Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS JURNAL

“PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM


BERDARAH (DBD) MELALUI METODE PEMBERANTASAN
SARANG NYAMUK (PSN) DI DESA KARYALAKSANA
KECAMATAN IBUN KABUPATEN BANDUNG”

Analisis Jurnal Berdasarkan Tinjauan Kasus Tentang Pemberantasan Jentik Nyamuk Di Rumah
(PSN) Di Desa Segoroyoso, Pleret, Bantul

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Yulia H.S 24.19.1319


Rully U. 24.19.1318
Zuliana 24.19.1320
Shintya Pratiwi 24.19.1321
Hujatul 24.19.1322
Hikmahtiar Arief Budiman 24.19.1324
Uni Prihartina 24.19.1325
Ita Urizqy 24.19.1326
Sitti Zahra 24.19.1327
Zul Umairah 24.19.1328
Agung Budiansyah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “ANALISIS
JURNAL “PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH (DBD) MELALUI METODE PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DI DESA KARYALAKSANA KECAMATAN IBUN KABUPATEN
BANDUNG”. Adapun penyusunan tugas ini, sehubungan dengan pemenuhan adanya tugasyang
harus di kerjakan terkait presentasi jurnal stase komunitas yang dibimbing oleh Viantika
Kusumasari, S.Kep, Ns, M.Kep. Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya, dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai update ilmu tentang PHBS (Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk). Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan ulasan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Dan akhir kata tim penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing akademik, karena berkat bimbingan beliau lah kami bisa menyelesaikan makalah
ini.

Yogyakarta, 25 April 2020


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................................................i
Kata pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi perilaku hidup bersih dan sehat.............................................................6


B. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk.............................................................10
C. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat............................................................14
D. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat............................................................14
E. Indicator perilaku hidup bersih dan sehat...........................................................14

BAB III SKENARIO KASUS........................................................................................17

BAB IV RUMUSAN MASALAH.................................................................................18

BAB V METODE ATAU STRATEGI PENELUSURAN BUKTI...............................19

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Ades Spp, nyamuk yang paling cepat
berkembang di dunia ini telah menyebabkan hamper 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya
(Depkes RI, 2017).

Infeksi oleh salah satu serotype virus tersebut akan memberikan kekebalan seumur hidup,
namun tidak terhadap serotipe yang berbeda. Penderita DBD virus dengue banyak ditularkan
pada penduduk daerah perkotaan terutama daerah tropis dan sub-tropis oleh nyamuk Aedes
aegypti (Linnaeus), Ae. Albopictus (Skuse) dan Ae. polynesiensis Marks (Perez et al. 1998;
WHO dalam Setiyaningsih, Fadilla, & Hadi, (2016) DA, Iseu, Hendrawati, Senjaya, 2019).

Penyakit demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang
cenderung meningkat jumlah penderitanya dan semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD
merupakan penyakit menular yang pada umumnya dapat menyerang pada usia anak – anak umur
kurang dari 15 tahun dan juga menyerang pada orang dewasa (DA, Iceu, Hendrawati, Senjaya,
2019, Widoyono, 2005 dalam Depkes Ri, 2017).

Berdasarkan data dari WHO yang di peroleh Depkes RI (2017), Asia Pasifik
menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara
Indonesia dilaporkan sebagai Negara ke-2 dengan kasus DBd tervesar diantara 30 negara
wilayah endemis. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan dan penyebaran kasus DBD yang
kemungkinan disebabkan oleh adanya mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah
perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan ditribusi penduduk serta kondisi sanitasi
lingkungan yang masih banyak tersedia tempat perindukan bagi nyamuk betita yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampung air lainnya). Kondisi ini juga
diperburuk dengan pemahaman masyarakat yang kurang tentang DBD (Sofia, Suhartono, 2014
dalam DA, Iceu, Hendrawati, Senjaya, 2019).

Menurut data dalam jurnal penelitian ini menyebutkan bahwa wabah Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dinyatakan sebagai kejadian luar biasa

4
(KLB). Hal ini diperkuat dengan adanya data kejadian DBD sejak Januari sampai 25 Mei 2011,
tercatat sebanyak 984 kasus dan sebanyak 537 kasus dinyatakan positif DBD, sisanya 447 kasus
suspect DBD.

Pada dasarnya demam berdarah merupakan suatu penyakit yang bias dicegah, salah satu
pencegahannya dengan kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Selain itu masyarakat juga dapat
dengan melakukan pemberantasan vector, dimana masyarakat dapat berperan secara aktif dalam
pematauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). Gerakan PSN ini dilakukan dengan 3M Plus yitu menguras tempat-tempat penampungan
air miniminal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik
nyamuk Aedes aegypti, menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk aedes agipty
tidak bias bertelur di tempat itu, menubur barang-barang bekas seperti ban bekas, akleng bekas
yang dapat menampung air hujan (DA, Iceu, Hendrawati, Senjaya, 2019).

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat. (Yasruisna, 2019)
Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk perwujudan untuk
memberiksn pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan. (Wilujeng, 2018).
1. Pengertian (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) PHBS di Rumah Tangga :
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu
menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.
(Wilujeng, 2018).
2. Pengertian Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam ordo Diptera; Genera
termasukAnopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia,
Culiseta,dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang mencakup
2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam
kaki panjang; antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Dalam
bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai “Mosquito”, berasal dari sebuah kata dalam
bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kataMosquito
bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats. (Agustin,
2017).

6
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk
menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi
untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur
dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung
protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein
yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut
yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus,
Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan
pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. (Agustin, 2017).
a. Reproduksi Nyamuk
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan
dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies – dan suhu. Hanya
nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada
hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina
makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya.
Telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk
berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat
menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembap atau kolam yang
kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan
reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan
kelembapan. Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya.
Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam
kelompok maupun satu persatu. Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya
saling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). Pada
periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai
keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Anak Nyamuk atau
ENCU Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk
akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali.

7
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan “fase
pupa”. Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap
bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa
nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernapasan.
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang
dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata
besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di
atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang
paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga
hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting,
meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal
landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.
Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada
20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian spesies mempunyai siklus
hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai
jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran
udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas
melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik
memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik
spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomia hidup dalam keadaan luar
biasa.
Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit
atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik spesies genus
Deinoceriteshidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai.
b. Pemeriksaan jentik
Pemberantasan jentik berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada di dalam
rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan di luar rumah
seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll
yang dilakukan secara teratur setiap minggu. (yasruisna, 2019).

8
1) Tujuan PJB:
Menciptakan rumah bebas jentik, rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang
setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
2) Pelaksanaan PJB dilakukan oleh :
a) Anggota rumah tangga
b) Kader
c) Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
d) Tenaga pemeriksa jentik lainnya
3) Manfaat rumah bebas jentik
a) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
b) Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Chikungunya,atau Kaki Gajah
c) Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
4) Cara pemeriksaan jentik berkala yaitu: (Wilujeng, 2018)
a) Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk
memeriksa tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk/tempat penampungan air di dalam dan di luar rumah serta
memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
b) Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
c) Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN
melalui 3 M atau 3 M plus.
d) Memberikan penjelasan manfaat dan anjuran PSN kepada anggota rumah
tangga.
e) Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang
ditinggalkan di rumah) dan pada Formulir pelaporan ke Puskesmas.
5) Peran kader dalam membina rumah tangga agar menciptakan rumah bebas jentik
yaitu :
a) Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan

9
kelompok di Posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian,
pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media cetak
(poster,selebaran, spanduk).
b) Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat
menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
c) Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan
mencatat angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
d) Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di
wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada Puskesmas terdekat untuk
mendapat tindak lanjutpenanganan bila terjadi masalah/kasus.
e) Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga
yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila
masih terdapat jentik nyamuk.

B. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


Perilaku pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD biasa dikenal dengan kegiatan
3M namun kegiatan tersebut telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000
dikembangkan menjadi 3M Plus. Menurut Kemenkes RI (2013), pengendalian fisik (PSN
3M) merupakan alternatif utama pengendalian vektor DBD melalui upaya pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan cara menutup, menguras, dan mengubur/mendaur ulang (3M).
PSN sebaiknya dilakukan setiap minggu sehingga terjadi pemutusan rantai pertumbuhan pra
dewasa nyamuk tidak menjadi dewasa. Sasaran dari PSN 3M adalah semua tempat potensial
pekembangbiakan nyamuk Aedes, antara lain tempat penampungan air (TPA) untuk
keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan keperluan sehari-hari (nonTPA), dan
tempat penampungan air alamiah.
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti bertujuan untuk menurunkan angka kejadian
DBD. Pemberantasan nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan upaya pemberantasan sarang
nyamuk DBD (PSN-DBD). Menurut Riyadi, dkk (2012) menyatakan bahwa tindakan PSN-
DBD berhubungan dengan densitas larva Aedes aegypti.

10
Habitat perkembangbiakan Aedes aegypti ialah tempat-tempat yang dapat
menampung air di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempattempat umum. Habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut (Kemenkes
RI, 2013) :
1. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki
reservoir, tempayan, bak mandi, dan ember.
2. Tempat Penampungan Air (TPA) bukan untuk keperluan seharihari seperti tempat minum
burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan
air kulkas/dispenser, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik, dan lainnya).
3. Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung
cokelat/karet, dan lainnya. Menurut Kemenkes RI (2013) PSN 3M Plus dapat dilakukan
dengan cara:
a. Menguras Tempat Penampungan Air (TPA)
Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air minimal seminggu sekali seperti kolam renang, bak mandi, ember
air, penampungan air dibelakang kulkas, penampungan air dispenser (Pratamawati,
2012). Menurut Sungkar (2005), menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi,
dan semua tempat penyimpanan air secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali dapat menyingkirkan telur nyamuk. Menurut Jaya (2013), perilaku menguras
tempat penampungan air berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
b. Menutup Rapat Tempat Penampungan Air (TPA)
Menutup rapat tempat penampungan air adalah memberi tutup yang rapat pada
tempat air ditampung seperti bak mandi, kendi, gentong air (Pratamawati, 2012).
Menurut Sungkar (2005), ternyata TPA tertutup lebih sering mengandung larva
dibandingkan dengan TPA yang terbuka. Hal tersebut karena penutup TPA jarang
tertutup dengan baik dan sering dibuka untuk mengambil air didalamnya. TPA yang
tutupnya longgar seperti itu, lebih disukai nyamuk untuk tempat bertelur karena
ruangannya lebih gelap daripada tempat air yang tidak tertutup sama sekali.
c. Mengubur Barang-Barang Bekas yang Dapat Menampung Air Hujan

11
Kegiatan mengubur barang bekas adalah memendam di dalam tanah sampah
plastik atau barang bekas yange memiliki potensi menampung air hujan sehingga
dapat menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak (Pratamawati, 2012).
d. Mengganti Air Vas Bunga dan Tempat Minum Hewan Minimal Seminggu Sekali
Menurut Saniambara et. al (2003) yang dikutip oleh Suyasa (2008) menyatakan
bahwa nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak di tempat penampungan air
bersih dan yang tidak beralaskan tanah, seperti bak mandi, drum dan kaleng bekas,
tempat minum burung dan pot tanaman hias. Keberadaan pot tanaman hias di rumah
khusunya yang menggunakan media air sebagai pertumbuhan pada kenyataannya
terdapat genangan air. Genangan air tersebut dijadikan sebagai breeding place atau
tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti (Suyasa, 2008). Penggantian air pada
vas bunga dan tempat minuman hewan dapat dilakukan dengan membuang air yang
lama dengan menggantinya dengan air yang baru secara rutin minimal seminggu
sekali. Hal tersebut dilakukan agar telur nyamuk yang terdapat dalam vas bunga atau
tempat minum hewan terbuang bersama air yang lama.
e. Memperbaiki Saluran dan Talang Air yang Tidak Lancar/Rusak
Saluran air dan talang air yang tidak lancar/rusak harus diperbaiki karena dapat
menyebabkan air menggenang sehingga dapat menjadi tempat potensial nyamuk
Aedes aegypti berkembang biak (Kemenkes RI, 2013).
f. Menutup Lubang-Lubang Pada Potongan Bambu/Pohon dengan Tanah
Menurut Saniambara (2003) yang dikutip dalan Suyasa (2008) selain bak mandi,
drum dan kaleng bekas, tempat minum burung dan pot tanaman hias yang dapat
dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, kadang-kadang ditemukan
juga di pelepah daun, lubang pagar/bambu, dan lubang tiang bendera. Hadi (2006)
menyatakan bahwa tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat-tempat
yang dapat menampung air yang mengandung bahan-bahan organik yang membusukd
an tempat-tempat yang digunakan oleh manusia sehari-hari, seperti bak mandi, drum
air, kaleng bekas, ketiak daun, dan lubang lubang batu.
g. Kegiatan Plus PSN 3M
1) Menaburkan Bubuk Larvasida Menaburkan bubuk larvasida dikenal dengan
istilah abatisasi. Abatisasi merupakan penggunaan larvasida temefos (abate) untuk

12
memberantas larva Aedes aegypti. Temefos yang digunakan berbetuk butir pasir
dengan dosis 1 ppm artinya 1 bagian abate dalam satu juta bagian air atau I gram
Temefos SG (sand granuler) 1% per 10 liter air. Abatisasi pada tempat
penampungan air mempunyai efek residu selama 2-3 bulan (Sungkar, 2005).
2) Memelihara Ikan Pemakan Jentik Di Kolam/Bak Penampung Air Memelihara
ikan pemakan jentik merupakan salah satu cara pengendalian vektor DBD dengan
menggunakan metode biologi. Pengendalian tersebut dapat menggunakan
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa
vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah ikan pemakan jentik seperti
cupang, tampalo, gabus, dan guppy (Kemenkes RI, 2013).
3) Memasang Kawat Kasa
Pemakaian kawat kasa tidak berhubungan dengan keberadaan vektor DBD, tidak
adanya hubungan tersebut karena kasa anti nyamuk belum dianggap sebagai
alternatif praktis diperkotaan selain itu ada kecenderungan pemasangan kasa anti
nyamuk tidak pada semua pintu maupun jendela yang ada di rumah (Suyasa,
2008).
4) Menghindari Kebiasaan Menggantung Pakaian
Menurut Sucipto (2011) tempat hinggap yang disenangi nyamuk Aedes aegypti
adalah benda-benda yang menggantung seperti pakaian, kelambu atau tumbuh-
tumbuhan yang dekat dengan tempat perkembangbiakannya biasanya tempat yang
gelap dan lembab.
5) Mengupayakan Pencahayaan dan Ventilasi Ruang Optimal Nyamuk Aedes
aegypti menyukai tempat yang gelap dan lembab karena pada tempat seperti itulah
nyamuk Aedes aegypti betina menunggu proses pematangan telurnya (Sucipto,
2011). Menurut KepMenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan rumah tinggal diketahui bahwa syarat luas lubang ventilasi minimal
berukuran 10% dari luas lantai rumah.
6) Menggunakan Kelambu Penggunaan kelambu merupakan perlindungan dari
gigitan nyamuk (Sungkar, 2005). Kelambu dapat digunakan saat tidur terutama
pada pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 untuk menghindari gigitan nyamuk pada
saat tidur sebagai upaya perseorangan (Kemenkes RI, 2013). Namun menurut

13
Sucipto (2011) kelambu merupakan salah satu benda yang menggantung yang
disenangi nyamuk Aedes aegypti.
7) Memakai Obat yang Dapat Mencegah Gigitan Nyamuk Upaya perlindungan
perorangan yang dapat dilakukan untuk mencegah gigitan nyamuk adalah
memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (Sungkar, 2005).

C. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Menurut Maryunani (2013), tujuan PHBS adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektor,
media masa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan
dunia usaha dalam pembinaan PHBS.
2. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
D. Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Menurut Maryunani (2013), manfaat yang melakukan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS),
yaitu:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan maka
biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi
seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga

E. Indiktor Peilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Menurut Sudayasa (2009) dalam Wulansari (2018), rumah tangga ber-Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) adalah rumah tangga yang melalukan 10 PHBS di rumah tangga
yaitu:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Pertolongan pertama pada persalinan dilakukan
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramesi lainnya)
2. Memberi ASI Ekslusif Bayi termuda usia 0 – 6 bulan mendapat ASI sejak lahir sampai
usia 6 bulan.

14
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Anggota rumah tangga mempunyai
pembiayaan pra upaya kesehatan seperti AKSES, Kartu Sehat, Dana Sehat, Jamsostek
dan Asuransi perusahaan.
4. Menggunakan air bersih Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti
memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak
mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
(Sudayasa, 2009). Menurut Maryunani (2013), agar air minum tidak menyebabkan
penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan kesehatan. Air
yang sehat harus memenuhi persyaratan yaitu sebagai berikut:
a. Syarat fisik yaitu persyaratan air untuk minum yang sehat adalah bening (tidak
berwana), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya.
b. Syarat bakteriologis yaitu air minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri.
c. Syarat kimia yaitu air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air
akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Mencuci tangan di air mengalir dan
memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap hari
sebelum makan dan melakukan aktivitas yang menggunakan tangan, seperti memegang
uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum
menyusui bayi (Sudayasa, 2009). Waktu untuk cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Sebelum makan
b. Sebelum menyiapkan makanan
c. Setelah buang air
d. Setelah menceboki bayi/anak
e. Setelah memegang ungas/hewan
f. Sebelum menyusui bayi
g. Setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung
h. Setelah membersihkan sampah
i. Seteah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)

15
6. Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
kotoran dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni
tidak mecemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dijamah oleh serangga dan tikus,
tidak mecemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi
dinding dan atap perlindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air,
tersedia air, sabun dan alat pembersih.
7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk
yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar
rumah seperti talang air, dan lain-lain yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain
itu, juga dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M (Menguras,
Mengubur, Menutup).
8. Makan buah dan sayur setiap hari Konsumsi sayur dan buah sangat diajukan karena
banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi
tubuh.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktivitas fisik, baik berupa olahraga maupun
kegiatan lai yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan
fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan dalam keidupan sehari-hari yakni berjalan
kaki, berkebun, mencuci pakaian dan lain-lainnya.
10. Tidak merokok di dalam rumah Satu puntung rokok yang dihisap, akan dikeluarkan lebih
dari 4000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida
(CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah,
maka asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu
sendiri, melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu berefek
buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari
asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani meyuarakan haknya untuk bebas
daru kepulan asap rokok.

16
BAB III
SKENARIO KASUS

Di wilayah kerja puskesmas pembantu desa karyalaksana sedang terjadi kejadian luar
biasa yaitu demam berdarah. Setelah dilakukan pengamatan oleh petugas pada bulan januari
sampai dengan juni didapatkan jumlah penderita yang menderita penyakit demam berdarah
terdapat 40 penderita yaitu pada bulan januari ditemukan sebanyak 16 kasus, bulan Februari
sebanyak 3 kasus, bulan Maret sebanyak 7 kasus, bulan April sebanyak 7 kasus, bulan Mei
sebanyak 6 kasus dan pada bulan juni sebanyak 1 kasus. Dilihat dari data kunjunganpenderitake
puskesmas didapatkan bahwa desa karyalaksana merupakan Desa yang mempunyai kasus DBD
tertinggi yaitu sebanyak 31,37% dari jumlah kunjungan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh petugas pada 20 KK
didapatkan masih banyak yang mengatakan jarang melaksanakan kerja bakti dilingkungan
mereka, kurangnya perilaku masyarakat dalam membersihkan lingkungan terbukti dengan masih
banyaknya kaleng bekas dan sampah yang berserakan.
Setelah dilakukan pengumpulan data oleh petugas dengan menggunakan metode PSN
dari 32 KK didapatkan perilaku masyarakat dalam menguras bak mandi atau tempat
penampungan air yang masuk dalam kategori tidak baik terdapat 12 KK (37,5 %), perilaku
masyarakat dalam menutup tempat penampungan air dengan kategori tidak baik ada 4
KK(12,51%), dan perilaku masyarakat dalam mengubur barang-barang bekas yang termasuk
kategori tidak baik ada 4 KK (12,5%).
Bagaimana upaya masyarakat dalam mencegah demam berdarah dengan metode PSN di
wilayah kerja puskesmas desa karyalaksana?

17
BAB IV

RUMUSAN MASALAH

A. PROBLEM
Bagaimana perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah
(DBD) melalui metode pemberantasan sarang nyamuk (PSN)?
B. INTERVENTION
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang PHBS ?
C. COMPARATION
Adakah perbedaan antara kesadaran melakukan PHBS dengan factor resiko terhadap
kejadian DBD ?
D. OUTCOME ?
Mengetahui faktor resiko DBD ?

18
BAB V

METODE ATAU STRATEGI PENELUSURAN BUKTI

Penelusuran bukti melalui situs google scholar di laman https://www.scholar.google.com dengan


tahapan sebagai berikut:
Tahap 1. Ketik judul jurnal yang akan di download, setelah itu klik pada judul jurnal.

Tahap 2. Setelah muncul seperti gambar diatas, kemudian klik pada Teks lengkap : PDF untuk
mendownload jurnal.

19
Rumusan Masalah

P (Problem):

Masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah penyebaran penyakit demam berdarah yang
terjadi yang semakin meluas dan dibutuhkan metode pemberantasan sarang nyamuk yang akan
dilakukan di RW 02 Desa Karyalaksana dengan melibatkan 32 kepala keluarga.

I (Intervensi):

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam upaya
pencegahan penyakit demam berdarah melalui metode pemberantasan sarang nyamuk. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisa, kemudian dikategorikan dalam
tingkatan baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik.

C (Comparation):

 Menurut penelitian ini upaya masyarakat RW 02 Desa Karyalaksana dalam melakukan


pencegahan penyakit demam berdarah dengan metode pemberantasan sarang nyamuk
dengan cara fisik 3M yaitu menuras, menutup, dan mengubur sebagian masyarakat sudah
melakukan dengan baik.
 Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wilujeng dan Kusumandari (2018)
mengenai gaya hidup bersih dan antisipasi demam berdarah. Penelitian oleh I Amira,
Hendrawati, dan Senjaya (2019) lebih efektif, karena dilakukan secara langsung bukan
hanya melalui penyuluhan saja.

O (Outcome):

Upaya yang dilakukan petugas kesehatan untuk penanggulangan penyebaran penyakit demam
berdarah telah berhasil dilakukan terbukti dengan menurunnya angka penderita penyakit demam
berdarah. Dalam upaya menguras bak mandi terdapat 43,75% keluarga yang termasuk kategori
baik, sedangakan untuk upaya menutup tempat penampungan air terdapat 65,62% keluarga yang
melakukan dengan baik, dalam upaya mengubur barang-barang bekas yang termasuk dalam
kategori baik sebanyak 87,5% keluarga.

20
Metode dan Strategi Pengumpulan Bukti

Metode yang digunakan adalah dengan memasukkan kata kunci jurnal yang ingin
dicari. Misalnya dalam kasus ini, kelompok kami ingin mencari tentang infeksi saluran
kemih. Maka kami menuliskan kata kunci tersebut dalam kolom pencarian, selanjutnya
masukkan kata kunci kedua yang mendukung intervensi dalam kasus yang dikelola
kelompok.

Telaah Kritis

Validity: Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian descriptive, jumlah
sampel 32 kepala keluarga, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random
sampling, variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari perilaku masyarakat dalam upaya
pencegahan penyakit demamberdarh melalui metode PSN, menguras, menutup dan mengubur.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan kategori baik, cukup,
kurang baik dan tidak baik.

Importance: Hasil yang didapat dalam penelitian ini menggambarkan bahwa perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit demam berdarah di RW 02 Desa Karyalaksana
Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung sebagian besar baik. Pemberantasan sarnag nyamuk
denagn cara fisik 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur sebagian besar termasuk kategori
baik.

Applicability: Responden yang digunakan sebanyak 32 kepala keluarga RW 02 Desa


Karyalaksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, karena penderita penyakit demam berdarah
yang paling banyak presentasenya di Kecamatan Bandung adalah di Desa Karyalaksana.

Pembahasan

Penelitian merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran upaya masyarakat
dalam melakukan pencegahan perluasan penyakit demam berdara, dengan menggunakan 32
kepala keluarga di RW 02 Desa Karyalaksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung sebagai
responden, pemilihan responden dilakukan secara random sampling.

21
Dari hasil analisa perilaku masyarakat dalam menguras bak mandi atau tempat penampungan air
di dapatkan sebanyak 43,75% kepala keluarga melakukan dengan baik, sebanyak 18,75% kepala
keluarga masuk dalam kategori cukup, dan kategori tidak baik yaitu sebanyak 37,5%.

Sedangkan perilaku masyarakat dalam menutup tempat penampungan air, yang termasukdalam
kategori baik terdapat sebnayak 65,62%, kategori cukup ada 21,87% dan kategori tidak baik
sebanyak 12,51%. Perilaku masyarakat dalam mengubur barang-barang bekas didapatkan hasil
sebanyak 87,5% responden melakukan dengan baik, kategori tidak baik sebesar 12,5%.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agustin Wahyu T, 2017. Identifikasi Nyamuk (Famili Culicidae) Sebagai Vektor Penyakit Di
Blok Merak Dan Widuri Resort Labuhan Merak Kawasan Taman Nasional Baluran.
Skripsi Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Jember.

Anik, Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Trans Info Media

Hadi, Upik Kesumawati, dkk. 2006. Studi Perilaku Berkembangbiak Nyamuk Aedes aegypti
(Diptera: Culicidae)pada Berbagai Tipe Habitat. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jaya, Dewi Mustika, dkk. 2013. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Dengan
Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis DBD Kelurahan Kassi-Kassi Kota
Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS.
Makassar.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di


Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI

Pratamawati, Diana Andriani. 2012. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan
Dini.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 6.

Riyadi, Akhmad. Ishak, Hasanuddin. Ibrahum, Erniwati. 2012. Pemetaan Densitas Larva Aedes
aegypti Berdasarkan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD di Kelurahan
Rappocini Makassar Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin.

Sucipto, Cecep Dani. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sungkar, Saleha. 2005. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Dengue .Majalah Kedokteran
Indonesia, Volume: 55 No. 5, 5 Mei 2005.

Suyasa, I N Gede, dkk. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan
Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas I
Denpasar Selatan. Jurnal. ECOTROPHIC Vol. 3 No. 1 ISSN: 19075626.

Sudayasa, P. 2009. Lima Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan di Puskemas.


https://www.scribd.com/document/337580048/5-Upaya-Dasar-Progam-Kesehatan-
Lingkungan. Diakses : (22 april 2020, pukul 09.00)

23
Wilujeng Basilia S, 2018. Gaya Hidup Bersih & Antisipasi Demam Berdarah. Jurnal
Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa. Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya.

Wulansari Suci. 2018. Kinerja Dinas Kesehatan Dalam Program Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Dalam Tatanan Rumah Tangga. http://repository.fisip untirta.ac.id /1047
/1/KINERJA %20DINAS%20KESEHATAN%20DALAM%20PROGRAM
%20PERILAKU%20HIDUP%20BERSIH%20DAN%20SEHAT%20%28PHBS
%29%20DALAM%20TATANAN%20RUMAH%20%20-%20Copy.pdf. Diakses (23
April 2020, Pukul.10:00)

Yasruisra.2019.http://www.google.com/amp/s/yasruisra.wordpress.com/2019/09/16/makalah-
perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-tatanan-rumah-tangga-pada-indikator-pemberanatasan
-jentik/amp/. Diakses 22 April 2020.

24

Anda mungkin juga menyukai