knowledge
attitude
performance
Tim Penyusun :
Tri Mulia Herawati, S.Kp., M.Kep.
Fatimah, S.Kp., M.Kep.
Lima butir skala penilaian Bondy merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai kompetensi profesional, yang
akan menentukan seberapa banyak supervisi yang dibutuhkan agar mahasiswa dapat menguasai keterampilan
keperawatan yang ada dalam manual ini. Skala ini juga merupakan indikator yang berguna untuk melihat
kemampuan mahasiswa melakukan keterampilan secara akurat, aman dan dengan hasil yang memuaskan.
Pertimbangan Pendelegasian
Penggunaan restrain merupakan suatu intervensi dengn berbagai elemen yang dapat dan tidak dapat didelegasikan.
Elemen-elemen yang tidak dapat didelegasikan karena memerlukan kemampuan memecahkan masalah dan alikasi
pengetahuan dari perawat professional adalah sebagai berikut:
Pengkajian kebutuhan-kebutuhan keselamatan
Pemilihan intervensi-intervensi yang sesyau
Evaluasi dari efektifitas restrain
Pengkajian berkelanjutan untuk mencegah komplikasi-komplikasi akibat penggunaan restrain
Elemen-elemen yang dapat didelegasikan kepada asisten perawat adalah sebagai berikut:
Instruksikan pendamping asuhan untuk menginformasikan pada perawat jika terjadi pengelupasan kulit pada
area di bawah atau di sekitar restrain yang terpasang
Instruksikan pendamping asuhan dengan cara yang benar untuk melepaskan dan memasang kembali restrain
untuk memberikan perawatan kulit dan memungkinkan pengawasan terhadap pergerakan klien.
Peralatan
Restrain yang sesuai
Bantalan
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji apakah klien memerlukan restrain
2. Tinjau ulang kebijakan-kebijakan instritusi terkait dengan restrain. Cek order dokter
terkait dengan tujuan, jenis, dan durasi restrain
3. Tinjau ulang petunjuk penggunaan dari produsen peralatan sebelum memasuki kamar
klien
4. Inspeksi area yang akan dipasangi restrain. Kaji kondisi kulit pada area yang akan
dipasangi restrain
5. Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai kebutuhan restrain dan upayakan untuk
mendapatkan persetujuan
6. Tempatkan klien dalam kesejajaran tubuh yang baik
7. Berikan bantalan pada kulit dan area-area tonjolan tulang sebelum memasang restrain
8. Pasang restrain dengan tepat, pastikan restrain tidak menutupi jalur aliran intravena
ataupun peralatan lainnya (misalnya pirau dyalisis/ dialysis shunt)
A. Sabuk restrain: peralatan untuk menambatkan klien pada tempat tidur atau brankar.
Hindari memasang sabuk terlalu ketat di atas dada atau abdomen klien
B. Restrain ekstremitas (pergelangan kaki atau tangan): restrain yang didesain untuk
mengimobilisasi salah satu atau semua ekstremitas. Restrain anggota gerak yang
tersedia secara komersial dibuat dari kulit biri-biri yang dilapisi busa
C. Sarung tangan restrain: sarung tangan tanpa rumah jari untuk merestrain tangan klien
D. Restrain siku: potongan kain dengan slot-slot untuk menyisipkan beberapa spatula
lidah agar persendian siku menjadi kaku
E. Restrain mumi (bedong): selimut atau lembaran kain yang dibentangkan di atas
tempat tidur atau boks bayi dengan salah satu ujung nya dilipat ke arah tengah. Anak
ditempatkan di atas selimut dengan kedua bahu dirapatkan ke arah badan dan dengan
kedua kaki diletakkan pada bagian ujung selimut yang saling berlawanan. Lengan
kanan anak diluruskan ke bawah atau diletakkan di samping badan, sisi kanan
selimut ditarik dengan kencang menutupi bahu kanan dan dada kemudian
dimasukkan ke bawah bagian badan sebelah kiri. Lengan kiri diletakkan lurus di
samping badan atau ditahan, dan sisi kiri selimut dibawa menutupi bahu dan dada
kemudian diikat atau dikencangkan di bawah badan anak bagian kanan. Ujung
bawah selimut dilipat dan dibawa ke atas badan kemudian diselipkan atau
dikencangkan dengan aman menggunakan peniti
9. Amankan restrain dengan tali yang dapat dilepaskan dengan cepat
10. Ikatkan restrain pada rangka tempat tidur, yang bergerak pada saat kepala tempat tidur
dinaikkan atau diturunkan
11. Masukkan dua jari ke dalam bagian bawah restrain yang sudah terpasang
12. Setiap 30 menit, pemasangan restrain dan integritas kulit, denyut nadi, suhu, warna serta
sensasi bagian tubuh yang direstrain harus dikaji
PEMASANGAN RESTRAIN
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memasang restrain secara efektif dengan tata laku yang aman dan efektif
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Mengkonfirmasi identitas klien
indikasi/rasional Menentukan kebutuhan untuk melaksanakan prosedur
Memeriksa order dokter terkait dengan tujuan, jenis dan durasi
restrain
Mengkaji klien Meninjau ulang kebijakan-kebijakan institusi terkait dengan
restrain
Meninjau ulang rencana pengobatan dan permintaan dokter
Mengkaji kondisi kulit pada area yang akan dipasangi restrain
Melakukan higiene Melakukan cuci tangan biasa
tangan Mematuhi 6 langkah 5 momen untuk prosedur mencuci tangan
sesuai standar WHO
Menggunakan APD (alat pelindung diri) yang sesuai
Mengumpulkan peralatan Restrain yang sesuai dengan kebutuhan
Bantalan
Alat pelepas cepat atau pemotong
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
Pertimbangan Pendelegasian
Intervensi-intervensi untuk klien yang mengalami kejang tidak dapat didelegasikan. Perawat harus secara konstan
mengkaji kepatenan jalan napas, keadekuatan status pernapasan dan sirkulasi. Penilaian-penilaian klinis harus dibuat
segera, menggunakan elemen-elemen berpikir kritis. Asisten perawat dapat tetap berada bersama perawat selama
keadaan kejang, untuk mengambil persediaan perlengkapan yang diperlukan dan memberitahu petugas lainnya
apabila diminta oleh perawat.
Peralatan
Jalan napas buatan oral (guedel/ mayo)
Bantalan untung palang-palang sisi tempat tidur dan papan kepala
Mesin suction, peralatan penghisap
Sarung tangan bersih sekali pakai
Restrain yang sesuai
Bantalan
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji riwayat kejang, mencatat frekuensi kejang, adanya aura dan urutan kejadian, jika
diketahui. Kaji kondisi-kondisi medical-bedah yang dapat menyebabkan kejang atau
memperburuk kondisi kejang yang sudah ada. Kaji riwayat pengobatan
2. Inspeksi lingkungan sekitar klien (apakah di institusi pelayanan kesehatan atau di
rumah)terkait dengan potensi bahaya yang mengancam keselamatan jika terjadi kejang
3. Untuk klien-klien dengan riwayat kejang, jalan napas buatan, peralatan suction, sarung
tangan bersih dan beberapa bantal harus mudah dijangkau pada tatanan rumah sakit
untuk penggunaan segera
4. Saat mulai kejang, posisikan klien dengan aman. Jika klien sedang berdiri pada saat
kejang terjadi, baringkan klien di lantai dan lindungi kepala klien dengan memangku
bagian kepala atau memasang bantal di bawah kepala klien. Bebaskan area sekitar klien
dari furniture. Jika klien berada di tempat tidur, naikkan palang-palang sisi tempt tidur,
berikan bantalan dan rendahkan tempat tidur
5. Berikan privasi
6. Jika memungkinkan, miringkan klien pada satu sisi, dengan kepala sedikit ditundukkan
ke depan
7. Jangan merestrain klien. Longgarkan pakaian
8. Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut klien
9. Damping klien, observasi urutan dan waktu serangan kejang
10. Setelah kejang berakhir, jelaskan apa yang terjadi dan berikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan klien
Status Epileptikus
11. Untuk klien yang mengalami status epileptikus, gunakan sarung tangan dan pasang jalan
napas buatan guedel/mayo pada saat rahang berelaksasi di antara serangan kejang.
Jangan menempatkan jemari tangan di dekat atau di dalam mulut klien
12. Ambil oksigen dan perlengkapan suction. Siapkan insersi intravena
13. Gunakan beberapa bantal/alas untuk melindungi klien dari mencederai diri sendiri
Pencatatan dan pelaporan
Catat waktu serangan kejang dan urutan kejadian. Catat adanya aura (bila ada), tingkat
kesadaran, postur, warna bibir dan kulit, pergerakan ekstremitas, inkontinensia dan pola
tidur setelah kejang
Dokumentasikan respons klien dan hasil-hasil yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan
Pertimbangan perawatan di rumah
Komunikasikan dengan klien dan keluarga untuk mengidentifikasi factor-faktor pencetus
Ajarkan keluarga untuk merawat klien bila mengalami kejang
Berikan panduan pada keluarga untuk mendeteksi status epileptikus
Hingga kondisi kejang terkontrol dengan baik (biasanya sekurang-kurangnya dalam 1
tahun), klien tidak boleh berendam dalam bak mandi atau melakukan aktifitas seperti
berenang kecuali didampingi oleh anggota keluarga yang sudah diberikan edukasi
menyetir juga mungkin dibatasi selama masa ini
Klien harus menggunakan gelang peringatan medis atau label khusus dan memiliki kartu
identitas yang berisi catatan tentang gangguan kejang dan daftar obat-obatan yang
PENCEGAHAN KEJANG
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mengelola secara efektif klien yang mengalami kejang dan
meminimalisasi efek samping
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Mengkonfirmasi identitas klien
indikasi/rasional Mengidentifikasi secara dini klien yang beresiko untuk
mengalami kejang
Mempersiapkan pencegahan kejang untuk klien-klien yang
diketahui memiliki gangguan kejang
Mengkaji klien Mencatat frekuensi kejang
Mencatat adanya aura
Mencatat urutan kejadian terkait dengan keadaan kejang orang
tersebut
Mengkaji kondisi-kondisi medical bedah yang dapat
menyebabkan kejang atau memperburuk kondisi kejang yang
sudah ada
Mengkaji riwayat pengobatan
Melakukan higiene Melakukan cuci tangan biasa
tangan Mematuhi 6 langkah 5 momen untuk prosedur mencuci tangan
sesuai standar WHO
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
Mengumpulkan peralatan Alat bantu untuk jalan napas
Perlengkapan penghisap (suction)
Sarung tangan bersih non steril
Beberapa bantal ekstra untuk bantalan
Perlengkapan terapi oksigen
Menyiapkan peralatan Mengidentifikasi bahaya-bahaya potensial yang mengancam
keselamatan jika terjadi kejang
Menginspeksi lingkungan sekitar klien
Memperoleh perlengkapan untuk keadaan darurat bagi klien
dengan riwayat kejang
Komunikasi Terapeutik Mereorientasikan klien pada situasi lingkungannya
Menenangkan klien dan siapapun yang menyaksikan kejadian
Mempertaan keselamatan pada tahap postictal (perubahan
kesadaran setelah kejang)
Memperoleh persetujuan dari klien
Melaksanakan prosedur Jika klien sedang berdiri pada saat kejang terjadi,
klinis membaringkan klien di lantai dan melindungi kepala klien
dengan memangku bagian kepala atau memasang bantal di
bawah kepala klien
Jika memungkinkan, memiringkan klien pada satu sisi dengan
kepala sedikit ditekuk ke depan
Tidak merestrain klien
Mendampingi klien, mengamati urutan dan waktu kejadian
kejang
Menjaga privasi
Membersihkan dan Merapikan peralatan yang sudah digunakan dalam tempat
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian abdomen dan saluran gastrointestinal (GI) dapat dilakukan oleh perawat terdaftar di bawah bimbingan
perawat teregister
Pastikan tinjauan anatomi dan fisiologi sistem GI
Pastikan hygiene tangan dilakukan dan alat pelindung diri dikenakan jika diperlukan.
Peralatan
Stetoskop
Bantal kecil yang diletakkan di bawah lutut
Meteran atau penggaris
Spidol
Pulpen
Dokumentasi
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pengkajian status gastrointestinal klien
2. Riwayat kesehatan berfokus:
a. Kaji keluhan utama --- tanya tentang karakteristik utama nyeri dan setiap tanda/
gejala dengan menggunakan pendekatan PQRST
b. Minta klien untuk menggambarkan pola eliminasi mereka dan kaji adanya
Nyeri perut
Mual dan/atau muntah
Anoreksia
Disfagia
Diare
Konstipasi
Distensi abdomen
Peningkatan buang air besar
Peningkatan buang angina
Dysuria dan atau nokturia
c. Tanyakan riwayat kesehatan masa lalu terkait abdomen kelainan tertentu, termasuk
operasi dan penyakit menular
d. Tanyakan tentang riwayat social-konsumsi alcohol dan atau penggunaan narkoba
e. Tanyakan tentang riwayat bepergian
3. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan dan tanyakan hal-hal yang belum
jelas bagi klien
4. Pastikan kenyamanan dan privasi klien
5. Pastikan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan---posisi supine dengan bantal kecil di
bawah lutut. Pemeriksa berdiri di sebellah kanan klien
6. Batas-batas abdomen:
a. Mengidentifikasi batas-batas abdomen
(1) Prosesus xifoideus
(2) Batas costa
(3) Garis tengah abdomen
(4) Umbilikus
(5) Otot rektus abdominis
(6) Tulang iliaka superior anterior
(7) Ligamen inguinalis
(8) Simfisis pubis
b. Pemetaan anatomi
(1) Empat kuadran:
a) Kuadran kanan atas/ right upper quadrant
b) Kuadran kanan bawah/ right lower quadrant
c) Kuadran kiri atas/ left upper quadrant
d) Kuadran kiri bawah/ left lower quadrant
(2) Sembilan region:
a) Region epigastrium
b) Region umbilical
c) Region hipogastrik
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mengkaji abdomen secara efektif sebagai bagian dari pengkajian sistem
pencernaan
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Mengkonfirmasi identitas klien
indikasi/rasional Menetapkan kebutuhan pengkajian abdomen klien
Mengidentifikasi waktu yang tepat untuk melakukan
pengkajian abdomen
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian sistem muskuloskeletal dapat dilakukan oleh perawat terdaftar di bawah bimbingan perawat teregister
Pastikan tinjauan anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal termasuk faktor-faktor risiko, terutama
kkelompok otot dan persendian mayor
Pastikan hygiene tangan dilakukan dan alat pelindung diri dikenakan jika diperlukan.
Peralatan
Meteran
Spidol
Pulpen
Dokumentasi
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pengkajian status muskuloskeletal klien
2. Riwayat kesehatan berfokus:
a. Kaji keluhan utama --- tanya tentang karakteristik utama nyeri dan setiap tanda/
gejala
b. Kaji adanya
Nyeri---lokasi dan kuantitas, manifestasi terkait, faktor yang memberatkan dan
meringankan, waktu
Kelemahan---lokasi dan kuantitas
Keterbatasan gerak---lokasi dan kuantitas, inflamasi, kekakuan, atrofi otot,
deformitas, krepitasi, efusi sendi
Faktor yang memberatkan---kelelahan, imobilitas, berat badan berlebihan,
ketidakpatuhan dengan obat-obatan, batasan fisioterapi (PT) dan terapi okupasi
(OT)
Faktor yang meringankan---PT dan OT, obat anti inflamasi, analgesik, es,
panas, istirahat
c. Tanyakan riwayat kesehatan masa lalu terkait kondisi muskuloskeletal yang spesifik
dan operasi, dan kondisi non muskuloskeletal spesifik
d. Tanyakan tentang riwayat social-konsumsi alcohol, lingkungan kerja, rekreasi dan
wakt luang
3. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan dan tanyakan hal-hal yang belum
jelas bagi klien
4. Pastikan kenyamanan dan privasi klien
5. Pastikan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan---pemeriksa berdiri di depan klien untuk
pengkajian anterior dan di belakang klien untuk pengkajian posterior
6. Pemeriksaan fisik
a. Penampilan umum
(1) Tinggi dan berat badan
(2) Kemampuan untuk menoleransi berat tubuh pada ekstremitas bawah
(3) Amati kelainan struktural
(4) Catat indikasi ketidaknyamanan
b. Postur
(1) Anjurkan klien untuk berdiri dengan kedua kaki menutup rapat. Amati
hubungan struktural dan spasial kepala, torso, panggul dan ekstremitas
(2) Kaji kesimetrisan bahu, skapula dan krista iliaka
(3) Anjurkan klien untuk duduk; perhatikan postur
c. Berjalan dan bergerak
(1) Anjurkan klien untuk berjalan normal di ruangan
(2) Amati klien selama berpindah antara posisi berdiri dan posisi duduk
(3) Amati keseimbangan klien selama gerakan di atas
d. Inspeksi
(1) Ukuran dan bentuk otot---penampilan umum massa otot, amati kontraksi otot
(2) Kontur sendi---amati bentuk sendi pada posisi anatomi netral. Amati kulit dan
jaringan subkutan sekitar sendi, warna, inflamasi, memar, deformitas, massa,
nodul dan integritas kulit
e. Palpasi
(1) Tonus otot---palpasi setiap kelompok otot dengan memberikan palpasi ringan
menggunakan ujung jari-jari yang dominan. Catat perubahan bentuk otot antara
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian system kardiovaskuler dan pembuluh darah perifer dapat dilakukan oleh perawat terdaftar dibawah
bimbingan perawat teregister.
Pastikan tinjauan anatomi dan fisiologi system kardiovaskuler dan pembuluh darah perifer.
Pastikan hygiene tangan dilakukan dan alat pelindung diri dikenakan jika diperlukan.
Peralatan
Stetoskop
Tensimeter air raksa
Jam dengan detik
Meteran
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pengkajian system kardiovaskuler dan pembuluh darah perifer.
2. Riwayat kesehatan berfokus:
a. Kaji keluhan utama --- karakteristik nyeri dada dan setiap tanda /gejala .
b. Kaji adanyanyeri dada---deskripsi awal kejadian, lokasi/radiasi, durasi,
karakteristik/kualitas, factor yng memberatkan, factor yang menghilangkan, waktu
dan tingkat keparahan (skala0-10)
c. Tanyakan tentang tanda-tanda dan gejala yang berhubungan :
Pingsan
Palpitasi
Mual dan muntah
Edema perifer
Nyeri ektremitas
d. Tanyakan tentang riwayat kesehatan masa lalu :
Spesifik jantung, contoh angina,gagal jantung,penyakit jantung coroner
(PJK),hipertensi, demam rematik,penyakit katup jantung.
Tidak spesifik jantung contoh : perdarahan atau gangguan
darah,diabetes,stroke.
Operasi jantung atau pembuluh darah.
e. Tanyakan tentang riwayat merokok dan alcohol/penggunaan narkoba.
f. Tanyakan tentang riwayat bepergian.
g. Kaji riwayat kesehatan keluarga—penyakit jantung dan pembuluh darah dikeluarga
termasuk aneurisma,stroke,PJK,hipertensi,infark miokard.
3. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan dan tanyakan hal-hal yang belum
jelas kepada klien.
4. Pastikan kenyamanan dan privasi klien
5. Pastikan posisi yang sesuai untuk pemeriksaan (supine/semi-fowler’s)---dimulai
sepanjang anterior thorax dengan pemeriksa berad di sebelah kanan klien.
6. Pengkajian system kardiovaskuler
a. Identifikasi batas-batas jantung:
1) A. Area Aorta : intercostal ke-2 pada batas sternum
2) P. Area Pulmonal ; intercostal ke-2 pada batas sternum kiri.
3) T. Area Trikuspid : intercostal ke-4 pada batas sternum kiri
4) M. Area Mitral/apical: intercostal ke-4 sampai ke-5 garis midclavikula kiri.
b. Pengkajian jantung : inspeksi dan palpasi dilakukan secara simultan dan terstruktur,
cari pulsasi yang terlihat, sumber getaran/ dan impuls apical.
1) Inspeksi dan palpasi angle of Louis (antara badan sternum dan manubrium)
dengan jari telunjuk.
2) Inspeksi dan palpasi area aorta
3) Inspeksi dan palpasi area pulmonal
4) Inspeksi dan palpasi area trikuspid
5) Inspeksi dan palpasi area mitral
c. Auskultasi bunyi jantung dimulai pada batas jantung aorta dan penekatan sistematis
dilakukan dengan cara mengikutibatas-batas jantung.
1) Tempatkan bagian diafragma stetoskop pada dinding dada di atas batas aorta
dan dengarkan bunyi jantung S.
2) Tempatkan bagian diafragma stetoskop pada dinding dada di atas batas
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mengkaji sistem kardiovaskular dan pembuluh darah perifer secara
efektif
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Mengkonfirmasi identitas klien
indikasi/rasional Menetapkan kebutuhan pengkajian sistem kardiovaskular dan
sistem pembuluh darah perifer
Mengidentifikasi waktu yang tepat untuk melakukan
pengkajian sistem kardiovaskular dan sistem pembuluh darah
perifer
Mendemonstrasikan kemampuan untuk memvalidasi riwayat
kesehatan sistem kardiovaskular dan sistem pembuluh darah
perifer klien melalui hasil pemeriksaan fisik
Mengkaji klien Mengkaji pemahaman klien tentang tujuan pengkajian sistem
kardiovaskular dan sistem pembuluh darah perifer
Mendapatkan data fokus terkait riwayat kesehatan sistem
kardiovaskular dan sistem pembuluh darah perifer
Melakukan higiene Mencuci tangan
tangan Mematuhi 6 langkah 5 momen untuk prosedur mencuci tangan
sesuai standar WHO
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
Mengumpulkan Stetoskop
peralatan Tensimeter air raksa
Jam dengan detik
Meteran
Menyiapkan peralatan Memperhatikan privasi klien dan tempat yang sesuai untuk
melakukan pengkajian
Menempatkan peralatan dalam jangkauan
Memastikan klien diposisikan secara nyaman pada posisi
supine atau semi-Flower
Komunikasi Terapeutik Memulai komunikasi dengan perkenalan diri perawat dan
klarifikasi kebutuhan dan masalah klien
Mengklarifikasi pengetahuan klien dan memberikan
pendidikan kesehatan jika diperlukan
Menjelaskan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan klien
Melaksanakan prosedur Menjaga kehormatan klien dengan hanya membuka area yang
klinis sedang dikaji
Mengidentifikasi batas-batas jantung (precordial)
Mengkaji jantung menggunakan teknik inspeksi dan palpasi
Mendengarkan bunyi jantung
Mengkaji sistem pembuluh darah perifer menggunakan teknik
inspeksi dan palpasi
Mengidentifikasi nadi radial, brachial, femoral, poplitea,
posterior tibial dan dorsalis pedis dengan tepat
Membersihkan dan Membuang peralatan yang sudah digunakan pada wadah yang
merapikan peralatan sesuai
dengan benar Melakukan higiene tangan
Melengkapi Mendokumentasikan prosedur dan hasil pengkajian
dokumentasi terkait/komplikasi
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian sistem pernapasan dapat dilakukan oleh perawat terdaftar di bawah bimbingan perawat teregister
Pastikan tinjauan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan termasuk faktor-faktor resiko
Pastikan tinjauan anatomi batas-batas dinding dada
Pastikan higiene tangan dilakukan dan alat pelindung diri dikenakan jika diperlukan
Peralatan
Stetoskop
Pulpen
Dokumentasi
Jam (dengan detik)
Pulse oksimetri portable
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pengkajian fungsi pernapasan klien.
2. Riwayat kesehatan terfokus
a. Kaji keluhan utama-karakteristik nyeri dan setiap tanda/gejala
b. Kaji gejala pernapasan utama:
Dispnea
Batuk dan dahak
Hemoptisis
Nyeri dada
Mengi/wheeze (catatan: asma berat mungkin tidak memiliki mengi)
c. Kaji riwayat kesehatan lalu – riwayat gejala yang sama dengan pengobatan dan
hasil yang dicapai:
Riwayat asma saat kecil, mengi atau bronkitis
Penyakit keganasan
Infeksi termasuk pneumonia, TBC dan batuk rejan
Trauma dada dan operasi
Penyakit tromboemboli; khususnya trombosis vena dalam dan emboli paru
d. Tanyakan tentang riwayat penggunaan obat-obatan:
Penggunaan inhaler
Penggunaan steroid
Obat-obatan lain yang relevan yang mungkin mempengaruhi fungsi
pernapasan, contoh morfin (depresi pernapasan), angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor (batuk).
e. Tanyakan tentang alergi:
Makanan
Alergen hidup
Obat
f. Tanyakan tentang pekerjaan dan riwayat sosial:
Riwayat pekerjaan mungkin sangat penting dalam penyakit pernapasan
Hobi dan hewan peliharaan mungkin bertanggung jawab terhadap penyakit
pernapasan
g. Tanyakan tentang gaya hidup, termasuk alkohol dan penggunaan narkoba.
h. Riwayat merokok harus detail, misalnya, jenis dan jumlah rokok yang dihisap saat
ini dan dimasa lalu.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
(1) Dada:
Ukuran
Bentuk
Kesimetrisan
Kontur
(2) Pernapasan:
Frekuensi
Pola
Rasio inspirasi/ekspirasi
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian status mental dapat dilakukan tanpa 27ocus27i27n sebagian besar aspekpengkajian statusmental dapat
dilakukan sebagai status mental dapat dilakukan sebagai bagian dari perawatan, misalnya dapat diintegritasikan pada
prosedur keperawatan lain.
Sebelum memulai:
Tinjau kategori pengkajian status mental dan keterampilan berkomunikasi
Tinjau format terstruktur pengkajian status mental (BATOMI)
Peralatan
Pengkajian kesehatan mental menggunakan kemampuan komunikasi dan penggunaaan diri secara terapeutik
Pertimbangkan privasi dan kesesuaian tempat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pengkajian status mental klien
2 Riwayat kesehatan mental 27ocus
a. Pertimbangkan kondisi mental klien sehari-hari dan bagaimana kondisi mental
tersebut mungkin dipengaruhi oleh penyakit
b. Pertimbangkan adanya 27ocus27-faktor yang dapat mempengaruhi status mental:
Nyeri/ketidaknyamanan
Penenang atau efek lain dari pengobatan
Kelelahan
Kecemasan tentang kesehatan/ perawatan di rumah sakit
Penurunan atau hilangnya sensasi
Mual atau gejala lain
Riwayat penyakit mental
Alkohol atau penggunaan narkoba
c. Prosedur
1) Mulai komunikasi dengan perkenalan diri perawat dan klasifikasi kebutuhan
dan masalah klien
2) Mempertimbangkan posisi antara perawaat 27ocus27i27n untuk memfasilitasi
komunikasi (contoh memungkinkan terjadinya kontak mata)
3) Duduk pada posisis yang sama tinggi dengan klien
4) Lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pedoman di bawah ini untuk
mengkaji status mental
3 Mengkaji status mental
a. Pengkajian penampilan termasuk mengkajikedua aspek penampilan baik yang
tidak sesuai maupun yang sesuai dengan harapan. Amati:
1) Penampilan secara keseluruhan (perawakannya, cara berpakaian, kesesuaian
pakaian dengan situasi)
2) Usia biolohgisdan usia kronolohgis klien
3) Posisi selama pengkajian (duduk, berbaring)
4) Tanda-tanda perawatan diri dan kurang perawatan diri
5) Perhiasan, ras wajah
6) Kelainan lain (kulit,tanda-tanda dikulit, kecacatan yang 27ocu diamati)
7) Ekspresi wajah
b. Pengkajian perilaku termasuk mengkaji semua perilaku yang dapat diamati.
Amati:
1) Tanda-tanda fisik cemas atau tertekan (tangan gemetar, gugup,menarik-narik
baju/rambut,mencengkram benda seperti tas atau barang-barang pribadi
2) Perubahan perilaku karena klien tahu sedang dikaji
3) Tremor atau gerakan yang tidak disadari
4) Gerakan tangan mata kepala
5) Menangis, tertawa atau perilaku lain yang mengidentifikasi suasana hati
6) Kontak mata dengan perawat (amati adanya kontak mata secara
konstan,intermiten,intens, atau tidak ada)
7) Aktivitas 27ocus27i (stabil/santai, adanya perubhana posisi, kegelisahan)
c. Pengkajian efek suasana hati termasuk pengamatan langsung dan tidak status
emosional
1) Respon emosional (hangat, menarik,jauh, menyendiri)
2) Respon terhadap 27ocus diskusi
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian system saraf pusat (SSP) dapat dilakukan oleh perawat terdapat di bawah bimbingan perawat teregister.
Pastikan tinjauan anatomi dan fisiologis SSP termasuk faktor resiko
Pastikan tinjau Glasgow Coma Scale
Pastikan higine tangan di lakukan dan alat pelindung diri di kenakan jika diperlukan
Peralatan
Senter/ grafik observasi neurologi
Pulpen
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebetuhan pengkajian status neurologi klien
2. Riwayat kesehatan terfokus
a. Kaji keluhan utama-karakteristik nyeri dan setiap tanda/gejala dengan mengunakan
pendekatan PQRST
b. Kaji timbulnya gejala:
Sakit kepala
Kejang: lokasi (bagian tubuh yang mengalami kejang), durasi, kualitas –
(menyebar atau terlokalisasi)
Manifestasi terkait: inkontinensia, cedera, kehilangan memori, sianosis.
Faktor pemberat: lampau terang/berkedip, TV, gangguan tidur, stress, demam
pada anak-anak alkhol
c. Tanya tentang tempat: gejala awal, urutan kejadian (misalnya sakit kepala)
d. Waktu: awal mula pertama
e. Kaji kondisi pingsan: kualitas (yaitu hilangnya kesadaran total atau sebagian), durasi
f. Kaji nyeri: lokasi dan kualitas
g. Kaji parestesia dan manifestasi terkait, misalnya nyeri, kekakuan, perubahan secara
berjalan, nadi perifer lemah, cedera)
h. Kaji gangguan pada cara berjalan: kualitas-ataksi, spastik, hemiplegi
i. Kaji perubahan visual: kualitas-kebutaan, pada lapang pandang tertentu, matakabur,
lampu terang/berkedip
j. Kaji vertigo
k. Kaji gangguan memori: kualitas kehilangan memori jangka pendek atau jangka
pendek
l. Kaji disfasia atau disfagia
m. Kaji riwayat kesehatan lalu-kondisi spesifik neurologi dan pembedahan, dan kondisi
spesifik non-neurologi
n. Kaji riwatat sosial: penggunaan alkhool, lingkungan kerja, rereaksi dan waktu luang,
aktivitas seksual, stress
3. Jelaskan kepada klien prosedur yang akan dilakukan dan tanyakan hal-hal yang belum
jelas bagi klien
4. Pastikan kenyamanan dan privasi klien
5. Penilaian neurologis dimulai dengan pengkajian skor Glasgow Coma Scale(GCS) untuk
mengukur tingkat kesadaran
a. Membuka mata
(1) Klien membuka mata spontan
(2) Jika klien tidak bangun, berikan printah kepada klien, seperti ‘Buka Mata
Anda’
(3) Jika klien tidak berespons terhadap rangsangan verbal, kaji respons klien
dengan rangsang nyeri(awal dengan memberikan rangsangan nyeri ringan
kemudian berat)
(4) Tidak ada respons terhadap rangsang verbal maupun nyeri
b. Respon verbal terbaik
(1) Kaji orientasi verbal klien dengan memilih respon verbal terbaik dari klien
terhadap pertanyaan sederhana, misalnya:
- ‘Siapa nama anda?’
- ‘Dimana Anda saat ini?’
- ‘Hari apa sekarang?’
- ‘Apakah Anda tahu bulan berepakah sekarang?’
- ‘Apakah Anda tahu tahun berapakah sekarang?’
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengukuran suhu dapat didelegasikan kepada asisten perawat yang terdaftar.
Menginformasikan pada asisten perawat tentang waktu dilakukannya pengukuran suhu
Menentukan bahwa asisten perawat dapat memahami tingkat suhu tubuh klien yang bisa dilaporkan.
Menginformasikan asisten perawat pentingnya melaporkan temuan abnormal yang harus di konfirmasikan oleh
perawat.
Peralatan
Termometer yang tepat
Pulpen, lembar observasi
Lengan thermometer plastic atau ujung penutup sekali pakai.
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji adanya tanda dan gejala perubahan suhu dan faktor yang dapat memengaruhi suhu
tubuh.
2. Kaji adanya aktivitas yang telah dilakukan klien yang mungkin dapat mengganggu
ketepatan pengukuran suhu klien. Pada saat mengukur suhu dari mulut pada klien yang
baru saja merokok atau mengonsumsi minuman atau makanan yang panas atau dingin,
tunggu selama 15-20 menit sebelum mengukur suhu oral.
3. Tentukan tempat pengukuran suhu dan alat yang tepat bagi klien.
4. Jelaskan mengenai prosedur pengukuran suhu dan pentingnya mempertahankan posisi
sampai nilai suhu dapat dibaca.
5. Lakukan prosedur hygiene tangan.
6. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman dan mudah dijangkau bagi perawat untuk
memasang thermometer.
7. Baca nilai suhu klien
A. Pengukuran temperature oral dengan thermometer elektronik
1) Pasang penutup termometer oral
2) Ambil thermometer dari unit pengisian batare. Pasangkan ujung penutup
thermometer (ujung yang berwarna biru ) ke unit thermometer. Pegang batang
thermometer dengan hati-hati tanpa menekan tombol untuk melepas ujung
penutup thermometer.
3) Lepaskan penutup thermometer plastik habis pakai dari ujung thermometer
4) Mintalah klien untuk membuka mulut; kemudian tempatkan thermometer
dibawah lidah dengan perlahan atau di bagian posterior sublingual lateralis ke
arah pusat rahang bawah.
5) Mintalah klien untuk menahan thermometer dengan bibir tertutup.
6) Tinggalkan thermometer di mulut klien sampai terdengar bunyidan suhu klien
muncul di layar digital; kemudian ambil thermometer dari bawah lidah klien.
7) Menekan tombol’ lepas’ pada batang thermometer untuk melepaskan penutup
plastik dan membungnya di tempat sampah yang tepat.
8) Kembalikan alat ke posisi penyimpanan unit thermometer
9) Lakukan prosedur kebersihan tangan
10) Kembalikan thermometer untuk diisi ulang
B. Pengukuran suhu aksila dengan thermometer elektronik
1) Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan tutup pintu kamar klien.
2) Posisikan klien berbaring atau duduk
3) Sisikan pakaian klien yang menutupi bahu dan lengan
4) Ambil thermometer dari unit pengisian batere. Pastikan ujung thermometer (
yang biasanya ujung biru) melekat pada unit thermometer. Pegang bagian atas
batang thermometer, berhati-hatilah untuk tidak menekan pada tombol’
lepas/eject
5) Pasanglah penutup ujung thermometer yang terbuat dari plastic sekali pakai
pada ujung thermometer
6) Angkat lengan klien menjauh dari tubuh, periksa jika ada lesi kulit dan keringat
yang berlebihan. Masukkan thermometer ke tengah aksila, ujung thermometer
di bawah lengan dan tempatkan lengan menyilang di dada klien.
7) Biarkan unung thermometer pada tempatya hinggat terdengar bunyi dan suhu
klien muncul pada layar digital.
8) Lepaskan thermometer dari aksila
Mendemonstrasikan: kemampuan pengukuran suhu tubuh klien secara efektif dan aman
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajement asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengukuran nadi dapat didelegasikan kepada asisten perawat yang terdaftar yang memahami tentang:
Posisi yang tepat untuk menghitung nadi apikal
Durasi yang tepat untuk menghitung nadi radial dan apikal
Riwayat klien atau resiko nadi tidak teratur
Frekuensi pengukuran denyut nadi
Tingkat frekuensi nadi klien yang perlu dilaporkan
Kebutuhan untuk melaporkan setiap temuan abnormal
Peralatan
Stetoskop (nadi apikal saja)
Jam tangan dengan jarum detik atau jam tampilan digital
Pulpen, lembar observasi
Swab alcohol
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan adanya kebutuhan untuk mengkaji nadi radialis atau apikal pada klien:
a. Perhatikan adanya faktor resiko masalah nadi apikal.
b. Kaji adanya tanda dan gejala gangguanvolume sekuncup dan curah jantung,
misalnya sesak napas/palpitasi (klien merasakan jantungnya berdebar dengan tidak
nyaman) distensi vena jugularis, edema tungkai, sianosis atau kulit pucat
2. Kaji adanya faktor yang umumnya dapat memengaruhi denyut dan irama nadi apikal:
a. Umur
b. Latihan
c. Perubahan posisi
d. Obat-obatan
e. Suhu
f. Stres emosional, cemas, takut
3. Tentukan denyut nadi apikal dari rekam medis klien (jika ada)
4. Jelaskan pada klien bahwa akan dilakukan pemeriksaan denyut nadi. Anjurkan klien
untuk rileks dan tidak berbicara selama pemeriksaan.
5. Lakukan prosedur kebersihan tangan
6. Tutup tirai di sekeliling tempat tidur klien dan/atau tutup pintu jika perlu
7. Hitung denyut nadi
A. Nadi radialis
1) Bantu klien untuk mendapatkan posisi berbaring atau duduk
2) Jika klien dalam posisi berabring, tempatkan lengan bagian depan klien
menyilang ke arah dad bagian bawah atau abdomen atas dengan pergelangan
tangan diposisikan lurus memanjang. Jika klien dalam posisi duduk, posisikan
siku klien ditopang oleh kursi atau tangan perawat. Pergelangan tangan dibuat
posisi sedikit fleksi dengan telapak tangan menghadap ke bawah
3) Tempatkan ujung dua jari anda pada lekukan disepanjang radial atau sisi ibu
jari dari pergelangan klien bagian dalam
4) Tekan arteri radialis yang telah teraba denyutnya dengan pelahan
5) Kaji ketakutan denyut nadi. Perhatikan apakah aliran darah nadi terasa sangat
kuat, kuat, lemah atau sangat lemah
6) Setelah denyut dapat dirasakan, lihat jam dan mulailah menghitung denyut
nadi; ketika jarum detik menunjuk pada satu angka, anda dapat mulai
menghitung dari angka 0, kemudian dilanjutkan dengan 1,2 dan seterusnya.
7) Jika denyut nadi teratur, hitung selama 30 detik dan kalikan dengan 2
8) Jika denyut nadi tidak teratur, hitung selama 60 detik. Kaji frekuensi denyut
dan pola ketidakteraturannya.
B. Nadi apikal
1) Bantu klien mendapatkan posisi berbaring atau duduk dengan nyaman.
Singkap pakaian klien untuk memaparkan area dada sebelah kiri dan sternum.
2) Tentukan petanda anatomis untuk mengidentifikasi titik impuls maksimal/pont
of maximal impulse (pmi), yang sering disebut impuls apikal. Jantung
berlokasi di belakang dan di sebelah atas bagian puncaknya di bagian bawah.
Temukan sudut louis tepat di bawah titik suprasternal, yaitu diantara sternum
dan manubrium. Bagian ini bisa dirasakan sebagai tonjolan tulang. Selipkan
Mendemonstrasikan: Kemampuan mengkaji nadi radialis dan apikal klien secara efektif dan aman
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengukuran respirasi dapat didelegasikan ke asisten perawat terdaftar yang telah mengetahui tentang :
1. Posisi klien yang tepat saat dilakukan penghitungan laju napas
2. Durasi yang tepat untuk menghitung laju napas
3. Riwayat klien atau risiko peningkatan atau penurunan laju napas atau napas yang tidak teratur
4. Frekuensi pengukuran napas
5. Tingkat yang dapat dilaporkan ke klien
6. Perlunya melaporkan adanya abnormalitas
Peralatan
1. Jam tangan dengan penunjuk detik atau jam digital
2. Pulpen, lembar observasi
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kebutuhan pemeriksaan napas klien:
a. Perhatikan adanya faktor risiko gangguan pernapasan
b. Kaji tanda dan gejala perubahan pernapasan seperti penampilan kebiruan atau sianosis
pada kuku, bibir, selaput mukosa dan kulit; gelisah, lekas marah, kebingungan,
penurunan tingkat kesadaran; nyeri saat inspirasi; sulit bernapas; suara napas
tambahan, ketidakmampuan untuk bernapas secara spontan; dahak kental, berbusa,
berdarah atau batuk dengan dahak berlebihan.
2. Kaji nilai laboraturium yang berhubungan:
a. Analisa Gas Darah (AGD). Nilai AGD normal (nilai rujukan ini bisa saja berbeda di
suatu institusi pelayanan kesehatan):
Ph 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHG
PaO2 80-100 mmHG
SaO2 94-98%
b. Nadi (SpO2). Nilai SpO2 > 95% adalah nilai saturasi oksigen yang dapat diterima di
dalam udara bebas. SpO2 88-92% masih dapat diterima bagi klien dengan penyakit
paru obstruksi kronik.
c. Darah periksa lengkap (DPL). Nilai normal DPL pada orang dewasa (nilai rujukan ini
bisa saja berbeda di suatu institusi pelayanan kesehatan):
1) Hemoglobin: pria 130-180 g/L; Wanita 115-165 g/L.
2) Hematokrit: pria 0,42-0,52%; Wanita 0,35-0,47%
3) Sel darah merah: pria 4,50-6,50 x 10¹²/L; Wanita 3,90-5,60 x 10¹²/L
3. Tentukan data frekuensi napas klien sebelumnya (jika ada)
4. Pastikan klien berada dalam posisi yang nyaman, terutama dengan posisi duduk atau
berbaring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45-60 derajat.
5. Tutup tirai yang mengelilingi tempat tidur dan/atau tutup pintu kamar klien. Lakukan
prosedur kebersihan tangan.
6. Pastikan dada klien terlihat, lepaskan pakaian bila perlu
7. Tempatkan lengan klien secara rileks di atas perut atau dada bagian bawah atau
tempatkan tangan anda sendiri di atas perut bagian atas.
8. Mengamati dan menghitung siklus pernapasan lengkap (satu inspirasi dan satu ekspirasi).
9. Setelah satu siklus diamati, lihat jarum detik jam dan mulailah menghitung laju napas:
ketika jarum detik menunjuk pada suatu angka, mulailah kerangka waktu penghitungan
dan menghitung dari angka 1 untuk satu siklus pernapasan lengkap.
10. Jika respirasi teratur, pernapasan dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2. Jika ritme
teratur <12 atau> 20 napas per menit, pernapasan dihitung selama satu menit penuh.
11. Catat kedalaman pernapasan yang dinilai dengan mengamati tingkat pergerakan dinding
dada sambil menghitung laju napas. Perawat juga dapat secara objektif menilai
kedalaman dengan meraba ekskursi dinding dada atau mengauskultasi bagian posterior
dada setelah menghitung laju napas. Hasil periksa kedalaman pernapasan yaitu dangkal,
normal atau dalam.
12. Catat irama siklus ventilasi. Pernapasan normal adalah teratur dan tidak terputus.
Mendesah bukan termasuk irama yang abnormal.
13. Rapikan pakaian/selimut/linen yang mungkin tersingkap karena dilakukan prosedur.
14. Lakukan prosedur kebersihan tangan.
15. Diskusikan temuan dengan klien sesuai kebutuhan.
MENGKAJI PERNAFASAN
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengukuran saturasi oksigen dapat didelegasikan kepada asisten perawatn terdaftar yang memahami:
Perlunya memberitahu perawat segera dari setiap pembacaan SpO2 lebih rendah dari 90%
Sitis sensore, probe, dan posisi klien yang tepat untuk pengukuran saturasi oksigen
Frekuensi oengukuran saturasi oksigen
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan SpO2 yang rendah/ negative palsu
Peralatan
Oksimeter
Probe oksimeter yang tepat untuk klien dan direkomendarikan oleh produsen oksimieter
Pulpen, grafik pengamatan
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengukuran tekanan darah dapat didelegasikan kepada asisten perawat yang terdaftar yang memahami :
Posisi klien yang tepat ketika melakukan pengukuran tekanan darah
Perubahan yang mempengaruhi pengukuran tekanan darah
Ukuran yang sesuai tekanan darah manset untuk ekstremitas yang digunakan
Resiko klien hipotensi ortostatik
Frekuensi pengukuran tekanan darah
Tingkat dilaporkan untuk klien
Kebutuhan untuk melaporkan setiap kelainan
Peralatan
Sfigmomanometer aneroid atau air raksa
Manset dengan ukuran yang sesuai untuk klien
Stetoskop
Swb alcohol
Pulpen, lembar observasi
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan perlunya melakukan pengukuran tekanan darah (TD) :
a. Perhatikan adanya factor resiko masalah tekanan darah
b. Amati adanya tanda-tanda dan gejala masalah tekanan darah :
(1) Tekanan darah tinggi (hipertensi) sering tidak memunculkan gejala sampai
tekanan yang sangat tinggi. Kaji adanya sakit kepala (biasanya di area
oksipital), kemerahan pada wajah, mimisan dan kelelahan pada orang
dewasa yang lebih tua.
(2) Tekanan darah rendah (hipotensi) dapat berhubungan dengan :
kebingungan mental ; gelisah; kulit dan membrane mukosa pucat, gelap
atau sianosis; kulit dingin dan berbintik-bintik di area ekstremitas
2. Tentukan lokasi terbaik untuk penilaian TD. Hindari penggunaan di satu
ekstremitas apabila: dipasang cairan infuse atau sisi lengan yang pernah dilakukan
operasi payudara atau aksila, memiliki fistula arteriovenosa in situ, ekstremitas
dengan penyakit/trauma atau ekstremitas yang terpasang perban/gops. Ekstermitas
bagian bawah dapat digunakan jika arteri brakialis tidak digunakan.
3. Pilih ukuran manset yang sesuai
4. Anjurkan klien untuk tidak melakukan latihan fisik atau merokok 30 menit sebelum
pemeriksaan TD.
5. Anjurkan klien untuk tidak melakukan latihan fisik atau merokok 30 menit sebelum
pemeriksaan TD
6. Bantu klien untuk mendapatkan posisi duduk atau berbaring yang nyaman. Pastikan
ruang pemeriksaan hangat dan tenang.
7. Jelaskan pada klien bahwa akan dilakuan pemeriksaan TD dan anjurkan klien untuk
beristirahat selama kurang lebih 5 menit sebelum pemeriksaan. Mintalah klien
untuk tidak berbicara selama pengukuran TD
8. Lakukan prosedur hygiene tangan. Dengan posisi duduk atau berbaring, sokong
posisi lengan atau paha. Pada bagian lengan,arahkan telapak tangan keatas; untuk
bagian paha, posisikan dengan lutut sedikit fleksi
9. Paparkan seluruh bagian ekstremitas (lengan atau kaki) yang akan dilakukan
pengukuran dengan melepas pakaian yang menutupi dengan ketet
10. Palpasi arteri brakialis (lengan) atau arteripoppliteal (kaki). Posisikan manset 2,5
cm diatas denyut arteri tersebut (antekubiti atau popliteal)
11. Tempatkan manset kandug kemih diata arteri dengan tanda panah pada manset
berada ditengah. Jika pada manset tidak ada tanda panah, maka perkiraan bagian
tengah manset untuk ditempatkan di atas arteri. Dengan manset yang sepenuhnya
kempis, balutkan manset secara tepat dan pada lengan atau kai klien
12. Posisikan manometer secara vertical selevel dengan mata pemeriksaan.
Jarakpemeriksaan harus kurang dari satu meter
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan pendelegasian
Pengkajian baseline awal adalah basis pengembangan rencana asuhan keperawatan dan hanya boleh dilakukan oleh
perawat teregisterasi tanpa didelegasikan.
Pengkajian klien yang berkelanjutan dapat didelegasikan ke perawat yang lain yang harus melaporkan ke
perawat penanggungjawab apabila ada hasil yang abnormal .
Semua tenaga kerja dan menggunakan alat pelindung diri pribadi sebelum melakukan pengkajian klien.
Peralatan
Pulpen
Senter/penlight
Pulse oksimeter
Stetoskop
Sfigmomanometer
Termometer
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Sebelum anda memulai pemeriksaan fisik , lakukan pengkajian visual secara cepat
terhadap klien dan lingkungan mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan.
2. Survei primer
A. Airway /jalan napas – apakah jalan napas bersih ?
1. Lihat naik turunnya dinding dada
2. Dengarkan adanya suara napas yang tersumbat atau bising.
3. Rasakan adanya aliran udara melalui mulut.
4. Jika ada indikasi ,kaji apakah jalan napas buatan paten dan aman (misalnya
Guedel,Nasofaringeal, Trakeostomi, selang endotrakeal ,Masker non
invasive)
B. Breathing / pernapasan- Apakah klien bernapas spontan?
1. Amati pernapasan dan warna kulit klien.
2. Dengarkan masuknya udara
C. Circulation / sirkulasi - Apakah sirkulasi klien adekuat?
1. Amati warna kulit
2. Rasakan denyut nadi dan kehangatan
D. Disability/Disabilitas – Bagaimana tingkat kesadaran klien?
1. Tentukan jika klien masih sadar penuh ,berespons terhadap nyeri atau tidak
berespons sama sekali.
E. Exposure/ paparan- Lakukan pemeriksaan dari kepala sampai kaki terhadap
klen dan lingkungan :
1. Apakah klien terlihat baik ,terlihat sakit atau terlihat kritis?
2. Apa medikasi yang sedang dilakukan dan bagaimana dampak terhadap
temuan pemeriksaan anda ( misalnya medikasi ,infus , Oksigen)?
3. Apa alat pemantauan yang dipasangkan pada klien atau sekitarnya dan
bagaimana hasil pemantauannya?
3. Neurologis
a. Kaji tingkat kesadaran dan status mental
b. Jika ada indikasi ,lakukan pemeriksaan neurologis terfokus termasuk Skala koma
Glosgow , ukuran dan Reaksi pupil ,pengkajian tungkai dan tanda- tanda vital
c. Jika ada indikasi ,lakukan pemeriksaan status mental
d. Kaji adanya nyeri atau ketidaknyamanan.
e. Jika ada indikasi ,lakukan pengkajian nyeri terfokus menggunakan instrumen
pengkajian nyeri.
4. Kardiovaskuler
a. Inspeksi penampilan umum, warna kulit suhu dan waktu pengisian kapiler
b. Palpasi frekuensi ,irama dan kekuatan denyut nadi perifer
c. Ukur tekanan darah
d. Inspeksi vena leher , dengan posisi Klien setengah duduk atau 45 derajat
e. Auskultasi suara jantung
f. Palpasi betis untuk memeriksa adanya kelunakan / tenderness
g. Palpasi adanya edema di kaki atau di area dependen ( misalnya sarkum)
h. Jika ada indikasi ,lakukan pemeriksaan kardiovaskuler terfokus
i. Pertimbangan lainnya:
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk melakukan pengkajian system tubuh secara singkat pada klien dengan
aman dan efektif.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Seluruh staf yang merawat klien harus mencuci tangan dengan menggunakan teknik yang tepat. Seluruh staf dan
pengasuh (carers) harus :
Mendapatkan instruksi dan mendemonstrasikan kompetensi mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat.
Segera melaporkan adanya iritasi kulit dari sabun atau cairan antiseptic.
Mendapatkan instruksi mengenai pentingnya merawat dan mempertahankan integritas kulit.
Peralatan
Wastafel yang dapat diakses dengan air hangat yang mengalir.
Cairan sabun biasa atau antiseptic
Kertas tisu atau air dryer
Alat pembersih kuku (nail pick) plastic sekali pakai (opsional)
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Menyiapkan area aseptik membutuhkan pengetahuan khusus mengenai asepsi bedah.
Peralatan
Kain penutup/ duk (drape) steril.
Berbagai peralatan steril.
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Menyiapkan area asepik sebelum melaksanakan prosedur yang telah direncanakan.
Seluruh peralatan harus digunakan segera.
2. Permukaan kerja harus berada pada posisi diatas pinggang. Membersihkan permukaan
kerja dengan cairan antiseptik dan menunggu hingga benar-benar kering.
3. Mengecek tersedianya seluruh peralatan yang dibutuhkan dan melakukan inspeksi
terhadap integritas paket.
4. Mengecek indikator kimia pada peralatan yang mengindikasikan sterilitas peralatan.
Melakukan scanning barcode peralatan atau memasang label ke dokumentasi klien
memungkinkan penelusuran yang efektif terhadap peralatan yang telah disterilisasi.
5. Memakai Alat Pelindung Diri (APD).
6. Mencuci dan mengeringkan tangan secara menyeluruh
7. Menempatkan dan membuka paket yang berisi kain penutup/ duk (drape) steril pada
permukaan kerja.
8. Memegang tepi atas dari kain penutup/ duk (drape) yang terlipat dengan menggunakan
ujung jari dari salah satu tangan.
9. Mengangkat kain penutup / duk (drape) steril dengan perlahan dari pembungkus luarnya
dan membiarkan lipatannya terbuka dengan sendirinya tanpa menyentuh benda apapun.
Membuang pembungkus luar dengan menggunakan tangan yang lain.
10. Menggenggam sudut terdekat dari kain penutup/ duk (drape) steril dengan menggunakan
tangan lainnya dan mengangkatnya menjahui tubuh.
11. Memegang kain penutup/ duk (drape) kemudian meletakkan sebagian dari kain penutup/
duk bagian bawah diatas permukaan kerja yang telah disiapkan.
12. Menempatkan sebagian dari bagian atas kain penutup/ duk di permukaan kerja.
13. Mengubah posisi sesuai kebutuhan dengan memegang 2,5 cm tepi kain penutup/ duk
(drape).
MENAMBAHKAN PERALATAN STERIL
14. Membuka peralatan steril (sesuai petunjuk dipaket) sambil memegang sisi luar
pembungkus dengan menggunakan tangan non-dominan.
15. Membuka pembungkus dengan tangan tidak dominan secara hati-hati.
16. Memastikan bahwa pembungkus tidak jatuh pada area aseptik, meletakkan peralatan di
sundut lapangan steril. Tidak memegang lengan di atas area aseptik.
17. Membuang pembungkus luar paket.
18. Menuangkan cairan steril:
a. Melakukan verifikasi isi dan tanggal kadaluarsa cairan.
b. Memastikan wadah cairan berada dekat sisi area aseptik. Beberapa paket steril
memiliki wadah atau kom plastik untuk cairan.
c. Membuka segel steril dan penutup botol dengan gerakan ke atas. Menjaga jarak
dengan lapangan aseptik saat memegang botol dengan label menghadap ke atas dan
bibir botol berjarak 3-4 cm di atas wadah penerima cairan, menuangkan isi cairan ke
dalam wadah secara perlahan-lahan.
19. Melakukan prosedur dengan menggunakan teknik aseptik tanpa sentuhan.
Mendemonstrasikan: Kemampuan mendemonstrasikan persiapan area aseptik secara efektif dan aman
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Di beberapa negara, peran perawat sirkuler dan instrumen dapat didelegasikan ke teknisi bedah atau perawat pratik
terlisensi (LPN). Di Indonesia, perawat yang telah teregistrasi dapat menjalankan peran tersebut. Tiap institusi
pelayanan kesehatan akan menentukan tingkat kompetensi yang dibutuhkan untuk peran perawat sirkuler dan
perawat instrumentator.
Peralatan
Wastafel untuk scrub (scrub sation/ scrub-up) dengan kendali kaki/ lutut/ infra merah otomatis untuk
mengeluarkan air/ sabun (keran harus cukup tinggi untuk tangan dan lengan bawah sehingga nyaman)
Harus menggunakan cairan scrub antiseptik yang bersifat non iritatif, spektrum luas, bekerja cepat dengan efek
residual, akumulatif. Catatan: cairan antiseptik yang digunakan untuk scrub awal harus digunakan pula untuk
scrub selanjutnya pada hari tersebut untuk memaksimalkan efek residual kumulatif antiseptik. Staf yang
menggunakan cairan antiseptik harus mempunyai akses langsung ke Material Safety Data Sheet (MSDS) dari
manufaktur yang menetapkan petunjuk penggunaan dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Spons scrub bedah dengan alat pembersih kuku (nail pick). Catatan: sikat scrub hanya digunakan jika tangan
terkontaminasi kotoran yang menumpuk, misal setelah berkebun, melukis, dll. Penggunaan sikat scrub secara
rutin dapat merusak lapisan dermal kulit terluar sehingga menyebabkan abrasi yang dapat merusak barrier kulit
dan memungkinkan risiko reaksi kulit
Lainnya: petugas kesehatan harus melepas perhiasan dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebelum
scrubbing, pakaian scrub yang baru saja dicuci, alas kaki yang sesuai, pelindung sepatu (shoe covers) jika
dibutuhkan, penutup rambut, masker wajah yang sesuai dan pelindung mata
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Membersihkan dengan menyikat setiap sisi masing-masing jari, antara jari, telapak dan
punggung tangan selma 2 menit. Menyikat pertama pada tangan dan lengan selama 5
menit, dan menyikat selanjutnya selama 3 menit
2. Memastikan bahwa kuku jari pendek, bersih, sehat dan terbebas dari kuku palsu, cat
kuku, dan pengisi kuku (nail fillers)
3. Melakukan inspeksi terhadap adanya abrasi, sayatan, atau lesi terbuka. Melakukan
konsultasi dengan petugas pengendalian infeksi jika dibutuhkan
4. Memakai masker bedah dan pelindung mata
5. Menyalakan air dengan kendali lutut atau kaki dan mengatur temperatur hingga nyaman
6. Memulai prosedur. Membasahi tangan dan lengan di bawah air hangat yang mengalir
dan menggosokkan cairan antiseptik hingga berbusa pada telaoak tangan sampai 5 cm di
bawah siku. Mempertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku sepanjang prosedur
7. Membilas tangan dan lengan secara menyeluruh di bawah air hangat yang mengalir.
Mengingat bahwa posisi tangan perlu dipertahankan lebih tinggi dari siku
8. Membersihkan area di bawah kuku pada kedua tangan di bawah air mengalir dengan alat
pembersih kuku (nail pick) atau sikat kuku pada sikat scrub. Membuang alat pembersih
kuku (nail pick) atau sikat kuku setelah digunakan
9. Mencuci tangan mulai dari telapak tangan hingga ke siku dengan gerakan memutar,
tidak melakukan secara bolak balik dari telapak tangan ke siku dan kembali menuju
telapak tangan. Membuang sikat. Melakukan prosedur pra mencuci tangan selama 2
menit, dan mencuci tangan selanjutnya selama 1 menit
10. Menggunakan kembali cairan antiseptik dan mencuci seluruh permukaan tangan.
Mencuci tangan dengan gerakan memutar dari telapak tangan hingga siku, tanpa
kembali ke telapak tangan. Melakukan prosedur scrub awal selama 3 menit, dan scrub
selanjutnya selama 2 menit
11. Memastikan kedua tangan lebih dari siku. Membilas tangan dan lengan bawah secara
hati-hati dan menyeluruh di bawah air mengalir tanpa menyentuh keran
12. Mematikan keran tanpa menyentuhnya dengan tangan atau lengan yang telah
dibersihkan/ disikat. Membiarkan air yang berlebih mengalir, menggenggam tangan satu
sama lain dan mempertahankan tangan tetap jauh dari tubuh
13. Berjalan ke ruang operasi atau ruang persiapan (set-up) dengan hati-hati untuk
mengeringkan tangan dan lengan sebagai persiapan untuk memakai gaun dan sarung
tangan steril
14. Mengambil handuk steril dan berdiri membelakangi lapangan aseptik. Memposisikan
tubuh ke depan, meluruskan tangan dan membiarkan handuk terbuka. Mengeringkan
satu sisi handuk untuk mengeringkan tangan hingga ke siku dengan gerakan memutar,
kemudian menggunakan sisi handuk yang berlawanan untuk mengeringkan tangan
Mendemonstrasikan : kemampuan mendemonstrasikan cuci tangan bedah (scrubbing), menyiapkan gaun dan
sarung tangan secara efektif dana man
Domain :
1. Praktik professional etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas professional dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Membutuhkan pengetahuan mengenai teknik aseptik
Peralatan
Sarung tangan steril dengan ukuran yang sesuai
Permukan yang bersih untuk membuka paket sarung tangan. Mengelap permukan kerja dengan antiseptik dan
menunggu hingga benar-benar kering sebelum di gunakan.
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
SARUNG TANGAN TERBUKA
1. Melakukan prosedur higiene tanagn-tangan
2. Membuka paket sarung tangan dengan memisahkan dan membuka kedua sisi
pembungkusnya di permukaan kerja yang baru saja di bersihkan
3. Memegang paket bagian dalam, menjaga sarung tangan tetap berada dipermukan
pembungkus bagian dalam.
4. Mengidentifikasi bagian kanan dan kiri sarung tangan. Setiap sarung tangan memiliki
manset dengan lebar sekitar 5 cm. Pertama, memakai sarung tangan dominan terlebih
dahulu.
5. Memegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan dengan ibu jari, jari
terlunjuk dan jari tengah tangan non-domian. Hanya menyentuh permukaan bagian
dalam sarung tangan.
6. Menarik sarung tangan untuk tangan yang dominan hingga mencapai manset dengan
hati-hati. Memastikan manset tidak tergulung di area pergelangan tangan. Memastikan
ibu jari dan jari lainnya berbeda dalam ruang yang telah terpasang sarung tangan
7. Memasukan jari-jari kedalam manset sarung tangan kedua dengan menggunakan
tangan dominan yang telah terpasang sarung tangan.
8. Menarik sarung tangan kedua hingga menutupi tangan non-dominan. Tidak
membiarkan jari-jari dan ibu jari yang telah terpasang sarung tangan dominan untuk
menyentuh tangan non-dominan yang telah terpapar. Menjaga ibu jari tangan dominan
pada posisi tertarik kebelakang.
9. Memastikan sarung tangan terpasang dengan benar setelah memakai sarung tangan
kedua(untuk tangan non-dominan) dan mengunci kedua tangan dengan bergenggamam
satu sama lain, menjaga agar tidak menyentuh seragam (kecuali jika perawatan
mengunakan gaun steril). Memastikan bahwa hanya menyentuh sisi steril karena
umumnya manset turun setelah terpasang.
PENGLEPASAN SARUNG TANGAN
10. Memegang sisi luar salah satu manset dengn tangan lainnya yang masih terpasang
sarung tangan; menghindari sentuhan dengan pergelangan tangan.
11. Menarik sarung tangan keluar, membalikan sisi dalam sarung tangan ke luar.
Meletakan sarung tangan tersebut kedalam tangan yang masih terpasang sarung
tangan
12. Menarik sarung tangan yang masih terpasng keluar dari manset ke ujung jari dengan
menggunakan jari-jari tangan yang tidak lagi terpasang sarung tangan untuk
melepaskan sarung tangan dan juga melipat sarung tangan yang di dalamnya
13. Membuang sarung tangan ke dalam tempat yang sesuai.
14. Memastikan kedua tangan dicuci dengan menyeluruh, atau segera mengunakan hand-
rub alcohol antiseptic setelah pelepasan sarung tangan.
Mendemonstrasikan : Kemampuan memakai sarung tangan steril secara efektif dan aman dengan menggunakan
teknik sarung tangan terbuka.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya
2. Pembaerian asuhan dan managemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Di beberapa negara, peran perawat sirkuler dan instrumentator dapat didelegasikan ke teknolog bedah atau perawat
praktik terlisensi. Di Indonesia, perawat yaang telah teregistrasi dapat menjalankan peran tersebut. Tiap organisasi
pelayanan kesehatan akan menentukan tingkat kompetensi yang dibutuhkan untuk peran perawat sirkulasi dan
instrumen
Peralatan
Pakaian scrub yang baru dicuci
Sepatu bersih anti licin yang sesuai atau sepatu yang dipakai dalam pelindung sepatu
Penutup rambut: topi atau balaclava (untuk menutup rambut kepala)
Dua pasang sarung tangan steril, pasangan bagian dalam memiliki satu ukuran lebih besar, sedangkan pasangan
bagian luar memiliki ukuran yang tepat
Pelindung mata yang sesuai: untuk pengendalian infeksi. Pelindung mata spesifik untuk berbagai tipe laser juga
mungkin diperlukan
Gaun steril yang memenuhi persyaratan nasional
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
MEMAKAI GAUN STERIL
1. Mewajibkan staf memakai alat pelindung diri (APD) sebelum memakai gaun dan
sarung tangan: pakaian scrub yang baru dicuci, alas kaki yang sesuai, pelindung sepatu
(shoe covers) jika dibutuhkan, penutup rambut, masker bedah yang sesuai dan
pelindung mata
2. Mencuci tangan bedah secara menyeluruh
3. Perawat sirkulasi membuka paket gaun steril secara aseptik, yang berisi gaun steril
yang dilipat terbalik dengan bagian dalam di luar
4. Perawat sirkulasi membuka pembungkus paket sarung tangan tanpa mengkontaminasi
bagian dalam yang steril. Menempatkan paket sarung tangan bagian dalam ke area
steril yang diciptakan dari pembungkus terluar steril
5. Mengambil paket gaun steril; mengangkat gaun yang terlipat ke posisi atas secara
langsung dan mundur menjauhi meja
6. Menjaga agar gaun yang terlipat cukup jauh dari pakaian scrub, memmegang kerah
gaun dan membiarkan lipatan gaun terbuka tanpa menyentuh permukaannya
7. Menggunakan kedua tangan untuk mencari lubang lengan gaun dan mendorong tangan
dan lengan secara bersamaam ke dalam lubang lengan gaun tersebut, tanpa
membiarkan tangan keluar dari manset pergelangan tangan gaun. Lengan gaun harus
menutupi tangan ketika gaun dipakai
8. Perawat sirkuler memegang bagian dalam lengan gaun untuk menarik gaun ke bahu.
Meminta perawat sirkuler untuk melakukan fiksasi ikatan di bagian belakang gaun
dengan aman
MEMAKAI SARUNG TANGAN TERTUTUP
1. Membuka paket bagian dalam sarung tangan pertama yang memiliki satu ukuran lebih
besar dengan menggunakan tangan yang tertutupi bgian lengan gaun. Meletakkan
sarung tangan kanan pada sisi kanan paket, dan menempatkan sarung tangan kiri pada
sisi kiri paket.
2. Mengambil sarung tangan untuk tangan dominan melalui tangan dominnan yang
berada di dalam manset gaun dengan cara memegang lipatan manset
3. Mengulurkan tangan non-dominan dengan telapak tangan menghadap ke atas dan
menemoatkan bagian telapak tangan sarung tangan terhadap telapak tangan non-
dominan
4. Memegang bagian punggung manset sarung tangan dengan menggunakan tangan
dominan yang telah terpasang sarung tanganm. Memasang manset sarung tangan pada
manset gaun dan ujung tangan non dominan
5. Mengenggam manset sarung tangan dan lengan gaun di dalamnya, dengan manset
gaun tetap menutupi tangan dominan. Mengulurkan jari-jari secara hati-hati ke dalam
sarung tangan steril
6. Memakai sarung tangan dominan dengan menggunakan teknik yang sama pada tangan
yang berlawanan. Menggunakan tangan non dominan yang telah terpasang sarung
tangan untuk menarik sarung tangan di manset gaun dan memasukkan jari-jari ke
dalam sarung tangan. Menjaga tangan tetap berada dalam manset gaun sepanjang
Mendemostrasikan :kemampuan memakai gaun steril dan sarung tangan tertutup secara efektif dan aman
Domain:
1. Praktik professional, etis, dan legal peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Seluruh tenaga kesehatan dapat melakukan usap luka bakteri (bacterial wound swab) jika diduga terjadi infeksi.
Perawat perlu mengecek kebijakan pelayanan kesehatan terkait intervensi perawatan luka yang dapat didelegasikan
ke tenaga kesehatan lain. Pengkajian infeksi luka membutuhkan penyelesaian masalah dan keterampilan untuk
mengaplikasikan pengetahuan perawat terregistrasi.
Peralatan
Sarung tangan
Apron
Masker wajah dan pelindung mata
Selimut atau handuk penutup
Kantong sampah terkontaminasi
Set balutan luka
Normal saline (cairan fisiologis)
Usap bakteri (Bacterial swab)
Container specimen
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Mengkaji luka terhadap dugaan tanda dan gejala klinis infeksi luka, termasuk
kuantitas dan tipe eksudat, adanya bau, perburukan luka, penambahan ukuran luka,
dan perburukan kulit di sekitar luka.
2. Mengkaji tingkat kenyamanan klien dan menawarkan analgesik jika diperlukan.
3. Menjelaskan prosedur kepada klien.
4. Menutup ruangan atau tirai kubikel dan jendela
5. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien dan menutup tubuh klien dengan selimut
atau handuk sehingga hanya area luka yang terpapar.
6. Menempatkan kantong sampah terkontaminasi sekali pakai dalam jangkauan area
kerja. Melipat bagian atas kantong sehingga membentuk manset
7. Memakai masker wajah dan pelindung mata jika diperlukan, dan mencuci tangan
secara menyeluruh. Memakai sarung tangan bersih, sekali pakai.
8. Mengangkat balutan luka secara hati-hati. Melembabkan balutan luka jika balutan
tersebut menempel pada kulit klien untuk memudahkan pengangkatan balutan.
Mengobservasi adanya eksudat, bau, dan warna dalam balutan. Melepas sarung
tangan di atas balutan luka yang terkontaminasi, dan membuang sarung tangan dan
balutan tersebut ke dalam kantong sampah yang telah disiapkan. Melakukan
kebersihan tangan.
9. Membersihkan luka dengan normal saline atau air matang.
10. Menghindari sentuhan dengan permukaan luka, permukaan swab steril atau bukaan
container swab.
11. Memindahkan swab di permukaan luka dengan gerakan zig zag secara bersamaan
gerakan memutar/rotasi swab di antara jari tangan. Sampel usap luka harus
merupakan area yang representative, minimal 1 cm2 dari area luka. Menggerakkan
usapan dengan tekanan lembut.
12. Mengembalikan usap luka secara hati-hati ke dalam container specimen segera
setelah eksudat berhasil dikumpulkan, dan memberikan label secara akurat sesuai
dengan panduan laboratorium.
13. Memakai sarung tangan bersih sekali pakai. Menutup luka dengan balutan yang
sesuai.
14. Melepas sarung tangan dengan menarik bagian dalam keluar. Membuang sarung
tangan yang telah terpakai ke dalam kantong sampah yang telah disiapkan.
15. Membantu klien dalam memberikan posisi yang nyaman.
Pencatatan dan Pelaporan
Mendokumentasikan seluruh informasi yang relevan ke dalam rekam medis klien,
termasuk lokasi pengambilan specimen, tanggal dan waktu pengambilan specimen. Pada
kebanyakan organisasi pelayanan kesehatan, prosedur usap bakteri membutuhkan
permintaan/ resep dari professional medis
Mendemonstrasikan: Kemampuan melakukan usap luka secara efektif untuk kultur bakteri
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Mengidentifikasi waktu yang sesuai untuk melakukan usap luka bakteri
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Seluruh profesional kesehatan dapat memasang balutan luka. Perawat perlu mengecek kebijakn pelayanan kesehatan
terkait intervensi perawatan luka yang dapat didelegasikan ke tenaga kesehatan lain. Pengkajian luka membutuhkan
penyelesaian masalah dan keterampilan untuk mengaplikasikan pengetahuan perawat terregistrasi.
Peralatan
Sarung tangan
Apron
Masker wajah dan pelindung mata
Selimut atau handuk penutup
Kantong sampah terkontaminasi
Jaringan asetat untuk mengidentifikasi jaringan
Normal saline (cairan fisiologis)
Spidol permanen hitam
Sterile wound probe
Adhesive remover (opsional)
Balutan luka (pemilihan balutan luka tergantung pada karakteristik luka, termasuk level eksudat, kondisi luka,
mobilitas, dll)
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Mengkaji ukuran dan lokasi luka.
2. Mengkaji tingkat kenyamanan klien.
3. Menjelaskan prosedur kepada klien.
4. Menutup ruangan atau tirai kubikel dan jendela
5. Memberikan posisi yang nyaman bagi klien dan menutup tubuh klien dengan selimut
atau handuk sehingga hanya area luka yang terpapar.
6. Menempatkan kantong sampah terkontaminasi sekali pakai dalam jangkauan area kerja.
Melipat bagian atas kantong sehingga membentuk manset
7. Memakai masker wajah dan pelindung mata jika diperlukan, dan mencuci tangan secara
menyeluruh. Memakai sarung tangan bersih, sekali pakai.
8. Mengangkat balutan luka secara hati-hati. Melembabkan balutan luka jika balutan
tersebut menempel pada kulit klien untuk memudahkan pengangkatan balutan.
Mencatat adanya eksudat yang terdapat di balutan, bau, dan kondisi kulit di sekitar
luka. Melepas sarung tangan di atas balutan luka yang terkontaminasi, dan membuang
sarung tangan dan balutan tersebut ke dalam kantong sampah yang telah disiapkan.
9. Membersihkan luka dengan normal saline atau air matang.Keputusan membersihkan
luka harus berdasar pada hal-hal berikut:
Bentuk, ukuran dan lokasi luka
Kondisi area luka dan tahap penyembuhan
Ketersediaan dan efektivitas metode pembersihan luka yang berbeda
Persepsi dan kebutuhan klien
10. Melakukan pengkajian luka:
Etiologi luka
Lokasi luka
Dimensi luka dan luas jaringan yang hilang. Memasang jaringan asetat pada luka dan
mengidentifikasi batas luka dengan menggunakan felt pen. Memasukkan penutup
(probe) luka steril jika luka berupa rongga atau ruang di batas luka untuk mengukur
kedalaman luka
Mengevaluasi penampilan klinis luka dengan memperkirakan persentase jenis
jaringan luka (kuning/mengelupas (sloughy), merah/granulasi, hitam/nekrotik,
pink/epitelisasi, hijau/jaringan terinfeksi)
Tepi luka (miring, tertekan, rusak, mengeras/terbentuk kapalan(kalus), terangkat atau
tergulung)
Eksudat (jenis, jumlah, warna, konsistensi, dan bau)
Kondisi kulit di sekitar luka (maserasi, eritema, edema, hangat, capillary refill time)
Nyeri (kuantitas, karakter, kualitas, factor penurun atau peningkat nyeri)
11. Memakai sarung tangan bersih. Menutup luka dengan balutan yang sesuai untuk
menyediakan lingkungan yang lembab selama proses penyembuhan luka. Pemilihan
balutan lukaberdasar pada factor-faktor berikut:
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Semua profesional kesehatan dapat melakukan manajemen dan pencegahan robekan kulit. Periksalah kebijakan
pelayanan kesehatan terkait intervensi perawatan luka yang dapat didelegasikan ke tenaga kesehatan lain.
Pengkajian klien dengan risiko robekan kulit membutuhkan penyelesaian masalah dan keterampilan untuk
mengaplikasikan pengetahuan perawat terregistrasi.
Peralatan:
Sarung tangan
Apron
Masker wajah dan pelindung mata
Pelindung ekstremitas
Kantong sampah terkontaminasi
Cotton bud steril
Normal saline (cairan fisiologis)
Spidol permanen hitam
Balutan luka (pemilihan balutan lukatergantung pada karakteristik luka, termasuk level eksudat, kondisi luka,
mobilitas, dll)
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Menjelaskan prosedur kepada klien.
2. Mengkaji ukuran dan lokasi luka.
3. Memberikan posisi yang nyaman kepada klien.
4. Menempatkan kantong sampah terkontaminasi sekali pakai dalam jangkauan area
kerja. Melipat bagian atas kantong sehingga membentuk manset
5. Memakai masker wajah dan pelindung mata jika diperlukan, dan mencuci tangan
secara menyeluruh. Memakai sarung tangan bersih, sekali pakai.
6. Mengontrol perdarahan dan membersihkan luka:
a. Menghentikan perdarahan dengan memberikan tekanan yang adekuat.
Meninggikan posisi ekstremitas di atas jantung
b. Membersihkan luka melalui irigasi secara perlahan dengan menggunakan normal
saline (cairan fisiologis) hangat. Membersihkan area di bawah kulit yang robek
dengan hati-hati untuk menghilangkan benda asing atau bekuan darah
c. Mengeringkan area di sekitar robekan kulit
7. Memposisikan kembali (jika memungkinkan) kulit atau robekan kulit
a. Meluruskan kembali robekan kulit dengan menggunakan cotton bud. Penggunaan
cotton bud yang dilembabkan membantu mencapai tepi robekan.
b. Tidak meregangkan kulit untuk membuatnya tampak sesuai. Sebaliknya, robekan
akan kembali mengerut atau sepenuhnya robek.
c. Mengaplikasikan prinsip balutan lembab jika robekan kulit tidak dapat diluruskan
kembali untuk mempromosikan penyembuhan luka.
8. Mengkaji derajat kehilangan jaringan dan warna kulit atau robekan kulit:
a. Menggunakan sistem klasifikasi robekan kulit STAR (STAR Skin Tear
Classification System), memilih kategori robekan kulit yang paling tepat
mendeskripsikan jenis robekan kulit yang sedang ditangani.
b. Mencatat warna robekan kulit. Warna kulit atau robekan kulit yang pucat,
menghitam atau menggelap jika dibandingkan dengan kulit normal di sekitar
robekan kulit klien mengindikasikan penurunan aliran darah (iskemi) atau adanya
bekuan darah (hematoma), yang dapat mempengaruhi kulit atau robekan kulit.
c. Mengkaji kembali dalam 24 – 48 jam atau saat penggantian balutan pertama jika
warna kulit atau robekan kulit memucat, menghitam, atau menggelap.
9. Mengkaji kondisi di sekitar robekan kulit terhadap kerapuhan, edema, pucat, atau
memar. Informasi tersebut akan membantu perawat memilih balutan yang sesuai.
10. Mengkaji klien, lukanya dan lingkungan penyembuhannya.
11. Memasang balutan luka. Apapun jenis balutan yang dipilih, maka anda harus
mengikuti prinsip berikut ini:
a. Memastikan lebar balutan menutupi minimum 1,5 – 2 cm dari tepi luka.
b. Menggambar arah panah di atas balutan dengan menggunakan ballpoin sebelum
memasang balutan tersebut untuk mengindikasikan arah robekan kulit dan
mencatat tanggal rencana penglepasan balutan. Memastikan penglepasan balutan
sesuai arah panah saat penglepasan balutan agar robekan kulit tidak tertarik
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mencegah robekan kulit melalui pengkajian dan manajemen yang sesuai
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Semua profesional kesehatan dapat melakukan manajemen dan pencegahan luka tekan. Cek kebijakan pelayanan
kesehatan terkait intervensi perawatan luka yang dapat didelegasikan ke tenaga kesehatan lain. Pengkajian klien
dengan risiko robekan kulit membutuhkan penyelesaian masalah dan keterampilan untuk mengaplikasikan
pengetahuan perawat terregistrasi.
Peralatan
Instrumen pengkajian risiko luka tekan
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Melengkapi pengkajian risiko luka tekan pada setiap klien secara komprehensif saat
masuk untuk dirawat di rumah sakit dengan menggunakan instrument pengkajian risiko.
Pengkajian ulang harus dilakukan dalam interval berikut:
a. Perawatan akut: paling tidak dalam 24 jam atau lebih cepat jika terjadi perubahan
kondisi kesehatan klien
b. Perawatan jangka panjang: setiap minggu selama 4 minggu, kemudian setiap satu
bulan di high care dan empat bulanan pada keadaan membutuhkan bantuan rendah
atau saat kondisi klien berubah
c. Home care: setiap minggu atau setiapkunjungan perawat (jika kunjungan kurang dari
seminggu sekali) dan saat kondisi klien berubah.
2. Mengidentifikasi risiko luka tekan pada klien termasuk:
a. Perubahan mobilitas dan aktivitas
Kontraktur
Fraktur
Cedera
Penyakit/penurunan neurologis
Nyeri
b. Malnutrisi
Dehindrasi
Edema
Kekurangan protein
Penurunan berat badan
Obesitas
c. Kelembaban
Drainase (fistula, luka)
Inkontinensia (urin, feses)
Perspirasi
d. Perubahan sensasi dan kesadaran
Cedera sistem saraf pusat
Penyakit serebrovaskular
Penyakit neurologis degenerative
Obat-obatan, missal steroid, sitotoksik
Pembedahan mayor
Cedera medulla spinalis
e. Kondisi komorbiditas
Penyakit jantung kronik
Penyakit paru kronik
Penyakit sirkulasi
Diabetes
Keadaan defisiensi imun
Gangguan oksigenasi jaringan, missal anemia, merokok
Karsinoma metastatic
Penyakit arteri perifer
Mencatat tingkat risiko klien (tidak berisiko/berisiko/berisiko tinggi/berisiko sangat tinggi)
pada formulir pengkajian risiko, rencana asuhan keperawatan dan dalam rekam medis klien
3. Melakukan pengkajian kulit termasuk:
Menyiapkan lingkungan, misal menutup tirai
Menjelaskan prosedur kepada klien
Memberikan posisi yang nyaman dan pencahayaan yang cukup kepada klien untuk
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mengkaji klien yang berisiko mengalami luka tekan
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan medikasi oral mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menerapkan pengetahuan. Di Indonesia perawat terregistrasi boleh memberikan obat per oral. Untuk
dapat melakukan prosedur ini, perawat terregistrasi harus melakukan pengkajian terlebih dahulu karena mungkin
pendelegasian tidak bisa dilakukan.
Peralatan
Troli medikasi (jika ada)
Tutup takar obat sekali pakai
Air putih, jus, atau minuman lain sesuai pilihan
Sedotan
Penggerus pil (jika diperlukan)
Handuk (untuk obat cair)
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji setiap kontraindikasi klien mendapat obat oral. Apakah klien mampu menelan?
Apakah klien menderita mual/muntah? Apakah klien didiagnosa menderita radang usus
atau mengurangi peristaltic? Apakah klien menjalani pembedahangastrointestinal baru-
baru ini? Apakah klien memiliki tabung nasogastric in situ pada lambung drainase/hisap?
a. Periksa kemampuan menelan, batuk dan reflex muntah jika ragu-ragu dengan
kemampuan klien untuk mengelola obat oral. Menahan medikasi jika menelan, batuk
atau muntah terganggu dan beritahukan pada pemberi resep.
2. Kaji riwayat medik klien, riwayat alergi dan riwayat diit
3. Kumpulkan data pemeriksaan fisik dan laboratorium yang mungkin mempengaruhi
pemberian medikasi (Contoh, memeriksa tekanan darah sebelum memberikan obat anti
hipertensi)
4. Kaji pengetahuan klien tentang kesehataan dan penggunaan obat-obatan
5. Kaji pilihan klien tentang minuman
6. Cek ketepatan dan kelengkapan setiap kartu obat atau hasil cetak komputer dengan order
medikasi tertulis dari pemberi resep. Cek nama klien, nama obat, dosis, rute pemberian
dan waktu pemberian
7. Siapkan medikasi:
a. Lakukan higiene tangan
b. Atur baki medikasi dan tutup takar obat pada area persiapan medikasi (ruang
medikasi atau pada samping tempat tidur klien jika medikasi disimpan di dalam
lemari terkunci) atau pindahkan troli medikasi ke luar ke ruangan klien
c. Buka lemari medikasi atau troli
d. Siapkan medikasi satu klien satu waktu. Pertahankan semua laman kartu obat untuk
satu klien
e. Pilih medikasi yang benar. Bandingkan label medikasi dengan kartu obat
f. Hitung dosis medikasi jika diperlukan, cek kembali perhitungan
g. Untuk menyiapkan tablet atau kapsul, tuangkan jumlah yang diperlukan ke dalam
botol takar dan pindahkan medikasi ke tutup takar obat. Jangan menyentuh medikasi
dengan jari. Tablet atau kapsul berlebih dapat dikembalikan ke botol. Untuk medikasi
yang perlu dipatahkan, gunakan sarung tangan, atau potong dengan alat pemotong pil.
Tablet yang perlu dipatahkan menjadi dua bagian harus dibagi secara tepat (dengan
cara melihat garis yang dibuat di tengah tablet)
h. Untuk menyiapkan satu unit disus tablet dan kapsul, tempatkan tablet atau kapsul
langsung pada tutup takar obat dan tekan pembungkus untuk mengeluarkan medikasi
i. Semua tablet atau kapsul diberikan ke pada klien pada satu waktu dapat ditempatkan
pada satu tutup takat obat kecuali obat-obatan yang memerlukan pengkajian sebelum
dilakukan pemberian (contoh; nadi atau tekanan darah)
j. Jika klien memiliki kesulitan menelan, tanyakan pada pemberi resep untuk mengganti
dengan obat cair atau bentuk larut. Jika medikasi cair tidak bisa dijadiakn pilihan,
gunakan alat penghancur pil yang bersih lesung dan alu untuk menghasilkan tablet.
Campur tablet serbuk ke dalam sedikit makanan lunak.
k. Siapkan cairan:
1. Buka tutup botol dari wadah dan posisikan tutup terbalik
Mendemontrasikan:
Kemampuan untuk memberikan medikasi oral secara efektif dan aman dengan menghubungkan antara teori dan
praktik.
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan obat tetes hidung dan salep mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan. Di Indonesia perawat terdaftar boleh memberikan obat melalui
cara ini. Untuk dapat melakukan prosedur ini, perawat terregistrasi harus melakukan pengkajian terlebih dahulu
karena mungkin pendelegasian tidak bisa dilakukan.
Peralatan
Medikasi dengan alat tetes atau alat semprot bersih
Tisu wajah
Sarung tangan sekali pakai (hanya jika klien memiliki sekresi hidung yang banyak)
Kartu obat
Senter (penlight) untuk menginspeksi lubang hidung, jika salep akan dioleskan pada lesi spesifik di dalam
lubang hidung
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Untuk obat tetes hidung, tentukan sinus mana yang terinfeksi dengan merujuk pada
catatan kesehatan
2. Kaji riwayat klien terkait hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipertiroid
3. Identifikasi klien, bandingkan nama pada kartu obat dengan gelang ID klien. Minta
klien untuk menyebutkan namanya
4. Gunakan penlight, inspeksi kondisi hidung dan sinus. Palpasi kekakuan sinus
5. Kaji pengetahuan klien terkait penggunaan obat tetes hidung dan teknik penetesan dan
adanya keinginan untuk belajar memberikan obat mandiri
6. Jelaskan prosedur kepada klien terkait posisi dan sensasi yang akan dirasakan, seperti
terbakar atau tersengat pada mukosa atau sensasi tersedak bersamaan dengan masuknya
medikasi ke dalam tenggorokan
7. Lakukan hygiene tangan. Atur peralatan dan medikasi di tempat tidur
8. Instruksikan klien untuk membersihkan atau meniup hidung pelan-pelan kecuali ada
kontraindikasi (contoh: risiko peningkatan tekanan intracranial atau perdarahan hidung)
9. Berikan tetes hidung:
a. Bantu posisi supine
b. Posisikan kepala dengan benar:
1) Untuk akses ke faring posterior, tengadahkan kepala klien ke belakang
2) Untuk akses ke sinus ethmoid atau sfenoid, tengadahkan kepala klien ke
belakang sampai tepi tempat tidur atau letakkan bantal kecil di bawah bahu
klien dan tengadahkan kepala ke belakang
3) Untuk akses ke sinus frontal dan maksila, tengadahkan kepala klien ke
belakang sampai tepi tempat tidur atau bantal dengan kepala menghadap ke
arah yang akan diobati
c. Tahan kepala klien dengan tangan non-dominan
d. Instruksikan klien untuk bernapas dengan mulut
e. Pegang penetes obat 1 cm di atas lubang hidung dan teteskan jumlah yang
diresepkan melalui tulang tengah ethmoid
f. Minta klien tetap pada posisi supine selama 5 menit
g. Tawarkan tisu wajah untuk meniup hidung, tetapi hati-hati setelah klien meniup
hidung selama beberapa menit
10. Bantu klien kembali pada posisi nyaman setelah medikasi diserap
11. Buang peralatan yang kotor pada tempat sampah yang benar dan cuci tangan
12. Observasi klien terkait periode efek samping 15-30 menit setelah pemberian
13. Tanya klien apakah klien dapat bernapas melalui hidung setelah pemberian
dekongestan. Mungkin perlu meminta klien untuk menutup satu persatu lubang hidung
dan napas dalam
14. Inspeksi kondisi saluran hidung antara pemberian tetesan
15. Minta klien untuk mengulang kembali risiko penggunaan dekongestan berlebih dan
metode pemberian obat
16. Minta klien untuk mendemonstrasikan medikasi mandiri
Pencatatan dan pelaporan
Catat nama obat, konsentrasi, jumlah tetesan, lubang hidung yang diberikan obat dan
waktu pemberian pada kartu obat
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan medikasi tetes hidung secara efektif dan aman dengan
menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pemberian obat tetes mata dan salep mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk memeahkan
masalah dan aplikasi penegtahuan. Di indonesia perawat terdaftar-boleh memberikan obat melalui cara ini. Untuk
dapat melakukan prosedur ini, perawat terregistrasi harus melakukan pengkajian terlebih dahulu karena mungkin
pendelegasian tidak bisa dilakukan.
Peralatan
Botol medikasi dengan alat tetes mata steril dan tube salep
Piringan intraocular berisi obat
Bola kapas atau tisu
Baskom berisi air hangat dan handuk bilas
Penutup mata dan plester (pilihan)
Sarung tangan sekali pake
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Menelaah order medikasi pemberi resep terkait jumlah tetesan(jika cairan) dan mata yang
akan mendapatkan medikasi
2. Identifikasi klien. Bandingkan nama pada kartu obat dengan gelang ID klien. Minta klien
untuk menyebutkan nama.
3. Kaji kondisi struktur mata eksternal(dapat juga dilakukan sebelum penetesan)
4. Menentukan alergi klien yang dimiliki atau lateks
5. Menetukan apakah klien memiliki gejala gangguan penglihatan
6. Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan klien untuk mengikiti perintah
7. Kaji pengetahuan klien terkait terapi medikasi dan keinginan untuk melakukan
pemberiann medikasi mandiri
8. Kaji kemampuan klien untuk manipulasi dan memegang alat tetes
9. Jelaskan prosedur pada klien
10. Kajia kemampuan klien untuk memanipulasi dan mememgang alat tetes
11. Minta klien untuk berbaring supine atau duduk di kursi dengan kepala sedikit hiperekstensi
12. Jika terdapat kotoran atau cairan terdapat disepanjang garis kelopak mata pada kantus
dalam luar, cuci dengan lembut. Basahi kotoran yang kering dan sulit untuk dibersihkan
dengan handuk bilas atau boola kapas pada mata selama beberapa menit. Selalu hapus dari
dalam keluar kantus
13. Pegang bola kapas pada atau tisu bersih dengan tangan non-dominan pada tulang pipi klien
di bawah kelopak mata
14. Dengan tisu atau kapas dibawah kelopak, dengan lembut tarik kebawah dengan jempol atau
jari berlawan arah
15. Minta klien untuk melihat keatas dan jelaskan langkah-langkah ke klien
A. Memberikan obat tetes mata
(1) Dengan tangan dominan dietakkan di atas dahi klien, pegang alat tetes yang berisi
medikasi atau larutan mata kira-kira 1-2 cm di atas kantung konjungtiva
(2) Teteskan jumlah obat yang diresepkan ke kantung konjungtiva
(3) Jika klien mengedip atau menutup mata atau jika tetesan jatuh dilaur kelopak,
ulangi prosedur
(4) Setelah pemberian tetes, minta klien untuk menutup mata perlahan
(5) Ketika pemberian medikasi yang memberikan efek sistemik, berikan tekanan
secara lembut dengan jari dan bersihkan jaringan pada saluran nasokomial klien
selama 30-60 detik
B. Memberikan salep mata
(1) Pegang salep di atas batas kellopak mata, oleskan tipis salep secara merata di
sepanjang tepi dalam kelopak amata pada konjungtiva dari kantus dalam ke kantus
luar
(2) Minta klien untuk menutup mata dan menggosok kelopak secara sirkular perlahan
dengan kapas bulat jika tidak ada kontraindikasi
C. Piringan intraokular
(1) Aplikasi
a. Buka bungkusan yang berisi piringan. Secar perlahan, tekan piringan dengan
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan medikasi mata secara efektif dan aman dengan
menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajement asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan obat melalui vagina mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan aplikasi pengetahuan. Di Indonesia perawat terdaftar boleh memberikan obat melalui cara ini. Untuk
dapat melakukan prosedur ini, perawat terregistrasi harus melakukan pegkajian terlebih dahulu karena mugkin
pendelegasian tidak bisa dilakukan
Peralatan
Krim vagina, busa, jeli atau supositoria atau cairan vagina
Alat pemakai
Sarung tangan sekali pakai
Tisu
Handuk kertas
Perlak perineal
Penutup
Pelumas larut air
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Menelaah order pemberi resep, termasuk nama klien, nama obat, bentuk (krim atau
supositoria), rute, dosis dan waktu pemberian.
2. Melakukan hygiene tangan
3. Identifikasi klien: bandingkan nama pada kartu obat dengan galang ID dan tanyakan
nama.
4. Inspeksi kondisi eksterna vagina dan saluran vagina.
5. Kaji kempuan klien untuk memanipulasi alat pemakai atau suposutori dan
memposisikan diri untuk memasukan obat
6. Jelaskan prosedur pada klien. Jelaskan secara spesifik jika klien berencan untuk
memasukan medikasi secara mandiri (contoh: buka penutup foil sebelum memasukan
obat).
7. Atur peralatan disamping tempat tidur.
8. Tutup tirai atau pintu.
9. Bantu klien untuk berbaring pada posisi dorsal recumbent.
10. Jaga abdomen dan ekstremitas bawah tertutup.
11. Pakai sarung tangan sekali pakai.
12. Pastikan orifisium vagina disinari oleh lampu ruangan atau lampu lengkung
13. Masukan supositori dengan alat pemakai :
Buka supositori dari pembungkus foil dan tempatkan supositori diujung alat
pemakai : berikan pelumas pada ujung alat yang lunak dan bulat. Berikan pelumas
pada alat.
Dengan tangan non dominan yang tepasang sarung tangan, secara perlahan tarik
lipatan labia.
Pegang alat pemakai pada silinder dan arahkan alat pertama kali ke bawah (ke arah
spine) kemudian kebelakang dan keatas (melalui serviks) tujuannya adalah untuk
memasukan alat pemakai sepajang dinding posterior saluran vagina 5cm ke dalam
saluran vagina
Ketika alat pada posisi yang benar maka akan menekan lungger, buka alat dengan
menekan lungger dan basuh sisa pelumas di sekitar orifisium dan labia
14. Berikan krim atau busa
Isi alat pemakai krim atau busa dengan mengikuti petunjuk yang ada di bungkus
Dengan tangan non dominan yang terpasang sarung tangan, secara perlaha tarik
lipatan labia.
Dengan tangan dominan yang terpasang sarung tangan, dorong plunger alat pakai
untuk memasukan obat kedalam vagina.
Keluarkan alat pemakai dan letakan pada handuk kertas. Bersihkan sisa krim dari
labia atau orifisium vagina
15. Lepaskan sarung tangan dengan menarik kearah luar dan membuang pada wadah yang
tepat. Lakiukan hygiene tangan.
16. Instruksikan klien untuk tetap bersandar minimal 10 menit
17. Jika alat pemakai akan digunakan lagi, cuci dengan sabun dan air hangat, bilas dan
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan medikasi vaginal secara efektif dan aman dengan
menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktek profesional,etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pemberian obat sipositoria rektal mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan aplikasi pengetahuan. Di Indonesia perawat terdaftar dan asisten perawat klien boleh memberikan obat
melalui cara ini. Untuk dapat melakukan prosedur ini, perawat teregistrasi harus melakukan pengkajian terlebih
dahulu karena mungkin pendelegasian tidak bisa dilakukan
Peralatan
Supositoria rektal
Jeli pelumas (larut air)
Sarung tangan sekali pakai
Tisu
Penutup
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Telaah order pemberi resep termasuk nama klien, nama obat, bentuk, cara dan waktu
pemberian.
2. Telaah catatan tenaga kesehatan terkait adanya kontraindikasi relevan seperti operasi
rektal atau pendarahan.
3. Lakukan higiene tangan.
4. Pakai sarung tangan sekali pakai.
5. Identifikasi klien; cek nama pada kartu obat dengan delang ID klien dan tanyakan
nama klien.
6. Jelaskan prosedur. Jelaskan secara spesifik jika klien ingin melakukan administrasi
medikasi mandiri.
7. Atur peralatan di samping tempat tidur.
8. Tutup tirai ruangan atau pintu.
9. Bantu klien berbaring dengan posisi Sim. Jaga klien tetap terutup dengan hanya area
anal yang terbuka.
10. Kaji kandosis eksternal anus dan palpasi dinding rektal jika diperlukan. Jika sarung
tangan kotor, buang dengan membalik sarung tangan dalam ke luar dan taruh di
wadah yang benar.
11. Pakai sarung tangan sekali pakai ( jika sarung tangan sebelumnya dibuang).
12. Keluarkan supositoria dari bungkus dan berikan pelumas pada ujung bulat. Berikan
pelumas pada jari telunjuk tangan dominan.
13. Minta klien untuk nafas dalam perlahan melalui mulut dan merelaksasi spinkter anal.
14. Tarik pantat dengan tangan non-dominan. Masukan supositoria perlahan melalui
anus, melewati spingter internal dan dinding rektal, 10 cm pada dewasa, 5 cm pada
anak-anak dan bayi. Mungkin butuh diberikan tekanan perlahan untuk menahan
pantat bersama sementara.
15. Tarik jari dan bersihkan area anus dengan tisu.
16. Buang sarung tangan dengan membalik sarung tangan dalam ke luar, dan buang di
tempat sampah yang benar.
17. Minta klien untuk tetap telentang atau berbaring miring selama 5 menit.
18. Jika supositoria mengandung laksatif atau pelembut feses, tempatkan lampu
pemanggil dalam jangkauan.
19. Lakukan hygiene tangan.
20. Kembali dalam 5 menit untuk menentukan apakah supositoria terdoronng keluar.
21. Observasi efek supositoria (contoh: gerakan usus, mual) 30 menit setelah pemberian.
Pencatatan dan Laporan
Lapor terjadinya pendarahan rektal ke tenaga medis
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan supositoria rektal secara efektif dan aman dengan
menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian : memberika MDI dan mengawasi klien yang menggunakan MDIs secara mandiri
mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan aplikasi
pengetahuan. Di Indonesia perawat terdaftar boleh memberikan obat dengan cara ini untuk dapat melakukan
prosedur ini, perawat terintegrasi harus melakukan pengkajian terlebih daluhu karena mungkinpendelegasian tidak
bisa dilakukan.
Peralatan :
MDI dengan canister
Spacer (contoh: volumatik) (pilihan)
Tisu wajah (pilihan)
Baskom atau watadel dengan air hangat
Handuk kertas
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Telaah order pemberi resep, termasuk nama klien, nama obat, dan jumlah ihalasi.
2. Identifikasi klien, bandingkan nama pada kertu obat dengan gelang ID klien dan
Tanya nama klien.
3. Kaji kemampuan klien untuk memegang, memanipulasi dan menekan canister dan
inhaler. Kaji pernapasan dan tingkat sesak, dan auskultasi dada.
4. Kaji kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar: klien bertanya tentang medikasi,
penyakit atau komplikasi; meminta diajarkan cara pengunaan inhaler; sadar
mental;berpartisipasi pada perawatan diri. Klien harus tidak dalam keadaan lelah,
nyeri atau distress pernapasan. Kaji tingkat pemahaman istilah kata teknis dan tujuan
dan cara kerja medis yang diresepkan.
5. Kaji jadwal medikasi dan jumlah inhalasi yang diresepka untuk setiap dosis.
6. Jika sebelumnya diintruksikan untuk inhalasi obat, kaji teknik klien dalam
menggunakan inhalasi
7. Instruksikan klien dalam lingkungan yang nyaman dengan duduk di kursi rumah
sakit atau duduk pada meja dapur di rumah.
8. Berikan waktu yang cukup untuk sesi pengajaran
9. Lakukan hygiene tangan dan atur peralatan yang digunakan.
10. Berikan kesempatan pada klien untuk mengenal inhaler, canister dan alat spacer.
Jelaskan dan demonstrasikan bagaimana canister cocok dengan inhaler.
11. Jelaskan apa itu dosis terukur, dan peringatkan klien tentang penggunaan berlebih
inhaler, termasuk efek samping medikasi.
12. Jelaskan langkah-langkah administrasi medikasi (demonstrasikan jika
memungkinkan):
a. Buka penutup mulut dari inhaler
b. Kocok sempurna inhaler
c. Minta klien napas dalam dan ekspirasi
d. Instruksikan klien untuk memposisikan inhaler pada salah satu diantara dua cara.
1) Buka bibir dan tempatkan inhaler pada mulut dengan membuka hingga ke
belakang tenggorokan.
2) Posisikan alat 2,5-5 cm dari mulut
e. Setelah inhaler diposisikan dengan benar, minta klien untuk memegang inhaler
dengan jempol pada mouthpiece dan jari telunjuk dan tengah diatas. Ini disebut
posisi tangan tiga-poin atau lateral
f. Instruksikan klien untuk sedikit menengadahkan kepala kebelakang, tarik napas
perlahan dan dalam melalui mulut dan tekan canister medikasi secara sempurna
g. Tahan napas sekitar 10 detik
h. Hembuskan napas melalui bibir.
13. Jelaskan langkah-langkah administrasi medikasi dosis inhalasi menggunakan spacer
seperti volumatik (demonstrasikan jika memungkinkan):
a. Buka penutup mulut dari MDI dan mouthpiece spacer
b. Masukan MDI ke dalam ujung spacer
c. Kocok inhaler dengan sempurna
d. Tempatkan mouthpiece spacer ke dalam mulut dan tutup bibir. Jangan masukan
lebih dari kemampuan bibir menutup mouthpiece. Hindari menutup hembusan
napas yang keluar dari sela bibir
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk menggunakan metered-dose inhalers (MDIs). Secara aktif dan aman
dengan menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitaspersonal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
Pertimbingan Pendelegasian
Menyiapkan injeksi dari ampul dan vial mempresyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan aplikasi pengetahuan. Di Indonesia hanya perawat terdaftar yang boelh memberikan obat
melalui cara ini. Untuk dapat melakukan prosedur ini, perewat terintegrasi harus melakukan pengkajian terlebih
dahulu karena mungkin pendelgasian tidak bisa dilakukan.
Peralatan
Medikasi dalam ampul:
- Spuit dan dua jarum (jarum filter pilihan)
- Kasa kecil atau kapas alcohol
Medikasi dalam vial:
- Spuit dan dau ajrum (jarum filter pilihan)
- Alas kasa kecil atau kapas alcohol
- Pelarut (contoh: normal saline (cairan fisiologis atau air steril)
Keduanya:
- Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Telaah oerder dokter terkait jenis dan jumlah cairan infus, kecepatan pemberian infus
dan tujuan pemberian.
2. Telaah informasi terkait medikasi termasuk cara kerja, tujuan, efek samoing, dan
imolikasi keperawatan.
3. Cektanggal kadaluarsa medikasi vial atau ampul.
4. Kaji masa tubuh, ukuran otot, dan berat klien.
5. Lakukan hygiene tangan.
6. Siapkan medikasi
A. Persiapkan Ampul
1) Tepuk bagian atsa ampul perlahand an cepat dengan jari sampai cairan turun
keleher ampul.
2) Tempatkan kasa kecil disekeliling leher ampul.
3) Patahkan leher ampul denga cepat dan menjauhi tangan
4) Tadik medikasi dengan cepat
5) Pegang ampul bawah keatas atau taruh pada permukaan datar. Masukkan
spuit atau ajrum filter (lihat kebijakan instansi) ketengan lubang ampul yang
terbuka. Jangan sampai ujung jarum menyentuh dinding ampul.
6) Tarik medikasi kedalam spuit dengan cara menarik plunger kebelakang cera
perlahan
7) Jaga ujung jarum tetap dibawah permukaan cairan. sentuh ampul agar
keseluruhan cairan terjangkau oleh jarum.
8) Jika gelembung udara teraspirasi jangan mengeluarkan udara kedalam ampul.
9) Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara, keluarkan jarum dari
ampul. Pegang spuit dengan jarum menghadap keatas. Tepuk sisi spuit agar
gelembung naik keatas. Tarik sdikit plunger dan dorong plunger ke atas untuk
mengeluarkan udara. Ajngan mengeluarkan medikasi.
10) Jika spuit menyimpan obat berlebihan, gunakan wastafel untuk membuang.
Pengangan spuit dengan jarum mengarah ke atas dan miringkan sedikit
kearah wastafel. Perlahan keluarkan kelebihan medikasi kedalam wastafel.
Cek kembali level medikasi pad aspuit dengan memegang spuit secara
vertical.
11) Ganti jarum spuit.
B. Vial yang emngandung larutan
1) Lepas penutup pada atas vial untuk membuka penutup karet, jaga penutup
karet tetap steril. Jika menggunakan bial multidosis, sapu permukaan tutup
karet dengan kapas alcohol dan biarkan mongering.
2) Ambil spuit dan lepaskan tutup jarum. Tarik plunger untuk mengambil udara
kedalam spuit sesuai dengan volume medikasi yang akan ditarik dari vial
3) Dengan vial bedara pada permukaan datar, masukkan jarum dengan ujung
bevel masuk ke tengah tutup karet. Berikan tekanan pada ujung jarum selama
insersi.
4) Masukkan udara kedalm vial, tahan plunger. Tahan plunger denngan tekanan
MENYIAPKAN INJEKSI
Mendemonstrasikan : kemampuan untuk menyiapkan injeksi secara efektif dan aman dengan menghubungkan
antara teori dan praktik
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan injeksi mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan
aplikasi pengetahuan. Di Indonesia hanya perawat terdaftar yang boleh memberikan obat melalui cara ini. Untuk
dapat melakukan prosedur ini, perawat teregristasi harus melakukan pengkajian terlebih dahulu karena mungkin
pendelegasian tidak bisa dilakukan.
Peralatan:
Ukuran spuit dan jarumnya yang tepat
- Subkutan (subkut).Spuit (1-3 ml) dan jarum (25-26g)
- Intramuskular (IM). Spuit 2-3ml untuk dewasa, 0,5-1 ml untuk bayi dan anak kecil. Dua jarum: 21-24g
- Intradermal (ID).1 ml spuit tberculin dengan jarum 26-27 g
Kasa kecil dan/ kapas alkohol
Obat dalam vial atau larutan tes kulit
Sarung tangan sekali pakai
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
Untuk semua injeksi
1. Telaah order pemberi resep terkait nama klien, nama obat, dosis, waktu dan cara
pemberian
2. Kaji riwayat klien dan respon alergi
3. Observasi respon verbal dan non-verbal saat mendapatkan injeksi
4. Kaji kontra indikasi:
A. Untuk injeksi subkutan
Kaji faktor seperti syok sirkulasi atau berkurangnya perfusi jaringan lokal. Kaji
keadekuatan jaringan lemak klien
B. Untuk injeksi intramuscular
Kaji faktor seperti atropitotberkurangnya aliran darah atau syok sirkulasi
5. Siapkan dosis obat yang benar dari ampul atau vial (lihat keterampilan 31-7). Cek
dengan hati-hatoi. Pastikan semua udaraterbuang
6. Identifikasi klien: cek gelang ID dengan hati-hati, pastikan semua udara terbuang
7. Jelaskan langkah-langkah prosedur dan jelaskan injeksi dapat menyebabkan rasa
terbakar atau tersengat
8. Tutup tirai ruangan atau pintu
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan sekali pakai
10. Jaga penutup menutupi bagian tubuh yang tidak perlu dibuka
11. Pilih area injeksi yang tepat. Inspeksi permukaan kulit terkait adanya lebam, inflamasi
atau edema
a. Subkutan: palpasi area terkait adanya masa atau pelunakan. Hindari area ini, untuk
insulin sehari-hari rotasikan area setiap hari. Pastikan jarum memiliki ukuran yang
sesuai dengan mengambil lipatan kulit pada area dengan ibu jari dan telunjuk. Ukur
lipatan dari atas ke bawah,panjang jarum harus setengahnya.
b. IM: catat integritas dan ukuran otot dan palpasi adanya pelunakan atau
kekakuan.hindari area ini, jika injeksi diberikan sering, rotasikan area injeksi
c. ID: catat lesi atau perubahan warna lengan.pilih area tiga atau empat lebar jari di
bawah antecubiti dan satu lebar tangan di atas pergelangan tangan
12. Bantu klien pada posisi nyaman:
a. Subkutan:minta klien merelaksasikan lengan, kaki atau abdomen, tergantung area
yang dipilih untuk injeksi
b. IM: Minta klien berbaring lurus, miring atau pronasi, tergantung area yang dipilih
c. ID: minta klien untuk mengekstensikan siku dan menyangga siku dan lengan pada
permukaan datar
d. Berbicara dengan klien tentang hal-hal yang menarik perhatian klien.
13. Tandai area menggunakan tanda anatomik
14. Bersihkan area dengan kapas antiseptik . oleskan kapas di tangan area dan putar secara
secara sirkuler ke arah luar sekitar 5cm.
Catatan: beberapa instansi mungkin tidak mengharuskan penggunaan kapas alkohol
sebelum memberikan injeksi, akan tetapi bukti terhadap hal ini belum jelas sehingga
masih banyak instansi yang mengharuskan langkah ini dilakukan
15. Pegang kapas atau kasa antar jari ketiga dan keempat tangan non-dominan
Mendemonstrasikan : kemampuan untuk memberikan injeksi secara efektif dan aman dengan menghubungkan
antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memasukkan medikasi ke dalam tabung cairan intravena mempersyaratkan perawat professional memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan. Untuk prosedur ini, delegasi kepada asisten
perawat tidak diperbolehkan (pada beberapa instansi apoteker mungkin memasukkan medikasi ke dalam tabung
cairan intravena).
Peralatan
Medikasi yang diresepkan vial atau ampul
Spuit dengan ukuran yang sesuai (5-20 mL)
Sambungan steril kanul atau jarum (19-21 G) dengan filter special (pilihan)
Pelarut sesuai (contoh: air steril, saline normal)
Tabung cairan intravena steril dengan jumlah volume yang disorder
Kapas alcohol atau antiseptic
Label untuk ditempel pada kantong atau botol intravena
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Cek order pemberi resep untuk menentukan tipe larutan IV yang akan digunakan dan
tipe medikasi dan dosis
2. Kumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk memberikan obat secara aman,
termasuk cara kerja, tujuan, efek samping, dosis normal, waktu puncak onset dan
implikasi keperawatan
3. Jika lebih dari satu medikasi yang akan ditambahkan ke dalam larutan IV, kaji
kompatibilitas medikasi
4. Kaji keseimbangan cairan sistemik, yang dapat dikenali dari hidrasi dan turgor kulit,
berat badan, nadi, tekanan darah dan keluaran urine
5. Kaji riwayat klien terkait alergi obat
6. Kaji area insersi IV terkait adanya infiltrasi atau flebitis
7. Lakukan hygiene tangan dan gunakan sarung tangan jika hal ini merupakan kebijakan
instansi (contoh: untuk obat sitotoksik dan antibiotic)
8. Kumpulkan peralatan pada ruang medikasi (atau area lain yang didisain oleh instansi
klinik)
9. Persiapkan medikasi yang diresepkan dari vial atau ampul (lihat keterampilan
menyiapkan injeksi)
10. Identifikasi klien dengan membaca gelang ID dan menanyakan nama kemudian
membandingkan dengan kartu obat
11. Kaji pemahaman klien tentang tujuan terapi medikasi
12. Tambahkan obat ke dalam tabung baru (biasanya dilakukan di ruang medikasi):
a. Larutan dalam kantong: temukan lubang masuk injeksi obat pada kantung larutan
IV plastic. Lobang masuk injeksi memiliki penjepit kecil di ujung, jangan
memilih port untuk insersi selang IV atau ventilasi udara
b. Larutan dalam botol: temukan area injeksi pada botol larutan IV, yang biasanya
tertutup plastic
c. Bersihkan lobang masuk atau area injeksi dengan kapas alcohol/aseptic
d. Lepaskan tutup jarum dari spuit dan masukan jarum spuit atau spuit tanpa jarum
di tengah lobang masuk injeksi atau area; masukkan obat
e. Tarik keluar spuit dari kantong atau botol
f. Campur medikasi dan larutan IV dengan memegang kantong atau botol dan
balikkan perlahan ujung ke ujung
g. Lengkapi label medikasi dengan nama dan dosis medikasi, tanggal, waktu dan
inisial perawat dan tempelkan pada kantong atau botol. Pilihan (cek kebijakan
instansi): berikan penanda garis yang mengidentifikasi waktu larutan digantung
dan interval yang mengidentifikasi level cairan. Tusuk kantung atau botol dengan
selang IV dan isi selang dengan cairan
13. Kumpulkan peralatan di samping tempat tidur dan cek nama klien dengan order dari
pemberi resep
14. Menyiapkan klien dengan menjelaskan medikasi yang akan diberikan melalui cara IV
yang sudah ada atau yang baru akan dipasang. Jelaskan bahwa tidak ada
ketidaknyamanan yang akan dirasa selama infus medikasi. Motivasi klien untuk
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memasukkan medikasi ke dalam tabung cairan intravena secara efektif
dan aman dengan menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan medikasi melalui bolus intravena mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan aplikasi pengetahuan. Untuk prosedur ini, delegasi kepada asisten perawat tidak
diperbolehkan.
Definisi
Bolus : metode administrasi medikasi IV dengan cepat; menunjuk kepada konsentrasi atau jumlah medikasi.
Flush : larutan (biasanya 5-10mL normal saline (cairan fisiologis)) diberikan secara perlahan untuk mengecek
kepatenan kanula ; untuk mendorong medikasi dari kanula atau untuk membuat kunci (saline atau heparin)
Peralatan
Medikasi IV (Terpasang infuse)
Sarung tangan sekali pakai
Medikasi dalam vial atau ampul
Spuit
Spuit tanpa jarum atau jarum steril (21 dan 25g)
Kapas antiseptic
Jam tangan dengan detik atau jam digital
Kartu obat
Bilas IV (IV lock)
Sarung tangan sekali pakai
Medikasi dalam vial atau ampul
Spuit
Vial dengan larutan bilas yang sesuai (umumnya 5-10mL saline, tetapi mungkin heparin digunakan; jika heparin
digunakan umumnya dengan konsentrasi 10-100 unit; cek kebijakan instansi)
Spuit tanpa jarum atau jarum steril (21 dan 25g)
Kapas atau antiseptic alcohol
Jam tangan dengan detik atau jam digital
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1 Cek order pemberi resep terkait tipe, dosis, cara dan waktu pemberian medikasi.
2 Kaji area insersi IV terkait adanya infiltrasi atau phlebitis
3 Jika obat akan didorong ke dalam jalur IV,kaji kepatenan jalur
4 Siapkan medikasi yang disorder dari vial atau ampul. Baca petunjuk dengan hati-hati
terkait pelarut IV yang tepat untuk medikasi.
5 Setelah menarik medikasi lepaskan jarum (untuk system tanpa jarum) atau pasang jarum
dengan ukuran kecil pada spuit (system ini jarang digunakan)
6 Lakukan kebersihan tangan. Pakai sarung tangan
7 Cek identifikasi klien dengan melihat gelang ID dan menanyakan nama dan alergi yang
diketahui
8 Memberikan obat melalui medikasi IV (terpasang infuse):
a. Pilih port injeksi selang IV yang paling dekat dengan klien. (lingkaran pada port
mungkin mengindikasikan area untuk insersi jarum). Jika filter 0,22 mikrometer
digunakan berikan medikasi dibawah filter pada selang yang paling dekat dengan
klien.
b. Bersihkan port injeksi dengan kapas antiseptic. Biarkan mongering.
c. Sambungkan spuit dengan jalur IV (tanpa jarum) atau masukan jarum spuit yang
berisi obat yang telah dipersiapkan melalui tengah port injeksi.
d. Cek kepatenan untuk memastikan pemberian medikasi yang aman dan benar.
e. Biarkaninfus kompatibel tetap mengalir dan disuntikan medikasi perlahan selama
beberapa menit seperti petunjuk yang tercantum pada bungkus medikasi. Gunakan
jam untuk waktu administrasi.
f. Setelah menginjeksi medikasi, keluarkan spuit dan cek kembali kecepatan infus
9 Memberikan medikasi melalui kanula IV (infuse tidak bersamaan) (IV lock atau system
tanpa jarum):
A. Menyiapkan larutan bilas
1. Bilas heparin :
a. Siapkan spuit dengan larutan bilas heparin sesuai dengan order pemberi
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan medikasi melalui bolus intravena secara efektif dan aman
dengan menghubungkan antara teori dan praktik
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memberikan medikasi melaui piggyback/tandem set-up, set infus intravena interminten dan pompa infus mini
mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan aplikasi pengetahuan.
Untuk prosedur ini, delegasi tidak diperbolehkan.
Peralatan
Piggyback, tandem atau pompa infus mini
Sarung tangan (untuk menyambungkan selang IV)
Medikasi yang disiapkan dalam 5-150mL diberi label pada kantung infus atau spuit
Set selang tetes makro atau mikro pendek untuk piggyback/tandem
Spuit tanpa jarum
Jarum (21 atau 23 g, hanya jika penutup atau metode tanpa jarum tidak dapat dilakukan)
Penutup
Pompa infus mini
Plester adesif (pilihan)
Kapas alkohol atau antiseptic
Tiang infus
Kartu obat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Cek order pemberi resep untuk menentukan tipe larutan IV yang akan digunakan,
tipe medikasi, dosis, cara dan waktu pemberian.
2. Kumpulkan informasi yang perlu untuk memberikan obat dengan aman termasuk
cara kerja, tujuan, efek samping, dosis normal, waktu onset puncak dan implikasi
keperawatan.
3. Kaji kepatenan jalur infus IV klien yang telah terpasang.
4. Kaji area insersi IV terkait tanda infitrasi atau plebilitis: kemerahan, pucat, bengkak,
kekakuan saat palpasi.
5. Kaji riwayat klien tentang alergi obat.
6. Kumpulkan peralatan di samping tempat tidur. Informasikan pada klien bahwa obat
akan diberikan melalui IV
7. Lakukan hygiene tangan dan pakai sarung tangan.
8. Cek nama pada kartu obat dengan gelang ID klien dan tanyakan nama klien dan
alergi yang diketahui.
9. Kaji pemahaman klien tentang tujuan terapi obat.
10. Jelaskan tujuan medikasi dan efek samping kepada klien dan jelaskan bahwa obat
diberikan melalui jalur IV yang telah terpasang. Dorong klien untuk melaporkan
tanda ketidaknyamanan pada area.
11. Administrasi infus:
A. Piggyback atau tandem
(1) Sambungkan selang infus dengan kantung medikasi. Biarkan larutan
mengisi selang dengan membuka klem (priming).
(2) Gantung kantung obat piggyback di atas kantung cairan utama. (Alat
penggantung boleh digunakan untuk kantung utama bawah). Gantung infus
tandem setingkat dengan kantung cairan utama.
(3) Sambungkan selang piggyback atau infus tandem pada konektor yang sesuai
pada jalur infus utama:
a. Penutup: Bersihkan port penutup dengan kapas alkohol dan sambungkan
selang. Putar penutup pada posisi terbuka.
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan obat intravena melalui piggyback/tandem set-up, set infus
intravena intermiten dan pompa infus mini secara efektif dan aman dengan menghubungkan antara teori dan
peraktik.
Domain:
1. Praktik professional, etik, legal, dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Mengenakan stokingelastis dapat didelegasikan ke asisten perawat. Informasi berikut harus diberikan ketika
mendelegasikan tugas ini :
Hindari kegiatan yang meningkatkan statis vena (misalkannya menyilangkan kaki, menggunakan bantal dibawah
lutut).
Jika memungkinkan, tinggikan posisi kaki untu meningkatkan aliran balik vena
Jangan memijat kaki
Tinggikan posisi kaki sebelum mengenakan stoking
Hindari adanyan kerutan pada stoking
Pantau observasi adanya reaksi alergi terhadap stoking, iritasi kulit dan tromboflebitis
Peralatan :
Pita pengukur
Bedak talk
Stoking elastis (ukuran sesuai kebutuhan)
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas memindahkan dan memosisikan klien di tempat tidur dapat didelegasikan ke asisten perawat. Pengkajian
risiko harus dilakukan pada semua klien yang membutuhkan bantuan untuk pemosisian. Peralatan seperti mesin
pengangkat sebaiknya digunakan apabila pemosisian berisiko bagi klien atau bagi staf.
Peralatan:
Sprei
Bantal
Penyokong lain bila perlu (misalnya splint tangan, kantung pasir, gulungan trochanter)
Alat pengangkat bila perlu
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas memindahkan dan mengatur posisi klien di tempat tidur dapat didelegasikan ke asisten perawat. Pengkajian
risiko harus dilakukan pada semua klien yang membutuhkan bantuan untuk pengaturan posisi. Peralatan seperti alat
pengangkat sebaiknya digunakan apabila pengaturan posisi berisiko bagi klien atau bagi staf.
Peralatan:
Sabuk pemindah (bila perlu), tali pengikat atau papan pemindah (bila perlu), sepatu yang tidak licin, handuk
mandi, bantal, alat pengangkat bila perlu
Kursi roda: kursi roda dengan posisi 45 derajat terhadap tempat tidur; rem terkunci, pengalas kaki terbuka, dan
rem tempat tidur terkunci
Tandu: posisi 90 derajat terhadap tempat tidur, rem tandu terkunci, rem tempat tidur terkunci
Pengangkat mekanik/hidrolik: menggunakan kerangka, tali kanvas atau rantai
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memandikan dapat dilakukan oleh asisten perawat denan arahan perawat terintegrasi.
Informasikan pada pendamping asuhan tentang tanda-tanda awal gangguan integritas kulit, beritahu pendamping
asuhan untuk meminta perawat mengkaji ulang kulit ketika ada perubahan.
Peringatkan untuk tidak memasase area-area memerah
Tinjau ulang jenis mandi, kemampuan klien untuk berpartisipasi dan kewaspadaan terhadap keselamtan yang
diperlukan.
Peralatan
Dua buah waslap
Dua buah handuk mandi
Selimut mandi
Sabun dan tempatnya
Perlengkapan mandi (deodorant, bedak, lotion, cologne)
Pakaian rumash sakit atau piyama atau pakaian milik klien sendiri
Kantung linen kotor
Sarung tangan sekali pakai (bila ada resiko kontak dengan cairan tubuh)
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji toleransi terhadap aktivitas, tingkat ketidak nyamanan, kemampuan kognitif
dan fungsi musculoskeletal.
2. Tinjau permintaan untuk kewaspadaan khusus terkait dengan pergerakan atau
epngaturan posisi.
3. Jelaskan prosedur dan meminta saran-saran dari klien terkait bagaimana
memeprsiapkan peralatan. Jika mandi pasrsial (sebagian), tanyakan sejauhmana
klien ingin aktivitas mandi dipenuhi.
4. Atur temperature dan ventilasi, tutup pintu-pintu dan jendela-jendela dan tutup tirai
pemisah antar ruangan
5. Siapkan peralatan dan suplai yang diperlukan
6. Mandikan klien
A. Mandi komplit atau sebagian di tempat tidur
1) Tawarakan klien untuk menggunakan pispot atau urinal.
2) Cuci tangan. Jika kulit klien kotor oleh drainase atau sekresi tubuh,
gunakan sarung tangan sekali pakai. Pastikan klien tidak alergi terhadap
lateks.
3) Turunkan palang sisi tempat tidur yang ada di dekat anda, dan bantulah
klien pada posisi yang nyaman, pertahankan kesejajaran tubuh.bawa klien
ke sisi yang dekat dengan perawat. Posisikan termpat tidur rumah sakit
pada posisi paling tinggi.
4) Longgarkan lapisan penutup tempat tidur pada kaki tempat tidur. Pasang
selimut mandi diatasnya. Lipat dan lepas penutup tempat tidur dari bawah
selimut mandi. Jika memungkinkan, minta klien untuk memegangi sleimut
mandi ketika linen ditarik. Gunakan linen tempat tidur jika sleimut mandi
tidak ada.
5) Jika linen tempat tidur akan digunakan kembali, lipat untuk memasangnya
kempali kemudian.jika tidak, simpan dalam kantung linen kotor, jaga
jangan sampai linen menyentuh seragam.
6) Buka pakaian atau piyama klien. Jika salah satu ekstremitas cidera atau
kurang mobilitas, mulailah membuka dari sisi yang sehat. Jika klien
terpasang selang intavena (IV), bukalah pakaian dari sisi lengan yang
tidak terpasang intravena (IV); kemudian turunkan botol iv atau lepas dari
pompa dan buka pakaian yang menutupi lengan melewati selang botol.
Gantung botol IV dan cek ekcepatan aliran atau set ulang kcepatan pompa.
Jangan memutuskan koneksi dari selang.
7) Tarik sisi palang tempat tidur ke atas. Isi baskom sebanyak dua pertiga
bagian dengan air hangat. Mintalah klien untuk memasukkan jemari
tangannya kedalam air untuk menguji toleransi temperature. Simpan botol
sabun mandi kedalam air mandi agar hangat, jika diinginkan.
8) Lepaskan bantal jika diperbolehkan dan tinggikan posisi kepala tempat
tidur 30-45 derajat. Letakkan handuk mandi di bawah abntal klien.
B. Mandi Rendam atau whirlpool bath (mandi dalam bak pusaran air) atau
mandi pancuran
1) Pertimbangkan kondisi klien, dan tinjau ulang pesan untuk kewaspadaan
terkait dengan pergerakan atau perubahan posisi klien.
2) Periksa kebersihan kamar mandi atau pancuran. Gunakan tekhnik
membersihkan yang ditetapkan dalam kebijakan yang berlaku di tempat
kerja. Letakkan keset karet pada bagian dasar bak mandi atau lantai
pancuran. Letakkan keset mandi sekali pakai atau handuk diatas lantai di
depan bak mandi atau pancuran.
3) Kumpulkan perlengkapan hygiene, perlengkapan mandi dan linen yang
diminta oleh klien. Letakkan dalam jangkauan pada kamar mandi atau
pancuran.
4) Bantu klien ke kamar mandi jika diperlukan. Minta klien menggunakan
mantel dan sandal ke kamar mandi.
5) Mendemonstrasikan cara menggunakan sinyal panggilan untuk meminta
bantuan.
6) Pasang tanda ‘sedang dipakai/’occupied’ pada pintu kamar mandi.
7) Menyediakan tempat duduk untuk mandi jika diperlukan. Isi bak
setengahnya dengan air hangat. Jika sensasi klien normal, mintalah klien
untuk menguji dan menyesuaikan ntemperatur air yang mana jika terlalu
panas. Jika klien mandi dengan pncuran, nyalakan pancuran dan sesuaikan
temperatur airnya sebelum klien memasuki tempat mandi.
8) Instruksikan klien untuk menggunakan palang pengaman saat masuk dsn
keluar tempat mandi. Ingatkan klien untuk tidak menggunakan minyak
mandi pada air mandinya.
MEMANDIKAN KLIEN
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk secara efektif memandikan klien. Secara parsial ataupun menyeluruh di
tempat tidur atau membantu klien mandi.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kuakitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Perawatan perineumdapat dilakukan oleh asisten perawat dengan arahan dari perawat terregistrasi.
Instruksikan pendamping asuhan dengan cara yang tepat untuk memposisikan klien laki-laki dan perempuan.
Informasikan kepada pendamping asuhan tentang posisi kateter indwelling yang benar selama perawatan
perineum.
Instruksikan pendamping asuhan untuk memberitahu perawat jika terdapat drainase, eksoriasi atauo ruam pada
area perineum.
Peralatan
Baskom
Sabun dan tempatnya
Dua atau tiga buah waslap
Handuk mandi
Selimut mandi
Alas/bantalan kedap air atau pispot
Tisu toilet atau tisu basah
Sarung tangan sekali pakai, suplai tambahan diperlukan ketika perawatan perineum dilakukan diluar waktu
mandi:
Bola-bola atau lidi kapas
Botol berisi air atau larutan pembilas yang diresepkan
Kantung kedap air
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Identifikasi klien yang beresiko mengalami infeksi genetalia, traktus urinarius atau traktus
reproduksi(misalnya, laki-laki yang belum di khitan, terpasang kateter indwelling,
inkontinensia fekal).
2. Kaji fungsi kognitif dan muskokeletal klien.
3. Kaji genetalia untuk tanda-tanda peradangan, kerusakan kulit dan infeksi.
4. Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya higiene perineum.
5. Jelaskan prosedur dan tujuan pada klien.
6. Menyiapkan peralatan dan suplai yang diperlukan.
7. Tarik tirai sekitar tempat tidur klien, atau tutup pintu kamar klien. Kumpulkan semua
peralatan di sisi tempat tidur.
8. Naikkan tempat tidur pada posisi yang nyaman untuk melakukan tindakan. Turunkan
palang sisi tempat tidur, dan bantu klien ke posisi miring kesalah satu sisi, letakkan
handuk sepanjang sisi klien dan tetap pertahankan tubuh klien tertutup oleh selimut mandi
atau penutup tempat tidur.
9. Pakai sarung tangan sekali pakai.
10. Jika terdapat material fekal, tutup dengan lipatan alas bokong(underpad) atau tisu toilet,
bersihkan denga tisu sekali pakai dari arah depan ke belakang. Bersihkan, bilas dan
keringkan area dengan seksama. Jika diperlukan, letakkan alas yang mudah menyerap air
dibawah bokong klien. Angkat dan buang alas bokong dang anti dengan yang bersih.
11. Jika klien mengalami inkontinensia urin atau fekal, oleskan lapisan tipis barrier kulit yang
mengandung petrolatum ataun zinc oxide diatas permukaaan kulit anus dan perineum.
12. Ganti sarung tangan bila kotor
13. Siapkan untuk melakukan perawatan perineum.
a. Naikkan palang sisi temat tidur, isi baskom dengan air hangat.
b. Letakkan baskom dan tisu toilet di atas meja tempat tidur. Letakkan waslap ke dalam
perineum.
14. Berikan perawatan perineum.
A. Perawatan perineum untuk perempuan
(1) Bantu klien ke posisi dorsal recumbent.
(2) Turunkan palang sisi tempat tidur, dan bantu klien menekuk kedua lutut dan
membuka kedua kaki. Posisi ini disiapkan jika tindakan dilakukan dalam berbagai
hambatan atau keterbatasan dalam kemampuan klien.
(3) Lipat penutup tempat tidur ke arah kaki temoat tidur, dan naikkan pakaian klien
hingga di atas area genital.
(4) Tutup klien dengan tehnik diamond drape dengan meletakkan seimut mandi dengan
satu susutnya berada di antara kedua kaki klien, sudut lainya mengarah ke tiap sisi
tempat tidur, dan satu sudut berada di atas dada klien. Selipkan bagian sisi kselimut ke
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian :
Klien mungkin ingin melakukan perawatan diri dengan bantuan sebagian. Hygiene pada saat menstruasi dapat
dilakukan oleh asisten perawatan dengan arahan perawat teregister.
Perawat teregister harus mendiskusikan dengan klien produk-produk apa yang menjadi pilihan dalam
perawatannya
Informasikan pada pendamping asuhan untuk melaporkan bila ada keluaran banyak.
Peralatan :
Sarung tangan sekali pakai
Beberapa pembalut wanita
Kantung sampah
Tissue toilet
Waslap (boleh lebih dari satu) (pertimbangkan untuk menggunakan waslap sekali pakai)
Handuk
Celana dalam ganti
Alas kedap air
Mengkuk/baskom kecil
Air hangat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tutup tirai atau pintu kamar klien
2. Kumpulkan suplai disisi tempat tidur. Lipat bagian atas kantung sampah sehingga
membentuk manset.
3. Kaji fungsi kognitif dan muskuloskletal klien.
4. Jelaskan prosedur dan tujuan nya pada klien.
5. Tanyakan pada klien tentang pola normal perawatan pada saat menstruasi dan apakah ia
menginginkan untuk mengganti perlengkapan kebersihannya sendiri.
6. Posisikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk melakukan tindakan.
7. Cuci tangan. Pakai sarung tangan sekali pakai.
8. Penggunaan pembalut wanita
a) Turunkan atau lepaskan celana dalam
b) Lepaskan pembalut lama. Kaji kehilangan darah PV dan buang pembalut kedalam
kantung sampah
c) Kaji area perineum untuk kebutuhan keperawatan/pembersihan perineum ekstra
d) Jika perlu dibersihkan, letakkan kedap air dibawah bokong, bersihkan perineum
dengan waslap dan keringkan dengan handuk (lihat Ketrampilan 34-2)
e) Pasang pembalut bersih pada celana dalam dengan melepaskan strip pelekatnya
f) Pasang kembali celana dalam
g) Lepaskan sarung tangan dan buang ke kantung sampah. Cuci tangan.
h) Bantu klien kembali keposisi yang nyaman
9. Jika klien berpastisipasi dalam perawatan, tawarkan pada klien mangkuk dan waslap
untuk mencuci tangan.
10. Tanyakan jika klien merasa bersih.
11. Tanyakan tentang dan observasi tanda-tanda nyeri, disfungsi atau infeksi pada area
perineum
Pencatatan Dan Pelaporan
Catat kehilangan darah pervagina (PV) dalam lembar observasi cairan jika banyak ;
perkirakan volumenya.
Sesuaikan rencana asuhan keperawatan secara berkala untuk mengakomodasi perubahan
kebutuhan perawatan saat menstruasi
Pertimbangan-Pertimbangan Keselamatan
Pada malam hari, perawatan harus termasuk pembalut dengan daya serap ekstra untuk
memfasilitasi tidur klien tanpa terganggu.
Mendemonstrasikan : kemampuan untuk secara efektif memenuhi kebutuhan hygiene pada klien perempuan yang
mengalami menstruasi.
Domain :
1. Praktik professional, etis, legas dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendegelasian
Melakukan back rub dapat didelegasikan pada asisten perawat dengan arahan dari perawat terregister.
Perawat terregister harus mengkaji kemungkinan kontraindikasi terkait dengan prosedur back rub
Informasikan kepada pendamping asuhan untuk melaporkan perubahan tanda-tanda vital dan perilaku selama
dilakukan back rub
Peralatan
Lotion pelembab atau lubrikan
Sfigmomanometer dan stetoskop
Handuk mandi
Selimut mandi
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Identifikasi factor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang atau tulang belakang, luka
bakar, area-area kulit yang memerah atau luka terbuka dan status pasca pembedahan
bypass arteri koroner yang menjadi kontraindikasi dilakukannya backrub
2. Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien. Tentukan apakah klien nyaman
dengan gerakan pemijtan yang kuat
3. Atur tempat tidur pada posisi tinggi dan nyaman.
4. Atur pencahayaan, temperature dan suara dalam ruangan.
5. Turunkan palang sisi tempat tidur dn bantu klien ke posisi prone ata miring pda satu
sisi (Sims) dengan punggung berhadapan dengan perawat. Tutup tirai disekitar tempat
tidur.
6. Kaji denyut jantung (N), frekuensi pernapasan (P), dan tekanan darah (TD) klien.
7. Buka bagian punggung, bahu, lengan atas, dan bokong klien. Tutupi bagian tubuh
lainnya dengan selimut mandi. Pasang handuk sepanjang punggung klien.
8. Cuci tangan dengan air hangat. Hangatkan lotion dengan tangan atau rendam botol
lotion dalam air hangat. Tuangkan sedikit lotion pada telapak tangan.
9. Jelaskan pada klien bahwa lotion akan terasa dingin atau basah.
10. Letakkan kedua tangan pertama kali pada area sacral, memijat dengan gerakan
melingkar. Gerakan kearah atas dari daerah bokong hingga ke bahu. Masase bagian
atas scapula dengan gerakan yang halus dan mantap. Lanjutkan dengan gerakan halus
pada kedua lengan atas dan menyamping sepanjang punggung hingga ke bawah pada
krita iliaka. Jangan biarkan tangan terlepas dari kulit klien. Lanjutkan pola masase ini
selama sedikitnya 3 menit.
11. Remas kulit secara hati-hati dengan menggenggam jaringan antara ibu jari dan jemari
tangan lainnya. Remas kearah atas sepanjang satu sisi tulang belakang dari bokong
kearah bahu dan sekitar tengkuk. Remas atau pijat kearah bawahmenuju sacrum.
Ulangi gerakan untuk sisi punggung yang lain.
12. Akhiri pemijatan dengan gerakan yang panjang untuk 3 menit waktu tambahan dan
beritahu klien bahwa pemijatan akan berakhir.
13. Jika berbaring pada salah satu sisi, mintalah klien untuk berbalik kea rah yang lain, dan
masase pada bagian panggul.
14. Bersihkan kelebihan lubrikan dari punggung klien dengan handuk mandi. Ikat gaun
atau bantu klien memakai piama. Bantu klien kembali ke posisi nyaman. Naikkan
palang sisi tempat tidur sesuai kebutuhan, buka tirai. Turunkan tempat tidur.
15. Simpan handuk kotor pada tempatnya dan cuci tangan.
16. Tanyakan pada klien tentang kenyamanan. Perhatikan area-area yang terdapat nyeri
atau ketegangan otot.
17. Kaji ulang denyut nadi dan tekanan darah
Pencatatan dan Pelaporan
Catat respon klien terhadap masase dan kondisi kulit
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk secara efektif dan tepat melakukan back rub atau masase.
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendegelasian
Perawatan kuku dan kaki pada klien non-diabetik dapat dilakukan oleh asisten perawat dengan arahan dari perawat
teregister. Jika klien adalah penderita diabetes, perawatan ini tidak dapat didelegasikan
Instruksikan pendamping asuhan cara yang tepat untuk menggunakan gunting kuku
Instruksikan pendamping asuhan untuk melaporkan segera bila kulit terluka sekecil apapun
Peralatan
Bengkok
Baskom
Waslap
Handuk mandi atau handuk wajah
Gunting kuku
Tusuk gigi
Kikir kuku (emery board) atau kikir kuku
Lotion badan
Keset mandi sekali pakai
Beberapa handuk kertas
Sarung tangan sekali pakai
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Inspeksi seluruh permukaan jemari tangan, jemari kaki, dan kuku-kuku. Berikan
perhatian khusus pada area-area yang mengalami kekeringan, peradangan atau pecah-
pecah. Inspeksi juga area-area sela jari kaki, tumit dan telapak kaki
2. Kaji warna, temparatur jemari kaki, kedua kaki dan jemari tangan. Kaji pengisian
kembali kapiler dari kuku-kuku. Palpasi denyut nadi radialis dan ulnaris pada tiap
tangan dan denyut nadi dorsalis pedis dari kaki; perhatikan karakteristik denyut-denyut
tersebut
3. Observasi gaya berjalan klien. Minta klien untuk berjalan sepanjang lorong atau
berjalan di atas garis lurus (jika mampu)
4. Tanyakan pada klien perempuan apakah mereka sering menggunakan cat kuku dan
pembersih cat kuku
5. Kaji jenis alas kaki yang dipakai klien. Apakah memakai kaos kaki? Apakah sepatu
terlalu sempit atau tidak pas? Apakah memakai kait kaos kaki atau stoking setinggi
lutut? Apakah alas kaki bersih?
6. Identifikasi risiko klien terhadap masalah-masalah kaki atau kuku:
a. Lansia
b. Diabetes mellitus
c. Gagal jantung, penyakit ginjal
d. Cerebrovascular accident, stroke
7. Kaji jenis pengobatan/ penanganan yang lazim digunakan di rumah untuk masalah kaki
yang dialami:
a. Menyiapkan sendiri cairan untuk menghilangkan kapalan yang dibeli di toko obat
b. Memotong kapalan dengan pisau cukur atau gunting
c. Menggunakan bantalan oval untuk kapalan
d. Menggunakan pita perekat atau plester
8. Kaji kemampuan klien untuk merawat kuku-kuku dan kedua kaki; perubahan
penglihatan, kelelahan, kelemahan musculoskeletal
9. Kaji pengetahuan klien tentang praktik-praktik perawatan kaki dan kuku
10. Jelaskan prosedur pada klien, termasuk fakta bahwa perendaman memerlukan waktu
beberapa menit
11. Memperoleh pesan dokter untuk memotong kuku jika kebijakan di tempat kerja
mengharuskannya
12. Cuci tangan. Susun peralatan di atas meja tempat tidur
13. Tarik tirai sekitar tempat tidur atau tutup pintu kamar (jika diinginkan)
14. Bantulah klien yang masih dapat bergerak untuk duduk di kursi dekat dengan tempat
tidur. Bantu klien yagn tirah baring ke posisi supine dengan kepala tempat tidur
dinaikkan. Letakkan keset sekali pakai di atas lantai di bawah kaki klien atau letakkan
handuk di atas matras
15. Isi baskom dengan air hangat. Uji temperature air
Mendemonstrasikan
Kemampuan untuk secara efektif memberikan perawatan kuku dan kaki serta kesadaran tentang populasi klien yang
memiliki kontraindikasi untuk dilakukan perawatan kuku.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendegelasian
Menyikat gigi dapat didelegasikan kepada asisten perawat dengan rahan dari perawat teregister
Instruksikan pendamping asuhan cara yang tepat untuk melakukan sikat gigi
Instruksikan pendamping asuhan untuk cara mengenali gangguan integritas mukosa mulut
Peralatan
Sikat gigi dengan bulu sikat yag lembut
Pasta gigi berfluoride non abrasive
Benang gigi
Gelas berisi air dingin
Larutan salin normal atau mouthwash fluoride (opsional, mengikuti pilihan klien)
Bengkok
Handuk wajah
Handuk kertas
Sarung tangan sekali pakai
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
2. Inspeksi integritas bibir, gigi geligi, mukosa bukal, gusi, langit-langit mulut dan lidah
3. Identifikasi adanya permasalahan mulut yang umum:
a. Karies gigi – perubahan warna gigi menjadi putih kapur atau perubahan warna
menjadi coklat atau hitam
b. Gingivitis – peradangan gusi
c. Periodontitis – penyusutan garis gusi, peradangan, muncul celah-ceah antara gigi-
geligi (menjadi lebih renggang)
d. Halitosis – bau mulut
e. Cheilosis – bibir pecah-pecah
f. Stomatitis – peradangan rongga mulut
4. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
5. Kaji risiko terhadap permasalahan hygiene mulut
6. Menentukan praktik-praktik hygiene mulut klien:
a. Frekuensi menyikat gigi dan membersihkan sela gigi dengan benang
b. Jenis pasta gigi yang digunakan
c. Kunjungan terakhir ke dokter gigi
d. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
e. Jenis larutan berkumur (mouthwash) atau persiapan untuk membasahi mulut
7. Kaji kemampuan klien untuk menggenggam dan memanipulasi sikat gigi. (untuk lansia,
cobalah pengkajian sikat gigi selama 30 detik)
8. Persiapkan peralatan di sisi tempat tidur
9. Jelaskan prosedur pada klien dan diskusikan pilihan-pilihan klien terkait dengan
penggunaan perlengkapan kebersihan
10. Letakkan handuk kertas pada meja tempat tidur, dan susun perlengkapan lainnya dalam
jangkauan yang mudah
11. Tinggikan tempat tidur ke posisi yang nyaman untuk melakukan tindakan. Tinggikan
kepala tempat tidur (jika diijinkan) dan turunkan palang sisi tempat tidur. Pindahkan
klien atau bantu klien untuk bergerak mendekati perawat. Posisi miring ke salah satu
sisi dapat juga digunakan
12. Letakkan handuk di atas dada klien
13. Pasang sarung tangan
14. Berikan pasta gigi pada sikat gigi, dengan memegang sikat di atas bengkok. Tuangkan
sedikit air di atas pasta gigi
15. Klien dapat juga membantu menyikat giginya sendiri. Pegang kepala sikat pada sudut
45 derajat ke arah garis gusi. Pastikan ujung-ujung bulu sikat menempel dan masuk ke
bawah garis gusi. Sikatlah permukaan dalam dan luar dari gigi geligi atas dan bawah
dengan menyikat dari arah gusi ke mahkota setiap gigi. Bersihkan permukaan gigi yang
digunakan untuk mengunyah dengan memegang bagian atas bulu sikat sejajar dengan
gigi dan menyikat dengan hatihati dengan gerakan maju dan mundur. Sikatlah sisi
semua gigi dengan menggerakkan bulu sikat maju dan mundur
16. Mintalah klien untuk memegang sikat gigi dengan sudut 45 derajat dan menyikat
Mendemonstrasikan
Kemampuan untuk secara efektif melakukan perawatan rongga mulut dan mulut.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Menyikat gigi klien yang tidak sadar atau lemah dapat didelegasikan pada asisten perawat dengan arahan dari
perawat tergister
Setelah perawat teregister memeriksa reflex muntah, beritahu pendamping asuhan tentang cara yang benar
dalam memposisikan klien untuk perawatan rongga mulut.
Instruksikan pendamping asuhan cara menggunakan kateter section mulut untuk membersihkan sekresi dari
rongga mukut.
Instruksikan pendamping asuhan cara mengenali gangguan integritas mukosa mulut.
Peralatan
Larutan anti-infeksi (misalnya, larutan hydrogen peroxide) untuk melepaskan kerak dalam rongga mulut
Sikat gigi kecil dengan bulu sikat yang lembut
Spons Toothette atau spatula lidah yang dilapisi kain kassa (selapis saja)
Penekanan lidah (tongue depressor) yang diberi bantalan
Handuk wajah
Beberapa lembar handuk kertas
Bengkok
Gelas berisi air dingin
Pelumas bibir larut air
Bulb syringe berukuran kecil (opsional)
Perlengkapan mesin penghisap (opsional)
Sarung tangan sekali pakai (tiga pasang)
Perisai mata atau goggles
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Cuci tangan. pakai sarung tangan sekali pakai dan kaca mata pelindung (goggles) atau
perisai mata.
2. Uji adanya reflex muntah dengan meletakkan spatula lidah pada setengah bagian
belakang lidah. Klien-klien denngan gangguan reflex muntah juga memerlukan
perawatan rongga mulut. Perawat menentukan tipe perlengkapan penghisapan yang
diperlukan di sisi tempat tidur untuk mencegah aspirasi pada jalan napas
3. Inspeksi kondisi rongga mulut
4. Lepaskan sarung tangan. Cuci tangan.
5. Kaji klien untuk risiko terhadap permasalahan higine mulut.
6. Posisikan klien pada salah satu sisi (posisi sims’) dengan kepala dipalingkan juga kearah
yang sama dengan sisi tubuh yang dimiringkan dan kepala tempat tidur diturunkan.
Naikkan palang sisi tempat tidur.
7. Jelaskan prosedur pada klien.
8. Cuci tangan dan pasang sarung tangan sekali pakai.
9. Letakkan handuk kertas pada meja tempat tidur dan susun perlengkapan. Jika diperlukan,
nayalkan mesin penghisap dan hubungkan slang kateter suction.
10.Tarik tirai sekitar tempat tidur, atau tutup pintu kamar
11.Naikkan tempat tidur pada posisi horizontal yang tertinggi; turunkan palang tempat tidur.
12.Posisikan klien dekat dengan sisi tempat tidur; palingkan kepala klien kearah matras.
13.Letakkan handuk di bawah kepala dan bengkok di bawah dagu klien
14.Dengan hati-hati, sisahkan gigi geligi atas dan bawah dengan spatula lidah yang dilapisi
bantalan, masukkan dengan gerakan cepat tetapi lembut, sehingga berada di antara
geraham belakang. Masukkan pada saat klien sedang rileks, jika memungkinkan. Jangan
dipaaksakan. Jangan pernah menggunakan jemari tangan untuk memissahkan gigi geligi
klien.
15.Bersihkan rongga mulut dengan sikat gigi atauspons toothette yang dibasahi dengan
peroksida dan air. Bersihkan gigi-gigi pengunyah dan gigi-gigi bagian dalam terlebih
dahulu. Bersihkan permukaan gigi bagian luar. Apus bagian langit-langit mulut, gusi dan
pipi bagian dalam. Perlahan-lahan apus atau sikat bagian lidah tanpa menstimulasi reflex
muntah (jika ada). Basahi spons apusan atau toothette dengan air untuk membilas. (spuit
balon/ bulb syiringe dapat digunakan untuk membilas). Ulangi membilas beberapa kali.
16.Hisap sekresi yang terkumpul dalam rongga mulut jika diperlukan.
MELAKUKAN PERAWATAN RONGGA MULUT UNTUK KLIEN YANG TIDAK SADAR ATAU
LEMAH
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk secara efektif melakukan perawatan rongga mulut dan mulut bagi klien
yang tidak sadar atau lemah dan mengurangi potensi infeksi atau iritasi mulut.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Merawat protesis mata dapat didelegasikan pada pasien perawat.
Instrusikan pendamping asuhan dengan cara yang tepat untuk merawat protesis mata.
Berikan penekanan pada pendamping asuhan bahwa perlakuan yang hati-hati terhadap peralatan yang digunakan
adalah yang terpenting untuk mencegah cedera fisik pada klien dan kerusakan pada peralatan.
Informasikan pada pendamping asuhan mengenai jenis-jenis temuan yang harus dilaporkan (misalnya, nyeri
mata, drainase soket mata).
Peralatan
Kontak penyimpanan lensa yang bersih
Handuk mandi
Mangkuk penghisap
Larutan salin steril
Larutan pembersih lensa steril
Larutan pembilas lensa steril
Disinfektan steril untuk lensa
Larutan enzim steril (bergantung pada batasan perawatan)
Larutan pembasuh steril (bergantung pada batasan perawatan)
Bola kapas atau cotton bud
Bengkok
Sarung tangan sekali pakai
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Letakkan handuk tepat di bawah wajah klien.
2. Berdiri pada sisi klien. Inspeksi bagian mata, atau tanyakan apakah memakai lensa
kontak. Klien yang tidak sadar atau bingung harus dikaji secara hati-hati; lensa sering
kali sulit dikaji jika bening (tidak berwarna).
3. Tanyakan apakah klien merasakan ketidaknyamanan pada mata, dan kaji lamanya
klien menggunakan lensa dalam keadaan normal.
4. Tanyakan apakah klien mampu memanipulasi dan memegang lensa kontak.
5. Kaji klien untuk tanda-tanda atau gejala-gejala penglihatan yang tidak biasa
(penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan kabur, fotofobia dengan nyeri).
6. Kaji jenis medikasi yang diresepkan untuk klien: sedatif, hipnotik, relaksan otot,
antihistamin, antikolinergik dan antidepresan.
7. Setelah lensa dilepaskan (lihat langkah 11), inspeksi mata untuk tanda-tanda iritasi
kornea (misalnya, kemerahan, nyeri, pembengkakan kelopak mata dan konjungtiva,
keluaran dan mata berair). Jika nyeri tidak hilang atau bertambah buruk setelah lensa
dilepas, rujukan segera ke oftalmolog harus dibuat.
8. Diskusikan prosedur bersama klien.
9. Mintalah klien untuk berbaring terlentang atau duduk di atas tempat tidur atau kursi.
10. Kumpulkan bahan-bahan di sisi temapt tidur.
11. Lepas lensa.
A. Lensa lunak (soft lenses)
(1) Cuci tangan. Pasang sarung tangan sekali pakai, jika terdapat luka, goresan
atau lesi kulit pada tangan perawat.
(2) Tambahkan beberapa tetes larutan salin steril pada mata klien.
(3) Beritahu klien untuk melihat lurus ke depan.
(4) Gunakan jari tengah, tarik kelopak mata bagian bawah.
(5) Dengan bantalan jari telunjuk pada tangan yang sama, geser lensa keluar
kornea ke arah sklera.
(6) Tarik kelopak mata bagian atas ke bawah secara perlahan dengan ibu jari
tangan yang lain, dan tekan lensa sedikit antara ibu jari dan telunjuk.
(7) Secara perlahan cubit lensa, dan angkat ke luar.
(8) Bersihkan dan bilas lensa. Simpan lensa dalam kompartemen penyimpanan
yang benar: R untuk lensa bagian kanan dan L untuk lensa bagian kiri.
a. Setelah mengambil satu lensa dari tempat penyimpanan, berikan
beberapa tetes larutan pembersih pada lensa di atas telapak tangan
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk secara efektif memberikan perawatan pada klien yang menggunakan lensa
kontak
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal, dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
……………………………………………………………………………………………..………………………….....
……………………………………………………………………..…………………………………………………….
..…………………………………………..……………………………………………………………………………..
…...………………..………………………………………………………………………………………………..……
…….……………………………………………………………………………………..................................................
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………............................................
Nama Mahasiswa ..........................................……………………………….Tanggal………………………..............
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Menyiapkan tempat tidur saat ditempati klien dapat dilakukan oleh asisten perawat dengan arahan dari perawat
teregister.
Informasikan pendamping asuhan acara mengatur posisi klien dengan benar selama prosedur menyiapan tempat
tidur dengan klien di atasnya
Beritahukan pendamping asuhan apa yang harus dilakukan jika drainase luka, material balutan, selang drainase
atau selang intravena (IV), terlepas atau ditemukan di atas seprai.
Instruksikan pendamping asuhan apa yang harus dilakukan jika klien merasa kelelahan
Beri penekanan pada prosedur keselamatan, misalnya lokasi system pemanggilan, perawat untuk akses yang
mudah jika memerlukan bantuan staff.
Instruksikan pendamping asuhan untuk melaporkan perubahan – perubahan dalam tingkat kesadaran klien, pola
napas, tingkat nyeri atau pusing
Peralatan:
Kantong linen kotor (bisa lebih dari satu)
Perlak matras (diganti hanya bila kotor)
Linen bagian bawah (dengan atau tanpa karet)
Linen kecil
Linen penutup
Selimut
Penutup tempat tidur
Beberapa alas kedap air dan/beberapa selimut mandi (opsional)
Beberapa sarung bantal
Kursi atau meja klien
Sarung tangan sekali pakai (opsional)
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini membutuhkan keterampilan perawat professional dalam penyelesaian masalah dan mengaplikasikan
pengetahuan.
Peralatan
Spuit luer lock atau catheter-tip dengan kapasitas 60 mL atau lebih
Plester hypoallergenic dan tingtur benzoin
pH indicator strip
Segelas air dan sedotan
Kom jika klien mengalami emesis
Peniti pengaman
Gelang karet
Handuk
Tisu wajah
Sarung tangan bersih
Peralatan suction jika terjadi kasus aspirasi
Penlight untuk mengecek penempatan small-bore nasoenteric tube di nasofaring
Spatel lidah
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Mengkaji klien terhadap kebutuhan pemberian nutrisi melalui enteral tube: Nil by
mouth (NBM) atau asupan nutrisi yang tidak mencukupi selam lebih dari 5 hari, fungsi
saluran gastrointestinal yang tidak mampu mencerna makanan dengan baik.
2. Mengkaji cara yang sesuai untuk insersi selang pada klien:
a. Menutup lubang hidung (nares) secara bergantian dan meminta klien untuk
bernapas.
b. Mengkaji refleks gag.
c. Menginspeksi lubang hidung terhadap adanya iritasi atau obstruksi.
d. Melakukan review riwayat medis klien terhadap adanya masalah pada hidung dan
risiko aspirasi.
3. Melakukan review order dokter mengenai jenis selang dan jadwal pemberian nutrisi
enteral.
4. Mencuci tangan.
5. Menjelaskan prosedur kepada klien.
6. Berdiri pada sisi tempat tidur yang sama dengan sisi hidung klien yang akan diinsersi
selang enteral dan membantu klien dalam memberikan posisi high-fowler kecuali jika
ada kontraindikasi. Menempatkan bantal di belakang kepala dan bahu klien.
7. Menempatkan handuk mandi di atas dada klien. Meletakkan tisu dalam jangkauan klien.
8. Menentukan panjang selang yang akan diinsersi dan memberikan tanda dengan plester:
mengukur jarak dari ujung hidung ke daun telinga hingga ke processus xiphoideus dari
sternum.
9. Menyiapkan selang nasogastric atau nasiontestinal untuk intubasi:
a. Tidak mendinginkan selang plastic
b. Menginjeksi 10 mL air dari 30 mL atau lebih dari spuit luer-lock atau catheter tip ke
dalam selang.
c. Memastikan guide wire telah diposisikan secara aman terhadap ujung beban dan
bahwa kedua koneksi luer-lock telah terkunci dengan erat satu sama lain.
10. Memotong plester sepanjang 10 cm.
11. Memakai sarung tangan bersih.
12. Memasukkan selang dengan permukaan yang telah dioleskan lubrikan kedalam segelas
air.
13. Melakukan insersi selang melalui nostril kea rah posterior nasofaring. Mengarahkan
selang ke bawah dan belakang sejajar telinga.
14. Membantu klien untuk melakukan fleksi kepala kea rah dada setelah selang melewati
nasofaring.
15. Menekankan kebutuhan untuk bernapas melalui mulut dan menelan selama
prosedur.
16. Memasukkan selang setiap kali klien menelan hingga selang yang masuk telah
mencapai panjang yang diharapkan. Tidak mendorong paksa selang.
Mendemonstrasikan : Melakukan insersi small-bore nasoenteric tube untuk pemberian nutrisi enteral
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi indikasi/ Mengkonfirmasi identitas klien
rasional Menentukan kebutuhan untuk melakukan prosedur
Mengidentifikasi waktu yang sesuai untuk melakukan
prosedur
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini membutuhkan keterampilan perawat professional dalam penyelesaian masalah dan mengaplikasikan
pengetahuan. Oleh karena itu, pendelegasian tugas ini kepada asisten perawat merupakan tindakan yang tidak tepat.
Peralatan
Kantong makanan (feeding bag) dan selang sekali pakai atau sistem yang digantung
Spuit luer-lock atau catheter-tip dengan kapasitas 30 mL atau lebih
Stetoskop
pH indicator strip
pompa infuse ( dibutuhkan untuk pemberian nutrisi intestinal): menggunakan pompa yang di desain untuk
pemberian nutrisi melalui selang.
Formula makanan yang telah disorder
Sarung tangan
Peralatan untuk pemeriksaan kadar gula darah kapiler
Mendemontrasikan: Kemampuan memberikan nutrisi enteral melalui nasoenteric tube secara aktif
Domain
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemebrian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
KRITERIA
KOMPETENSI KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
Mengidentifikasi Melakukan konfirmasi identitas klien
indikasi/ rasional Menentukan kebutuhan untuk melakukan prosedur
Mengidentifikasi waktu yang sesuai untuk prosedur
Mengkaji klien Melakukan auskultasi bising usus sebelum pemberian
nutrisi
Mendapat data dasar berat badan dan hasil laboratorium
Mengkaji adanya kelebihan/ kekurangan volume cairan,
abnormalitas elektrolit, abnormalitas metabolic, seperti
hiperglikemia pada klien.
Melakukan verifikasi order dokter terhadap formula,
laju, rute, dan frekuensi pemberian nutrisi
Mengkaji kadar glukosa darah sebelum pemberian
nutrisi dan setiap 6 jam, jika diperlukan
Mempertahankan pencatatan balans cairan
Menentukan penempatan selang:
- Melakukan aspirasi isi gaster untuk mengecek residu
lambung dan mengembalikan isi gaster yang telah
diaspirasi ke dalam lambung kecuali jika volume nya
melebihi 150 mL
- Mengukur Ph isi gastrointestinal yang telah diaspirasi
- Mengobservasi taampilan aspirat
- Melakukan review hasil pengukuran pH dan
penampilan aspirat
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini membutuhkan keterampilan perawat profesional dalam penyelesaian masalah dari mengaplikasikan
pengetahuan. Oleh karena itu, pendelegasian tugas ini kepada asisten perawat merupakan tindakan yang tidak tepat.
Peralatan
Kantong pemberian nutrisi sekali pakai atau kantong ready to-hang
Spuit luer-lock atau catheter-tip dengan kapasitas 30 ml atau lebih
Formula
Pompa infus; menggunakan pompa yang didesain untuk pemberian nutrisi melalui selang
Ph indicatorstrips
Stetoskop
Sarung tangan
Peralatan untuk pemeriksaan kadar gula darah kapiller
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Mengkaji kebutuhan klien terhadap pemberian nutrisi melalui selang enteral (lihat
keterampilan 36-2): gangguan menelan, penurunan tingkat kesadaran, pembedahan
saluran pencernaan bagian atas, kebutuhan nutrisi enteral jangka panjang.
2. Melakukan auskultasii bising usus sebelum pemberian nutrisi. Melakukan konsultasi
dengan dokter jika tidak ditemukan bising usus.
3. Mendapatkan data besar berat badan dan hasil laboratorium
4. Melakukan verifikasi order dokter terhadap formula, laju, rute dan frekuensi pemberian
nutrisi.
5. Menjelaskan prosedur kepada klien.
6. Menyiapkan kantong makanan untuk pemberian formula :
a. Menyiapkan formula dengan temperature kamar.
b. Menghubungkan selang ke container sesuai kebutuhan atau menyiapkan kantong
yang siap digantung (kantong ready-to-hang)
c. Mengisikantong dan selang dengan formula.
7. Meninggikan kepala tempat tidur sebesar 30-45 derajat.
8. Melakukan verifikasi penempatan selang :
a. Selang gastrotomi : melakukan aspirasi sekresi gaster ; mengobservasi tampilan dan
mengecek ph sekresi gaster; mengembalikan isi gaster yang telah diaspirasi ke dalam
lambung kecuali jika volumenya melebihi 150 ml
b. Selang jejunostomi : melakukan aspirasi sekresi intestinal, mengobservasi tampilan
dan mengecek ph sekresi intestinal
9. Membilas dengan 30 ml air
10. Memulai pemberian nutrisi :
a. Pemberian nutrisi dengan spuit
1. Menggenggam ujung proksimal dari gastrostomy tube
2. Melepaskan pinston dan memasng spuit dengan formula
3. Membiarkan pengosongan spuit secara perlahan. Melakukan pengisian ulang
hingga mencapai jumlah yang sesuai dengan order dokter.
b. Metode continuous drip
1. Mengisi kantong dengan formula untuk 4 jam pemberian nutrisi. Pada musim
panas, kecuali jika air conditioning (ac) tersedia, waktu pemberian formula
dikurangi menjadi setiap 2 jam untuk mengurangi risiko kontaminasi.
2. Menggantung container pada iv pole, dan membersihkan selang dari udara.
3. Menyambungkan selang pada pompa pada sesuai dengan petunjuk pabrik
4. Menghubungkan selang dengan ujung selang makanan
5. Memulai pemberian nutrisi melalui infus dengan laju sesuai dengan order dokter.
11. Membilas selang dengan 30ml air setelah pemberian nutrisi selesai. Mencatat penambahan
air yang diberikan dalam table balans cairan.
12. Mengkaji kulit disekitar area keluarnya selang. Kulit disekitar selang harus dibersihkan
setiap hari dengan air hangat dan sabun yang lembut.penggunaan balutan luka disekitar
area keluar selang tidak direkomendasikan.
13. Membuang peralatan yang telah dipakai, dan mencuci tangan.
14. Mengukur jumlah aspirat (residual) setiap 4 jam.
15. Memonitor kadar gula darah melalui kapiler setiap 6 jam hingga laju pemberian
maksimum telah dicapai dan dipertahankan dalam 24 jam.
Mendemosntrasikan: kemampuan untuk memberi nutrisi enteral melalui selang gastrotomi dan jejeneustomi secara
efektif .
Domain :
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pembangunan kualitas personal dan profesional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Peralatan
Sarung tangan sekali pakai
Lubrikan larut air
Pengalas anti air
Selimut atau handuk besar untuk menutupi klien
Tisu toilet
Pispot atau akses ke toilet
Baskom, lap, handuk, sabun (jika klien tidak bisa ke toilet)
Enema yang sudah dipersiapkan
Alat enema dengan ujung rectal
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji status klien: pola buang air besar normal, buang air besar terakhir, adanya hemoroid,
imobilitas, kontrol sfingter anus eksternal dan nyeri abdomen.
2. Kaji adanya peningkatan tekanan intrakranial, glaucoma atau adanya tindakan bedah
rectal atau prostat.
3. Tentukan tingkat pemahaman klien akan manfaat enema.
4. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan enema. Enema dilakukan setelah ada order
dokter.
5. Siapkan peralatan enema.
6. Identifikasi klien dan jelaskan prosedur pada klien.
7. Berikan privasi dengan menutup tirai atau pintu.
8. Naikkan kepala tempat tidur ke tinggi yang nyaman bagi perawat. Naikkan penghalang
tempat tidur di sisi yang berseberangan dan bantu klien untuk mendapatkan posisi
berbaring miring (Sims) dengan kaki kanan fleksi. Anak-anak dapat ditempatkan pada
posisi rekumben dorsal.
9. Bersihkan tangan dengan pembersih tangan beralkohol. Pasang sarung tangan.
10. Pasang pengalas anti air di bawah bokong klien.
11. Tutupi klien dengan selimut mandi, dengan hanya membuka daerah rektal agar anus
terlihat jelas.
12. Tempatkan bed pan atau pispot di tempat yang mudah dijangkau. Jika klien akan
menggunakan toilet, pastikan toilet kosong dan siap digunakan klien (tempatka pula
sandal jepit di tempat yang mudah dijangkau).
13. Lakukan enema:
1) Buka tutup plastik dari ujung rektal paket enema- Anda mungkin perlu membuka
segelnya. Ujung rektal enema biasanya sudah dilubrikasi, tapi anda dapat
emnambahkan jeli bila perlu.
2) Buka area bokong dan rektum. Minta klien untuk rileks dengan membuang napas
melalui mulut.
3) Masukkan ujung enema secara lembut ke dalam rektum, ujung mengarah ke
umbilikus klien. Panjang pemasangan bervariasi yaitu:
Dewasa: 7-10 cm
Anak: 5-7 cm
Bayi: 2-4 cm
4) Tekan botol enema hingga semua cairan memasuki rektum dan kolon.
14. Jelaskan pada klien bahwa adanya perasaan ingin defekasi adalah normal. Minta klien
untuk menahan cairan enema selama mungkin selama berbaring di tempat tidur (biasanya
sekitar 15 menit hingga 1 jam sampai enema bereaksi). (Untuk bayi atau anak-anak,
tahan bokong selama beberapa menit setelah melakukan enema)
15. Buang pembungkus dan selang enema ke tempat sampah infeksius. Lepaskan sarung
tangan dan buang ke tempat sampah.
16. Bersihkan tangan dengan menggunakan pembersih tangan beralkohol.
17. Bantu klien ke kamar mandi atau bantu posisikan pispot.
MELAKUKAN ENEMA
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk melakukan enema secara efektif untuk mendorong fungsi bowel dengan
tetap mempertahankan privasi klien.
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
KRITERIA
KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Mengkonfirmasi identitas klien
indikasi/rasional Menentukan kebutuhan dilakukan enema
Mengidentifikasi waktu yang tepat untuk dilakukan
enema
Mengkaji klien Kaji status klien: gerakan bowel terakhir, pola eliminasi
bowel normal, hemoroid, mobilitas, kontrol sfingter
eksternal, nyeri abdomen
Kaji adanya peningkatan tekanan intracranial, glaukoma,
bedah rectal atau prostat
Tentukan tingkat pemahaman klien akan tujuan enema
Kaji kondisi abdomen: kram, kekakuan atau distensi
dapat mengindikasikan masalah serius
Melakukan higiene tangan Melakukan prosedur cuci tangan
Mematuhi 6 langkah 5 momen untuk prosedur mencuci
tangan sesuai standar WHO
Menggunakan alat pelindung diri yang tepat
Mengumpulkan peralatan Lubrikan larut air
Tisu toilet
Pispot, atauakses ke toilet
Set pemasangan enema, jika perlu: kontainer, selang,
selang rektal
Larutan enema dalam jumlah yang tepat
Enema yang sudah siap pakai, jika diminta
Pengalas kedap air
Menyiapkan peralatan Pertimbangkan privasi dan ketepatan tatanan
Rangkaikan kantung enema dengan cairan enema yang
tepat serta selang rektal dan ujung yang akan dilubrikasi
Lubrikasi ujung kontainer enema siap pakai
Tempatkan pispot dalam jangkauan klien dan pastikan
klien tahu di mana letak toilet
Komunikasi terapeutik Memulai komunikasi dengan perkenalan dan klarifikasi
kebutuhan dan masalah klien saat itu
Menggali tingkat pengetahuan klien dan memberikan
edukasi bila perlu
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memasang kantung stoma, terutama stoma yang baru, membutuhkan keterampilan pemecahan masalah dan aplikasi
pengetahuan dari seorang perawat terdaftar. Tindakan ini tidak dapat didelegasikan. Sementara itu mengganti
kantung stoma yang sudah ada boleh didelegasikan.
Membantu pemberian asuhan untuk memilih kantung dan pelindung kulit yang tepat
Menginformasikan pemberi asuhan tentang tanda-tanda perubahan stoma dan kulit di sekitar stoma perlu
dilaporkan ke perawat terdaftar
Membuat pemberi asuhan memantau8 dan melaporkan katakteristik dan volume stoma.
Peralatan
Kantung bening kolostomi/ileostomi dengan ukuruan yang tepat untuk sistem two-piece atau tipe one-piece
ukuran tepat dengan pelindung kulit yang menyatu
Alat penutup kantung: misalnya klem
Pembersih perekat (opsional)
Sarung tangan bersih sekali pakai
Deodoran
Kasssa dan lap
Handuk atau penghalang sekali pakai anti air
Baskon air keran hangat
Gunting
Pasta pelindung kulit
Bahan pelekat
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kumpulkan peralatan dan tutup tirai atau pintu ruangan
2. Auskultasi bising usus
3. Observasi pelindung kulit dan kantung akan adanya kebocoran dan lama waktu kantung
telah tepasang oleh perawat mungkin harus melepas kantung untuk dapat mengamati
stoma secraakeseluruhan (misalnya pada kantung stoma yang tidak transparan).kantung
bening memungkinkan observasi stoma tanpa melepasnya
4. Observasi warna stoma, adanyanya pembengkakan trauma atau penyembuhan; stoma
harusnya lembab dan berwarna merah muda-kemerahan. Kaji tipe stoma. Stoma dapat
memerah atau tampak seperti penonjolan pada abdomen
5. Ukur stoma dengan setiap perubahan kantung. Ikuti petunjuk dan pabrik kantung stoma
dan panduan pengukuran stoma
6. Observasi insisi abdomen(jika ada)
7. Observasi adanya cairam yang keluar dan stoma dan catat asuhan dan haluaran stoma.
Tanyakan klien jika ada kulit yang nyeri atau tidak nyaman.
8. Hindari penggantian sistem stoma yang tidak perlu kantung satu potong dengan
pelindung kulit yang menyatu atau kantung dua potong dapat diganti setiap 3-7 hari,
bukan setiap hari
9. Kaji abdomen untuk jenis sitem kantung yang akan digunakan. Pertimbangkan :
a. Kontur dan peristoma
b. Adanya luka insisi
c. Lokasi dan jenis stoma
10. Kaji kemampuan perawatan diri klien untuk menentukan jenis sistem kantung yang akan
digunakan
11. Setelah melepaskan pelindung kulit dan kantung, kaji kulit disekitar stoma, tandai jika
ada bekas luka,lipatan, pengelupasan kulit, dan garis jahitan peristoma, jika ada.
12. Tentukan respon emosional klien, pengetahuan dan pemahaman klien akan stoma dan
perawatannya
13. Jelaskan prosedur ke klien, dorong interaksi dengan klien
14. Posisikan klien berdiri atau supine : jika duduk, posisikan klien di dakam atau di depan
toilet
15. Gunakan cairan pembersih berakohol dan pasang sarung tang sekali pakai
16. Tempatkan handuk atau pengalas kedap air dibawah jika klien posisi supine
17. Lepaskan kantung yang telah digunakan dan pelindung kulit dengan perlahan.
Penghilang perekat mungkin perlu digunakan untukmempermudah melepaskan perekat
pada pelindung kulkit
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Memasag dan mempertahankan selang nasogastric (NGT) membutuhkan kemampuan pemecasan masalah dan
aplikasi ilmu pengetahuan dari seorang perawat terdaftar. Perawat baru dapat mengukur dan mecatat drainase dari
NGT dan memberikan procedure kebersihan mulut dan hidung searta memberikan kenyamanan.
Peralatan
NGT no. 14 atau no. 16 Fr (kateter yang lebih kecil tidak digunakan untuk dekompresi pada orang dewasa
karena kateter tersebut mampu mengeluarkan sekresi yang kental
Jeli lubrikasi larut air
Strip test PH (mengukur keasaman aspirasi gastrip)
Spatulalida
Penlight (senter)
Spuit berujung kateter
Plester hipoalergenik 2,5cm
Pin pengaman dari pita karet
Klem, kantong draenase atau mesin suction jika suction digunakan
Hundepandi
Segelas air dengan sedotan
Tisu wajah
Baskom untuk muntah
Sarung tangan sekali pakai
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tutup tirai tempat tidur atau tutup pintu kamar klien
2. Inspeksi kondisi hidung dan rongga mulut klien
3. Tanyakan apabila klien memiliki riwayat operasi hidung dan catat jika ada deviasi
septum hidung
4. Palpasi abdomen klien untuk adanya distensi, nyeri dan kekakuan. Auskultasi bising
usus
5. Kaji tingkat kesadaran klien dan kemampuan klien untuk mengikuti instruksi
6. Periksa rekam medis tentang order pemasangan NGT. Jenis NGT yang akan
dimasukkan dan apakah NGT akan disambungkan ke suction atau kantung drainase
7. Kumpulkan peralatan disisi tempat tidur klien
8. Identifikasi klien dan jelaskan prosedure
9. Gunakan larutan pencuci tangan beralkohol dan gunakan sarung tangan habis pakai
10. Posisikan klien dalam posisi fowler tinggi (jika tidak di kontraindikasikan, misalnya
pada klien dengan cedera spinal) dengan bantal dibelakang kepala dan leher. Naikkan
tempat tidur ketinggian yang membuat posisi perawat nyaman
11. Berdiri disisi kanan klien tidak kidal, dan sebaliknya
12. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien; berikan tisu wajah pada klien. Siapkan kom
muntah didekat klien.
13. Instruksikan klien untuk rileks dan bernapas seperti biasa pada saat satu lubang hidung
ditutup untuk memeriksa adanya sumbatan. Lakukan hal yang sama dengan menutup
lubang hidung yang satunya. Pilih lubang hidung dengan aliran udara yang paling
kencang
14. Ukur jarak untuk memasukkan selang: ukur jarak dan ujung hidung ke ujung daun
telinga.
15. Tandai panjang selang yang akan dimasukkan dengan plaster kecil yang mudah dilepas.
16. Potong sekitar 10cm plaster. Potong panjang bagian tengahnya sampai di ukuran 5 cm.
tempatkan di sisi tempat tidur.
17. Lilitkan 10-15 cm selang NGT di jari-jari tangan, dengan ujung di jari tengah.
18. Lubrikasi 7-10 cm ujung selang dengan jeli larut air.
19. Sampaikan pada klien bahwa procedur akan segera dimulai.
20. Mula-mula instruksikan klien untuk ekstensi kepala ke arah bantal; masukkan selang
NGT perlahan melalui lubang hidung dengan ujung selang mengarah kebawah.
21. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang seluran hidung menuju arah telinga. Jika ada
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk memasukkan selang nasogastrik secara efektif dan mengelola asuhan
keperawatan klien dengan selang nasogastrik
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pedelegasian
Jika memungkinkan, seorang klien yang sadar penuh mampu secara fisik dapat diberi instruksi untuk mengambil
specimen sendiri.
Peralatan
Sabun atau larutan pembersih, waslap dan handuk atau handuk pembersih sekali pakai
Botol specimen steril dengan tutupnya
Sarung tangan bersih (non-steril)
Jika klien tidak dapat mengambil specimen sendiri, pispot, commode mungkin diperlukan
Label spresimen yang sudah dilengkapi
Mendemonstrasikan: kemampuan untuk secara efektif mengambil specimen urin midstream dengan kontaminasi
minimal
Domain:
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pembagian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Kateterisasi memelurkan keterampilan dalam memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dari perawat
terregistrasi. Insersi kateter urin pada umumnya bmemerlukan intruksi dokter.
Peralatan
Paket perlengkapan karakterisasi barisi perlatan steril seperti berikut:
- Sarung tangan (dan tambahan sepasang lagi, jika diperluhkan)
- Duk biasa dan dik bolong
- Lubrikan/pelumas (biasanaya larut dalam air dan gel xylocaine(2%) dalam spuit untuk laki-laki)
- Larutan pembersih antisepti (aqueous chlorhexidine atau larutan salin normal)
- Kassa untuk penyeka/swabs
- Spuit berisi air steril untuk mengembangkan balon pada kateter indwelling
- Kateter dengan ukuran dan jenis yang sesuai untuk prosedur (misalnya intermiten atau indwelling/menetap)
- Kantong urin sterill
- Sabuk kateter atau peralatan lainnya untuk mengamankan kateter
- Tempet penyimpanan atau baskom (biasanya digunakan juga bagian bawah dari baki/alas sekali pakai pada
paket keteterisasi).
Selimut/handuk besar untuk menutupi tubuh klien
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji keadan umum klien:
a. Waktu terakhir berkemih, cek lembar keseimbangan cairan atau palpasi kandung
kemih
b. Tingkat kewaspadaan atau tahap perkembangan
c. Mobilitas dan keterbatasan fisik klien
d. Jenis kelamin dan usia klien
e. Peregangan kandung kemih
f. Eritema keluara dan bau pada perineum
g. Kondisi patologis apapun yang dapat menghambat pemasangan kateter (misalnya
pembesaran prostat pada laki-laki)
h. Alergi
2. Tinjauh ulang catatan medis klien, termasuk instruksi dokter dan catatan perawat.
3. Kaji pengetahuan klien tentang tujuan kateterisasi
4. Jelaskan prosedur pada klien
5. Siapakan personil perawatan tambahan untuk membantu jika di perluhkan.
6. Mulailailah monitor keseimbangan cairan
7. Melakukan higiene tangan
8. Tutup tirai atau pintu kamar
9. Naikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk melakukan tindakan
10. Berdiri menghadap klien, pada sisi kiri tempat tidur jika tidak kidal (pada sisi kanan jika
kidal). Kosongkan meja pada sisi tempat tidur klien dan siapakan peralatannya.
11. Naikkan palang sisi tempat tidur pada sis yang berlawanan dengan sisi yang dugunakan
untuk melakukan tindakan
12. Pasang alt kedap air dibawah bokong klien
13. Posisikan klien
A. Klien Perempuan
(1) Bantu klien ke posisi dorsal recumbent (terlentang dengan kedua lutut diketuk).
Mintalah klien untuk melepaskan kedua paha sehingga panggul dapat
dirotasikan kearah luar.
(2) Posisikan klien perempuan pada posiswi miring ke salah satu sisi (posisi sims)
dengan bagian tungkai
(3) Atas tekuk pada punggul jika tidak dapat tidur terlentang. Beri bantal sebagai
penyangga untuk mempertahankan posisi.
B. Klien Laki-Laki
(1) Bantu klien ke posisi terlentang dengan kedua paha diabduksi/dibuka
Mendemonstrasikan : Kemampuan untuk secara efektif memasukkan kateter straight atau indwelling
menggunakan teknik aseptic yang ketat.
Domain:
1. Praktik professional, etis , legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pedelegasian
Memasang sarung atau kondom dapat didelegasikan pada perawat yang belum teregistrasi, klien sendiri apabila
mampu atau pendamping klien/ keluarga pada konteks perawatan di rumah
Pastikan bahwa klien/ pendamping mengetahui panduan standar kewaspadaan terkait dengan cairan tubuh
Klarifikasi bahwa kulit pada batang penis utuh dan terbebas dari pembengkakan, kemerahan atau lesi-lesi
terbuka sebelum sheath/ condom drainage device dipasang
Klarifikasi pemahaman klien/ pendamping tentang cara memasang pita perekat untuk mengamankan sheath/
condom drainage device
Peralatan
Paket sheath/ condom drainage device
- Kondom berbahan lateks/ silicon (cek kemungkinan alergi terhadap bahan karet atau lateks)
- Larutan untuk membersihkan kulit/ swab (mungkin diperlukan)
Kantung urine dengan slang atau sabuk pengaman
Baskom berisi air hangat dan sabun
Beberapa handuk dan waslap
Sarung tangan sekali pakai non steril
Selimut mandi
Gunting dan/ atau alat pencukur pribadi (milik klien sendiri)
Pertimbangan Pedelegasian
Memasang sarung atau kondom dapat didelegasikan pada perawat yang belum terregistrasi, klien sendiri apabila
mampu atau pendamping klien/keluarga pada konteks perawatan di rumah.
Pastikan bahwa klien/pendamping mengetahui panduan standar kewaspadaan terkait dengan cairan tubuh.
Klarifikasi bahwa kulit pada batang penis utuh dan terbebas dari pembengkakan, kemerahan atau lesi-lesi
terbuka sebelum sheath/condom drainage device dipasang.
Klarifikasi pemahaman klien/ pendamping tentang cara memasang pita perekat untuk mengamankan
sheat/condom drainage device.
Peralatan
Paket sheath/condom drainage device
- Kondom berbahan lakteks/ silicon (cek kemungkinan alergi terhadap bahan karet atau lateks)
- Larutan untuk membersihkan kulit/ swab ( mungkin diperlukan)
Kantung urin dengan slang atau sabuk pengaman
Baskom berisi air hangat dan sabun
Beberapa handuk dan waslap
Sarung tangan sekali pakai non-steril
Selimut mandi
Gunting dan/atau alat pencukur pribadi (milik klien sendiri)
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Kaji pola eliminasi urin, kemampuan klien untuk berkemih secara sukarela dan menahan
keinginan berkemih.
2. Berikan privasi dengan menutup pintu atau tirai tempat tidur.
3. Kaji status mental klien sehingga edukasi yang tepat terikat dengan sheath device dapat
dilakukan.
4. Kaji kondisi penis.
5. Kaji pengetahuan klien tentang tujuan pemasangan sheath device.
6. Jelaskan prosedur pada klie.
7. Lakukan hygiene tangan.
8. Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk melakukan tindakan. Naikan
palang sisi tempat tidur pada sisi yang berlawanan dengan sisi yang digunakan untuk
melakukan tindakan.
9. Bantu klien ke posisi terlentang. Letakan selimut mandi pada tubuh bagian atas. Lipatan
linen sehingga menutupi bagian ekstremitas bawah; hanya area genitalia saja yang
diekspos.
10. Siapkan paket drainase urin untuk disambungkan dengan sarung/kondom. Klem semua
lubang untuk drainase keluar. Ikatan kantung urin ke rangka tempat tidur; bawa slang
drainase ke atas tempat tidur melalui palang sisi tempat tidur. Siapkan kantung urin yang
portable (dipasang pada tungkai bawah) jika perlu.
11. Pasang sarung tangan. Kaji ukuran kondom yang diperlukan sesuai dengan petunjuk dari
prosedur.
12. Bersihkan area penis dengan sabun dan air atau mintalah klien melakukannya sendiri jika
mampu (lihat Keterampilan 38-2), dan keringkan dengan seksama.
13. Gunting sedikit rambut penis pada bagian bawahnya. Pada beberapa kasus, mencukur
habis rambut pada bagian bawah penis mungkin diperlukan.
14. Buka gulungan kondom kea rah penis-usahakan untuk memosisikan glans penis tepat di
tengah-tengah di dalam kondom. Anda mungkin memerlukan sedikit tarikan untuk
menjaga penis tetap lurus dalam sarung. Karena bagian perekat berada di dalam
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Melakukan pemasangan infus subkutan (SC) mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan aplikasi pengetahuan. Di Indonesia perawat terdaftar boleh melakukan pemasangan infus
SC. Merujuk pada kebijakan institusi.
Peralatan
Jarum ukuran 24 g, kateter ukuran 1,90 cm (0,75 inchi)
Balutan transparan (contoh: Opsite, Tegaderm)
Set perpanjangan IV kateter
3 mL spuit
Interlink syringe cannula
5 mL cairan fisiologi 0,9% untuk injeksi
Kapas alcohol
Sarung tangan
Plester anti alergi
Wadah pembuangan jarum (tempat sampah tajam)
Order infus
Lembar pemantauan keseimbangan cairan
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
Menyiapkan larutan SC
1. Cek larutan dengan menggunakan prinsip pemberian obat 7 benar. Cek tipe cairan,
jumlah, kecepatan dan cara pemberian dengan order tertulis doker.
2. Cek warna, kejernihan dan waktu kadaluarsa larutan. Cek kebocoran pada kantung,
akan lebih baik jika dilakukan sebelum ke klien.
3. Kaji riwayat alergi klien.
4. Buka set infus, jaga kesterilan ujung-ujung selang. Banyak jenis infus yang bisa
melakukan pengisian tanpa membuka tutup ujung infus.
5. Tempatkan roda klem sekitar 2-5 cm di bawah selang tetesan dan pindahkan roda klem
pada posisi terkunci.
6. Buka tutup ujung selang infus IV.
7. Masukan set infus kedalam kantung cairan. Buka tutup ujung selang insersi ( jaga ujung
selang tetap steril) dan masukan ujung selang infus IV ke dalam kantung IV melalui
selang insersi.
8. Isi selang infus dengan cairan IV dengan cara menekan ruang tetesan dan lepas sampai
mengisi sepertiga ruang tetesan tersebut.
9. Kendurkan klem roda secara per lahan agar cairan mengalir dari ruang tetesan melalui
selang ujung jarum atau kateter. Selang dapat diisi tanpa membuka ujung penutup
selang. Kembalikan roda klem pada posisi terkunci setelah selang terisi penuh dengan
cairan.
10. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara.
11. Lepas tutup selang dan ganti dengan “threader link cannula” atau “level lock cannula”
biarkan pelindung tetap menempel pada ujung kanula sampai disambungkan ke
“interlink injection site”, yaitu suatu sambungan yang ditempelkan ke kanula subkutan.
Insersi Kateter SC
12. Lakukan hygiene tangan dan gunakan teknik aseprik, prhatikan standar pencegahan.
13. Jelaskan prosedur dan hasil yang di harapkan kepada klien. Kaji persepsi klien terkait
adanya ketidaknyamanan dan area insersi pilihan.
14. Pilih area insersi yang tepat.
a. Area yang tepat adalah abdomen, dada bagian atas, di atas payudara, antara
interkosta dan di atas scapula; paha; dan bagian terluar lengan atas.
b. Area yang tidak tepat meliputi area dengan edema, limfodemata, area yang
sebelumnya telah dilakukan radioterapi, kerusakan kulit, area yang bengkak atau
terdapat bekas luka, area mastektomi, atau area dekat dengan stoma. Area di atas
penonjolan tulang atau sekat dengan sendi juga bukan area yang tidak tepat.
15. Pertimbangkan pemberian krim bius topical EMLA untuk klien dengan fobia jarum.
16. Mengisi kateter SC:
a. Ambil 1,5 mL normal saline (cairan fisiologis) ke dalam spuit. Suntikan 1 mL
normal saline (cairan fisiologis) lewat sambungan injeksi steril ke dalam kanul dan
Mendemonstrasikan : kemampuan untuk memberikan cairan subkutan (hypodermoclysis) secara aman dan efektif
Domain:
1. Praktik professional, etis , legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuahn keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pemasangan terapi intravena (IV) mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah dan aplikasi pengetahuan. Untuk prosedur ini tidak diperbolehkan pendelegasian. Diindonesia perawat
terdaftar harus terakreditasi sebelum diperbolehkan untuk melakukan kanulasi berkelanjutan. Akan tetapi, smeua
perawat harus memperhatikan komponen-komponen dalam melakukan pemasangan infus IV perifer, karena
biasanya mereka diminta untuk mengumpulkan peralatan dan membantu tenaga medis atau perawat terdaftar dalam
melakukan prosedur. Merujuk pada kebijakan instansi tang terkait. Perlu diingat bahwa instansi perawat akut
mempunyai troli IV yang memiliki peralatan yang dibutuhkan
Peralatan
Pakaian khusus klien dengan kancing jepret pada bahu (memfasilitasi penggantian selang IV menjadi lebih
mudah)
Lembar infus IV
Cairan IV yang dieresepkan (dengan ditempelkan waktu pemasangan)
Kateter yang menutupi jarum (ONC) untuk penusukan vena (ukuran jarum bervariasi sesuai dengan ukuran
tubuh klien dan alasan pemberian cairan IV)
Untuk infus cairan
Set administrasi (pemilihan tergantung pada jenis cairan dan kecepatan pemberian; bayi dan anak-anak
membutuhkan selang mikrodip, yang memberikan 60 tetes/mL)
Selang sambungan (digunakan jika dibutuhkan jalur IV yang lebih panjang)
Kapas atau lidi pembersih alcohol dan povidone-iodine (Rosental, 2003)
Krom bius local (EMLA)
Handuk (untuk diletakkan di bawah tangan atau lengan)
Tiang IV, roda tiang yang dipasang dilangit-langit
Sarung tangan sekali pakai
Tourniquet (dapat menjadi sumber kontaminasi; gunakan produk sekali pakai)
Papan lengan (digunakan untuk menyangga posisi sendi pergelangan tangan atau siku)
Plester non-alergi
Tempat sampah jarum (tempat sampah tajam)
Balutan transparan (contoh: Opsite, Tegaderm)
Interlingk injection site (disebut juga bung/plug/cap); menyambung ke kanula IV; memfasilitasi koneksi tanpa
jarum ke kanula IV.
lever lock cannula atau thread lock cannula; dipasang pada set pemberian IV dan menghubungkan set
pemberian ke kanula. Sebagai catatan perlu diketahui bahwa set pemberian tidak dapat dipasang langsung ke
kanula IV interlink connections
1-3 mL normal saline (cairan fisiologis)
5mL spuit dengan jarum interlink
Mendemonstrasikan : Kemampuan untuk memberiakan infus intravena (IV) perifer secara aman dan efektif
Domain:
1. Praktik professional, etis , legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pedelegasian
Mengatur trapi intravena (IV) mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk memecahkan
maslah dan aplikasi pengetahuan. Untuk prosedur ini tidak diperbolehkan pendelegasian.
Peralatan
Lembar pemantauan infus IV dengan order IV
Jam dengan detik
Kertas dan pensil
Pompa infus IV (pilihan)
Alat kontrol volume (pilihan)
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Observasi kepatenan jalur IV dan jarum atau kateter.
a. Tekan vena yang terpasang kanula pada bagian proksimal ujung kateter dan
observasi ruang tetesan.
2. Cek rekam medis klien terkait cairan yang benar, obat/zat lain yang perlu ditambahkan
dan waktu pemasangan infus. Pencatatan juga harus menunjukkan waktu selesainya
jumlah cairan yang diberikan.
3. Cek pengetahuan klien terkait posisi area IV seperti apa yang dapat mempengaruhi
kecepatan aliran.
4. Verifikasi kepada klien bagaimana rasa pada area penusukan vena (contoh: tanyakan
apakah ada rasa nyeri atau terbakar.
5. Sediakan kertas dan pensil untuk menghitung kecepatan aliran.
6. Pahami kalibrasi (faktor tetes) dalam tetes per mililiter (mL) infus set:
a. Mikrodrip: 60 tetes/mL
b. Makrodrip: 20 tetes/mL
7. Tentukan kecepatan setiap jam dengan cara membagi volume dengan jam;
sebagai contoh:
1000 mL dalam 8 jam = 125 mL/jam
3L dalam 24 jam = 3000/24 = 125 mL/jam
8. Pilih rumus berikut untuk menghitung kecepatan aliran (tetes per menit, TPM)
setelah menentukan Vol(mL)/jam
Kecepatan aliran (TPM) = Vol/jam x faktor tetes
Waktu dalam menit*
*Catatan:
a) Jika waktu dalam jam, jam akan dikali 60 untuk mengkonversi waktu ke dalam
menit.
b) Jika waktu sudah dalam menit, tidak perlu konversi lebih lanut.
9. Tempelkan plester adesif atau indikator cairan pada kantong IV disebelah tanda
Volume
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk mengatur kecepatan aliran intravena secara aman dan efektif.
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kuaitas personal dan profesional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegaian
Mengganti cairan intravena (IV) dan selang infus mempersyaratkan perawat profesional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan aplikasi pengetahuan. Untuk prosedur ini tidak diperbolehkan pendelegasian
Peralatan
Kantung cairan IV sesuai order
Penanda waktu
Selang infus
J-loop, atau selang perpanjang pendek (jika diperlukan)
Lever lock cannula atau threaded lock cannula; pasang ke set IV dan sambungkan set IV ke kanula
Bilas normal saline (cairan fisiologis):
Spuit
Balutan IV transparan
Plester
Sarung tangan bersih sekali pakai
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
Mengganti cairan IV
1. Cek order dokter
2. Tentukan kompatibilitas semua cairan IV dan zat/obat tambahan dengan merujuk pada
pustaka yang sesuai atau farmasi.
3. Tentukan pemahaman klien tentang kebutuhan terapi IV berkelanjutan.
4. Kaji kepatenan area akses IV yang tersedia
5. Siapkan cairan berikutnya minimal 30 menit sebelum waktu pemasangan. Jika
disiapkan di Farmasi, pastikan cairan tersebut sudah dikirimkn ke unit/bangsal
perawatan klien. Cek apakah cairan benar dan diberi label dengan benar. Cek tanggal
kadaluarsa cairan.
6. Siapkan untuk mengganti cairan jika tersisa kurang dari 50 mL di dalam botol atau
kantung.
7. Siapkan klien dan keluarga dengan menjelaskan prosedur, tujuan dan hasil yang
diharapkan.
8. Pastikan ruang tetesan minimal setengah penuh.
9. Lakukan higiene tangan.
10. Siapkan cairan baru untuk penggantian. Jika menggunakan kantung plastik, lepaskan
tutup pelindung dari selang IV. Jika menggunakan botol gelas, lepaskan penutup metal
dan metal serta penutup karet. Jaga kesterilan kantung. Cek 7 benar pemberian obat.
Pastikan zat/obat tambahan yang diresepkan sudah ditempelkan. Cek waran,
kejernihan, dan tanggal kadaluarsa cairan.
11. Pindahkan klem roda untuk menghentikan kecepatan aliran.
12. Pindahkan cairan IV yang lama dari tiang infus IV.
13. Pindahkan ujung penusuk dengan cepat dari kantung atau botol cairan lama, tanpa
menyentuh, masukan ujung penusuk ke dalam kantung atau botol baru.
14. Gantung botol atau kantung cairan yang baru.
15. Cek adanya gelembung pada selang.
a. Jika gelembung udara terbentuk, gelembung tersebut dapat dihilangkan
dengan menutup klem roda, menarik selang kebawah, dan menjentik selang
dengan jari (gelembung udara dalam cairan akan naik ke chamber tetes).
b. Untuk jumlah udara yang lebih banyak, gunakan forcep di bawah lubang
injeksi selang IV, masukan jarum dan spuit ke dalam lubang di bawah udara
dan aspirasi udara ke dalam spuit; lepas forcep. Hapus lubang dengan
alkohol dan biarkan mengering sebelum memasukan jarum ke dalam
lubang. Minimalkan udara dalam selang dengan mengalirkan cairan perlahan
daripada aliran yang terlalu cepat.
16. Pastikan ruang tetes sepertiga atau setengah penuh. Jika drip ruang tetesan terlalu
penuh, pencet selang di bawah ruang tetesan, balikan kantung/botol cairan, remas
ruang drip, gantung kembali.
17. Lepas klem roda dan atur aliran sesuai kecepatan yang diminta.
18. Observasi klien terkait adanya tanda kelebihan cairan atau dehidrasi untuk
menentukan respons terhadap terapi cairan IV.
Mendemostrasikan: Kemampuan untuk mengganti cairan intravena dan selang infus secara aman dan efektif
Domain:
1. Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kuaitas personal dan profesional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Mengganti balutan intravena (iv) perifer mempersyaratkan perawat professional memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah dan aplikasu pengetahuan. Untuk prosedur ini tidak perbolehkan pendelegasian.
Peralatan
Kapas/lidi povidone-iodine sesuai kebijakan intansi
Kapas/lidi alcohol
Pelepas adesif (jika diperlukan)
Strip plester non-alergi
Sarung tangan sekali pakai
Untuk balutan kasa :
Kasa sterile 5cmx5cm ATAU
Untuk balutan transparan :
Balutan transparan steril
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Tentukan kapan balutan terahir diganti. Banyak instansi mempersyaratkan perawat untuk
menulis tanggal dan waktu pemasangan pada balutan dan tanggal pemasangan pertama
alat.
2. Observasi balutan yang terpasang terkait kelembabab dan keutuhan.
3. Observasi system IV untuk mengetahui fungsi yang sesuai atau komplikasi: lipatan pada
selang infus atau kateter IV. Palpasi area kateter memulai balutan seluruhnya untuk
mengetahui adanya inflamasi atau setelah complain subjektif dari pasien tentang rasa nyeri
atau terbakar.
4. Inpeksi area kateter yang terekspos untuk mengetahui adanya pembengkakan atau
infiltrasi.
5. Kaji pemahaman klien terkait kebutuhan infus IV berkelanjutan
6. Jelaskan prosedur dan tujuan pada klien dan keluarga. Jelaskan bahwa ekstermitas yang
akan diganti balutan harus dipertahankan pada posisi yang sama selama prosedur
dilakukan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan.
7. Lakukan kebersihan tangan. Pasang sarung tangan sekali pakai.
8. Lepas plester, kasa dan/atau balutan transparan lama lapis demi lapis, biarkan plester yang
memfiksasi jarum atau kateter pada tempatnya. Hati-hati jika selang kateter lengkat
diantara dua lapis balutan. Ketika melepas balutan transparan pegang sambungan kateter
dan selang dengan tangan non-dominan.
9. Observasi area insersi terkait adanya tanda dan/atau gejala infeksi seperti kemerahan,
bengkak, dan adanya eksudat
10. Jika infiltrasi, phlebitis, bekuan terjadi atau jika diosder oleh dokter, hentikan infus.
11. Jika IV mengalir dengan baik, lepas perlahan plester yang menfiksasi jarum atau kateter.
Stabilisasikan jarum atau kateter dengan satu tangan. Gunakan pelepas adesif untuk
membersihkan kulit dan menghilangkan sisa residu, jika diperlukan.
12. Jaga satu jari tetap diatas kateter setiap waktu sampai plester atau balutan diganti.
13. Gunakan gerakan melingkar, bersihkan area insersi IV perifer dengan alcohol, kemudian
dengan cairan povidone-iodine (cek bahwa klien tidak alergi dengan iodine) mulai dari
area insersi kea rah luar, membentuk lingkaran konsentrik. Biarkan setiap cairan
mongering selama 2 menit.
14. Pasang balutan kasa atau transparan. Plester kateter pada tempatnya menggunakan balutan
transparan (jernih).
15. Lepas dan buang sarung tangan dan bahan yang digunakan kedalam tempat sampah
terkontaminasi.
16. Fiksasi selang IV dengan plester tambahan. Ketika menggunakan balutan polyurethane,
minimalkan plester ditempatkan diatas balutan.
17. Tempatkan tanggal dan waktu penggantian balutan dan ukuran dan besar kateter langsung
pada balutan.
18. Buang peralatan dan cuci tangan.
19. Observasi fungsi dan kepatenan system IV terhadap respons penggantian balutan.
20. Monitor suhu tubuh klien.
Pencatatan Dan Pelaporan
Catat tampilan area IV, tipe balutan dan status infus cairan IV.
Mendemonstrasikan : Kemampuan untuk mengganti balutan intravena secara aman dan efektif
Domain :
1. Praktif professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan pendelegasian
Prosedur suction membutuhkan keterampilan perawat professional dalam penyelesaian masalah dan
mengaplikasikan pengetahuan. Pendelegasian tugas ini kepada asisten perawat merupakan tindakan yang tidak tepat.
Peralatan
Kateter suction dengan ukuran yang sesuai (diameter terkecil akan mengangkat sekresi secara efektif) atau
kateter Yankauer (oral suction)
Small Y adapter (jika kateter tidak memiliki suction-control port)
Satu pasangan sarung tangan steril, atau satu buah sarung tangan steril dan satu buah sarung tangan bersih
Cairan normal saline (cairan fisiologi) steril atau air steril (sekitar 50 mL)
Handuk bersih
Portable suction atau wall suction
Selang penghubung (1,5 meter)
Jalan napas nasal atau oral (jika diindikasikan)
Masker atau pelindung wajah
LANGKAH-LANGKAH YA TIDAK
1. Mengkaji tanda dan gejala obstruksi saluran pernapasan atas dan bawah yang
membutuhkan tindakan penghisapan nasotrakea dan orotrakea, termasuk laju
frekuensi pernapasan atau suara napas tambahan, sekresi nasal, air liur, sekresi
gastrik atau muntah andi mulut.
Mengkaji tanda dan gejala yang berhubungan dengan hioksia dan hiperkapnia :
peningkatan frekuensi pernapasan dan /atau peningkatan frekuensi nadi, penurunan
kedalaman pernapasan, penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan darah,
adanya sianosis, pucat dan dyspnea, ketakuatan, ansietas, penurunan kemampuan
untuk berkonsentrasi (terutama dalam kondisi akut), peningkatan kelelahan, pusing,
perubahan perilaku (terutama iritabilitas).
2. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi saluran pernapasan atas
atau bawah.
a. Status cairan
b. Kekurangan kelembaban
c. Infeksi
d. Anatomi
3. Mengkaji pemahaman klien terkait prosedur.
4. Mendapatkan resep/order dokter jika diindikasikan dalam kebijakan di institusi
pelayanan kesehatan.
5. Jelaskan kepada klien bagaimana prosedur akan membantu membersihkan jalan
napas dan mengatasi masalah pernapasan serta batuk atau napas pendek yang
sementara adalah hal yang normal. Dukung klien untuk membatukkan sekresi.
Latihan batuk, jika mampu. Beri penekanan pada lokasiu insisi pembedahan, jika
diperlukan.
6. Membantu klien dalam memberikan posisi yang nyaman baik bagi perawat maupun
klien (biasanya posisi semi-Fowler atau duduk tegak dengan kepala hiperekstensi,
kecuali dikontraindikasikan).
7. Menempatkan handuk di atas dada klien.
8. Melakukan prosedur hygiene tangan, memakai goggle dan masker atau pelindung
wajah, jika tersedia.
9. Menghubungkan salah satu ujung selang penghubung ke mesin suction dan
menempatkan ujung selang lain pada posisi yang nyaman dekat klien. Menyalakan
mesin suction dan mengatur regulator vakum hingga mencapai tekanan negatif yang
diinginkan (100-150 mmHg) (Pierce, 2007).
10. Meningkatkan terapi oksigen tambahan, jika diindikasikan, hingga mencapai 100%
atau sesuai dengan order dokter.
Menganjurkan klien untuk melakukan teknik napas dalam.
11. Menyiapkan kateter suction :
a. Membuka paket suction atau kateter dengan menggunakan teknik aseptic.
Menempatkan paket suction atau kateter tersebut di atas dada klien atau di atas
meja klien jika penutup/duk steril tersedia. Menjaga kateter suction dari
sentuhan terhadap permukaan non-steril.
b. Membuka kom steril dan menempatkannya di atas meja yang berada pada sisi
Mendemonstrasikan : kemampuan melakukan prosedur suction pada klien secara efektif dan aman.
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Prosedur ini membutuhkan ketrampilan perawat professional dalam penyelesaian masalah dan mengaplikasikan
pengetahuan, sehingga tidak dapat di delegasikan. Namun, perawat asisten dapat membantu dengan melakukan
pengaturan posisi.
Menginstruksikan tenaga kesehatan untuk memberikan positioning yang tepat pada klien dengan selang dada
untuk menfasilitasu drainase.
Menjelaskan kepada tenaga kesehatan mengenai persiapan peralatan drainase yang tepat untk jenis system
(drainase) yang akan digunakan.
Menginstruksikan tenaga kesehatan untuk menginformasikan perawat mengenai perubahan tanda – tanda vital,
drainase selang dada atau adanya gelembung (bubbling) yang berlebih (kehilangan udara) dalam ruang water
seal
Peralatan:
System drainase dada (system botol atau sekali pakai)
Sumber suction dan set-up (wall-canister atau portable)
Sarung tangan non-steril
Air steril atau irigasi saline steril (botol 500 ml)
Plester (dengan lebar 5 cm)
Spons kasa steril
Dua klem arteri
Mendemonstrasikan : kemampuan untuk mengelola klien dengan selang dada secara efektif dan aman
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini dapat didelegasikan kepada perawat asisten terlatih. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji dan
mengecek persiapan peralatan dan klien
Menginstruksikan tenaga kesehatan untuk mengatur dan memberikan oksigen melalui kanula nasal atau masker
secara tepat
Menginstruksikan pengasuh (caregiver)untuk menginformasikan kepada perawat jika terjadi hal yang tidak
diharapkan berhubungan dengan pemakaian peralatan oksigenisasi.
Peralatan:
Kanula nasal atau masker oksigen
Selang oksigen
Humidifier, jika diindikasikan
Air steril untuk humidifikasi, jika diindikasikan
Sumber oksigen
Oxygen flowmeter
Tanda ruangan dengan penggunaan oksigen
Mendemonstrasikan: Kemampuan untuk memberikan oksigen melalui nasal atau masker secara efektif dan aman
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini dapat didelegasikan kepada perawat asisten terlatih. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji dan
mengecek persiapan peralatan dan klien
Menginstruksikan tenaga kesehatan untuk menyiapkan dan menggunakan peralatan oksigen di rumah dengan
tepat.
Menginstruksikan tenaga kesehatan untuk menginformasikan kepada perawat jika terjadi hal yang tidak
diharapkan berhubungan dengan penggunaan oksigen di rumah
Peralatan:
Peralatan kanula nasal (lihat ketrampilan 40.3)
Sumber oksigen cair primer dan portable untuk mobilitas
Mendemonstrasikan : Kemampuan untuk menggunakan peralatan oksigen cair di rumah secara efektif dan aman
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
KRITERIA KRITERIA PENAMPILAN/BUKTI 5 4 3 2 1
KOMPETENSI
Mengidentifikasi Menginformasikan identitas kien
indikasi/rasional Menentukan kebutuhan untuk melakukan prosedur.
Mengidentifikasikan waktu yang tepat untuk melakukan
prosedur
Mengkaji klien Mengkaji PaO2
Mengkaji adanya bukti gagal jantung kanan, cor
pulmonale, atau polistemia
Mengkaji SaO2, frekuensi/upaya napas, sianosis,
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan oleh staf terlatih
Melakukaan telaah prosedur membuka jalan napas jika klien menaiki risiko trauma servikel leher
Mengingatkan tenaga kesehatan mengenai perbedaan antara bayi, anak – anak dan dewasa
Peralatan:
Ambu-bag jika tersedia
Masker saku RJP atau alat perantara (barrier device), jika tersedia
Papan kompresi dada, jika tersedia dibutuhkan tempat tidur rumah sakit memiliki dasar yang cukup kuat untuk
melakukan kompresi
Sarung tangan, jika tersedia
Troli resusitasi, jika tersedia
Pelindung wajah, jika tersedia
Mendemonstrasikan : Kemampuan untuk melakukan resusitasi jantung paru (RJP) secara efektif dan aman
Domain :
1. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya
2. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
3. Pengembangan kualitas personal dan professional
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Pengkajian berkelanjutan nyeri dapat didelegasikan kepada asisten perawat yang harus melaporkan adanya temuan
tidak normal
Peralatan:
Alat pengkajian nyeri (contoh : skala numeric, skala Wajah Wong-baker, FLACC untuk <7 tahun
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Pertimbangan Pendelegasian
Tugas ini membutuhkan kemampuan penyelesaian masalah dan penerapan ilmu dari seorang perawat terregister.
Untuk alasan ini, pendelegasian tugas ini kepada asisten perawat tidak dibenarkan. Perawat terregister dapat
mengajarkan pada asisten perawat untuk mempraktikkan latihan secara teratur sesuai dengan instruksi.
Peralatan:
Bantal atau handuk yang terbungkus (opsional)
Spirometri insentif
Alat tekanan ekspirassi positif
Refleksi:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………....
Pembimbing Klinik .....................………….....…..........…………………………………………..
Nama Mahasiswa ……..............……………………………….Tanggal………………………....
5 = Mandiri
4 = Disupervisi
3 = Dibantu
2 = Marjinal
1 = Tergantung
Rebeiro, G.; Jack, L.; Scully, N.; Wilson, D. (2013). Keperawatan dasar: manual keterampilan klinis. Edisi
Indonesia. Elsevier: Australia