Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT


PENGHALANG (RESTRAIN)

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG
Jalan Rumah Sakit No. 1 Cianjur 43216 Tlp. (0236) 216026 Fax. (0263) 284277
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala


yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik beserta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyusun Panduan Pelayanan Pasien dengan Alat
Penghalang (Restrain). Dalam menyusun panduan ini, kami mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, petunjuk, dan lainnya
yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu.
Panduan Pelayanan Pasien dengan Alat Penghalang (Restrain) ini
disusun sebagai bahan dalam pelaksanaan di Rumah Sakit Umum Daerah
Sayang Kabupaten Cianjur. Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian,
ruang lingkup, dan tata laksana dalam memberikan pelayanan kepada pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Kabupaten Cianjur.
Akhirnya kami menyadari bahwa Panduan Pelayanan Pasien dengan
Alat Penghalang (Restrain) di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang
Kabupaten Cianjur ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan
saran untuk perbaikannya sangat diharapkan sebagai upaya peningkatan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Kabupaten Cianjur.

Cianjur, 30 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I DEFINISI ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Definisi ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
D. Indikasi Penggunaan Restrain ....................................................... 2
E. Kontraindikasi Penggunaan Restrain............................................. 2
F. Hal-hal yang Perlu Diobservasi Selama Penggunaan Restrain..... 2
G. Komplikasi Fisik yang Bisa Ditimbulkan Akibat Pemasangan
Restrain ......................................................................................... 3
H. Macam-macam Restrain ............................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP ......................................................................... 5
BAB III TATA LAKSANA ........................................................................... 6
A. Identifikasi Pasien .......................................................................... 6
B. Informed Consent .......................................................................... 6
C. Prosedur Memasang Restrain ....................................................... 6
D. Kriteria Pelepasan Restrain ........................................................... 8
E. Pencegahan cedera akibat pemasangan restrain ......................... 8
F. Rencana Asuhan Keperawatan ..................................................... 8
BAB IV DOKUMENTASI ........................................................................... 9
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 10

ii
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan budaya yang harus diterapkan di
rumah sakit. Untuk itu rumah sakit menerapkan proses dan tindakan
untuk mengurangi risiko merugikan/ancaman merugikan diri sendiri atau
orang lain, dan salah satu prosedur untuk mengurangi kerugian pada
pasien adalah dengan memasang restrain.
Panduan ini berlaku untuk pasien bayi, anak, dewasa, dan pasien
lanjut usia. Keputusan untuk menerapkan pembatasan harus
didiskusikan/dibahas bersama (bila memungkinkan) dengan pasien,
kerabat, anggota keluarga, dan dokter yang merawat.

B. Definisi
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien (Koezier, 2008).
Restrain (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk
tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan
memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Restrain merupakan pembatasan gerak atau membatasi kebebasan.
Pengertian secara internasional restrain adalah suatu metode/cara
pembatasan/retriksi yang disengaja terhadap gerakan/perilaku seseorang.
Restrain bisa menjadi alternatif untuk menjaga keamanan pasien,
tetapi restrain fisik perlu dipertimbangkan sebagai usaha terakhir setelah
alternatif lain tidak berhasil. Sebaiknya penggunaan restrain dihindari
sebab berbagai efek samping sering dikeluhkan akibat pemasangan
restrain.
Penggunaan jangka pendek restrain dapat dilakukan hanya jika klien
terlihat akan melakukan tindakan agresif dan berbahaya bagi dirinya dan
orang lain.
Restrain dihentikan segera setelah klien memenuhi kriteria perilaku yang
ditetapkan. Dalam memilih restrain perlu memenuhi 5 kriteria berikut:

1
1. Membatasi gerak klien sesedikit mungkin
2. Pemasangan restrain dapat diterima oleh klien dan keluarga.
3. Tidak mempengaruhi proses perawatan klien dan mudah dilepas dan
diganti.
4. Aman untuk klien

C. Tujuan
Tujuan penggunaan alat pembatasan gerak (restrain), antara lain:
1. Membantu memberikan layanan kesehatan yang terbaik untuk pasien.
2. Menyediakan pelayanan yang terpusat kepada pasien, memastikan
keselamatan pasien terhindar dari risiko jatuh.
3. Memudahkan melakukan pemeriksaan fisik dan tindakan yang aman
bagi pasien dan petugas.

D. Indikasi Penggunaan Restrain


1. Pasien gelisah
2. Pasien tidak kooperatif
3. Ketidakmampuan dalam mengikuti perintah untuk tidak meninggalkan
tempat tidur
4. Risiko membahayakan diri sendiri dan orang lain
5. Pasien tahanan pemerintah

E. Kontraindikasi Penggunaan Restrain


1. Tidak mendapatkan ijin tertulis dari keluarga pasien
2. Pasien kooperatif

F. Hal-hal yang Perlu Diobservasi Selama Penggunaan Restrain


1. Tanda vital
2. Tanda cedera yang berhubungan dengan proses pengikatan
3. Asupan nutrisi dan hidrasi
4. Sirkulasi dan rentang gerak sendi
5. Higiene dan eliminasi
6. Status fisik dan psikologis

2
G. Komplikasi Fisik yang Bisa Ditimbulkan Akibat Pemasangan Restrain
1. luka tekan
2. Retensi urin
3. Inkontinensia urin
4. Sulit BAB

H. Macam-macam Restrain
1. Pembatasan fisik
a. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien,
menggerakkan pasien atau mencegah pergerakan pasien.
b. Jika pasien dengan mudah meloloskan diri/melepaskan diri dari
pegangan staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai satu restrain.
c. Pemegangan fisik biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan
untuk melakukan suatu pemeriksaan fisik/tes rutin. Namun, pasien
berhak untuk menolak prosedur ini.
d. Memegangi pasien dengan tujuan untuk membatasi pergerakan
pasien dan berlawanan dengan keinginan pasien termasuk suatu
bentuk restrain.
e. Pemegangan pasien secara paksa saat melakukan prosedur
pemberian obat (melawan keinginan pasien) dianggap suatu
restrain. Sebaiknya, kalaupun terpaksa memberikan obat tanpa
persetujuan pasien, dipilih metode yang kurang bersifat
restriktif/sedikit mungkin menggunakan pemaksaan.
f. Pada beberapa keadaan, di mana pasien setuju untuk menjalani
prosedur/medikasi tetapi tidak dapat berdiam diri/tenang untuk
disuntik/menjalani prosedur, staf boleh memegangi pasien dengan
tujuan prosedur/pemberian medikasi berjalan dengan lancar dan
aman. Hal ini bukan merupakan restrain.
g. Pemegangan pasien, biasanya anak/bayi, dengan tujuan untuk
menenangkan/memberi kenyamanan kepada pasien tidak
dianggap sebagai restrain
2. Pembatasan kimia
Pembatasan kimia dengan obat memerlukan persetujuan DPJP.
Pembatasan jenis ini termasuk jenis restrain farmakologi. Karena

3
melibatkan penggunaan obat untuk membatasi pasien, penggunaan
obat ini hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien/membatasi
kebebasan bergerak pasien. Obat-obatan seperti obat anti ansietas,
obat sedasi untuk pasien insomnia tidak sebagai restrain.
3. Pembatasan psikologis
Meliputi pemberitahuan secara terus menerus pada pasien mengenai
hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
4. Pembatasan mekanis
Restrain mekanis yang melibatkan penggunaan alat, misalnya :
a. Penggunaan papan fiksasi infus ditangan pasien, bertujuan untuk
stabilisasi jalur intravena, jika papan ini diikat ke tempat tidur atau
keseluruhan lengan pasien diimobilisasi sehingga pasien tidak
dapat mengakses bagian tubuhnya secara bebas, maka
penggunaan papan ini dianggap sebagai restrain.
b. Limb restrains (restrain pergelangan tangan), Elbow restrains
(khusus untuk daerah sikut). Restrain ini digunakan pada
umumnya untuk anak-anak atau bayi guna mencegah anak
menekuk tangan dan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang
menempel pada anak.
c. Mummy restrains (pada bayi), Crib nets (box bayi dengan
penghalang) teknik ini dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak
dan jatuh serta untuk mengontrol pergerakan selama
pemeriksaan.
d. Belt restrains (sabuk restrain), pengaman sabuk pada dewasa.
Alat pengaman pasien yang terbuat dari kain yang dipasangkan
pada anggota tubuh bagian dada dan diikatkan pada ke dua sisi
tempat tidur. Sabuk pengaman yang tersedia di kursi roda
termasuk restrain
e. Mitt or Hand restrains (restrain tangan) berguna untung
membungkus tangan guna menghindari garukan atau pasien
mencederai orang lain.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan penggunaan alat pembatasan gerak (restrain) di Rumah Sakit


Umum Daerah Sayang Kabupaten Cianjur diterapkan di semua ruang
rawat inap dan IGD yang memiliki perilaku berisiko membahayakan diri
sendiri atau orang lain, tahanan pemerintah, semua pasien gelisah
dengan risiko jatuh yang akan menghambat proses perawatan.
2. Pelaksana panduan adalah tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya
di Rumah Sakit Umum Daerah Sayang Kabupaten Cianjur yang bertugas
di ruang rawat inap dan IGD.
3. Prinsip
Petugas yang terkait harus mempunyai keahlian dan kemampuan dalam
mengoperasikan alat pembatasan gerak (restrain).
4. Kewajiban dan tanggung jawab
Tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya, memahami dan
menggunakan alat pembatasan gerak (restrain) di Rumah Sakit Umum
Daerah Sayang Kabupaten Cianjur.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi pasien
Lakukan identifikasi apakah pasien memerlukan restrain, bila perlu
konsultasikan ke DPJP.
B. Informed consent
Persetujuan merupakan langkah awal dilakukan suatu tindakan restrain,
informed consent harus disetujui oleh pasien atau keluarga, dibuktikan
dengan adanya tanda tangan atas persetujuan tindakan dan di
dokumentasikan di rekam medik pasien. Jelaskan pada pasien/keluarga
alasan penggunaan restrain.
C. Prosedur memasang restrain
1. Restrain mumi/bedong
a. Cuci tangan
b. Petugas pakai handsoon
c. Letakan kain restrain atau selimut pada tempat tindakan dengan
salah satu sudut dilipat
d. Tempatkan bayi pada sudut lipatan kain restrain atau selimut
e. Salah satu ujung ditarik ke tengah tubuh dan diselipkan ke bawah
tubuh
f. Ujung kedua ditarik ke tubuh dan diselipkan dan sudut bagian
bawah dilipat dan diselipkan atau diikat dengan pin.
g. Apabila diperlukan pemeriksaan daerah dada maka restrain dapat
dimodifikasi dengan dada yang terbuka.
h. Rapihkan alat
i. Dokumentasikan
2. Restrain tangan dan kaki
a. Cuci tangan
b. Bila perlu petugas pakai handsoon
c. Bila memakai restrain kain, Lapisi tangan atau kaki yang akan di-
restrain dengan bantalan/kain kasa untuk mencegah tekanan,
kontriksi atau cedera jaringan. Bila memakai alat velcro pastikan
kedua ujung berfungsi.

6
d. Ikatkan tali pengikat tepat pada bantalan, pastikan ikatan tidak
terlalu kencang
e. Ujung tali pengikat ikatkan di tempat tidur jangan diikatkan pada
penghalang tempat tidur
f. Periksa bagian distal extermitas apakah ada gangguan sirkulasi
atau tidak
g. Rapihkan alat
h. Petugas cuci tangan
i. Dokumentasikan
3. Belt restrain (Sabuk)
a. Cuci tangan
b. Pastikan bahwa sabuk pengaman berfungsi dengan baik.
c. Apabila sabuk pengaman Velcro akan digunakan, pastikan
bahwa kedua bagian velcro utuh
d. Apabila sabuk tersebut memiliki bagian yang panjang dan bagian
yang pendek,letakan sabuk yang panjang di belakang (dibawah)
klien yang berbaring serta ikat tali tersebut pada rangkai tempat
tidur yang dapat digerakan. Bagian panjang yang diikat pada
rangka tempat tidur tersebut akan bergerak ke atas saat kepala
tempat tidur dinaikan sehingga klien tidak akan tersesak. Letakan
sabuk yang pendek diatas baju sekitar disekitar pinggang klien.
Diantara klien dan sabuk harus ada jarak selebar satu jari.
e. Atau pasang sabuk disekitar pinggang klien dan ikat sabuk
dibagian belakang kursi
f. Atau apabila sabuk diikat pada brankar, fiksasi sabuk diatas
pinggul atau abdomen klien. Restrain sabuk harus dipasang
pada semua klien yang berbaring diatas blankar walaupun pagar
blankar dipasang.
4. Restrain Siku
a. Cuci tangan
b. Lingkarkan restrain siku (jika menggunkan restrain siku yang
sudah jadi)
c. Rekatkan dengan plester atau pin
d. Periksa bagian distal
e. Dokumentasikan

7
D. Kriteria pelepasan restrain
1. Kondisi pasien stabil dan kooperatif
2. Pasien tidak beresiko melukai diri sendiri atau orang lain
E. Pencegahan cedera akibat pemasangan restrain
Pencegahan cedera adalah suatu upaya pencegahan kerusakan fisik
yang terjadi ketika tubuh manusia tiba-tiba mengalami penurunan energi
dalam jumlah yang melebihi ambang batas toleransi fisiologis atau akibat
dari kurangnya satu atau lebih elemen penting seperti oksigen.
Langkah langkah pencegahan cedera:
1. Alat restrain menggunakan restrain yang aman dan tidak melukai
2. Restrain yang aman menggunakan yang bermanset
3. Alat restrain yang dari kain diberi bantalan/kain kassa sehingga lembut
tetapi kuat
4. Penampang manset harus lebar untuk menghindarkan cedera lecet
pada kulit ekstremitas yang dilakukan restrain
5. Bila memakai alat velcro/alat yang sudah jadi pastikan kedua ujung
berfungsi.
6. Bila terjadi luka lecet, hentikan darah yang keluar(bila ada darah)
7. Lakukan pembersihan dengan cairan normal salin 0.9%
8. Bila diperlukan salep maka berikan salep (disesuaikan dengan
rekomendasi dokter)
9. Bila luka lecet kecil biarkan terbuka, bila perlu di tutup dengan perban
untuk mencegah infeksi
10. Ganti perban setidaknya sehari sekali atau sesuia kebutuhan
F. Rencana asuhan keperawatan
1. Identifikasi kebutuhan pasien, konsultasikan ke DPJP
2. Informed consen pada keluarga
3. Observasi tiap 30 menit meliputi keadaan umum, kebutuhan restrain
dan tanda vital ditulis di formulir observasi pemasangan restrain.
4. Observasi tanda cedera akibat restrain
5. Observasi status nutrisi dan hidrasi
6. Observasi sirkulasi area yang di restrain
7. Latih rentang gerak sendi
8. Perhatikan tentang kebersihan diri
9. Re-evaluasi kebutuhan restrain setelah 24 jam, konsultasikan ke DPJP

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Penggunaan alat pembatasan gerak/restrain didokumentasikan


meliputi:
1. Deskripsi kondisi pasien
2. Deskripsi perilaku pasien
3. Deskripsi alasan dan jenis penggunaan restrain
4. Evaluasi perilaku dan kondisi medis pasien setelah mengaplikasikan
restrain
5. Intervensi alternatif yang bersifat kurang restriktif yang telah dilakukan
6. Respon pasien terhadap intervensi yang digunakan, rasionalisasi
penggunaan restrain

Anda mungkin juga menyukai