Anda di halaman 1dari 33

Apakah masuknya islam di Indonesia secara otomatis menghapus pengaruh hindu yang sebelumnya

cukup kuat

Wajah islam di Indonesia sangat berbeda dengan islam di timur tengah, apa yg membedakan ?

Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Isla

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi
oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan
masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih)
kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan
kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan
Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya
bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

1. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud
akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan
paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan
kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.

b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau
yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau
panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.

c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di
tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati
(Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan
Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat
dari:

a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.

b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat
dari batu.

c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.

d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan
berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).

e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam
tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya
unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana
Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu).

2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid,
makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua
aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang
distilir.

Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu
dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.

3. Aksara dan Seni Sastra


Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu
masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya
dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu
tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf
Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.

Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal
dari perpaduan sastra pengaruh Hindu Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang
dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang
mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:

a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis
dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau
prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa
Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

b.Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil,
Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.

4. Sistem Pemerintahan

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha
mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam
seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.

Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali
dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.

5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran
hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal
hari-hari pasaran? Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender
Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram
diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan
hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.

Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053
H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam,
sebenarnya masih banyak contoh wujud akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan
teman-teman Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan hari-hari besar
Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan keagamaan.

Posted by fijanatin aliyah at 11:33 PM No comments:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

AKULTURASI BUDAYA LOKAL, HINDU-BUDDHA, DAN ISLAM


Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan
dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses
pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:

1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.

2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan
suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada:

1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini
tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.

2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha
di Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih
karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-
temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja.
Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta
meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.

4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan.
Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-
Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

+ Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah
mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.

+ Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk
mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan
sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.

+ Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi
kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

+Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran
agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling
menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai
agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para
pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di
tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh
masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang
lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan
bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama
khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)

5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama
Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam.
Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme,
totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang
merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara
kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari,
serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

6. Seni dan Budaya


Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:

Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi
disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa.

Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-
relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta
suasana alam Indonesia.

Seni Sastra dan Aksara


Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat
bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta
banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa
melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan
selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa
sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.

7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya
yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin
mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha
terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan
dan pertanian.

Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi


pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat
membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.

Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan
dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.

Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai
budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar
yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan
perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.

Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai
diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief
candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.

8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun
78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari
dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana
tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim
panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus.
Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/
kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa
gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.

Posted by misbachul munir at 11:23 PM No comments:

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Kata Mutiara

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan
itu bahkan bertumbuh bersama. Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Tetapi penghancur persahabatan ini
telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya. Persahabatan tidak
terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan
ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur
karena dikhianati sahabatnya.

Masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia dari abad
ke-13 sampai abad ke-18 M. merupakan periode sejarah yang menarik perhatian karena terjadinya
perubahan-perubahan dibidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan, akibat proses
akulturasi antara keagamaan dan kebudayaan yang diperkenalkan oleh pembawa-pembawa Islam
dengan keagamaan dan kebudayaan Indonesia masa Pra-Islam. Masa menjelang kedatangan dan
penyebaran Islam tersebut kelompok-kelompook masyarakat yang menempati bebagai kepulauan di
Indonesia itu sendiri dari dua kelompok besar ditinjau dari segi keagamaan serta kebudayaannya. Di satu
pihak masyarakat yang masih percaya kepada animism dan dinamisme dengan unsur-unsur budaya
tardisi Pra-Hindu/Budha, dan di satu pihak masyarakat yang sudah mengenal keagamaan Hindu-Budha
akibat proses alkuturasi dengan kebudayaan India yang tumbuh dan berkembang sejak lebih kurang
abad-abad pertama Masehi hingga abad ke-16 M.[1]
Ketika Islam mensyiarkan Islam ke daerah pesisir Nusantara melalui perdagangan dan pelayaran saat itu
juga kondisi politik yang pada saat itu pemerintahan berbentuk kerajaan mengalami berbagai situasi
politik yang berbeda-beda disetiap daerahnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab Islam mudah
diterima oleh masyarakat sekitar tidak hanya oleh rakyat bahkan juga oleh kalangan bangsawan
meskipun motif mereka memeluk Islam berbeda-beda juga.

Perkembangan agama Islam di Indonesia yang berlangsung secara evolusi telah berhasil menanamkan
akidah Islamiyah dan syariah shohihah, memunculkan cipta, rasa, dan rasa bagi pemeluknya. Sebelum
kedatangan Islam, masyarakat telah memeluk agama yang berkembang secara evolusi pula, hingga
merasuk ke budaya dan tata cara hidup. Dan budaya itu sudah sangat mengakar di kehidupan
masyarakat. Baik itu yang berbaur dengan budaya-budaya sebelumnya, maupun budaya yang tercipta
karena munculnya nilai-nilai Islam. Dalam makalah ini, kami akan mencoba mengupas sedikit tentang
situasi politik dan sosial-budaya menjelang kedatangan Islam di Nusantara. Semoga makalah ini bisa
menjadi referensi bagi pembaca sekalian.

AKULTURASI

Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur
kebudayaan kelompok itu sendiri.

Sebagai contoh, masyarakat pendatang berkomunikasi dengan masyarakat setempat dalam acara
syukuran, secara tidak langsung masyarakat pendatang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan
tertentu milik mereka untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan setempat tanpa
menghilangkan kebudayaan setempat.
PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat

Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk
sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka
pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh
budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.

1. Periode Awal (Abad V-XI M)


Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri
kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma,
Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)


Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur
Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini
menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir
aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.
Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa
tetapi juga makam leluhur.

3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)


Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan
unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam
bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha
Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi
dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi
merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan
dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses
pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:

1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya
kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.

2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.

1. Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini
tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.

2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha
di Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih
karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-
temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja.
Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta
meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.

4. Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan.
Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-
Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah
mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.
Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus untuk
mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan
sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.
Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi
kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :
Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran
agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling
menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai
agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para
pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di
tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh
masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang
lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan
bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama
khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)

5. Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama
Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam.
Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme,
totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang
merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara
kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari,
serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

6. Seni dan Budaya


Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:

Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi
disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief.
Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-
relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta
suasana alam Indonesia.

Seni Sastra dan Aksara


Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi
ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat
bahwa isi sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta
banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa
melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan
selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa
sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.

7. Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha sebenarnya sudah memiliki budaya
yang cukup tinggi. Dengan masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin
mempertinggi teknologi yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha
terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam bidang kemaritiman, bangunan
dan pertanian.

Perkembangan kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya kota-kota pelabuhan, ekspedisi


pelayaran dan perdagangan antar negara. Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat
membuat sampan sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.

Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan
dan pendirian bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.

Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama Hindu-Budha yang memiliki nilai
budaya yang sangat tinggi. Selain itu terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar
yang membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi. Pengetahuan dan
perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi
selanjutnya.

Dalam bidang pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan sistem irigasi yang baik mulai
diperkenalkan dan berkembang pada zaman masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief
candi yang menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.

8. Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun
78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari
dalam 1 tahun ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana
tetapi sistem Chandra Pramana (tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim
panas jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan ada pada garis lurus.
Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/
kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa
gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat.
Seni Ukir

Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu.
Contoh :
Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara

Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau

Pahatan berupa gambar tersebut disebut Arabesk


SENI SASTRA
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
1. Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil

2. Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym masuknya Islam.

Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang

3. Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja suatu kerajaan Islam

Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad Ranggalawe

SISTEM PEMERINTAHAN
Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti
dengan adanya :

Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung

Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang memerintah di Timur
Tengah

Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.

SOSIAL

v Mulai dikenal sistem demokrasi

v Tidak mengenal adanya sistem kasta

v Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat


FILSAFAT
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama
Islam.

Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih

Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban
umat Islam terhadap Tuhan dan sesama manusia.

Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam.

Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf

Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu
Tauhid.

Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah.

Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan.

Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul
sebelumnya.Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi),
yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.Masuknya Islam tersebut tidak
berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut,
tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud
akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

a. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan
paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan
kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.

gambar mustaka

b. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau
yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau
panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.

gambar bedug

c. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di
tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati
(Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan
Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat
dari:

a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.


b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat
dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.

d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan
berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).

e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam
tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.
Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya
unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana
Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu).

2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan.Seni ukir relief yang menghias
Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil
perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk
kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu
dan tiang.Untuk hiasan pada gapura.

gambar gapura

3. Aksara dan Seni Sastra


Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu
masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya
dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu
tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf
Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal
dari perpaduan sastra pengaruh Hindu Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh
Persia.Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang
dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang
mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah.Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan
bebas atau prosa).Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).

b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil,
Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.

d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.

4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha, tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para
wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.
.
5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka
(kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari
seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal
hari-hari pasaran?Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram
diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa.Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan
hari-hari sesuai dengan bahasa Arab.Dan bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan.
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H
yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Demikianlah uraian materi tentang wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam,
sebenarnya masih banyak contoh wujud akulturasi yang lain, untuk itu silahkan diskusikan dengan
teman-teman Anda, mencari wujud akulturasi dari berbagai pelaksanaan peringatan hari-hari besar
Islam atau upacara-upacara yang berhubungan dengan keagamaan.

AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA

PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat

Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk
sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka
pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh
budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.

1. Periode Awal (Abad V-XI M)

Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri
kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma,
Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.

2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)

Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur
Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini
menyebabkan munculnya sinkretisme(perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada
peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir
aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli
dengan agama Hindu-Budha.

Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa
tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)

Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan
unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat
melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam
bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha
Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi
dari India.

AKULTURASI

Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.Akulturasi merupakan


perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling
mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan
Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan
dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur
asli. Hal ini disebabkan karena:

1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga
masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.

2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu
bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang.
Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.

1. Bidang Sosial

Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial masyarakat Indonesia. Hal ini
tampak dengan dikenalnya pembagian masyarakat atas kasta.

2. Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat telah mengenal pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha
di Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan

Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan oleh kepala suku yang dipilih
karena memiliki kelebihan tertentu jika dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh
Hindu-Budha masuk maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa secara turun-
temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja.
Sehingga memperkuat kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun. Serta
meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.

4. Bidang Pendidikan

Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan.
Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-
Budha, sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.

Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :

Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat
Indonesia. Bahasa tersebut terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah
mulai digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Sansekerta.

Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan didirikan sekolah-sekolah khusus
untuk mempelajari agama Hindu-Budha. Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan
dikembangkan sebagai sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di Indonesia.

Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi
kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha. Contoh :

Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha

Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha

Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana

Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama


Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.

Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi pekerti berlandaskan ajaran
agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling
menghargai sesama manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat ini.

Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan dan pengajaran mengenai
agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka datang karena berawal dari hubungan dagang. Para
pendeta tersebut kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan pasraman. Di
tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut maka muncul tokoh-tokoh
masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.

Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian menyebarkan pada yang
lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu
pengetahuan dan melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama menggunakan
bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat asal.

Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar agama Budha, seperti di
Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti, Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama
khusus untuk pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)

5. Kepercayaan

Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama
Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam.
Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme,
totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.

Contoh :

Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang
merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara
kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari,
serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.

6. Seni dan Budaya


Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:

Seni Bangunan

Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi
disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa.

Seni Rupa

Seni rupa tampak berupa patung dan relief.

Patung dapat kita lihat pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-
relief pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta
suasana alam Indonesia.

EJARAH - Akulturasi Budaya hindu budha dengan islam

Unsur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur lokal, Hindu-Budha,
dan Islam. Bangsa Indinesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya Indonesia asli. Selain itu, juga
telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya supranatural
atas kehidupan bumi.

Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur lokal, Hindu-Budha, dan Islam di
Indoesia adalah :

a) Upacara selamatan, pemberian nama selamat yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi
penyelenggara / pemakai nama tersebut.
b) Upacara bersih desa, agar desa bersih dan hasil pertanian melimpah.

c) Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.

d) Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi
Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.

Upacara tradisional tersebut maih terus dilakukan hingga saat ini untuk mengingatkan tradisi lokal
mereka. Dalam pembahasan di atas telah dikemukakan bahwa, unsur budaya asli memegang peranan &
tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu proses
kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengankematian dalam wujud kepercayaan dikenal
sebagai Animisme & Dinamisme.Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan
kebudayaan lokal. Makam di Indonesia terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak
cucu kepada leluhurnya. Dengan latar belakang budaya Megalithikum, di
samping Sarkofagus, maka dibuatlah Kijing dari batu di atas makam, bahkan terkadang dibuatkan rumah
kecil pelindung makam yang disebut Cungkup. Hal itu merupakan contoh dari kepecayaan Animisme.

Sedangkan kepercayaan Dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap


mempunyai kekuatan gaib. Misalnya rumah dibangun oleh seseorang demi kesejahteraan dirinya
beserta keluarganya, dibangun dengan penuh perhitungan & persyaratan. Guna menghindari gangguan
roh jahat, di dekat pintu gerbang di tempatkan Dwarapala, berupa sepasang patung.

A. Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia

1) Bidang budaya

Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu
kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan
bahasa podi. sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu
membuat perbendaharaan kata semakin banyak.

2) Bidang aksara

Dengan datngnya aagama Hindu-Budha masyarakat menjadi mengenal aksara pallawa atau nagari.
Setelah Islam datang menggunakan aksara Arab. Tetapi ada pencampuran yaitu akasara Pegon, yaitu
aksara arab yang digunakan untuk menulis bahasa Sunda / Jawa.

3) Bidang sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk,
system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sitem
kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih kita jumpai pada masyaakat tertentu.

4) Bidang system pemerintahan

Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku. Menggunakan system Primus
Interpares yang berarti nomer satu dintara sesamanya. Sedangkan dalam Hindu-Budha system
pemrintahannya kerajaan yang dipimpin seorang raja.Tetapi dalam Islam nama r aja diganti dengan
sebutan Sultan.

5) Bidang bangunan

Candi Hindu-Budha yang ditemukan di Indonesi pada dasarnya merupakan wujud akulturasi dari
zaman megalithikum yaitu dari bangunan punden berundak. Letak bangunan utama Bentuk candi
menyesuaikan diri ke entuk bangunan punden brundak. Bangunan utamanya berada di bagian belakang
dan bentuknya bertingkat.

Fungsi candi

Selain befungsi sebagai tempat pemujaan dewa, juga berfungsi sebagai tempat untuk pemujaan nenek
moyang.

6) Bidang seni

Seni arca

Arca pada zaman dulu merupakan perwujudan dari nenek moyang, cirinya masih dibuat sederhana dan
kasar. Setelah Hindu-Budha masuk pembuatan arca mempunyai kualitas baik. Sedangkan pada zaman
Islam masuk, arca yang semula bentuknya mahkluk hidup mulai disamarkan, karena tidak diperbolehkan
pada zaman Islam.

Wayang

Agama Hindu-Budha dating memperkaya unsur-unsur bahan cerita pewayangan dan pada zaman Islam
wayang digunakan sebagai media cakwah.

Sastra

Sastra di Indonesia beru mengenal sastra lisan, misalnya sastra ritual (doa / rapal) dan non ritual
(nyanyian rakyat dan peribahasa). Setelah datangnya Hindu- Budha Indonesia mengenal sastra tembang
dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut hanya digubah dan bahasanya ditambah
kosakata Arab.

Tari

Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk tarian yang berkaitan dengan bacaan salawat dan
dalam tarian itu sangat dipengaruhi olah pahamSufi. Misalnya pada permainan Debus.

7) Bidang kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka
(kalender Hindu). Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon,
wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram
diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan

nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan bahkan hari pasaran
pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555
Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

8) Pernikahan

Akulturasi antara budaya lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen. Stelah Islam masuk
upacaranya di awali dengan membaca akad antara kedua mempelai.

9) Pemakaman

Prosesi pemakaman yang sesuai dengan Islam hanya kewajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani,
dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, missal setelah hari kematian adanya hari- hari
pringatan selamatan / acara tahlilan yang berisi pembacaan zikir dan tahlil. Juga pemberian nisan yang
merupakan warisan kebudayaan prasejarah.

Interaksi Sosial Budaya Masyarakat Indonesia Pada Awal Perkembangan Islam.

1. Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Lokal

Budaya istana

a. Tata pemerintahan
Dalam perkembangan sejarah Islam dikenal adanya kalifah, artinya seorang pengganti setelah Nabi
wafat yang bertugas mengurus Negara dan agama, serta melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan
Negara.

b. Bangunan istana

Bangunan istana yang berasal dari peninggalan zaman Hindu-Budha sudah tidak dapat ditamukan lagi
pada zaman Islam. Hal ini karena istana pada zaman itu dibuat dari bahan yang mudah hancur. Berbeda
dengan bangunan istana para Sultan yang umumnya dibuat dari batu bata dengan semen sebagai
perekatnya. Istana raja merupakan benteng pertahanan terakhir dari suatu Negara ataukerajaan.

c. Masjid agung

Seorang Sultan adalah seorang pemimpi agama dan kepala pemerintahan yang memiliki kewajiban
untuk membangun sebuah masjid besar atau masjid agung yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan
keagamaan. Masjid agung yang terkait dengan istana misalnya Masjid Baiturahman di Banda Aceh,
Masjid agung di Jogjakarta, Masjid Maimun di Medan.

d. Istana kerajaan

Istana dapat dikatakan sebagai pusat budaya. Namun istana pada masa Islam tidak lepas dari system
Foedal. Pada system ini, system pelapisan sosial pada masyarakatnya yang menjadi ciri utamanya.

Kesenian istana

Kesenian istana adalah kesenian yang berkembang dalam lingkunan istana. Selain itu berkembang pula
kesenian yang hanya diperuntukkan bagi penghuni istana. Cirinya adalah penyajiannya serba megah,
cerita yang dimainkan erat hubungannya dengan masalah pemerintahan, sifatnya cndengun sacral.
Kesenian lainnya yang juga berkembang adalah satra. Pada zaman wali, berkembang karya sastra yang
erat kaitannya dengan masalah agama seperti Kitab suluk Bonang, prosa yang berisi ajaran agama Islam
dan sudah banyak mendapat pengaruh dari bahasa Arab maupun bahasa Melayu.

Masjid

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam dalm perkembangannya masjid bukan hanya sebagai
tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat dan pusat kegiatan keagamaan.

a. Masjid tradisional
Masjid tradisional merupakan jenis masjid yang pertama kali ada di Indonesia. Masjid ini menggunakan
bahan bangunan yang berasal dari alam. Susunan atapnya bertingkat dan dapat disebut dengan atap
tumpang.

b. Masjid makam

Masjid makam merupakan perpaduan antara masjid dan makam. Di belakang masjid tradisional di Jawa
biasanya terdapat makam para wali maupun rajaperpaduan antara masjid dan makam. Di belakang
masjid tradisional di Jawa biasanya terdapat makam para wali maupun raja kerajaan Islam.

c. Masjid modern

Masjid modern adalah masjid dengan bangunan arsitektur moderndan bahan bahan yang digunakan
juga modern. Disertai dengan manara, yang berfungsi sebagai tampat muazin mengumandagkan azan.

2. Pengaruh Islam di berbagai daerah di Indonesia

Faktor yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia adalah :

a. agama Islam tidak mengenl kasta dibawa oleh golongan pedagang

b. berkembang secara damai

c. sifat bangsa Indonesiayang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul

dengan bangsa lain.

Agama dan budaya Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur. Jalur tersebut misalnya, Persia,
Afganistan, Pakistan, India, kemudian menuju Indonesia.

3. Perkembangan agama dan budaya Islam di Indonesia

Munculnya Bandar-bandar dagang di India tidak dapat dipisahkan dengan proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia. Pedagang datang ke Indonesia bukan hanya untuk berdagang,
melainkan juga menyebarkan agama mereka.

4. Penyebaran agama Islam pada masa wali sanga

Selain dilakukan oleh para pedagang, penyabaran Islam juga dilakukan oleh para ulama dan para wali.
Wali merupakan seorang utusan yang mempunyai pengetahuan tentang agama dan ilmu gaib.

Wali songo terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Muria,
Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Selain para wali, kita juga mengenal para
pemikir Islam atau sufi seperti Hamzah Fansuri dan Nuruddin Ar Raniri. Di Jawa tengah kita menganal
Sultan tembayat yang menyabarkan Islam melalui pondok pesantren

Anda mungkin juga menyukai