpaduan antara musik melayu yang kemudian bertemu dengan musik
Spanyol. Perpaduan kedua musik ini pada akhirnya menghasilkan musik keroncong, yang
mana musik keroncong sebenarnya adalah bagian daripada kedua musik akan tetapi tidak
menghilangkan ciri khasnya.
7 Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu Budha dengan kebudayaan Lokal asli
Indonesia adalah sebagai berikut:
Relief Candi Borobudur, Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha
Candi Borobudur
Wayang Kulit
Karya Sastra yang semakin berkembang terutama yang bersumber dari Ramayana dan
Mahabharata ini, yang telah memunculkan seni pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan
wayang kulit yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sudah sangat mendarah
familiar. Cerita di dalam pertunjukan wayang kulit ini berasal dari India, namun wayangnya
berasal dari Indonesia asli.
a. BAHASA
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang di mana bahasa
Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti
(batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya
prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Namun
untuk perkembangan selanjutnya Bahasa Sansekerta di gantikan oleh Bahasa Melayu
Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13
M. Untuk aksara, dapat dibuktikan penggunaan huruf Pallawa , kemudian
berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal
ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf
Jawa Kuno.
b. RELIGI / KEPERCAYAAN
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-
Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang didasarkan pada Animisme dan
Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia
mulai menganut / mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha
yang sedang berkembang di Indonesia telah mengalami perpaduan dengan
kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain yang mengubah
Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan
dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual
yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya,upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali, upacara ini
tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
c. SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah kerajaan yang
diperintah oleh raja sepenuhnya.Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau
dianggap dewa dewa yang keramat, begitu rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang melibatkan di Singosari seperti
Kertanegara yang dibuat sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan
sebagai Harhari (dewa) Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang setuju dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menggunakan prinsip musyawarah yang merupakan budaya
asli Indonesia . Prinsip musyawarah yang diterapkan harus mempertimbangkan raja
yang tidak memiliki putra mahkota yaitu yang dilakukan di kerajaan Majapahit, pada
saat pengangkatan Wikramawardana.
d. SISTEM KEMASYARAKATAN
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana
(golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya
(pedagang golongan) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta ini juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi
tidak sama dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya berlaku untuk upacara keagamaan.
e. EKONOMI
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu
banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
keuangan melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Buddha. Namun, datangnya kebudayaan Hindu-Buddha membuat masyarakat
kuno Indonesia mulai mengenal Mata Uang / alat pertukaran.
f. PENGETAHUAN / TEKNOLOGI
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya adalah
perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Kalender Saka merupakan k alender yang disetujui pada perputaran Bulan disetujui
Bumi untuk satu bulan. Kata Saka merupakan nama suatu suku di India .
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan
tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka
654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Dimasa Majapahit Kalender Saka
sudah menjadi Kalender Kerajaan.
Di samping pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan
tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan
kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak
ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat
bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi
memenangkan diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, kemudian
kalimat tersebut diartikan dan kembali sama dengan tahun 1400 saka atau sama
dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
g. SENI BANGUNAN
Salah Satu wujud akulturasi hearts seni Bangunan terlihat hearts seni
Bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya
India, tetapi candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi yang melakukan
penelitian melalui landasan-dasar yang dikaji dalam buku ini. Yang meminta
berbagai petunjuk untuk melakukan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk dilihat dari bentuk dasarnya. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia
adalah punden berundak-undak yang merupakan bentuk asli dari Indonesia dan juga
merupakan salah satu peninggalan budaya Megalithikum yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Sedangkan yang khas dari India yaitu Stupa . F ungsi bangunan
candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi
berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi
maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah
wafat khusus raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, di dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya
yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan di dalam kuil yang bisa dilepas atau
abu jenazah, tersedia berbagai macam benda yang diminta lambang jasmaniah raja
yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan
terhadap roh nenek moyang atau setuju dengan raja yang telah meninggal. Hal ini
terlihat dari keberadaan lambang jasmaniah raja sementara fungsi candi di India
adalah tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat
di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Dalam bangunan senior juga terdapat bentuk Yupa yang ada di Kutai . Bentuk
Yupa mendapat unsur budaya asli Indonesia yaitu menhir, sedangkan unsur budaya
India adalah p rasasti dan tiang adalah untuk menambatkan binatang kurban. Ada
juga Lingga dan Yoni (lambang kesuburan) , dengan tidak pasti budaya India adalah
Lingga Yoni sedangkan tidak pasti budaya Indonesia asli adalah Alu dan Lumpang.
h. SENI RUPA DAN SENI UKIR
Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang di bidang seni rupa, seni pahat,
dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar
langkan di Candi Borobudur yang terdiri dari pahatan tentang Sang Buddha. Relief
Di Sekitar Sang Buddha Sekitar Relief Alam Indonesia Seperti Rumah Panggung
dan Burung Merpati. Di samping itu, ada hiasan perahu bercadik. Lega tersebut
merupakan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi Yang
Terdapat di India. Juga relief di candi Prambanan yang berjudul cerita Ramayana.
Pada relief kala makara yang bermultifikan adalah motif binatang dan tumbuh-
tumbuh. Hal ini sudah diketahui sejak masa sebelum Hindu. Hewan-hewan tersebut
dianggap suci, maka sering diabadikan dengan cara dilukis.
i. SENI SASTRA
Seni sastra pada waktu Hindu-Buddha ada yang berbentuk prosa dan ada yang
berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kasusteraan dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu tutur (kitab suci agama), kitab hukum, dan wiracarita
(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, buku Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian muncul wiracarita hasil gubahan para pujangga Indonesia.
Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga
bertentangan cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra Ramayana dan Mahabarata, membawakan
pertunjukan seni wayang kulit (wayang purwa). Isi dan cerita wayang banyak
mengandung nilai-nilai yang mendukung edukatif. Cerita wayang Berasal Dari
budaya Hindu-Buddha, TAPI wayangnya asli dari Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan