Anda di halaman 1dari 9

Panduan

Penggunaan Restraint

LOGO
RUMAH
SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM


Alamat Rumah Sakit
BAB I
DEFINISI

Panduan Restrain dan isolasi yang sedang melakukan perawatan di Rumah


Sakit Umum merupakan panduan yang dapat diaplikasikan kepada pasien
anak,dewasa dan geriatri di keperawatan baik di rawat inap maupun rawat jalan.
Dalam penerapannya, keputusan penggunaan restrain dapat digunakan kapan saja
dan dapat di diskusikan bersama dengan pasien, kerabat, keluarga dan dokter
penanggung jawab pasien, kecuali bila dalam kondisi emergency. Dalam hal ini
keterlibatan tim multidisiplin sangat penting termasuk profesional kesehatan terkait
yang dapat mendukung perawatan pasien di Rumah Sakit Umum .

Restrain merupakan teknik menahan gerakan pasien dengan cara mengunci


gerakan tangan, atau kaki pasien sehingga memudahkan perawat. Adapun
penggunaan restrain ini dimaksudkan agar pasien yang tidak kooperatif dapat
menjalankan segala prosedur perawatan dengan baik.
Pengertian dasar restrain: membatasi gerak atau membatasi kebebasan. Pengertian
secara internasional: Restrain adalah suatu metode/ cara pembatasan/ restriksi yang
disengaja terhadap gerakan/ perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku yang
dimaksud adalah tindakan yang tidak di rencanakan, bukan suatu tindakan yang
tidak di sadari/ tidak sengaja/ sebagai suatu refleks.

Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk


tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ektstremitas
individu yang berprilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik
dan psikologis individu. Pengertian lain nya restrain adalah suatu tindakan untuk
menghambat/ mencegah seseorang melakukan sesuatu yang di inginkan.
Definisi restrain ini berlaku untuk semua pengguna restrain di unit dalam RS. Pada
umumnya, jika pasien dapat melepaskan suatu alat yang dapat dengan mudah,
maka alattersebut tidak di anggap sebagai suatu restrain.

Tujuan pemasangan restrain secara umum adalah:


1. Memastikan keselamatan dan kenyamanan pasien terhindar dari bahaya fisik/
jatuh.
2. Memudahkan melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan yang aman bagi
pasien dan petugas.
3. Membantu dalam pelaksanaan uji diagnostik dan prosedur terapeutik.

Sedangkan tujuan khusus pemasangan restrain adalah:


1. Membantu staf untuk memahami arti restrain.
2. Membantu memberikan pelayanann yang terpusat kepada pasien,
memastikan keselamatan pasien dan meminimalisasi penggunaan restrain.

Rumah Sakit Umum Page 1


3. Memahami aspek etik dan hukum yang relevan dengan pengaplikasian
restrain.
4. Mengetahui langkah/ tindakan apa yang sebaik nya dilakukan jika terdapat
kecurigaan terjadi nya penyalahgunaan tindakan restrain.
5. Memahami kondisi/ situasi yang memperbolehkan penggunaan restrain legal
dan etis.

Rumah Sakit Umum Page 2


BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pembatasan fisik
Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau alat bantu
mekanik, atau alat-alat yang di pasang pada tubuh pasien sehinggapasien tidak
dapat bergerak dengan mudah dan terbatas gerakan nya.
Restarin melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien,
menggerakkan pasien atau mencegah pergerakan pasien. Jika pasien dengan
mudah meloloskan diri/ melepaskan diri dari pegangan staf, maka hal ini tidak di
anggap sebagai suatu restrain. Metode manual/ pemegangan fisik biasanya staf
memegangi pasien dengan tujuan untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik/ tes
rutin. Namun pasien berhak untuk menolak prosedur ini. memegangi pasien
dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan berlawanan dengan
keinginan pasien termasuk suatu bentuk restrain. Pemegangan secara paksa
saat melakukan prosedur pemberian obat (melakukan keinginan pasien)
dianggap suatu restrain. Sebaiknya, kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa
persetujuan pasien di pilih metode yang kurang bersifat restriktif/sesedikit
mungkin menggunakan pemaksaan.

Pada beberapa keadaan, dimana pasien setuju untuk menjalani prosedur/


medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/ tenang di suntik/ menjalani prosedur,
staf boleh memegangi pasien dengan tujuan prosedur/ pemberian medikasi
berjalan dengan lancar. Hal ini bukan merupakan restrain. Pemegangan pasien,
biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk menenangkan/ memberi kenyamanan
kepada pasien tidak dianggap sebagai suatu restrain. Restrain (fisik) merupakan
alternatif terakhir intervensi jika dengan intervensi verbal, chemical restrain
mengalami kegagalan.

B. Pembatasan mekanis
Melibatkan penggunaan suatu alat, misalnya:
1. Penggunaan sarung tangan khusus di ruang Critical Care Unit (CCU)
2. Peralatan sehari-hari: sabuk untuk mencegah pasien jatuh dari kursi,
tempat tidur, penggunaan pembatasan di sisi kiri dan kanan tempat tidur
(bed rails) untuk mencegah pasien jatuh.

C. Pembatasan psikologis
Meliputi : pemberitahuan secara konstan / terus menerus kepada pasien
mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau memberitahukan bahwa
pasien tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang mereka inginkan karena
tindakan tersebut berbahaya. Pembatasan ini dapat juga merupakan

Rumah Sakit Umum Page 3


pembatasan pemilihan gaya hidup pasien seperti, memberitahukan kepada
pasien tentang waktu tidur dan waktu bangunya. Pembatasan peralatan milik
pasien, seperti mengambil alat bantu jalan pasien, kacamata, pakaian sehari-
hari / mewajibkan pasien menggunakan seragam rumah sakit dengan tujuan
mencegah pasien untuk kabur keluar.

Rumah Sakit Umum Page 4


BAB III
TATA LAKSANA

A. Restrain digunakan bila pasien dalam keadaan:


1. Pasien yang membutuhkan diagnosa dan perawatan namun tidak bisa
kooperatif dikarenakan suatu keterbatasan misalnya: pasien dibawah umur,
pasien agresif atau aktif, pasien yang mengalami retardasi mental.
2. Pasien dalam keadaan dibawah pengaruh obat.
3. Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan
dapat terancam tanpa pengendalian fisik (restrain).

B. Syarat penggunaan restrain:


1. Mendapatkan izin verbal dan tertulis dari orang tua/wali yang di percaya
atau yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut dalam
melaksanakan prosedur kegiatan.
2. Pasien gelisah atau tidak kooperatif karena beberapa penyebab baik fisik
atau mental atau pengaruh obat yang menyebabkan pasien resiko tinggi
jatuh.
3. Pasien yang mempunyai resiko tinngi jatuh pada pasien anak, dewasa,
geriatri.

C. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan restrain:


1. Pada kondisi gawat darurat, restrain dapat dilakukan tanpa ijin/ perintah
dokter yang merawat terlebih dahulu, namun sesegera mungkin (kurang
dari 1 jam) setelah melakukan restrain. Perawat melaporkan pada dokter
untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal atau tertulis.
2. Intervensi restrain dibatasi waktu, yaitu 4 jam untuk pasien dewasa, 1-2
jam untuk pasien anak.
3. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk psien dewasa, 1-2 jam pasien anak-
anak.waktu reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk usia dewasa dan 4
jam untuk usia anak- anak.
4. Selama restrain pasien di observasi tiap 10-15 jmenit, dengan fokus
observasi.
a. Tanda – tanda cidera yang berhubungan dengan restrain.
b. Nutrisi dan hidrasi.
c. sirkulasi dan range of motion ekstremitas.
d. Tanda- tanda vital
e. Hygine, eliminasi.
f. Status fisik dan psikologis,
g. Kesiapan fisik untuk dibebaskan dari frestrain.

Rumah Sakit Umum Page 5


Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi
keperawatan yang tepat untuk anak yang direstrain yaitu sebagai berikut :
a. lepas dan pasang kembali restrain secara periodik.
b. lakukan tindakan untuk memberikan rasa nyaman, jangan gunakan
restrain mekanik
c. lakukan latihan rentan gerak jika diperlukan
d. diskusikan kriteria pelepasan restrain
e. berikan obat analgesik dan sedatif jika diintruksikan atau diminta
f. hindari kemarahan psikologik kepada pasien lain
g. berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan
h. pertahankan harga diri anak
i. lakukan pengkajian keperawatan yang berkelanjutan
j. dokumentasikan penggunaan restrain

Protokol pelaksanaan penggunaan restrain adalah:


a. pasien yang memenuhi kreteria fiksasi
b. mengisi inform consent secara umum
c. pengikatan fisik dapat dilakukan tanpa instruksi dokter, namun segera
mungkin kurang dari satu jam perawat melaporkan ke dokter untuk
legalitas.
d. Lakukan pengkajian fisik apakah ada cidera
e. pilih alat pengikat yang sesuai, aman dan nyaman
f. pengikat dilakukan minimal 3-4 orang
g. pengikat dilakukan pada sisi tempat tidur dengan posisi terlentang

D. Komplikasi Restrain
a. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan
sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan.
b. komplikasi psikologisnya adalah penurunan harga diri, bingung, pelupa,
depresi, takut, dan marah.
Alat Fikasi :
1. Ikatan untuk tangan dan kaki
Ikatan tangan dan kaki :
a. Terbuat dari bahan katun panjang 1,5 m
b. Digunakan untuk pasien gaduh gelisah / tidak kooperatif yang
menyebabkan risiko tinggi jatuh.

E. Macam-macam restrain :
1. Limb restraints (restrain pergelangan tangan atau kaki), elbow
restraints (khusus untuk siku). Yaitu alat pengaman yang terbuat dari
kain dengan ukuran lebar 5 cm, panjang 20 cm dimana salah satu

Rumah Sakit Umum Page 6


ujung terpasang tali panjang dan ujung lainnya terpasang tali melingkar
10 cm. Cara memasang: - Pasang tali pengaman pada pergelangan
tangan dan atau - pergelangan kaki pasien - Pastikan ada jarak 2 jari
antara tali dengan anggota tubuh - Ikatkan tali pengaman pada tempat
tidur pasien dengan membuat simpul yang mudah dibuka.
2. mummy restraints (pada bayi). ‘Bedong’ pada bayi)
3. Crib nets (box bayi dengan penghalang) Tempat tidur bayi yang
terbuat dari besi dimana pintu tempat tidur/penghalang setinggi tempat
tidur tersebut
4. jacket restraints (jaket). Jacket restraints (jaket)/Ontokusumo Alat
pengaman yang terbuat dari kain berbentuk persegi panjang yang
dimodifikasi seperti kutang di mana dibagian depan dada terpasang 2
tali panjang yang mengarah ke kiri dan kanan tubuh pasien. Sedang di
bagian punggung pasien terpasang 4 tali pengikat. Cara pemakaian
ontokusumo: - Pasien dipakaikan baju/ kaos; - Pasang ontokusumo
pada tubuh pasien bagian atas; - Tali bagian punggung dengan arah
menyilang dan ikat tali simpul yang mudah dibuka; - Tali bagian dada
masing-masing ikatkan pada tempat tidur sisi; kiri dan kanan dengan
membuat simpul yang mudah dibuka
5. belt restraints (sabuk) Belt restraints (sabuk). Pengaman sabuk pada
orang dewasa: Alat pengaman pasien yang terbuat dari kain (wisel)
yang dipasangkan pada anggota tubuh bagian dada dan diikatkan
pada ke dua sisi tempat tidur. Sabuk pengaman yang sudah terpasang
pada kereta dorong/kursi roda. Cara pemakaian kereta dorong/kursi
roda: Pasien ditidurkan/didudukkan dalam kereta dorong/kursi roda
kemudian sabuk pengaman dipasang dan di kunci, alat pengaman ini
dilakukan pada saat pasien makan atau transfer ke ruangan lain.
Keamanan pada pasien saat memakai kursi roda: - Pastikan kursi roda
dalam posisi terkunci. - Bantalan kaki mudah untuk disesuaikan dan
diposisikan pada telapak kaki pasien
6. mitt or hand restraints (restrain tangan)

Rumah Sakit Umum Page 7


BAB IV
DOKUMENTASI

Tindakan pemasangan restrain dilakukan pemantauan secara kontinue guna


memperhatikan kondisi pasien agar tidak terjadi cedera. Setiap pelaksanaan restrain
didokumentasikan dalam rekam medik pasien dan di buat pelaporan guna adanya
tindak lanjut masalah yang terjadi. Dokumentasi pada pelayanan pasien dengan
pemasangan restrain diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi secara efektif.

Rumah Sakit Umum Page 8

Anda mungkin juga menyukai