DEFINISI
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan penggunaan restrain adalah untuk melindungi klien dari
cedera fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman
A. UNIT TERKAIT
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap
3. Unit Rawat Intensif
4. Unit Kamar Bersalin
B. JENIS RESTRAINT
1. Physical Restraint
Kegiatan pengekangan fisik pasien yang melibatkan satu atau lebih
tenaga kesehatan dengan menahan pasien, memegangi pasien yang
bergerak atau menghentikan pasien yang akan meninggalkan tempat
tidur atau ruang perawatan pasien.
2. Mechanical Restraint
Pengekangan fisik pasien secara mekanis dengan menggunakan
peralatan. Misalnya: sarung tangan (mittens) yang dirancang khusus pada
ruang pelayanan intensif; penggunaan meja yang berat atau sabut
pengaman untuk menahan pasien keluar dari kursi roda; penggunaan
bedrails untuk mencegah pasien orang tua keluar dari tempat tidur;
penggunaan kunci atau keypads
3. Technological Surveillance Restraint
Penggunaan teknologi surveilans seperti bantalan tekanan, televisi sirkuit
tertutup atau pintu alarm, untuk mengingatkan tenaga kesehatan
memantau gerakan mereka atau upaya pasien untuk mencoba
meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan. Walaupun pasien
tersebut tidak mendapatkan perlakuan pembatasan gerak secara
langsung, namun dapat digunakan untuk memicu pasien menahan diri
2
setiap kali alarm berbunyi ketika pasien akan meninggalkan ruang
perawatan.
4. Chemical Restraint
Penggunaan obat-obatan untuk pembatasan gerak.
5. Psychological Restraint
Kegiatan pembatasan gerak pasien dengan berulang kali dan secara terus
menerus memberi tahu pasien untuk tidak melakukan sesuatu, atau
apabila melakukan sesuatu merupakan perbuatan yang tidak
diperbolehkan atau terlalu berbahaya. Hal tersebut termasuk mengambil
alih pilihan atas gaya hidup pasien seperti mengatakan kepada pasien
kapan waktunya tidur dan bangun tidur; maupun mengambil peralatan
individual atau hak milik pribadi, seperti mengambil alat bantu berjalan,
kaca mata, atau pakaian luar pasien dengan tujuan untuk menghentikan
pasien untuk keluar meninggalkan tempat tidur atau ruang perawatan.
3
4
A. PRINSIP PEMASANGAN PENGHALANG
1. Pembatasan gerak pasien dengan menggunakan penghalang (restraint)
hanya untuk perlindungan keselamatan dan kepentingan terbaik bagi
pasien dan atau pasien lainnya.
2. Dokter dan atau perawat harus memperhatikan aspek etik-medikolegal
dan memastikan bahwa ada indikasi yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan atas pemasangan penghalang pada pasien,
mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, kehormatan, dan
kebutuhan fisik dan psikologis pasien.
3. Keputusan pemasangan penghalang harus diambil sebagai pilihan dan
langkah terakhir setelah semua upaya untuk meminimalkan risiko atas
keselamatan pasien dilakukan dan segera dilepaskan dalam waktu yang
sesingkat mungkin setelah kondisi atau risiko atas keselamatan pasien
terlampaui.
4. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pemasangan penghalang harus
senantiasa menguasai prinsip pemasangan penghalang dan mendapatkan
pelatihan yang berkesinambungan.
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
8. Pemasangan penghalang harus dilakukan sesingkat mungkin dan
dilepaskan segera setelah indikasi atas risiko keselamatan pasien,
tenaga kesehatan, dan pasien lain terlampaui.
B. TATA LAKSANA PEMASANGAN PENGHALANG PADA PASIEN
PSIKIATRIK
1. Lebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk
mengikat klien.
2. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman dan paling
menjamin.
3. Jelaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat.
4. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan pasien
yang diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa takut,
ketidakberdayaan, dan hilangnya kendali klien.
5. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan diikat di
satu sisi dan lengan lain diikat diatas kepala pasien.
6. Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran darah
klien tidak tertekan/terhambat.
7. Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan
dan untuk menurunkan kemungkinan tersedak.
8. Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan
kenyamanan.
9. Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara
berkomunikasi.
10. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan
interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan
lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak
dianjurkan membiarkan klien hanya dengan satu ikatan.
11. Memasung klien gangguan jiwa tidak dianjurkan, dimana klien
diikat/dirantai, tangan dan atau kakinya dipasang pada sebuah balok kayu
agar tidak berbahaya bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dan
7
lingkungan sekitarnya. Pemasungan yang berlangsung lama akan
mengakibatkan anggota tubuh yang dipasung menjadi kecil dan tidak
dapat berfungsi secara normal seperti biasanya.
12. Cara pemasungan lainnya yang tidak dianjurkan adalah pengandangan.
Kandang penderita dibangun diluar desa dan dikunci rapat dan
diasingkan.
8
h. Decubitus
i. Infeksi nosocomial
j. Pada pasien psikiatrik, dapat menambah agitasi pasien
6. Pada kebanyakan kasus, observasi, asesmen dan asuhan pasien dengan
penghalang perlu dilakukan sedikitnya setiap 2 jam. Pada kasus pasien
dengan agitasi, observasi pasien perlu dilakukan sedikitnya setiap 15
menit. Frekuensi asesmen dan monitoring pasien dengan penghalang
perlu dilakukan secara individual dengan memperhatikan kondisi pasien,
status intelengensi, dan beberapa kondisi terkait lainnya.
7. Observasi dan asesmen yang perlu dilakukan meliputi posisi alat
penghalang, kondisi kulit di sekitar lokasi pemasangan alat penghalang,
sirkularisasi dari ekstremitas yang terpasang alat penghalang.
8. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain: mobilisasi aktif maupun pasif
terhadap ekstremitas yang terpasagn alat penghalang, penggantian
posisi, hygiene pasien, asupan makanan dan minuman.
9
BAB IV
DOKUMENTASI
10