Anda di halaman 1dari 43

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN


Jl. Radjamin Purba, SH Telepon (0622) 7076032

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN


KABUPATEN SIMALUNGUN
NOMOR: 800.045 / 184 / 331 / 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN
SIMALUNGUN
Menimbang : a. bahwa pemberian diet yang tepat dan sesuai pada pasien rawat
inap memberikan dampak bagi penyembuhan;
b. bahwa dalam mencapai ketepatan pemberian diet kepada pasien
di rumah sakit serta mendukung proses penyembuhan penyakit
pasien membutuhkan kolaborasi antara dokter, perawat, dan ahli
gizi;
c. bahwa dokter memiliki peran penting dalam menentukan diet
yang tepat sesuai dengan kondisi dan diagnosis pasien;
d. bahwa komunikasi yang baik antara dokter, perawat, dan ahli gizi,
serta keseragaman prosedur diperlukan dalam mencapai
keberhasilan terapi gizi pada pasien;
e. bahwa berdasarkan poin a sampai d di atas perlu ditetapkan
Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Pasien.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;
4. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
Nomor 800.045 / / 331 / 2022 tentang Pedoman Pelayanan
Gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan.
5. Surat Keputusan Pimpinan Bupati Simalungun
No.188.45/3101/27.3/2022 tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN


PELAYANAN GIZI
Pasal 1
Tujuan Pedoman Pelayanan Gizi ini antara lain:
1) Sebagai Pedoman bagi dokter dalam menentukan advis diet awal kepada pasien;
2) Sebagai Pedoman bagi perawat/bidan dalam memberikan informasi diet kepada petugas gizi;
3) Tercapainya efektivitas dan efisiensi terapi gizi pasien serta menghindari kejadian kesalahan
pemberian diet.

Pasal 2
Penentuan advis diet pasien dilakukan oleh dokter, dan dapat dimulai dari dokter jaga Instalasi
Gawat Darurat, dokter spesialis yang memondokkan pasien dari rawat jalan, maupun oleh Dokter
Penanggung Jawab Pasien di rawat inap.

Pasal 3
Permintaan diet yang dibuat oleh dokter termuat dalam Formulir Permintaan Diet Pasien Rawat
Inap sebagaimana terlampir dalam Lampiran III Peraturan Direktur ini.

Pasal 4
1) Permintaan diet yang ditulis oleh dokter pada formulir permintaan diet meliputi bentuk dan
jenis diet;
2) Permintaan diet yang ditulis oleh dokter pada formulir permintaan diet memperhatikan
indikasi pemberian atau kondisi penyakit pasien sebagaimana tertulis pada Lampiran II
Peraturan Direktur ini;
3) Contoh cara pengisian formulir permintaan diet pasien rawat inap terlampir dalam Lampiran
III Peraturan Direktur ini.

Pasal 5
1) Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan dalam pemberian terapi gizi pasien;
2) Ahli gizi harus berkolaborasi dengan dokter dan perawat/bidan penanggungjawab pasien
dalam menindaklanjuti advis diet yang diberikan demi mencapai keberhasilan terapi gizi.

Pasal 6
Pedoman Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 sampai 5 agar digunakan sebagai acuan bagi dokter, perawat/bidan, serta ahli gizi
dalam menyelenggarakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Pasal 7
1) Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan dapat dievaluasi dan dilakukan
perbaikan sebagaimana diperlukan;
2) Peraturan Direktur ini wajib dilaksanakan oleh seluruh civitas Rumah Sakit Umum Daerah
Perdagangan.
Ditetapkan di : Perdagangan
Pada Tanggal : 23 Maret 2022
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
Direktur,

dr. Lidya Rayawati Saragih, M.Kes


NIP : 197009242007012003
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PERDAGANGAN
NOMOR :
800.045 / 184.1 / 331 / 2022
TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN GIZI PASIEN

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PASIEN


A. Latar Belakang
Pemberian diet yang tepat pada pasien yang dirawat dapat memberikan dampak positif dalam
mendukung penyembuhan. Sebaliknya, kesalahan dalam pemberian diet dapat berpengaruh
secara langsung terhadap kondisi pasien, menghambat proses penyembuhan, memperpanjang
masa rawat, bahkan dapat membahayakan kesehatan pasien. Komunikasi yang terjalin baik
antara dokter yang merawat pasien dengan ahli gizi merupakan salah satu faktor pendukung
keberhasilan ketepatan pemberian diet pada pasien. Selain itu, pengetahuan yang cukup terkait
diet juga menjadi faktor kunci dalam penentuan diet dengan tepat.

B. Tujuan
1. Sebagai Pedoman bagi dokter penanggung jawab pasien maupun dokter jaga dalam
menentukan advis diet awal kepada pasien.
2. Sebagai Pedoman bagi perawat penanggungjawab pasien dalam memberikan informasi
dan berkolaborasi dengan ahli gizi terkait terapi gizi pasien.
3. Tercapainya efektivitas dan efisiensi terapi gizi pasien serta menghindari kejadian
kesalahan pemberian diet.

C. Pedoman Diet
1. Bentuk Diet
Bentuk diet merupakan konsistensi atau bentuk fisik dari diet yang diberikan.
Bentuk diet dipilih oleh dokter sesuai dengan kemampuan sistem pencernaan pasien dalam
mencerna makanan. Bentuk diet diberikan sesuai kemampuan saluran pencernaan pasien
dari konsistensi cair, saring, lunak, hingga padat/keras. Bentuk diet yang tersedia di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan adalah sebagai berikut.
a. Nasi
b. Nasi Tim
c. Bubur Kasar/Bubur Nasi
d. Bubur Saring
e. Bubur Halus
f. Cair
2. Jenis Diet
Jenis diet adalah karakteristik diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi/penyakit
pasien. Jenis diet dipilih oleh dokter sesuai dengan kebutuhan gizi dan kondisi penyakit
pasien.
Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan menyediakan jenis diet sebagai
berikut.
a. Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
Indikasi Diet TKTP: Diet TKTP diberikan pada pasien dengan peningkatan kebutuhan
energi dan protein, pasien malnutrisi dan Kurang Energi Protein (KEP), pasien pra dan
pasca bedah (bukan saluran cerna), pasien multi trauma, pasien yang menjalani
radioterapi dan kemoterapi, pasien luka bakar berat, baru sembuh dari penyakit panas
tinggi, hipertiroid, hamil, dan post-partum.
b. Rendah Sisa Indikasi:
Diet rendah sisa diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan saluran cerna
akut, divertikulitis akut, penyumbatan sebagian saluran cerna, hemoroid berat, serta
pada pra dan pasca bedah saluran cerna.
c. Rendah Purin Indikasi:
Diet rendah purin diberikan kepada pasien dengan asam urat, gout arthritis, dan batu
asam urat.
d. Rendah Protein Indikasi:
Diet rendah protein diberikan kepada pasien gagal ginjal yang memerlukan penurunan
kabutuhan protein (predialisis).
e. Rendah Kolesterol Indikasi:
Diet rendah kolesterol diberikan kepada pasien yang harus membatasi makanan
dengan kadar kolesterol tinggi seperti pada pasien dislipidemia dan
hiperkolesterolemia.
f. Rendah Kalori (RK) Indikasi:
Diet rendak kalori diberikan kepada pasien Obesitas dengan penurunan kebutuhan
energi.
g. Rendah Garam (RG) I (200-400 mg Na atau tidak ditambah garam dapur) Indikasi:
Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan hipertensi
berat.
h. Rendah Garam (RG) II (600-800 mg Na atau ½ sdt garam dapur (2 g) Indikasi:
Diet rendah garam II diberikan kepada pasien dengan edema, asites, atau hipertensi
tidak terlalu berat.
i. Rendah Garam (RG) III (1000 atau 1200 mg Na atau 1 sdt (4 g) garam dapur Indikasi:
Diet rendah garam diberikan kepada pasien hipertensi ringan.
j. Diet Lambung Indikasi:
Diet diberikan kepada pasien dengan gangguan lambung (Gastritis, Ulkus, Peptikum,
Tifus Abdominalis) & pasca bedah saluran cerna atas.
k. Diet Hati (DH) 3 Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien gangguan fungsi hati dan kandung empedu.
l. Diet Diabetes Melitus (DM) Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien Diabetes melitus tanpa komplikasi atau dengan
komplikasi yang tidak membutuhkan peningkatan dan penurunan kebutuhan protein.
Jenis Diet DM menurut jumlah kebutuhan energinya dibagi menjadi
Diet DM 1100 kkal, Diet DM 1300 kkal, Diet DM 1500 kkal, Diet DM 1700 kkal,
Diet DM 1900 kkal, Diet DM 2100 kkal, Diet DM 2100 kkal, Diet DM 2300 kkal,
Diet DM 2500 kkal.
m. Diet DM Tinggi Protein Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien diabetes melitus dengan komplikasi penyakit yang
membutuhkan peningkatan kebutuhan protein.
n. Diet DM Rendah Protein Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien Diabetes melitus dengan komplikasi penyakit yang
membutuhkan penurunan kebutuhan protein.
o. Diet Jantung (DJ) Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien dengan penurunan kemampuan jantung, serangan
jantung, dan pasca operasi jantung.
p. Diet Post Hemodialisis (HD) Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien Gagal Ginjal Kronis (CKD) yang baru saja menjalani
hemodialisis.
q. Diet Ginjal Indikasi:
Diet diberikan kepada pasien dengan diagnosis gagal ginjal, baik yang diharuskan
menjalani hemodialisis maupun tidak. Diet ginjal diberikan bilamana pasien gagal
ginjal yang diharuskan menjalani hemodialisis, namun belum terlaksana.
r. Diet Anak Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien anak yang tidak memerlukan diet khusus. Prinsip diet
ini sama seperti diet TKTP, disesuaikan dengan kebutuhan energi untuk anak dalam
tahapan usia tertentu.
Anak usia 6-11 bulan diberikan diet berupa makanan pendamping ASI (MPASI)
dengan konsistensi disesuaikan dengan tahapan usia.
s. Diet Ibu Menyusui Indikasi:
Diet ini diberikan kepada pasien ibu menyusui tanpa komplikasi. Prinsip diet ini sama
seperti diet TKTP.

3. Kombinasi Bentuk dan Jenis Diet yang Tersedia


Penetapan diet kepada pasien dapat berupa bentuk tunggal, yakni pada satu jenis penyakit.
Namun, beberapa jenis diet dapat pula dikombinasikan tergantung pada kompleksitas
penyakit. Contoh bentuk dan jenis diet tunggal (1 jenis diet)
a. Nasi Diet Jantung
b. Nasi Tim Diet Anak
c. Bubur Nasi Diet Anak
d. Cair Tinggi Protein
e. Nasi Diet DM 1500 kkal
f. Dan lain sebagainya
Contoh kombinasi bentuk dan jenis diet (lebih dari 1 jenis diet)
a. Nasi Rendah Kalori Tinggi Protein
b. Cair Tinggi Kalori Rendah Protein
c. Nasi Tim Diet Lambung Tinggi Protein
d. Nasi Tim Diet Jantung Rendah Kalori
e. Dan lain sebagainya.

D. Tata Laksana Penetapan Diet Pasien oleh Dokter


1. Kewajiban Dokter
a. Dokter yang merawat-inapkan pasien, baik dari IGD maupun poliklinik wajib
menetapkan diet pada pasien sesuai dengan diagnosis, kondisi, dan status gizi pasien.
b. Dokter yang merawat-inapkan pasien menuliskan advis diet pasien pada formulir
permintaan diet pasien.
c. Dokter spesialis selaku Dokter Penanggung Jawab Pasien pada pasien rawat inap
melakukan evaluasi permintaan diet sesuai dengan kondisi pasien terkini, serta
melakukan perubahan advis diet apabila diperlukan.

2. Kewajiban Petugas Rawat Inap (Perawat & Bidan)


a. Perawat/Bidan wajib menuliskan identitas pasien dan riwayat alergi pasien pada
lembar permintaan diet yang akan diisi oleh dokter.
b. Perawat/Bidan wajib memberitahukan petugas gizi apabila ada permintaan diet pasien
terkini (baik pasien lama maupun pasien baru).
c. Perawat/Bidan wajib memberikan lembar permintaan diet yang telah diisi kepada
petugas gizi, secepatnya setelah permintaan diet dibuat.
d. Perawat/Bidan wajib menuliskan advis diet awal maupun perubahan diet oleh dokter
pada rekam medis pasien dalam lembar Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
(CPPT).

3. Cara Pengisian Form Permintaan Diet Pasien.


a. Identitas pasien dan data masuk
FORM PERMINTAAN DIET PASIEN RAWAT INAP
Tanggal Permintaan Diet ______ / ______________ / ___________

Nama Pasien :___________________ Diagnosis : _________________________


No. RM :_______________________ DPJP : _____________________________
Umur :_________________________ Riwayat Alergi : _____________________
Ruang :_________________________

1) Tanggal Permintaan Diet Perawat/bidan menuliskan tanggal permintaan diet dibuat.


2) Nama Pasien Perawat/bidan menuliskan nama pasien dengan lengkap sesuai RM.
3) No RM Perawat/bidan menuliskan nomor rekam medis pasien.
4) Umur Perawat/bidan menuliskan umur pasien sesuai RM.
5) Kamar Perawat/bidan menuliskan kamar perawatan pasien.
6) Diagnosis Perawat/bidan menuliskan diagnosis pasien pada saat permintaan diet
dituliskan. (Permintaan diet bisa diulang kembali dan diubah sesuai perkembangan
kondisi penyakit pasien).
7) DPJP Perawat/bidan menuliskan nama DPJP yang nantinya akan bertindak sebagai
dokter penanggung jawab pasien tersebut di rawat inap.
8) Riwayat Alergi Perawat/bidan menuliskan riwayat alergi pasien bila ada.

b. Bentuk diet
BENTUK DIET
 Nasi  Nasi Tim  Bubur Nasi  Bubur Saring  Bubur Halus  Cair

Dokter jaga IGD atau Dokter Penanggungjawab Pasien memberi centang (√) pada
kolom bentuk diet sesuai dengan kemampuan saluran pencernaan pasien.
c. Jenis diet
JENIS DIET
 TKTP  Rendah Kolesterol/Lemak (RL)  Rendah Garam I ( no salt)
 Tinggi Kalori (TK)  Diet Hati (DH)  Rendah Garam II (1/2 sdt)
 Rendah Kalori (RK)  Diet Jantung (DJ)  Rendah Garam III (1 sdt)
 Tinggi Protein (TP)  Diet Lambung (DL)  Diet Ginjal
 Rendah Protein (RP)  Diet DM __________ kkal  Diet Post Hemodialisis
 Rendah Purin (RPu)  Diet DM TP ________ kkal  Diet Anak ______ bln/thn
 Rendah Sisa (RS)  Diet DM RP ________ kkal  Diet Ibu Menyusui

Dokter jaga IGD atau Dokter Penanggungjawab Pasien memberi centang (√) jenis diet
yang dipilih sesuai dengan kebutuhan gizi pasien. Jenis diet dapat dipilih atau
dicentang (√) lebih dari satu bergantung pada kompleksitas penyakit pasien. Ahli Gizi
akan mengakomodir dan menindaklanjuti permintaan diet dari dokter dalam bentuk
preskripsi diet dalam intervensi gizi. Ahli gizi akan berkoordinasi dengan perawat dan
Dokter Penanggungjawab Pasien terkait terapi gizi yang diberikan, serta melakukan
konfirmasi ulang apabila terdapat ketidaksesuaian antara perintah diet dengan kondisi
pasien.
d. Permintaan Diet Khusus
Permintaan Diet Khusus:
 Ekstra putih telur dengan frekuensi pemberian ______ kali/hari.
 Lainnya (sebutkan) __________ dengan frekuensi pemberian ____ kali/hari.

Dokter jaga IGD atau Dokter Penanggungjawab Pasien memberi centang (√) pada
pilihan diet khusus atau menyebutkan diet khusus yang diminta. Permintaan diet
khusus hanya diisi apabila kondisi pasien tidak dapat diberikan jenis diet reguler, atau
terdapat kekhususan diet pada pasien tersebut yang berbeda dengan pasien lainnya.
e. Tanda-tangan dokter yang memintakan diet

Dokter yang merawat

_____________________________
(Nama lengkap dan tanda tangan)
Kolom ini diisi oleh dokter. Apabila yang memintakan diet adalah dokter IGD, maka
yang bertandatangan adalah dokter IGD. Namun, apabila yang memintakan diet adalah
dokter spesialis di rawat inap, maka yang bertandatangan adalah dokter spesialis
tersebut (DPJP).
E. Dokumentasi
1. Form Permintaan Diet dicetak rangkap dua
2. Form asli setelah diisi, disimpan di dalam rekam medis pasien.
3. Form kopian disendirikan dan disampaikan segera kepada petugas gizi untuk ditindak-
lanjuti.

Ditetapkan di : Perdagangan
Pada Tanggal : 23 Maret 2022
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
Direktur,

dr. Lidya Rayawati Saragih, M.Kes


NIP : 197009242007012003
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PERDAGANGAN

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

RSUD PERDAGANGAN-KABUPATEN SIMALUNGUN


JLN. RADJAMIN PURBA, SH PERDAGANGAN
0622 7296012,  21184
Email : rumahsakitperdagangan@gmail.com

1
BAB I
DEFENISI

A. Pengertian
Pelayanan Gizi yaitu suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi
gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
sehat atau sakit.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan gizi pada pasien di rumah sakit khususnya di rawat inap, untuk keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolisme,
dalam rangka upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.
Konsep pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan individu dan keadaan klinis, status gizi dan metabolisme tubuh. Keadaan gizi
seseorang sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan penyakit.
Tim Asuhan atau Tim Terapi Gizi adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang
terkait dengan pelayanan gizi paasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter
spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasi dari setiap unit pelayanan, bertugas
bersama memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang secara untuk
melaksanakan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi dan dietetik, pendidikan
dasar akademi gizi.
Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan perbaikan sikap dan prilaku sehingga
membantu pasien/klien dalam mengatasi masalah gizi, dilakukan oleh seorang
nutrisionis/dietisien.
Penyuluhan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan
yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan
status gizi dan kesehatan.Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan
masyarakat massal, dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari.
Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai
standar yang memuaskan baik kualitas petugas maupun sarana serta prasarana untuk
kepentingan klien.
Sanitasi Pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan
bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia
2
B. Tujuan
1. Untuk menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesa, antropometri, gejala klinis dan biokimia tubuh
2. Untuk menyelenggarakan pola makan berdasarkan pengkajian gizi pasien, anamnesis dan
pola makan
3. Untuk menentukan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
4. Untuk menentukan bentuk bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah pemberian
serta cara pengolahan bahan makanan
5. Untuk menyelenggarakan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai
perubahan klinis, status gizi dan status laboratorium
6. Untuk menyelenggarakan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada pasien
dan keluarganya

BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pesanan Makanan Sesuai Status Gizi dan Kebutuhan Pasien
Kebutuhan gizi pasien adalah kebutuhan energi dan zat gizi minimal yang diperlukan tubuh
untuk hidup sehat.Zat gizi yang penting bagi kesehatan adalah karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.Semua ini dibutuhkan untuk membangun dan mengganti jaringan yang
rusak, memberi energi dan membuat zat-zat penting seperti enzim dan hormon. Zat gizi
tersebut dapat diperoleh melalui makanan dan proses pencernaan. Proses pencernaan
memecah zat gizi secara mekanis dengan mengunyah dan gerak peristaltik usus, dan secara
kimiawi dengan kelenjar ludah dan usus.

Pesanan makanan harus sesuai status gizi dan kebutuhan pasien seperti :
1. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang, menurut keadaan penyakit
dan status gizi masing-masing pasien;
2. Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi gastrointestinal
dan penyakit masing-masing pasien;
3. Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak
mengandung bahan yang bisa menimbulkan gas, tidak mengandung bahan yang lengket,
tidak terlalu pedas, asin, berminyak serta tidak terlalu panas atau dingin;
4. Makanan yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna. Makanan
alami jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau dikalengkan;
5. Makanan dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan pasien yang
umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembau.

B. Pemilihan Variasi Makanan dengan Kondisi Pasien di Rumah Sakit


Bentuk makanan di rumah sakit disesuaikan dengan keadaan pasien.Makanan tersebut
dibedakan dalam makanan biasa, makanan lunak, makanan saring dan makanan cair.
1. Makanan biasa
Makanan biasa sama dengan makanan sehari hari yang beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur dengan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada
3
pola makanan seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang
dewasa sehat.Makanan biasa diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet
khusus yang berhubungan dengan penyakitnya, makanan sebaiknya diberikan dalam
bentuk yang mudah dicerna, dan tidak merangsang saluran pencernaan.
2. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan
dan dicerna, makanan ini cukup kalori, protein dan zat-zat gizi lainnya.Menurut keadaan
penyakitnya makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau sebagai
perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.Makanan lunak diberikan kepada
pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan penyakit infeksi dengan kenaikan suhu
tubuh tidak terlalu tinggi.
3. Makanan saring
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus dari
makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna.Makanan saring diberikan
kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi
saluran cerna, serta pada pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan.Menurut
keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau
perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
4. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.Makanan
ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan dan
mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa
mual, muntah.Pasca pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah makanan dapat
diberikan secara oral atau parenteral.

C. Pemberian Edukasi Tentang Pembatasan Diet Pasien Kepada Keluarga Pasien


Edukasi atau pendidikan pasien diakui sebagai hal yang sangat penting untuk kesembuhan
pasien.Pada pasien dengan penyakit tertentu memiliki berbagai permasalahan fisik maupun
psikologis yang membutuhkan bantuan perawatan dalam mengatasinya khususnya dalam hal
memberikan pendidikan kesehatan.
Keluarga pasien perlu mempunyai sikap yang positif untuk mencegah kekambuhan pada
pasien khususnya pada pasien dengan penyakit tertentu yang memerlukan pengobatan dan
perawatan dalam jangka panjang.Keluarga perlu memberikan dukungan (support) kepada
pasien untuk meningkatkan motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan
secara mandiri. Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi
kembali, menciptakan kondisi lingkungan supportif, menghargai secara pribadi dan
membantu pemecahan masalah pasien sehingga akan meningkatkan keberhasilan pasien
dalam menjalani proses pengobatan.
Untuk meningkatkan pelayanan gizi yang berdaya guna dan terpadu sebaiknya semua tenaga
rumah sakit baik medik, para medik, dan non medik memiliki pengetahuan gizi praktis.
Pengetahuan tersebut dapat diberikan oleh tenaga gizi yang ada dirumah sakit kepada
keluarga pasien baik secara lisan maupun tulisan bahwa keluarga pasien tidak boleh asal
memberikan makanan atau minuman kepada pasien selama dalam proses perawatan di
rumah sakit yang bertujuan untuk meningkatkan status nutrisi pasien dan mencegah
4
terjadinya interaksi yang tidak diharapkan terkait dengan pengobatan selama di rumah sakit
sehingga mempercepat kesembuhan pasien.

D. Terapi Nutrisi Parenteral Pada Pasien dengan Risiko Nutrisi


1. Gagal Hati
Penderita dengan gagal hati yang sudah mencapai tahap ensefalopati biasanya
menunjukkan gambaran abnormal dari pola AA-nya, Methionine dan Asam Amino
Aromatik (AAA) yaitu phenylalanine, tirosin dan free trytophanakan meningkat.
Sedangkan Asam Amino Rantai Panjang (AARP = BCAA; Branched Chain Amino
Acid) yaitu valine, leucine, isoleucineakan menurun.
Peningkatan AAA diduga akan menyebabkan gangguan fungsi otak akibat efek inhibisi
terhadap neurotransmiter. Dengan memberikan lebih banyak kadar BCAA pada nutrisi
penderita, akan menurunkan kadar AAA dalam darah dan cairan otak, dan merangsang
sintesis protein di hepar.
Untuk sumber energi lebih baik diberikan karbohidrat (KH) dibanding dengan lemak
(lipid), karena KH lebih baik didalam memperbaiki penggunaan BCAA dan
keseimbangan nitrogen.Selain itu pada penyakit hati, biasanya ada gangguan pada
metabolisme dan eliminasi lemak.
Untuk membuat skema terapi TNPE pada gagal hati dengan gejala ensefalopati harus
dipertimbangkan hal-hal berikut:
Skema TNPE Pada Gagal Hati

1. ENERGI - Jumlah : 150% x energi basal (BEE)


- Jenis : > 70% karbohidrat
2. Asam Amino - Jumlah : 0.8-1.1g/kg BB/hari
- Jenis : BCAA
Perlu diperhatikan bahwa pada gagal hati biasanya terjadi defisiensi: Mg, Ca, Zn, Fe,
Vitamin A, B, C, D, E, Natrium perlu dibatasi bila ada edema. Kalium hanya dibatasi
bila ada gangguan fungsi ginjal.
2. Gagal Ginjal Akut (GGA)
Pasien dengan GGA menimbulkan permasalahan dalam TNPE karena:
 Biasanya dalam keadaan hiperkatabolik
 Peningkatan kadar K, Mg, Fosfat
 Ada retensi cairan
Peranan TNPE pada penderita GGA bukan saja berguna untuk mengatasi gangguan
metabolisme, tetapi juga untuk mengurangi akumulasi ureum, melindungi fungsi
glomeruli ginjal, dan mempertahankan funsi-fungsi vital penderita.
Mengingat adanya gangguan metabolisme karbohidrat, maka pemberian kalori
pengganti glukosa, seperti fruktosa, xylitol dan sorbitol harus diberikan pada keadaan

5
hiperkatabolik secara hati-hati, yaitu tidak melebihi 0.25 g/kg BB/hari.Pada GGA
terjadi hiperkatabolik sehingga diperlukan energi lebih besar.Hiperhipidemia tipe IV A
sering dijumpai pada GGA.Oleh karena itu pemberian kalori dalam bentuk lemak
sebaiknya dibatasi sampai 25%.
Pendapat lama mengatakan bahwa pada GGA sebaiknua diberikan Asam Amino
Esensial (AAE) tanpa AA non-esensial (AAN-E), dengan hipotesa bahwa akan terjadi
daur ulang dari urea nitrogen endogen menjadi AAN-E. Tetapi ternyata daur ulang
terjadi hanya dalam prosentase kecil.Pendapat baru menganjurkan tetap diberi AAN-E
disamping AAE, dengan perbandingan tertentu.Pemberian AA dengan konsentrasi
BCAA yang lebih tinggi dianggap lebih menguntungkan bagi penderita GGA.
Skema TNPE gagal ginjal

1. Energi - Jumlah : 35-50 kcal/kg BB/hari


- Jenis : >70% KH
2. Asam Amino - Jumlah : Tanpa dialysis = 0.4-0.8 g/kg BB/hari
dengan dialisis = 0.8-1.2 g/kg BB/hari
- Jenis : AAE : AAN-E = 6:4
Masalah pada penderita GGA adalah bahwa biasanya terjadi redistribusi cairan akibat
adanya oliguria.Untuk memperkecil volume cairan, maka sebagian kalori dapat
diberikan dalam bentuk lemak, tetapi sebaiknya tidak melebihi 30% dari kalori
total.Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan dialisis atau ultrafiltrasi sehingga
kelebihan cairan dapat dibuang melalui dialisis.
3. Sepsis
Respons metabolik akibat trauma, luka bakar atau sepsis seperti hipermetabolisme,
proteolisis, resistensi insulin, dapat menimbulkan malnutrisi kalori-protein yang
progresif.
Pada keadaan sepsis yang berat biasanya sudah ada penyakit dasar berupa malnutrisi,
infeksi, gagal ginjal, kelainan hati, dan lain-lain. Akibat malnutrisi daya tahan tubuh
akan menurun, karena protein dibutuhkan untuk re-sintesis jaringan, pembentukan
immunoglobulin, makrofag, limfosit dan sistem immunologi lainnya.
Terapi nutrisi pada penderita sepsis mempunyai tujuan untuk:
 Memperbaiki malnutrisi yang sudah terjadi sebelumnya.
 Mengurangi progresifitas malnutrisi kalori-protein
 Memperbaiki status metabolisme
 Mempercepat penyembuhan pasien
Pada keadaan sepsis diperlukan kalori yang tinggi, tetapi pemberian KH yang terlalu
banyak dapat menimbulkan peningkatan CO2.Oleh karena itu sebagian sumber kalori
sebaiknya diperoleh dari lipid.KH dapat diberikan dengan kecepatan 4 mg/kg BB/menit.
Bilamana kadar gula darah>220 mg/dl sebaiknya ditambahkan insulin pada preparat
6
KH. Pada keadaan sepsis yang berat sering terjadi gastroparesis sehingga nutrisi
oral/enteral menjadi tidak memungkinkan. TNPE harus diberikan bila setelah 5 hari
terapi nutrisi oral/enteral masih tidak memungkinkan
Skema TNPE pada penderita sepsis

1. Energi - Jumlah : 25-30 kcal/kg BB/hari


- Jenis : KH dan lipid
2. Asam Amino - Jumlah : 1.5-2 g/kg BB/hari
- Jenis : AA standar (urystaline) atau BCAA

4. Pankreatitis
Pankreatitis akut yang ringan atau sedang biasanya hanya berlangsung beberapa hari dan
tidak membutuhkan terapi nutrisi khusus, cukup dengan cairan elektrolit sewaktu
dipuasakan, lalu diberi terapi enteral sesuai responsnya. Umumnya pankreatitis akut tipe
ringan dan sedang akan membaik dalam waktu 3-5 hari.
Pada pankreatitis akut tipe berat, umumnya suatu “necrotizing pancreatitis” yang dapat
disertai “fluid collection”, perdarahan, infeksi, peritonitis, abses lalu terjadi pseudikista
dan fistulasi. Pada keadaan ini dapat terjadi perburukan keadaan yang mengarah kepada
MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) dan MOF (Multiple Organ Failure).
Terapi bedah akut dengan laparotomi maupun bedah/tindakan minimal invasif seperti
percutaneusaspiration & drainage yang tergantung indikasinya, seperti infected fluid
collection, komplikasi pseudokista dan abses. Perburukan keadaan mengarah MODS
yang umumnya akan terjadi setelah 3 hari dari onset penyakit sampai beberapa minggu
kemudian.
Selama fase pankreatitis akut berat, keadaan seperti sepsis, dengan gejala-gejala
gastroparesis, dan paralitik. Sebagian usus serta malabsorpsi, dalam keadaan ini intake
nutrisi akan terganggu.
Terapi nutrisi pada penderita ini diharapkan dapat memperbaiki status nutrisi penderita,
mengurangi proses katabolisme. Terapi nutrisi sebaiknya dimulai setelah 7 hari penderita
mengalami intake yang buruk sampai fungsi gastrointestinal membaik.
TNPE sebaiknya dilakukan secepat mungkin pada penderita dengan beberapa faktor
resiko tambahan seperti : usia tua (>55 tahun), leukositosis, hipoglikemia, gangguan
enzim hati, hipoksia, hipoksemi, uremia, asidosis atau adanya sekuestrasi cairan yang
berat.
Kebutuhan kalori dan asam amino pada penderita pankreatitis tidak berbeda dengan
kebutuhan TNPE secara umum.Untuk sumber protein digunakan AA Cystaline, dan
tidak terbukti bahwa AA khusus seperti BCAA mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan Asam Amino biasa.

7
E. Mekanisme Pelayanan Gizi RSUD Perdagangan
Kegiatan Pelayanan Gizi RSUD Perdagangan dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme
berikut ini:
MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

Pasien Masuk

Perlu tindak lanjut

Rawat Inap Rawat Jalan


Monev

Kontrol Ulang

Skrining Gizi/ Assesmen & Intervensi Gizi:


rujukan Gizi Diagnosis Gizi Konseling Gizi

Skrining Gizi Skrining Pengkajian Ulang &


Ulang Revisi Rencana
Periodik Asuhan Gizi

Berisiko Berisiko Tidak berisiko Tujuan tidak


tercapai
Assesmen Penentuan Intervensi Gizi:
Monitor &
Gizi Diagnosis Pemberian Edukasi & Evaluasi Gizi
Gizi Diet Konseling
Gizi

Permintaan, Pembatalan,
Perubahan Diet

Pelayanan
makanan Perencanaan Pengadaan Penerimaan &
Pasien Menu Bahan Penyimpanan
Makanan Bahan Makanan

Pengkajian Distribusi Persiapan &


Makanan di Ruang Pengolahan
Makanan
Rawat Inap Makanan

Sumber : Modifikasi dari Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Tahun 2017
8
Penjelasan :
Gambar tentang Mekanisme Pelayanan Gizi RSUD Perdagangan Klien / pasien rumah sakit
dibedakan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
1. Pada pasien baru berdasarkan skrining gizi oleh perawat, DPJP akan menentukan
preskripsi diet, dan apakah pasien membutuhkan asesmen gizi atau tidak dengan
sistem skoring.
2. Jika pasien tidak berisiko akan dilakukan intervensi dan dilakukan skrining ulang
setiap 7 hari oleh perawat.
3. Jika pasien berisiko perawat akan membuat rujukan kepada petugas gizi rumah
sakit untuk melakukan asesmen gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi serta
monitor evaluasi.
4. Pasien dianjurkan untuk makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit, jika
ada makanan yang dibawa dari luar rumah sakit maka harus diketahui oleh petugas
kesehatan.
5. Jika ada perubahan diet maka perawat akan mencatat pada form catatan terintegrasi
pasien rawat inap.

Pada tahap intervensi / implementasi :


a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
1) Pasien dipesankan makanan biasa ke bagian gizi kecuali ada alergi makanan
maka menu akan disesuaikan dengan kebutuhannya.
2) Mulai dari permintaan, perencanaan menu, pengadaan bahan makanan,
kemudian penerimaan & penyimpanan, persiapan dan pengolahan makanan
hingga didistribusikan ke ruang perawatan dan di ruang perawatan makanan
disajikan kepada pasien.
3) Pada saat memberikan pelayanan kepada pasien, petugas akan melakukan
identifikasi dengan menanyakan nama dan usia pasien dan dicocokkan dengan
barcode yang ada pada nampan makanan.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-
lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
6) Pada hari ke-7 perawat akan melakukan skrining ulang
7) Bila tujuan diet tidak tercapai maka dilakukan pengkajian ulang & revisi rencana
asuhan gizi, prosesnya sama dengan bila ia dari semula memerlukan terapi diet.

b. Bila memerlukan terapi diet :


1) Pasien dengan persetujuan DPJP dikonsulkan kepada dokter spesialis gizi klinik.
2) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang sesuai
dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan, ada
tidaknya alergi makanan.

9
3) Saat awal hari rawat pasien memperoleh edukasi gizi tentang makanan yang
boleh, dihindari, dan dibatasi, agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya,
dan pasien dapat menerima serta menjalankan diet.
4) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat
pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan dan di ruang
perawatan makanan khusus disajikan kepada pasien sama dengan pasien tanpa
terapi diet.
5) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-
lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya dengan menggunakan form asupan makan pasien . Hasil penilaian
tersebut membuka kemungkinan apakah ia memerlukan penyesuaian diet atau
tidak.
6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses selanjutnya
sama dengan butir a.
7) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya lihat
pada butir b.
8) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang
pasien memperoleh penyuluhan/konseling gizi tentang penerapan diet di rumah.
9) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi
rawat jalan.

2. Pasien Rawat Jalan


Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter
lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.
a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi
umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dirujuk ke ahli gizi untuk memperoleh
penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan ahli gizi. Proses
selanjutnya mengikuti prosedur dari poklinik lain-lain.

F. Cara Pemberian Nutrisi


Pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Melalui Oral
Diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan
keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan
keluarga.
2. Melalui Enteral
Bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan
dan absorbsi usus masih cukup baik.Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau
berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral harus
dipertimbangkan, kerena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah
mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal
dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver.
10
3. Melalui Parenteral
Pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui
saluran pencernaan.Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan
gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya.Status nutrisi basal dan berat
ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya
pemberian nutrisi parenteral.

G. Perencanaan Terapi Nutrisi


1. Membentuk tim kerja untuk menyusun pelaksanaan terapi nutrisi yang akan dilakukan,
yang terdiri dari dietisien, dan pengawas makanan;
2. Menetapkan macam menu makanan, yang mengacu pada tujuan pelayanan terapi nutrisi
Rumah Sakit dengan menu standar, menu pilihan atau kombinasi keduanya;
3. Menetapkan lama siklus dan kurun waktu penggunaan terapi nutrisi;
4. Menetapkan pola menu dan frekunsi macam hidangan yang dirancang untuk setiap
makanan selama proses terapi nutrisi dilakukan;
5. Merancang format menu nutrisi pada makanan yang telah ditetapkan. Setiap nutrisi
yang dipilih dimasukkan dalam format menu sesuai golongan bahan makanan.

H. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi,
yaitu :
1. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien yang
bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh pasien maupun
tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain :
a. Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien.
b. Mengecek asupan makan pasien.
c. Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana/preskripsi diet.
d. Menentukan apakah status gizi pasien tetap atau berubah.
e. Menentukan apakah hasil lain baik yang positif maupun negatif.
f. Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan
dari kondisi pasien.
2. Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan atau perubahan yang
terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan
tanda dan gejala dari diagnosa gizi
3. Evaluasi hasil. Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan didaptkan 4 jenis hasil,
yaitu :
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku,
akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanan
dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan atau zat gizi dari
berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteral
maupun parenteral.

11
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran yang
terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak terhadap pasien atau terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya.
4. Pencatatan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gisi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan
Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring dan Evaluasi (ADIME). Format ADIME
merupakan model yang sesuai dengan langkah pemberian asuhan gizi terapi.

BAB III
TATA LAKSANA
Tata laksana Pelayanan Gizi pada Pasien Rawat Inap dilakukan melalui :
A. Pengkajian Status Gizi
1. Tim dokter dan staf gizi melakukan pengkajian status gizi kepada pasien sebagai proses
untuk menentukan status gizi pasien, lalu mengidentifikasi gizi (kurang atau lebih)
untuk menentukan preskripsi diet atau rencana diet, dan menu makanan yang harus
diberikan kepada pasien
2. Staf keperawatan melakukan pengukuran data antropometri kepada setiap pasien,
berupa tinggi badan, panjang badan, berat badan, tinggi lutut, tebal lemak bawah kulit,
dan lingkar lengan atas. Gangguan yang dialami pasien bisa terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh
3. Tim dokter melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien dengan melihat dan mengamati
gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang
tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderitaan gangguan gizi). Pemeriksaan fisik
yang dilakukan tim dokter yaitu untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan sebab akibat antara status
gizi dengan kesehatan pasien, serta menentukan terapi obat dan diet
4. Tim dokter juga melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit pasien serta
menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan dilakukan juga untuk menentukan
intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi
5. Staf gizi melakukan anamnesis riwayat gizi kepada setiap pasien rawat inap dengan
analisis mengenai kebiasaan makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola
makan, bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan/alergi terhadap makanan. Asupan
zat gizi diukur dengan menggunakan model makanan dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan makanan
penukar

12
B. Penentuan Kebutuhan Gizi Sesuai Dengan Status Gizi dan Penyakitnya
Staf gizi melakukan penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.Selain itu staf gizi juga perlu memperhatikan
kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena
kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.

C. Penetuan Macam atau Jenis Penyakit Sesuai dengan Penyakitnya dan Cara Pemberian
Makanan
Setelah dokter menentukan diet pasien, dietisien akan mempelajari menyusun rencana diet
dan bila sudah sesuai selanjutnya akan menerjemahkan kedalam menu dan porsi makanan
serta frekuensi makan sesuai kebutuhan pasien dengan memperhatikan zat gizi yang
dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan.

Tata Laksana Terapi Nutrisi

Pemeriksaan klinis –komposisi tubuh –data biokimia & lain-lain

Diagnosis / status Gizi & status metabolisme

Kebutuhan energi & Zat Gizi

Komposisi Zat Gizi

Cara pemberian – Oral / Enteral/ Parenteral (saluran cerna)

Bentuk/ jenis makanan/ formula & suplemen (formulasi terapi nutri)

Pemantauan & evaluasi

1. Pasien yang baru masuk diperiksa secara klinis oleh dokter.


2. Hasil pemeriksaan tersebut digunakan untuk menegakkan diagnosis status gizi seperti :
penilaian status gizi diperoleh melalui evaluasi beberapa indikator antara lain:
a. Melihat gambaran klinik dan fungsi saluran cerna
b. Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh
c. pemeriksaan kapasitas fungsional yaitu menilai kekuatan otot (kapasitas fungsional
sudah penurunan sebelum penurunan berat badan)
d. Pemeriksaan biokimia (pengukuran kadar protein viseral)
13
3. Setelah itu dokter melakukan pengkajian untuk melengkapi kebutuhan gizi dan zat gizi
yang harus diberikan pada pasien.
4. Pada saat melengkapi kebutuhan gizi, tim dokter harus memperhatikan komposisi zat
gizi yang akan dipenuhi.
5. Pemberian terapi nutrisi dapat dilakukan oleh staf gizi dengan cara oral, enteral, dan
parenteral.
6. Jenis makanan ditentukan oleh staf gizi sesuai dengan kebutuhan pasien dalam
mengikuti terapi gizi.
7. Setelah terapi gizi dilakukan, langkah terakhir yang harus dilakukan adalah pemantauan
dan evaluasi tentang hasil terapi gizi yang diberikan kepada pasien.
8. Staf gizi melakukan pencatatan dalam rekam medis pasien tentang respons pasien
terhadap terapi gizi.

D. Konseling Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana konseling
yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, tindak lanjut.Tujuan dari konseling gizi
adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini akan terwujud melalui
penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses
penyembuhan, kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan, pemecahan
masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut. Penyuluhan dan konsultasi gizi
dapat diberikan secara perorangan maupun kelompok, berdasarkan kesamaan terapi diet
pasien

E. Evaluasi dan Monitoring Pelayanan Gizi


Tim dokter melakukan monitoring untuk menentukan seberapa jauh rencana diet sudah
dibuat dan tujuan dari terapi gizi medis sudah tercapai.Pemantauan dilakukan untuk
mengukur status gizi dan kesehatan pasien dan sudah sesuai dengan rencana diet yang
diberikan berdasarkan assesmen/pengkajian gizi, diagnosis gizi, rencana intervensi dan
implementasi di ruangan.
Dietisien harus terus berkomunikasi dengan dokter penanggung jawab pasien (DPJP) agar
setiap perubahan rencana diet dapat terus dipantau dan dilaksanakan secara tepat. Sedangkan
proses evaluasi pelayanan gizi dilakukan oleh tim dokter untuk pemantauan perubahan diet
bentuk makanan, asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual,
muntah, keadaan klinis defekasi, hasil laboratorium dan lain-lain. Pemantauan berat badan
dan status gizi perlu dilakukan secara rutin, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.Pada
pasien anak pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

14
BAB IV
DOKUMENTASI
Pelayanan Gizi merupakan pelayanan yang diberikan pihak Rumah Sakit kepada pasien untuk
membantu pasien dalam memperoleh asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan pasien dengan
tujuan untuk mencapai status gizi yang sebaik-baiknya. Proses asuhan gizi di RSUD
Perdagangan diberikan melalui tim dokter, perawat dan staf gizi.

Panduan Pelayanan Gizi wajib berjalan sesuai standar yang telah ditetapkan RSUD Perdagangan,
dan dilampirkan dengan dokumen sebagai berikut :

1. Dokumen Regulasi

a. Kebijakan Pelayanan Gizi


b. Panduan Pelayanan Gizi
c. SPO Pemberian Edukasi

2. Dokumen Implementasi
a. Daftar Menu Makanan Pasien Rawat Inap
b. Pengkajian Status Gizi Dalam Rekam Medis

Demikian panduan ini dibuat untuk pedoman pelayanan gizi di RSUD Perdagangan. .Maka
segala pelayanan pasien wajib berdasarkan panduan ini terhitung setelah ditandatangani oleh
Direktur RSUD Perdagangan.

15

Anda mungkin juga menyukai