Anda di halaman 1dari 12

ESAI

Akulturasi Budaya

Di susun oleh:
Nindya Yuli Eka Mardiana (27)
X Ips 3
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berbentuk Esay ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bu Anung selaku guru pembimbing yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi.
Kami menyadari, bahwa makalah yang berbentuk esay yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Semoga makalah berbentuk esay ini bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kraksaan, April 2020

Penulis
PEMBAHASAN

1. Akulturasi Budaya
Akulturasi budaya (acculturation) adalah perpaduan diantara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda dan bersatu dalam upaya membentuk kebudayaan baru tanpa dengan maksud
menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli.
Contohnya: perpaduan antara musik melayu yang kemudian bertemu dengan musik
Spanyol. Perpaduan kedua musik ini pada akhirnya menghasilkan musik keroncong, yang
mana musik keroncong sebenarnya adalah bagian daripada kedua musik akan tetapi tidak
menghilangkan ciri khasnya.

2. Akulturasi Budaya asli Indonesia dengan Budaya Hindhu-Budha

Akulturasi kebudayaan merupakan suatu proses percampuran diantara unsur-unsur


kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya, sehingga menghasilkan kebudayaan baru,
Kebudayaan baru yang menjadi hasil percampuran, tersebut masing-masing tidak kehilangan
ciri khas / kepribadian nya. Oleh karena nya, untuk dapat berakulturasi, tiap-tiap kebudayaan
harus seimbang. Begitu pula untuk Akulturasi kebudayaan Hindu-Budha dari India dengan
kebudayaan Lokal asli Indonesia.

7 Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu Budha dengan kebudayaan Lokal asli
Indonesia adalah sebagai berikut:
Relief Candi Borobudur, Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha

1. Contoh Akulturasi Seni Rupa dan Seni Ukir


Adanya pengaruh dari India tentu saja membawa perkembangan di dalam
bidang Seni Rupa, ukir maupun pahat. Hal ini kenyataannya bisa disaksikan pada seni
ukir atau relief-relief yang dipahat di bagian dinding candi. Misalkan Relief yang
dipahat pada Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat sang Budha.

Candi Borobudur

2. Contoh Akulturasi Seni Bangunan


Bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah bentuk akulturasi
antara unsur budaya Hindu Budha dengan budaya Lokal asli Indonesia. Bangunan
yang megah, patung-patung perwujudan Buddha / dewa, serta bagian dari stupa dan
candi merupakan unsur-unsur dari India. Bentuk candi di Indonesia pada hakikatnya
merupakan punden berundak yang tidak lain merupakan unsur asli Indonesia. Candi
Borobudur adalah salah satu dari contoh akulturasi tersebut
3. Contoh Akulturasi Seni Aksara dan Seni Sastra
Masuknya budaya India di Indonesia membawa pengaruh perkembangan seni
sastra yang cukup besar di Indonesia. Seni Sastra pada masa itu ada yang berbentuk
puisi dan ada juga yang berbentuk prosa. Dilihar dari isinya, kesusastraan
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Kitab hukum
b. Tutur (Pitutur kitab keagamaan)
c. Wiracarita (Kepahlawanan). Bentuk wiracarita sangat populer di Indonesia.
Misal seperti Bharatayuda, yang digubah Mpu Panuluh dan Mpu Sedah.

Wayang Kulit, Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Budha

Wayang Kulit

Karya Sastra yang semakin berkembang terutama yang bersumber dari Ramayana dan
Mahabharata ini, yang telah memunculkan seni pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan
wayang kulit yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sudah sangat mendarah
familiar. Cerita di dalam pertunjukan wayang kulit ini berasal dari India, namun wayangnya
berasal dari Indonesia asli.

4. Contoh Akulturasi Seni Pertunjukan


JLA Brandes berpendapat bahwa Gamelan adalah salah satu instrumen
diantara seni pertunjukan asil yang dimiliki oleh Indonesia sebelum unsur-unsur
budaya dari India masuk. Selama berabad-abad, gamelan telah mengalami
perkembangan dengan masuknya unsur budaya baru baik pada segi bentuk maupun
kualitas. Macam-macam gamelan itu sendiri dapat dikelompokkan dalam:
a. Xylophones
b. Chordophones
c. Membranophones
d. Aerophones
e. Tidophones
5. Contoh Akulturasi Sistem Kepercayaan
Sejak masa pra aksara, masyarakat di Kepulauan Indonesia sudah mengenali
adanya simbol-simbol yang bermakna filosofis. Misalnya jika terddapat orang yang
meninggal, di dalam kuburnya disertai dengan beberapa benda. Diantara benda
tersebut biasanya terdapat lukisan orang yang sedang naik perahu, yang bermakna
bahwa orang yang telah wafat, rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan
yang membahagiakan yakni alam baka.
Masyarakat pada kala itu sudah percaya bahwa adanya kehidupan setelah mati
yakni sebagai roh-roh halus. Maka, roh nenek moyang mereka dipuja oleh orang yang
masih hidup.
Sesudah Masuknya pengaruh India, kepercayaan atas roh halus tidak hilang.
Contohnya bisa dilihat pada fungsi candi. Fungsi kuil atau candi di India ialah sebagai
tempat pemujaan. Sedang Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi
juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang sudah
meninggal. Hal Ini jelas sebagai perpaduan antara fungsi candi di India dan tradisi
pemakaman serta pemujaan roh nenek moyang yang sudah ada di Indonesia.

6. Contoh Akulturasi Arsitektur


Bangunan keagamaan seperti candi sangat dikenal pada masa Hindu Budha.
Hal tersebut terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu,
seperti Cadi Gedungsongo maupun Candi Sewu.
Bangunan pertapaan wihara juga merupakan bangunan yang berundak.
Terlihat di beberapa Candi Tikus, Candi Jalatunda, dan Candi Plaosan. Bangunan suci
berundak tersebut sebenarnya telah berkembang pada zaman pra aksara, yang
menggambarkan alam semesta yang bertingkat. Tingkat paling atas adalah tempat
semayam para roh leluhur (nenek moyang).

7. Contoh Akulturasi Sistem Pemerintahan


Sesudah datangnya Budaya India di Indonesia, dikenal adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Pemerintahan yang dimaksud ialah semacam
pemerintah di suatu daerah tertentu (seperti desa). Rakyat mengangkat seorang kepala
suku (pemimpin). Orang yang dipilih sebagai kepala suku biasanya orang yang sudah
tua (senior) dapat membimbing, berwibawa, arif, memiliki kelebihan tertentu seperti
di bidang ekonomi dan biasanya dianggap mempunyai semacam kekuatan gaib atau
kesaktian.
Sesudah pengaruh budaya India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi
raja kemudian wilayahnya disebut sebagai wilayah kerajaan. Contoh nya seperti di
Kutai.

3. Akulturasi Budaya asli Indonesia dengan Budaya Hindhu-Budha(Budaya


Indonesia) yang akan menjadi Budaya Indonesia selanjutnya
Jauh sebelum masuknya budaya Hindu, masyarakat Indonesia memiliki budaya
yang cukup maju. Unsur-unsur budaya asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke
Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu
saja. Kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
yang ada, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dibutuhkan
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan pertanian asli Indonesia
menjadi bentuk akulturasi budaya Hindu Indonesia – Budha.
Hal ini menimbulkan, pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar
peradaban yang cukup tinggi peralihan ke peradaban atas Indonesia Kedua, bangsa
Indonesia menyebut apa yang disebut dengan istilah Genius Lokal, yaitu percakapan
tentang bangsa untuk menerima yang tidak-tidak, dan mengolahnya sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.

a. BAHASA
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan
bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang di mana bahasa
Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti
(batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya
prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Namun
untuk perkembangan selanjutnya Bahasa Sansekerta di gantikan oleh Bahasa Melayu
Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13
M. Untuk aksara, dapat dibuktikan penggunaan huruf Pallawa , kemudian
berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal
ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf
Jawa Kuno.

b. RELIGI / KEPERCAYAAN
Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-
Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang didasarkan pada Animisme dan
Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia
mulai menganut / mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha
yang sedang berkembang di Indonesia telah mengalami perpaduan dengan
kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain yang mengubah
Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan
dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh
masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual
yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya,upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali, upacara ini
tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

c. SISTEM PEMERINTAHAN
Sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah kerajaan yang
diperintah oleh raja sepenuhnya.Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau
dianggap dewa dewa yang keramat, begitu rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang melibatkan di Singosari seperti
Kertanegara yang dibuat sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan
sebagai Harhari (dewa) Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang setuju dan turun-temurun seperti di
India dan ada juga yang menggunakan prinsip musyawarah yang merupakan budaya
asli Indonesia . Prinsip musyawarah yang diterapkan harus mempertimbangkan raja
yang tidak memiliki putra mahkota yaitu yang dilakukan di kerajaan Majapahit, pada
saat pengangkatan Wikramawardana.
d. SISTEM KEMASYARAKATAN
Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana
(golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya
(pedagang golongan) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata).
Kasta-kasta ini juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi
tidak sama dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian,
karena di Indonesia kasta hanya berlaku untuk upacara keagamaan.

e. EKONOMI
Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu
banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas
keuangan melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh
Hindu-Buddha. Namun, datangnya kebudayaan Hindu-Buddha membuat masyarakat
kuno Indonesia mulai mengenal Mata Uang / alat pertukaran.

f. PENGETAHUAN / TEKNOLOGI
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya adalah
perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun, tahun dalam kepercayaan Hindu.
Kalender Saka merupakan k alender yang disetujui pada perputaran Bulan disetujui
Bumi untuk satu bulan. Kata Saka merupakan nama suatu suku di India .
Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan
tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka
654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Dimasa Majapahit Kalender Saka
sudah menjadi Kalender Kerajaan.
Di samping pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan
tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan
kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak
ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat
bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi
memenangkan diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, kemudian
kalimat tersebut diartikan dan kembali sama dengan tahun 1400 saka atau sama
dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.

g. SENI BANGUNAN
Salah Satu wujud akulturasi hearts seni Bangunan terlihat hearts seni
Bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya
India, tetapi candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di
India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi yang melakukan
penelitian melalui landasan-dasar yang dikaji dalam buku ini. Yang meminta
berbagai petunjuk untuk melakukan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk dilihat dari bentuk dasarnya. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia
adalah punden berundak-undak yang merupakan bentuk asli dari Indonesia dan juga
merupakan salah satu peninggalan budaya Megalithikum yang berfungsi sebagai
tempat pemujaan. Sedangkan yang khas dari India yaitu Stupa . F ungsi bangunan
candi itu sendiri di Indonesia sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi
berasal dari kata Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi
maut, sehingga candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah
wafat khusus raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Di samping itu, di dalam bahasa kawi candi berasal dari kata Cinandi artinya
yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan di dalam kuil yang bisa dilepas atau
abu jenazah, tersedia berbagai macam benda yang diminta lambang jasmaniah raja
yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah untuk pemujaan
terhadap roh nenek moyang atau setuju dengan raja yang telah meninggal. Hal ini
terlihat dari keberadaan lambang jasmaniah raja sementara fungsi candi di India
adalah tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat
di kota Benares merupakan tempat pemujaan terhadap dewa Syiwa.
Dalam bangunan senior juga terdapat bentuk Yupa yang ada di Kutai . Bentuk
Yupa mendapat unsur budaya asli Indonesia yaitu menhir, sedangkan unsur budaya
India adalah p rasasti dan tiang adalah untuk menambatkan binatang kurban. Ada
juga Lingga dan Yoni (lambang kesuburan) , dengan tidak pasti budaya India adalah
Lingga Yoni sedangkan tidak pasti budaya Indonesia asli adalah Alu dan Lumpang.
h. SENI RUPA DAN SENI UKIR
Pengaruh Hindhu-Buddha juga berkembang di bidang seni rupa, seni pahat,
dan seni ukir. Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada
bagian dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada dinding-dinding pagar
langkan di Candi Borobudur yang terdiri dari pahatan tentang Sang Buddha. Relief
Di Sekitar Sang Buddha Sekitar Relief Alam Indonesia Seperti Rumah Panggung
dan Burung Merpati. Di samping itu, ada hiasan perahu bercadik. Lega tersebut
merupakan asli Indonesia dan tidak pernah ditemukan pada candi-candi Yang
Terdapat di India. Juga relief di candi Prambanan yang berjudul cerita Ramayana.
Pada relief kala makara yang bermultifikan adalah motif binatang dan tumbuh-
tumbuh. Hal ini sudah diketahui sejak masa sebelum Hindu. Hewan-hewan tersebut
dianggap suci, maka sering diabadikan dengan cara dilukis.

i. SENI SASTRA
Seni sastra pada waktu Hindu-Buddha ada yang berbentuk prosa dan ada yang
berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kasusteraan dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu tutur (kitab suci agama), kitab hukum, dan wiracarita
(kepahlawanan).
Bentuk wiracarita sangat terkenal di Indonesia, buku Ramayana dan
Mahabarata. Kemudian muncul wiracarita hasil gubahan para pujangga Indonesia.
Misalnya, Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga
bertentangan cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra Ramayana dan Mahabarata, membawakan
pertunjukan seni wayang kulit (wayang purwa). Isi dan cerita wayang banyak
mengandung nilai-nilai yang mendukung edukatif. Cerita wayang Berasal Dari
budaya Hindu-Buddha, TAPI wayangnya asli dari Indonesia.
PENUTUP

Kesimpulan

1. Akulturasi Adalah bertemunya doa Kebudayaan Yang BERBEDA Dan melebur


Menjadi Satu Yang menghasilkan Kebudayaan baru tetapi TIDAK menghilangkan
Sifat Kebudayaan asli nya.
2. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing tidak kehilangan
kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-
masing budaya harus seimbang.
3. Kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa
adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dibutuhkan
penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan pertanian asli
Indonesia menjadi bentuk akulturasi budaya Hindu Indonesia – Budha.
4. Wujud akulturasi budaya dapat terdiri dari bahasa, agama / kepercayaan, sistem
pemerintahan, sistem kemasyarakatan, ekonomi, pengetahuan / teknologi.

Anda mungkin juga menyukai