Anda di halaman 1dari 16

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA


PONTIANAK
JL. JEND. A YANI, PONTIANAK – KALIMANTAN BARAT
TELEPON ( 0561 ) 581818 – FAX. ( 0561 ) 584100

PERATURAN DIREKTUR RSIA ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA


NOMOR :..........................................................
TENTANG
PANDUAN PASIEN RESIKO TINGGI YANG MEMUAT PENYAKIT MENULAR

DIREKTUR RSIA ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA

Menimbang :
a. Bahwa adanya pasien-pasien yang berisiko tinggi untuk
menularkan atau ditularkan oleh Penyakit Menular,
termasuk juga petugas yang melayani, yang membutuhkan
suatu penanganan yang khusus, untuk itu dibutuhkan
adanya suatu panduan sebagai tatalaksana dalam
pelaksanaanya.
b. Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas, perlu diterbitkan
Peraturan Direktur tentang Panduan Pasien Resiko Tinggi
Yang Memuat Penyakit Menular di RSIA Anugerah Bunda
Khatulistiwa Pontianak.
Mengingat :
1. Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite medik di Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2001 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
9. Surat Keputusan......................................tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Ibu & Anak
Anugerah Bunda Khatulistiwa.
10. Surat Keputusan...........................................tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah
Bunda Khatulistiwa.

Memutuskan :
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU & ANAK
ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA TENTANG
PANDUAN PASIEN RESIKO TINGGI YANG MEMUAT
PENYAKIT MENULAR.

Kedua : Panduan Pasien Resiko Tinggi Yang Memuat Penyakit Menular


sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Panduan ini harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 ( tiga )


tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan yang ada.

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan


apabila dikemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN : DI PONTIANAK
PADA TANGGAL : .............................
RSIA ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA

dr. H. Badarul Mochtar, Sp.OG


Direktur
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkat puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tim pasien dapat
menyelesaikan panduan ini dengan lancar.

Dalam pembuatan panduan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Rumah sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda Khatulistiwa dan semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Semoga panduan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khusunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan panduan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Pontinak,...................................................

Tim Penyusun
Lampiran I : Peraturan Direktur RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa

Nomor : ...........................................................................................

Tentang : Panduan Pasien Resiko Tinggi Yang Memuat Penyakit Menular

BAB I

GAMBARAN UMUM

Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang dapat ditularkan (
berpindah dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun perantara ).
Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah serta menyerang host atau inang ( penderita ).

Kontak adalah salah satu cara penyakit menular ditularkan baik secara kontak secara
langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi.

Untuk itu Rumah Sakit hendaknya mengembangkan, melaksanakan, menilai dan terus
memperbaiki kebijakan upaya perlindungan pasien resiko tingi yang memuat penyakit
menular sesuai dengan jenis penyakitnya termasuk didalamnya untuk pasien yang diduga
berisko menularkan penyakit kepada orang lain karena daya tahan atau kekebalannya yang
rendah ( immunocompromised )
BAB II

DASAR HUKUM

Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan tentang pasien
resiko tinggi yang memuat pasien penyakit menular terkait pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung ( legal Aspect ).

Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Undang – undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang – undang No. 36 tahun 2009 tentag Kesehatan.
3. Perturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokeran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 755/MENKES/PER/IV/2011
tentang penyelenggaraan Komite Medis di Rumah sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691 tentang Keselamatan pasien
di Rumah Sakit.
6. Surat Keputusan.....................................tentang Struktur Organisasi dan Tatat Kerja
Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda Khatulistiwa.
7. Surat keputusan........................................................tentang Pengangkatan Direktur
Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda Khatulistiwa
BAB III

TUJUAN

Panduan pasien resiko tinggi yang memuat pasien penyakit menular ini dibuat dengan tujuan:

 Sebagai acuan dalam melaksanakan prosedur pasien resiko tinggi yang memuat pasien
penyakit menular di RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa.
 Tercapainya suatu pemahaman tentang pasien resiko tinggi yang memuat pasien penyakit
menular bagi petugas kesehatan.
 Terlaksananya prosedur pasien resiko tinggi yang memuat pasien penyakit menular secara
tepat pada pasien-pasien yang memerlukan perawatan isolasi.
 Mencegah terjadinya infeksi nosokomial yang di perantarai oleh pasien menular.
BAB IV

PENGERTIAN

Penyakit menular adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologis (
seperti virus, bakteria, atau parasit ) bukan disebabkan faktor fisik ( seperti luka dan trauma )
atau kimia ( seperti keracunan ).

Prinsip Penyebaran Penyakit Menular

Kontak

Kontak yang dapat terjadi disini dapat berupa kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak
langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup dalam suatu daerah dengan
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Oleh karena itu, faktor cenderung terjadi di kota-kota
besar daripada di desa yang penduduknya masih jarang. Contoh cara penuaran penyakit
melalui kontak antara lain :

 Penularan langsung orang ke orang : sifilis, GO, lymphogranuloma venerum, chlamydia


trachomatis, hepatitis B, AIDS, dan lain-lain.
 Penularan langsung dari hewan ke orang : kelompok zoonosis
 Penularan langsug dari tumbuhan ke orang : penyakit jamur
 Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain : kontak dengan benda
terkontaminasi, dibagi menjadi :
 Melalui tanah : ancylostomiasis, trichuris dan lain-lain.
 Melalui air : schistomiasis.

Inhalasi

Inhalasi adalah cara penularan suatu penyakit melalui udara/pernapasan. Penyakit yang
ditularkan melalui udara ini sering disebut air-borne infection. Contoh penyakit yang
ditularkan lewat faktor ini contohnya : ISPA ( infeksi saluran pernapasan akut ), virus
smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri dan sebagainya.

Infeksi

Penularan secara infeksi dapat terjadi melalui penularan lewat tangan, makanan, atau
minuman yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen. Contohnya adalah :
 Water-borne disease : cholera, tifus, hepatitis dan lain-lain
 Food-borne disease : salmonellosis, disentri dan lain-lain
 Milk-borne disease : TBC, enteric fever, infant diarrhea dan lain-lain

Penetrasi pada kulit

Penetrasi pada kulit dapat dilakukan oleh mikroorganisme yang masuk tanpa
diketahui oleh Host seperti cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria yang
disebabkan oleh nyamuk atau melalui luka misalnya tetanus.

Infeksi melalui Plasenta

Infeksi diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung,
misalnya sifilis.

Penularan melalui vektor

Vektor berasal dari bahasa latin yang berarti si pembawa. Kebanyakan vektor berasal dari
golongan arthropoda (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit dari reservoir ke
pejamu potensial. Adapun penularan secara vektor dibagi menjadi :

 Mosquito borne disease : malaria, DBD, yellow fever, virus encephalitis dan lain-lain.
 Louse borne disease : epidemic tifus fever.
 Flea borne disease : pes, tifus murin.
 Mite borne disease : tsutugamushi dan lain-lain.
 Tick borne disease : spotted fever, epidemic relapsing fever.
 Oleh serangga lain : sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis ( lalat phlebotobus ),
trypanosomiasis ( lalat tsetse di Afrika ).

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Ada 3 pendekatan yang digunakan dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit infeksi
dan menular ( Soekidjo, 2007 : 42-43 ), yaitu :

1. Eliminasi reservoir ( sumber penyakit )


Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan:
 Mengisolasi penderita ( pasien )
Menempatkan pasien ditempat khusus untuk mengurangi kontak dengan orang
lain. Ruang isolasi adalah ruangan perawatan khusus dirumah sakit yang digunakan
untuk merawat pasien dengan kondisi medis tertentu secara terpisah dari pasien lain (
Sabra L. Katz-Wise, 2006 ), dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau
infeksi dari pasien tersebut kepada pasien lain atau kepada petugas kesehatan, atau
sebaliknya mencegah pasien tersebut tertular infeksi lain di rumah sakit karena daya
tahan nya yang rendah. Dengan demikian ruang berfungsi memutus siklus penularan
penyakit serta melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, ruang isolasi dapat digunakan untuk kasus
penyakit-penyakit infeksi antara lain HIV atau AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi
dan lain-lain.
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan sebagai tambahan terhadap
kewaspadaan standar, untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi yang di
transmisikan melalui metode droplet, kontak dan airborne. Kewaspadaan isolasi ini
diterapkan bagi semua pasien yang dirawat di rumah sakit dan meliputi :
 Hand hygine
 Penggunaan APD : sarung tangan, skort atau isolation gown, pelindung mata
daan wajah, pelindung sakuran napas.
 Praktik pelayanan yang aman untuk petugas kesehatan terhadap kemungkinan
kontak dengan bloodborne atogen : pencegahan NSI, pencegahan kontak selaput
lendir.
 Penempatan pasien
 Transportasi pasien
 Pengendalian lingkungan
 Peralatan perawatan pasien
 Linen dan laundry
 Pengelolaan sampah
 Pengelolaan peralatan makan pasien

( Guideline for Isolation Precautions : Preventing Transmission of Infectious Agents


in Healthcare Setting, CDC, 2007 )

Penerapan kewaspadaan standar ini melupti :

 Prosedur cuci tangan dengan menggunakan antiseptik sesuai dengan 5 momen


cuci tangan
 Penggunaan sarung tangan bila melakukan tindakan yang memungkinkan kontak
dengan darah atau cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat
menangani peralatan habis pakai.
 Penggunaan masker dan kacamata pelindung bila da resiko percikan darah atau
cairan tubuh ke wajah atau mata petugas.
 Penanganan jarum suntik dan alat tajam lain secara aman.
 Bersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh dengan bahan desinfeksi yang
sesuai.
 Patuhi standar untuk desinfeksi dan sterilisasi alat medis.
 Penanganan semua bahan yang tercemar dengan darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi mikroorganisme patogen
Untuk mencegah luka tusuk benda tajam :
a. Berhati-hati saat menangani alat kesehatan dengan permukaan tajam.
b. Jangan pernah menutup kembali ( reccaping ) jarum bekas pakai atau
memanipulasinya dengan kedua tangan.
c. Jangan pernah mematahkan atau membengkokkan jarum
d. Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai kedalam wadah yang tahan
tusuk dan air dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau.
e. Gunakan mouthpieces, ressucitation bags atau peralatan ventilasi lain sebagai
alternatif mulut ke mulut.

 Karantina
Membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama dengan penderita
lain yang sejenis pada tempat yang khusus di desain untuk itu. Biasanya dalam waktu
yang lama, misalnya karantina untuk penyakit kusta.
Pasien yang memerlukan kewaspadaan kontak sebaiknya ditempatkan secara tersendiri.
Namun apabila tidak tersedia kamar sendiri, direkomendasikan untuk berkonsultasi
dengan pengendali infeksi di rumah sakit, untuk melakukan penilaian resiko penularan
terhadap pasien lain ( misalnya kohorting : menempatkan pasien bersana pasien lain yang
sama penyakitnya dalam satu ruangan ).
Jika pasien ditempatkan dalam ruangan bersama pasien lain, harus dipertimbangkan
untuk mengatur jarak antar bed pasien sejauh minimal 3 feet ( 1 meter ) untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi opportunistik.
Setiap petugas kesehatan wajib menggunakan skort atau gaun pelindung dan sarung
tangan setiap kali melakukan tindakan yang memungkinkan kontak dengan pasien atau
lingkungannya. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebelum memasuki ruangan pasien
dan lepaskan APD setelah keluar dari ruangan pasien.

2. Memutuskan mata rantai penularan


Meningkatkan sanitasi lingkungan rumah sakit dan kebersihan perorangan merupakan
usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit.
Pengelolaan limbah medis infeksius ditampung dalam kantong kuning, limbah
sitostatika ditampung dalam kantong ungu, untuk selanjutnya dibakar di incinerator.
Untuk pasien-pasien yang dirawat dalam ruang isolasi bertekanan negatif, semua limbah
atau sampah yang dihasilkan dianggap sebagai sampah infeksius.
Prosedur cuci tangan dengan menggunakan antiseptik sesuai dengan 5 momen cuci
tangan. Penggunaan sarung tangan bila melakukan tindakan yang memungkinkan kontak
dengan darah atau cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani
peralatan habis pakai.

3. Melindungi orang-orang ( kelompok ) pada usia yang rentan


Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan
khusus (specific protection) dengan imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat Prophylacsis
tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis, dan disentri khusus.
Imunisasi aktif berarti kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri atas munculnya
patogen atau antigen tertentu yang masuk dalam tubuh. Sementara imunisasi pasif berarti
tubuh tidak membuat sendiri melainkan dari orang lain ( imunoglobulin ) dan dari hewan
(serum). “Cara mendapatkannya dilakukan secara alamiah dan buatan”, imunisasi alamiah
terjadi berkat antibodi yang diberikan ibu pada bayinya melalui transfer placenta atau
antibodi dalam colostrum.
Sedangkan contoh imunitas buatan adalah imunoglobulin yang dinerikan atau
dimasukkan ke tubuh kita untuk penyakit tertentu seperti hepatitis B dan tetanus.
Sedangkan serum atau antisera untuk tetanus, difteri dan rabies.
BAB V
TATA LAKSANA

Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda Khatulistiwa melakukan upaya penanganan
resiko tinggi yang memuat penyakit menular di rumah sakit, salah satunya melalui perawatan
pasien yang memerlukan isolasi, diterapkan kebijakan sebagai berikut :
1. Ruang perawatan isolasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda
Khatulistiwa adalah Ruang perawatan isolasi di...................................................................
2. Untuk kebutuhan ruang isolasi bertekanan standar, selain kedua ruang perawatan tersebut,
dapat digunakan ruang perawatan yang digunakan untuk perawatan satu pasien saja ( kelas
1 tunggal, VIP ).
3. Untuk pasien yang memerlukan perawatan intensif dan perawatan isolasi sekaligus, dapat
dirawat di Instalasi Perawatan Intensif, yang dapat diatur sebagai ruang bertekanan negatif
atau positif yang dilengkapi dengan Hepa filter.
4. RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa dapat melakukan perawatan pasien dengan penyakit
menular secara kontak, droplet dan airborne secara terbatas ( varicella, measles ).
5. Untuk kasus-kasus airborne yang bersifat fatal atau ditularkan secara multi transmisi
seperti SARS, Flu Burung atau Avian Influenza, ditetapkan untuk dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan memiliki sarana isolasi lebih baik, seperti
RSUD Soedarso Pontianak.
6. Untuk kasus HIV atau AIDS yang ditemukan di RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa,
ditetapkan untuk dirujuj ke rumah sakit yang sudah di tunjuk oleh Kementerian Kesehatan
sebagai klnik VCT yaitu RSUD Soedarso Pontianak.
7. Rumah sakit menyediakan pelayanan imunisasi.
8. Rumah sakit melakukan pencegahan dan penanggulangan TB dengan strategi Dots
9. Petugas kesehatan harus melaksanakan kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi
secara tepat dan disiplin dalam melaksanakan perawatan pasien isolasi.
BAB VI

PENUTUP

Pedoman pasien resiko tinggi yang memuat penyakit menular di Rumah Sakit ini di susun
sebagai acuan untuk melaksanakan prosedur pasien resiko tinggi yang memuat penyakit
menular. Diharapkan melalui pedoman ini dapat tercipta keseragaman pemahaman dan
persepsi dalam mewujudkan pelayanan Rumah sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda
Khatulistiwa yang berkualitas.

Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, maka tidak
menutup kemungkinan pedoman yang saat ini berlaku akan semakin disempurnakan. Oleh
karenanya, terhadap pedoman ini pun akan tetap dilakukan evaluasi secara berkala, agar
selalu diperoleh perkembangan yang terbaru, demi upaya penanganan pasien resiko tinggi
yang memuat penyakit menular di Rumah Sakit Ibu & Anak Anugerah Bunda Khatulistiwa.

DIREKTUR RSIA ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA

dr. H. Badarul Mochtar, Sp.OG


PROSEDUR PENANGANAN PASIEN DENGAN
PENYAKIT MENULAR ( TBC )
Nomor Dokumen : Nomor Revisi : Halaman
1/1

STANDAR Tanggal Ditetapkan Ditetapkn


PROSEDUR Direktur
OPERASIONAL

dr. H. Badarul Mochtar, Sp.OG


PENGERTIAN  Penyakit menular adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh sebuah agen biologis (seperti virus, bakteria/parasit)
bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka dan trauma)
atau kimia (seperti keracunan).
 TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberculosis.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pasien dengan


penyakit menular sehingga tidak terjadi penularan penyakit
kepada pasien lain maupun pada tim kesehatan.

KEBIJAKAN Pasien dengan penyakit resiko tinggi menular atau tertular


atau dengan immuno supressed akan ditempatkan di ruang
khusus, sesuai dengan Peraturan Direktur No.
......................................................., tentang Kebujakan
Pelayanan Pasien.

PROSEDUR 1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga


tentang diagnosa penyakit yang yang di derita oleh
pasien.
2. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga bahwa
penyakitnya menular.
3. Memberi penjelasan tentang cara mencegah penularan
penyakit, antara lain :
 Bila batuk, mulut ditutup dengan telapak/punggung
tangan
 Pasien dianjurkan pakai masker
 Tidak boleh meludah disembarang tempat
 Buang ludah/dahak pada tempat yang tertutup dan
diberi lisol
 Tidak berhadapan langsung saat berbicara dengan
orang lain
 Petugas memakai APD lengkap saat merawat pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Pelayanan Intensif
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA
PONTIANAK

BUKU PANDUAN
PASIEN RESIKO TINGGI YANG MEMUAT
PENYAKIT MENULAR
RSIA ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA

TAHUN 2016
PANDUAN PASIEN RESIKO TINGGI YANG MEMUAT
PENYAKIT MENULAR

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA PONTIANAK

Anda mungkin juga menyukai