Anda di halaman 1dari 43

SUWARNO

1. RESTREIN/PENGEKANGAN FISIK
2. SEKLUSI
THEORY:
1. Restraints are physical or chemical
devices used to limit a client’s
mevement (Taylor, 1997).
2. Restraints is the use of mechanical or
manual devices to limit the physical
mobility of the patient (Stuart &
Sundeen, 1995).
THEORY:
 Restraint
melibatkan penggunaan alat
mekanis atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik pasien. Intervensi tersebut
dapat diindikasikan untuk melindungi
pasien atau orang lain dari cedera,
khususnya bila intervensi kurang
membatasi seperti perubahan lingkungan
dan strategi perilaku telah gagal (Stuart &
Sundeen, 1995).
THEORY:
 Pedoman JCAHO jelas menyatakan bahwa
pembatasan hanya bisa dilakukan untuk
mengurangi pembatasan atau tindakan
alternatif setelah tind lain terbukti tidak efektif
dalam melindungi klien (Corr & Corr cit Taylor,
1997.). Perawat konsisten mengutip risiko cedera
karena jatuh sebagai alasan utama untuk
menerapkan pembatasan (Varone dkk, 1992;.
Werner dkk, 1994;. Hardin et all, 1994.) (Taylor,
1997
Restraint ( dalam psikiatrik )
secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang
atau membatasi gerakan ekstrimitas individu
yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu.
Restraint ( fisik ) merupakan alternative terakhir
intervensi jika dengan intervensi verbal,
chemical restraint mengalami kegagalan.
Seklusi
merupakan bagian dari restraint fisik yaitu
dengan menempatkan klien di sebuah
ruangan tersendiri untuk membatasi ruang
gerak dengan tujuan meningkatkan
keamanan dan kenyamanan klien.
Restrein mekanik
Restrein mekanik
1. Pengertian
Pembatasan aktivitas fisik dengan melakukan
pengikatan tubuh klien di tt
Tujuan
a. Membantu klien dlm mengontrol emosi
yang mungkin membahayakan dirinya dan
orang lain
b. Menurunkan kemungkinan ggn terhadap
lingkungan fisik
APA telah memberikan kriteria untuk
penggunaan yang tepat intervensi fisik,
pengasingan, dan pengendalian diri (Stuart &
Sundeen, 1995):

1) Untuk mencegah kerusakan nyata terhadap


pasien atau orang lain ketika cara lain kontrol
tidak efektif atau tidak tepat.
2) Untuk mencegah gangguan serius dari program
perawatan atau kerusakan yang signifikan
pada enviromnet fisik.
3) Untuk menjaga perawatan sebagai bagian dari
program berkelanjutan terapi perilaku.
4) Untuk memenuhi permintaan pasien sendiri.
INDIKASI
 Indikasi terutama untuk pembatasan adalah
kontrol perilaku kekerasan, baik sendiri
diarahkan atau diarahkan terhadap orang
lain, yang tidak dapat dikontrol oleh obat
atau tecniques psikososial. Pasien yang
mendapatkan manfaat dari penggunaan
tecnique ini termasuk mereka yang kondisi
fisik mencegah atau membatasi
penggunaan obat-obatan (Stuart &
Sundeen, 1995)
INDIKASI
 indikasi lain untuk penggunaan hambatan
termasuk hiperaktif, insomnia, pangan
menurun dan asupan cairan, dan terlalu
penilaian terganggu. Pembatasan juga dapat
digunakan untuk mengurangi efek
mengganggu stimulasi yang berlebihan yang
memberi mengakibatkan agitasi meningkat
dan kebingungan (Stuart & Sundeen, 1995).
Berikut ini adalah fisiologis Bahaya yang
berhubungan dengan penggunaan
pengekangan (Taylor, 1997)
 Bahaya mati lemas dari rompi tidak diterapkan
secara benar.
 Gangguan circulaation.
 perubahan integritas kulit (lecet misalnya, air mata
kulit, memar).
 Tekanan dan massa tulang.
 Patah tulang
 Perubahan gizi dan hidrasi
 Aspirasi dan kesulitan bernapas
3. Jenis Pengekangan:
1) Side rel, kursi geriatrik dengan nampan
terpasang, dan peralatan diikat pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan
atau pinggang, adalah jenis restaints fisik.
Kimia atau agen farmacological, seperti
obat tidur, obat penenang dan
tranquilizeres, mungkin juga baik
intensionally atau sengaja menahan
kegiatan dan perilaku. klien yang lebih tua
lebih mungkin tertahan dari klien muda
(Taylor, 1997).
Jenis pengekangan avaiable termasuk
pembatasan pergelangan tangan dan
pergelangan kaki dan camisoles. Pastikan
pergelangan tangan dan kaki hambatan
benar melangkah untuk menjaga integritas
kulit. Pembatasan harus dibebaskan
setidaknya setiap 2 jam untuk memungkinkan
kebebasan bergerak dan untuk memeriksa
kondisi kulit. Juga periksa bahwa posisi tubuh
yang baik dipelihara, apabila pembatasan
digunakan (Barry, 1998).
1. Physical Restraints For Elderly /
Pengekangan Fisik Untuk Lansia
 sepertisarung tangan, rompi Posey,
dan kursi geriatric.
 pasien gerophychiatric, mereka
membatasi kebebasan memilih
dan gerakan, serta mengancam
martabat
2. Restraints For Child / Pembatasan
Untuk Anak
 menjamin keselamatan anak atau
kenyamanan, untuk memudahkan
pemeriksaan, atau untuk melaksanakan
prosedures
 Dilakukan: dengan tangan atau dengan
perangkat fisik/mekanik
 Ijin dokter
 Obsv 1-2 jam
 Jangan sebagai hukuman
 tidak mengganggu sirkulasi, sensasi atau
integritas kulit (Whaley dan Wong, 1995).
Lanjutan pembatasan anak
 Mummy Pengekangan : pengendalian
diri jangka pendek untuk pemeriksaan
atau pengobatan yang melibatkan
kepala dan leher (misalnya venipuncture,
pemeriksaan tenggorokan, makan
gavage) (Whaley dan Wong, 1995)
 Jaket Pengekangan : alternatif tempat
tidur, mencegah anak turun dari tempat
tidur (sabuk Posey)
 Lengan dan Kaki Pengekangan:dibuat
dari pita kasa, strip muslin, atau panjang
stockinette sempit
Perhatian:
harus sesuai dengan ukuran anak,
mencegah tekanan berlebihan,
penyempitan, atau cedera jaringan, dan
ekstremitas harus diamati sering untuk tanda-
tanda iritasi atau sirkulasi terganggu
 Siku Pengekangan : mis :setelah operasi
bibir, ketika memasang infus di bag kepala,
atau untuk mencegah goresan dalam
gangguan kulit. di bawah ketiak ke
pergelangan tangan
3. Restraint For Addult (Spesifically
Violence Behavior)Pengekangan
Untuk Addult (Spesifically Perilaku
Kekerasan)
 kontrol atas perilaku
 Diberitahu pelaksanaan
 diposisikan dalam kesesuaian anatomi
 kebutuhan fisik diperhatikan
 Tanda vital harus diperiksa, dan observasi
reguler di extremitas diperlukan.
 KDM diperhatikan
 Obsv 1-2 jam sekali
Indikasi
a. Perilaku amuk yg membahayakan diri sendiri
atau orang lain.
b. Perilaku agitasi yg tidak tdk dpt dikendalikan
dgn pengobatan
c. Ancaman thdp integritas fisik b/d penolakan
beristirahat, makan dan minum
d. Permintaan klien utk pengendalian
eksternal, pastikan tindakan ini telah
dikaji dan berindikasi teraupetik
4. Kontra Indikasi
a. Klien dengan ggn harga diri
b. Klien dengan ggn interaksi sosial
c. Klien dgn ggn proses pikir
Klien dgn ggn perubahan persepsi
sensori
Prinsip-prinsip
pengikatan/fiksasi
 Pengikatan harus didasarkan pada kebutuhan keamanan
klien
 Pengikatan harus memperhatikan kebutuhan dasar klien
(BAB, BAK, minum)
 Semua pengikatan akan membatasi pergerakan klien,
oleh karena itu harus bekerjasama dengan tim
 Pengikatan tidak boleh dilakukan sebagai hukuman untuk
mendispilinkan klien
 Pengikatan harus mempertimbangkan kenyamanan klien,
tidak terlalu kenccang atau terlalu longgar, cukup untuk
sirkulasi darah
 Posisi klien sebaiknya diubah tiap dua jam dan diberi
latihan pergerakan aktif dan pasif (ROM)
 Pengikatan harus tetap memperhatikan privacy klien
SEKLUSI
1. Pengertian
Memasukkan atau mengurung klien dalam
satu ruangan sehingga klien tdk dapat
meninggalkan ruangan tersebut sesuai
keinginannya. Tingkat seklusi dapat berkisar
dari pengurungan dlm suatu ruang tertutup
tetapi tidak terkunci sampai pengurungan
terkunci dengan kasur tanpa sprei di
lantai, kesempatan berkomunikasi dibatasi
dengan memakai pakaian rs atau baju
terpal yang berat
Prinsip-prinsip Seklusi
 Pasienberhak untuk direstrain seminimal
mungkin
 Lindungi pasien dari cidera fisik
 Siapkan lingkungan yang nyaman
 Pertahankan integritasi biologik
 Pertahankan martabat dan harga diri
klien
3. Indikasi
a. Pengendalian perilaku kekerasan yg
bisa membahayakan dirinya dan org
lain dan tidak dpt dikendalikan oleh
intervensi yang kurang restriktif
lainnya seperti kontak interpersonal
dan pengobatan
b. Reduksi stimulus lingkungan, jika
diminta klien
c. Non complain ( melarikan diri )
4. Kontra indikasi
a. Kebutuhan untuk observasi masalah
medis
b. Resiko tinggi bunuh diri
c. Potensial tidak dapat menoleransi
deprivasi sensori
d. Hukuman
e. Klien dgn ggn hubungan sosial
f. klien dgn ggn harga diri rendah
Intervensi keperawatan
 Identifikasi
faktor pencetus
 Observasi perilaku agitasi pasien
 Upayakan intervensi alternatif
 Catat perilaku klien dan perawatan
 Berikan staf yang cukup dan terlatih untuk
menangani pasien
 Amati pasien dengan konstan atau
sesering mungkin, jauhkan benda-benda
yang berbahaya
 Cek tanda-tanda vital
 Mandikan klien dan lakukan perawatan
kulit
 Berikan privacy pada klien
 Jelaskan tujuan pengekangan
 Libatkan klien dalam rencana pelepasan
restrain
SOP RESTREIN MEKANIK
1. Persiapan tempat : menetapkan,
merapikan dan membersihkan ruangan
2. Persiapan perawat : Menentukan
leader, jumlah personel 2 – 3 org atau
sesuai kebutuhan, lembar observasi
3. Persiapan klien : informasi pd klien ttg
restrein mekanik dan tujuan klien dan
waktu pengikatan akan dibuka kembali
4. Persiapan keluarga : Penjelasan maksud
dan tujuan dan informed concent
5. Persiapan alat
Bolpoin, tali atau baju restrain dan lembar
evaluasi

6. Prosedur kerja
a. Perawat membentuk tim dgn tugas sbg leader, 2 org
memegang tangan klien dan 2 org meme-
gang kaki klien
b. Leader memberi aba-aba untuk membantu klien
berbaring di tt
c. Lakukan pengikatan ke-2 tangan dan kaki, usaha-
kan nyaman dan aman dgn memperhatikan kelon-
ggaran pergelangan tangan
e. Beri pebjelasan maksud dan tujuan serta
waktu pelepasan restrein
f. Monitor perubahan kondisi klien (fisik dan men
tal setiap 2 jam)
g. Ubah posisi klien tiap 30 menit, Lakukan mo-
bilisasi terbatas untuk memperlancar
aliran darah
h. Observasi vital sign, lokasi pengikatan dan
perubahan respon selama pengikatan
Pelepasan restrein
A. Meminta klien melakukan aktivitas sederhana.
Observasi perubahan status emosi dan perilaku
klien
B. Melakukan validasi pada klien tentang perubahan
perilaku yang selama ini dilakukan
C. Melepaskan ikatan secara bertahap, secara
menyi-
lang. Lepaskan ikatan pada tangan yang tidak do-
minan.
D. Observasi vital sign dan dampingi klien dlm akti-
vitas sederhana
E. Bantu klien menuju ruangan
SOP SEKLUSI
A. Persiapan alat : pensil, lembar evaluasi dan
persiapan obat injeksi bila klien tidak mampu
mengendalikan diri
B. Persiapan perawat
1. Tenaga 2-3 atau sesuai kebutuhan
2. Menyiapkan lembar observasi
3. Menyiapkan informent concent
4. Bila klien tidak mampu mengendalikan diri,
siapkan obat injeksi
C. Persiapan klien
1. Berikan penjelasan ttg tindakan isolasi
2. Menjelaskan tujuan isolasi
3. Menjelaskan pada klien lama waktu isolasi

D. Persiapan lingkungan
1. Menyiapkan tmpt dan membersihkan
brg/alat.
2. Merapikan ruangan agar klien aman dan
nyaman
3. Ruangan isolasi memungkinkan klien dpt
berinteraksi dgn perawat dan terhindar dr
klien lain
E. Persiapan Keluarga
1. Menjelaskan ttg maksud dan tujuan isolasi
serta waktu yg diperlukan utk isolasi
2. Meminta keluarga utk mengisi informed
consent
F. Prosedur Kerja
1. Dampingi klien masuk ke ruang isolasi
2. Bila klien tidak terkendali
a. Dua org perawat memegang kedua tangan
klien dgn menyilang ke belakang (tangan
klien ketemu tgn perawat sisi kiri klien (dan
sebaliknya) Satu perawat menyiapkan
ruangan
b. Dampingi klien menuju ruangan
c. Perawat melepaskan klien kemudian
meminta klien masuk ke ruangan
d. Menjelaskan kembali tujuan isolasi saat klien
masuk ruanga
3. Perawat melakukan terminas dan kontrak
tindak lanjut
4. Mengobservasi perubahan perilaku
Lembar observasi Restrein

Form observasi klien dengan restrein sbb :


1. Nama klien, Umur, No. RM. Dx Medis, Hr/tgl/jam
2. Alasan dilakukan restrein
3. Jenis restrein yg pernah dicoba dan jenis restrein
yang akan dianjurkan
4. Lama restrein
5. Penjelasan sebelum tindakan pd klien
6. Kebutuhan BAB, BAK, Makan, Minum, Obat, ROM
Tiap 2 jam
7. Area pengikatan, tingkat kesadaran, respon klien
8. Nama perawat dan paraf dll
KEWASPADAN PERAWAT

Restrein merupakan tindakan


yang paling terakhir dan
sangat rentang terhadap
resiko yang terjadi sehingga
perlu dievaluasi dan
dilindungi
Hal-hal yang penting diperhatikan pada
restraint :
Pada kondisi gawat darurat, restraint/seklusi
dapat dilakukan tanpa order dokter
Sesegera mungkin ( < 1 jam ) setelah
melakukan restraint/seklusi, perawat
melaporkan pada dokter untuk
mendapatkan legalitas tindakan baik secara
verbal maupun tertulis
Intervensi restraint/seklusi dibatasi waktu : 4
jam untuk klien berusia > 18 th, 2 jam untuk
usia 9-17 th, dan 1 jam untuk umur < 9 tahun
 Evaluasi dilakukan 4 jam I untuk klien > 18
th, 2 jam I untuk anak-anak dan usia 9-17
tahun
 Waktu minimal reevaluasi oleh dokter
adalah 8 jam untuk usia > 18 th dan 4 jam
untuk usia < 17 tahun
 Selama restraint/seklusi klien diobservasi
tiap 10-15 menit, focus obsevasi :
Tanda-tanda cedera yang berhubungan
dengan restraint/seklusi
 Nutirisi dan hidrasi
 Sirkulasi dan range of motion ekstrimitas
 Vital sign
 Hygiene dan eliminasi
 Status fisik dan psikologis
 Kesiapan klien untuk dibebaskan dari restraint
dan seklusi
SELAMAT DAN SUKSES

Anda mungkin juga menyukai