MEMUTUSKAN
Pasal 2
Pada kondisi pasien terminal perilaku dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, di Rumah
Sakit Umum Daerah Perdagangan harus diupayakan memahami dan mendukung pemenuhan
kebutuhan unik pasien pada kondisi terminal( memberikan respon pada hal psikologis, emosional,
spiritual, dan budaya dari pasien dan keluarganya)
Pasal 3
1) Pasien yang mengalami kondisi terminal dan atau keluarganya dilakukan asesmen dan
asesmen ulang untuk mengetahui beberapa gejala kondisi dan dilakukan evaluasi
2) Tata laksana penetapan pasien kondisi terminal dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP).
3) Pemberian edukasi tentang kondisi terminal dan manfaat resusitasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien dilakukan oleh DPJP
4) Tindakan yang memerlukan persetujuan pasien/ keluarga/ wali sah pasien didokumentasikan
pada lembar informed consent.
5) Dokumentasi pelayanan pasien tahap terminal terdapat pada formulir asuhan keperawatan
pada pasien tahap terminal dan disimpan dalam Dokumen Rekam Medis (DRM) pasien.
Pasal 4
1) Seluruh kegiatan pelayanan yang disebutkan akan diatur lebih lanjut dalam Panduan Pasien
Terminal sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Direktur ini.
2) Peraturan Direktur ini berlaku mulai tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : Perdagangan
Pada Tanggal : 23 Maret 2022
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
Direktur,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada orang dewasa
maupun anak setiap tahunnya terus meningkat. Sedangkan, pelayanan kesehatan saat ini
belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut,
terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan
tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah
fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan
keluarganya.
Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. Pada
perawatan pasien dalam kondisi terminal menekankan pentingnya integrasi perawatan lebih
dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Pasien dalam tahap
terminal dapat mengalami gejala yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif
atau memerlukan bantuan yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual
dan budaya yang berkaitan dengan kematian dan proses kematian.
Keluarga dan pemberi pelayanan dapat diberikan kelonggaran dalam melayani anggota
keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
Sangat penting diketahui untuk kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat seperti
memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien sehingga pasien dan keluarga dan ikhlas
dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang unik ini rumah sakit diperlakuan suatu
Panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien tahap terminal secara komprehensip dan juga terhadap
pasien dalam kondisi sakaratul maut.
B. PENGERTIAN
1. Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit dimana
terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi kesehatan
terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga akan menyebabkan kematian
dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian terapi untuk memperpanjang atau
mempertahankan hidup hanya akan berefek dan memperlama proses penderitaan atau
sekarat pasien
2. Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama makin
memburuk
3. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
4. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi
(jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
5. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan neuron otak
yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal,
paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
6. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan serebelum.
7. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
8. Witholding life support adalah penundaan bantuan hidup.
9. Withdrowing life support adalah penghentian bantuan hidup.
10. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup (Witholding life
support).
11. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin
dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary)
terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan
informasi yang cukup (informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
12. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada resipien.
13. Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
terhadap pasien dan keluarga pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Menghargai nilai yang dianut oleh pasien, agama dan preferensi budaya.
b. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
c. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari pasien
dan keluarganya.
d. Menghilangkan/ mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi.
e. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna.
f. Membantu klien menerima rasa kehilangan.
g. Membantu kenyamanan fisik “ Mempertahankan harapan”.
D. SASARAN
1. Pihak Internal Sasaran internal dalam hal ini adalah petugas medis maupun non medis
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan yang menangani pasien.
2. Pihak Eksternal Sasaran eksternal dalam hal ini adalah pasien dan keluarga pasien
BAB II
DASAR TEORI
A. PERMASALAHAN PASIEN TAHAP TERMINAL
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun sosial-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara
lain :
1. Problem Oksigenisasi adalah respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheynestokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental, agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hipoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi adalah Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltik,kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit
(misalnya: Ca Colon), retensiurin, inkontinensia urin terjadi akibat penurunan
kesadaran atau kondisi penyakit (misalnya: trauma medulla spinalis), oliguri terjadi
seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit (misalnya: gagal ginjal).
3. Problem Nutrisi dan Cairan adalah asupan makanan dan cairan menurun, peristaltik
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecahpecah, lidah kering
dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
4. Problem suhu adalah ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
5. Problem Sensori adalah Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
6. Problem nyeri adalah ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas adalah seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis adalah klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang
kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi/barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual : klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian
sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai.
B. TAHAP PENERIMAAN KENYATAAN MENJELANG AJAL
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan
menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:“Seharusnya tidak
terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?”.
Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu
(biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal
yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada
diri klien, seperti:“Mengapa hal ini terjadi dengan diriku kemarahan-kemarahan
tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan pasien,
seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.Pada pasien yang sedang
dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata:“Ya Tuhan, jangan dulu
saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.
4. Kemurungan/Depresion
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.Fase ini sangat
membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana
yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
terdekat, menulis surat wasiat, dan sebagainya.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN TERMINAL
A. TATA LAKSANA PENETAPAN PASIEN KONDISI TERMINAL
Penetapan pasien kondisi terminal dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
Langkah-langkah dokter DPJP dalam menentukan pasien kondisi terminal adalah sebagai
berikut :
1. Dokter DPJP melakukan hand hygine ketika masuk keruang perawatan pasien dan
melakukan identifikasi pasien.
2. Dokter DPJP melihat kondisi pasien dan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi pasien.
3. Dokter DPJP setelah melakukan visite pasien dan melakukan pemeriksaan, kemudian atas
pertimbangan medis menetapkan bahwa pasien tersebut dalam kondisi terminal.
4. Dokter DPJP dapat berkonsultasi dengan spesialis lain apabila diperlukan pertimbangan
mengenai penetapan kondisi terminal pada pasien.
5. Dokter DPJP memberitahukan kepada perawat atau bidan yang menangani pasien
mengenai hal tersebut dan ditulis di CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Ditetapkan di : Perdagangan
Pada Tanggal : 23 Maret 2022
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
Direktur,
F. PENGERTIAN
14. Kondisi Terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit dimana
terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan teknologi kesehatan
terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga akan menyebabkan kematian
dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian terapi untuk memperpanjang atau
mempertahankan hidup hanya akan berefek dan memperlama proses penderitaan atau
sekarat pasien
15. Pasien Tahap Terminal adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama makin
memburuk
16. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
17. Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi
(jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
18. Mati Biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan neuron otak
yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal,
paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
19. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan serebelum.
20. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
21. Witholding life support adalah penundaan bantuan hidup.
22. Withdrowing life support adalah penghentian bantuan hidup.
23. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup (Witholding life
support).
24. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin
dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary)
terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan
informasi yang cukup (informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
25. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada resipien.
26. Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.
G. TUJUAN
3. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan
terhadap pasien dan keluarga pasien.
4. Tujuan Khusus
h. Menghargai nilai yang dianut oleh pasien, agama dan preferensi budaya.
i. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
j. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari pasien
dan keluarganya.
k. Menghilangkan/ mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi.
l. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna.
m. Membantu klien menerima rasa kehilangan.
n. Membantu kenyamanan fisik “ Mempertahankan harapan”.
H. SASARAN
3. Pihak Internal Sasaran internal dalam hal ini adalah petugas medis maupun non medis
Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan yang menangani pasien.
4. Pihak Eksternal Sasaran eksternal dalam hal ini adalah pasien dan keluarga pasien
BAB II
DASAR TEORI
I. PERMASALAHAN PASIEN TAHAP TERMINAL
Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun sosial-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara
lain :
10. Problem Oksigenisasi adalah respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan
cheynestokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental, agitasi-gelisah, tekanan
darah menurun, hipoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
11. Problem Eliminasi adalah Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltik,kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit
(misalnya: Ca Colon), retensiurin, inkontinensia urin terjadi akibat penurunan
kesadaran atau kondisi penyakit (misalnya: trauma medulla spinalis), oliguri terjadi
seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit (misalnya: gagal ginjal).
12. Problem Nutrisi dan Cairan adalah asupan makanan dan cairan menurun, peristaltik
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecahpecah, lidah kering
dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan
menurun.
13. Problem suhu adalah ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
14. Problem Sensori adalah Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
15. Problem nyeri adalah ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
16. Problem Kulit dan Mobilitas adalah seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
17. Masalah Psikologis adalah klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang
kontrol diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi/barrier komunikasi.
18. Perubahan Sosial-Spiritual : klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian
sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai.
7. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal
yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada
diri klien, seperti:“Mengapa hal ini terjadi dengan diriku kemarahan-kemarahan
tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan pasien,
seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya.
8. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.Pada pasien yang sedang
dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien berkata:“Ya Tuhan, jangan dulu
saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana”.
9. Kemurungan/Depresion
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang
sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
10. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang
kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.Fase ini sangat
membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana
yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga
terdekat, menulis surat wasiat, dan sebagainya.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN TERMINAL
H. TATA LAKSANA PENETAPAN PASIEN KONDISI TERMINAL
Penetapan pasien kondisi terminal dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
Langkah-langkah dokter DPJP dalam menentukan pasien kondisi terminal adalah sebagai
berikut :
6. Dokter DPJP melakukan hand hygine ketika masuk keruang perawatan pasien dan
melakukan identifikasi pasien.
7. Dokter DPJP melihat kondisi pasien dan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi pasien.
8. Dokter DPJP setelah melakukan visite pasien dan melakukan pemeriksaan, kemudian atas
pertimbangan medis menetapkan bahwa pasien tersebut dalam kondisi terminal.
9. Dokter DPJP dapat berkonsultasi dengan spesialis lain apabila diperlukan pertimbangan
mengenai penetapan kondisi terminal pada pasien.
10. Dokter DPJP memberitahukan kepada perawat atau bidan yang menangani pasien
mengenai hal tersebut dan ditulis di CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
TATALAKSANA DNR
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
TATALAKSANA DNR
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :