Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

(Sop Pemasangan Restrain)

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Sumitro Adi Putra, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH :
Tiara Efendi (Po.71.20.1.19.087)

Tingkat : 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
Konsep Dasar Pemasangan Restrain

A. Pengertian Restrain
1. Pengertian dasar restraint : ‘membatasi gerak’ atau ‘membatasi kebebasan’
2. Pengertian secara internasional: restraint  adalah suatu metode / cara pembatasan /
restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang. Dalam hal ini,
‘perilaku’ yang dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu
tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja / sebagai suatu reflex.
3. Pengertian lainnya: restraint  adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah
seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan.

B. Tujuan dan Manfaat Restrain


1. Memberikan perlindungan dan menjamin keselamatan pasien dan/atau
lingkungan terhadap cidera/kecelakaan.
2. Memberikan keamanan fisik dan psikologis individu. 
3. Memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan dalam prosedur
tindakan.
4. Memfasilitasi klien menerima terapi

C. Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi :
1) Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri
dan/atau orang lain.
2) Tahanan pemerintah (yang legal/sah secara hukum) yang dirawat di rumah
sakit.
3) Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergensi/segera yang berhubungan
dengan life saving bagi pasien, terutama pelaksanaan prosedur terapeutik
dan/atau diagnostik.
4) Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang
aman.
5) Restrain digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak
berhasil/tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari
ancaman bahaya-bahaya. Indikasi restrain ini dapat diaplikasikan untuk: 1)
Semua lokasi di dalam rumah sakit: semua jenis perawatan, termasuk ruang
rawat inap, unit rawat jalan, unit bedah/medis, ICU, IGD, ruang rawat anak
dan sebagainya. 2) Semua pasien di rumah sakit, tanpa melihat usia, yang
memenuhi indikasi.
Kontra indikasi restrain:
1) Tidak mendapatkan izin tertulis dari keluarga pasien untuk melaksanakan
prosedur.
2) Pasien kooperatif.
3) Pasien memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental. 

D. KRITERIA PEMILIHAN JENIS RESTRAIN


Apabila dalam asesmen terdapat suatu kondisi medis yang mengindikasikan
perlunya intervensi untuk melindungi pasien dari ancaman bahaya, sebaiknya
menggunakan metode yang paling tidak restriksif tetapi efektif dan harus tetap
menjamin keselamatan pasien, staf, dan orang lain dari ancaman bahaya. Dalam
memilih jenis restrain perlu memenuhi 5 kriteria sebagai berikut: 1) Membatasi gerak
klien sesedikit mungkin. 2) Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga.
3) Tidak mempengaruhi proses perawatan klien. 4) Mudah dilepas/diganti. 5) Aman
untuk klien.

E. Hal –Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan restrain (Snyder, 1997) dalam
Wong (2009):
1. Pasang dan lepaskan kembali restrein secara periodic
2. Lakukan tindakan untuk member rasa nyaman.
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat kecuali ada kontraindikasi
4. Lakukan gerakan rentang gerak dengan cepat
5. Tawarkan makanan, minuman dan bantuan eliminasi
6. Diskusikan kriteia pelepasan restrein
7. Berikan analgesic dan sedative
8. Hindari kemarahan psikolgik kepada pasien
9. Berikan distraksi
10. Lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu.
11. Dokumetansi
F. Resiko Penggunaan Restrain pada Pasien
Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang disebabkan
oleh penggunaan tekhnik pengendalian fisik ( restraint). Hubungan kematian pasien
dengan gangguan psikologi yang disebabkan oleh pnggunaan adalah dimana ketika
pengendalian fisik dilakukan, pasien mengalami reaksi psikologi yang tidak normal,
yatu seperti meningkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat
menyebabkan timbulnya positional asphyxia yang dapat menyebabkan kematian.

G. DAMPAK PENGGUNAAN RESTRAIN


Dampak fisik:
a. Atropi otot.
b. Hilangnya/berkurangnya detensi tulang.
c. Ulkus decubitus.
d. Infeksi nosokomial.
e. Strangulasi.
f. Penurunan fungsional tubuh.
g. Stress kardiak.
h. Inkontinensia.

Dampak psikologis:

a. Depresi.
b. Penurunan fungsi kognitif.
c. Isolasi emosional.
d. Kebingungan (confusion) dan agitasi.

H. Jenis Restrain
Beberapa jenis restrain yang bisa digunakan pada pasien adalah:
 Pembatasan Fisik
1) Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, menggerakkan
pasien, atau mencegah pergerakan pasien
2) Jika pasien dengan mudah meloloskan diri/melepaskan diri dari pegangan
staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai satu restrain.
3) Pemegangan fisik: biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan untuk
melakukan suatu pemeriksaan fisik/tes rutin. Namun, pasien berhak untuk
menolak prosedur ini.
4) Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan pasien dan
berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu bentuk restrain.
5) Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prossedur pemberian
obat (melawan keinginan pasien) dianggap suatu restrain. Sebaiknya,
kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa persetujuan pasien, dipilih
metode yang kurang bersifat restriktif/sedikit mungkin menggunakan
pemaksaan.
6) Pada beberapa keadaan, di mana pasien setuju untuk menjalani
prosedur/medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/tenang untuk
disuntik/menjalani prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan tujuan
prosedur/pemberian medikasi berjalan dengan lancar dan aman. Hal ini
bukan merupakan restrain. 7) Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi,
dengan tujuan untuk menenangkan/memberi kenyamanan kepada pasien
tidak dianggap sebagai restrain.

Gambar.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SPO)
PENGGUNAAN RESTRAIN

PENGERTIAN Suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang disengaja


terhadap gerakan/perilaku pasien di dalam
pengobatan/perawatan di RS dimana terdapat kecenderungan
pasien tidak kooperatif di dalam proses
perawatan atau cenderung malah membahayakan.
TUJUAN 1. Menghindari pasien cedera
2. Untuk membatasi gerak pasien
3. Untuk kepentingan pasien
4. Untuk meminimalkan bahasa pasien terhadap orang lain.
ALAT DAN 1. Lotion/ Bedak
BAHAN 2. Brisket
3. Kassa pengikat
4. Bantalan Kecil

PROSEDUR Fase Orientasi :


1. Memberi Salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Menyiapkan lingkungan dan menjaga pasien

Fase Kerja
1. Mencuci tangan
2. Mengidentifikasi prosedur yang akan di lakukan
3. Memberi posisi nyaman pada klien.
4. Mengikatkan kasa pada kaki yang akan dipasangkan restrain
5. Pasang bantalan dibawah tekuk lutut untuk membuat lebih
nyaman, jika terdapat tulang menonjol berikan lotion atau
bedak
6. Kemudian dekatkan kasa pengikat pada kaki pasien
7. Ambil kasa pengikat lalu lipat dua kasa tersebut, kemudian
letakan kasa yang sudah dilipat taruh dibawah kaki pasien.
Kemudian ujung kasa satu sama lain.
8. Kaitkan kasa pengikat ke kerangka tempat tidur untuk
mengunci pergelangan kaki pasien
9. Pastikan kasa terikat dengan baik
10. Cuci tangan kembali setelah melakukan tindakan.

Fase Terminasi

1. Rapikan alat
2. Evaluasi hasil tindakan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/doc/292385072/PP-3-7-SPO-RESTRAIN-edit-pdf
https://www.academia.edu/9330193/TEKNIK_RESTRAINT_SEBAGAI_PENGENDALIAN_TI
NGKAH_LAKU_ANAK_PADA_PERAWATAN_GIGI
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/94
Manohar R. Manual of operations restraints policy. 2008

Hilo Medical Center. Restraint. 2009

Royal Collage of Nursing. Lets’s talk about restraint: rights, risks and responsibility. London:
Royal Collage of Nursing:2008

www.slideshare.net/darsanawayan/restrain

Anda mungkin juga menyukai