Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN PELAYANAN PELAKSANAAN ASUHAN TERINTEGRASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


SEJIRAN SETASON BANGKA BARAT TAHUN 2022
Nomor : / /1.02.02/2019
Tanggal : Juni 2019
Tentang : Kebijakan asuhan pedoman asuhan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan
professional pemberi asuhan Rumah Sakit Daerah
Sejiran Setason Kabupaten Bangka Barat

PEDOMAN ASUHAN PASIEN OLEH DOKTER PENANGGUNG JAWAB


PELAYANAN (DPJP) DAN PROESIONAL PEMBERI ASUHAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH SEJIRAN SETASON


KABUPATEN BANGKA BARAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SEJIRAN SETASON

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan
penyakit serta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam
melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan
atau meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang
mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan berlangsung,
sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien. Oleh
karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan
prioritas utama dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit.
Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien dan aman
bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi
dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya. Selanjutnya pelayanan
berfokus pada pasien, patient centered care, dengan elemen utama
asuhan terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk
penerapannya diperlukan kolaborasi interprofesional para
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan persyarata
untuk mencapai tujuan tersebut dan di lengkapi dengan
kompetensi praktek kolaborasi termasuk komunikasi yang baik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter sebagai ketua tim
(Clinical Leader) sangat besar dan sentral dalam menjaga
keselamatan pasien, karena semua proses pelayanan berawal dan
ditentukan oleh dokter. Sebagai instrument monitoring dan
evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan medis yang
lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap
pasien direkam secara real time dan akurat. Apabila terjadi
sengketa medis maka rekam medis ini benar-benar dapat menjadi
alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah
dijalankan dengan benar dam sesuai prosedur, atau kalau terjadi
sebaliknya dapat pula berfungsi sebagai masukan untuk
memperbaiki proses pelayanan yang ada. Salah satu elemen dalam
pemberian asuhan kepada pasien (patient care) adalah asuhan
medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalan standar
keselamatan pasien disebut DPJP : Dokter Penanggung Jawab
Ppelayanan. Pengaturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan medis di rumah sakit untuk menghindari
kemungkinan terjadinya pelayanan yang kurang baik karena
terjadinya duplikasin, interaksi obat yang kurang terkonrol,
kontraindikasi, ketidakjelasan peranan dokter bila hanya diminta
pendapat saja, dll. Panduan ini disusun untuk memudahkan
rumah sakit mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP
dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum : Meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Tujuan khusus :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh
asuhan medis yang terbaik.
b. Memberikan kemudahan kapada rumah sakit untuk
mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP dalam
rangk memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.
c. Memberikan panduan dan pnjelasan tentang peranan DPJP
d. Memberikan panduan dan penjelasan tentang mekanisme
koordinasi, kolaborasi interprofesional dan kerja sama tim
dalam memberikan asuhan kepada pasien.

C. SASARAN
1. Para Direktur Rumah Sakit dan Para Manajer Pelayanan
Di Rumah Sakit
2. Komite Medis
3. Para dokter pemberi asuhan medis di Rumah Sakit.
4. Kelompok profesi medis/ Kelompok staf medis.

D. PENGERTIAN
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah
seorang dokter, sesuai dengan kewenang klinisnya terkait
penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap
(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi/penyakit,
dari awal sampai dengan akhir perawatan di rumah sakit,
baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan
medis lengkap artinya rencana serta tindakan lanjutannya
sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih
dari satu DPJP sesuai kewenangan klinisnya, dalam pola
asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP
Utama. Contoh: pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak
dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu DPJP : Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata, dan
Dokter Spesialis Saraf
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dai satu
DPJP, maka asuhan medis tersebut dilakukan secara
terintegrasi dan secara tim diketahui oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator
proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang
bersangkutan (“Kedua Tim”), dengan tugas menjaga
Terlaksanannya asuhan medis komprehensif – terpadu –
efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi
efektif dengan membangun sinergisme dan mencegah
duplikasi serta mendorong penyesuaian pendapat
(adjusment) antar angota/ DPJP, Mengarahkan agar
tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi).
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya
memberikan uraian/ data tentang hasil laboratorium atau
hasil radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak
memberikan asuhan medis yang lengkap.
5. Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga
kesehatan yang secara langsung memberikan asuhan
kepada pasien, antara lain; Dokter, Perawat, Bidan, Ahli
Gizi, Apoteker, Psikolog klinis, Penata anestesi, terapis
fisik dsb.
6. Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan berfokus pada
pasien (Patient Centered Care- PPC) adalah istilah yang
saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan
pusat pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai tim
interdisiplin/ Klinis dengan DPJP.
BAB III
RUANG LINGKUP

A. DASAR HUKUM
1. UU no 44 tentang Rumah Sakit pasal 5 huruf b : Rumah
Sakit mempunyai fungsi pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan tingkat ketiga sesuai
kebutuhan medis.
2. Penjelasan Pasal 29 huruf r : yang dimaksud dengan
peraturan internal Rumah Sakit adalah peraturan organisasi
Rumah Sakit (hospital by laws) dan peraturan medis Rumah
Sakit (Hospital by laws) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola yang baik dan tata kelola
klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan
staf medis Rumah Sakit (medical staff by law) antara lain
diatur kewenangan klinis.
3. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 3
pengaturan praktik kedpkteran bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian
hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
4. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 43 menyatakan
rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan
Pasien.
5. Lampiran Permenkes 1691/ 2011 pengaturan tentang
standar hak pasien, adalah sebagai berikut
Standar : pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden
Kriteria :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat
rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib
memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
6. Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.
7. Permenkes 1438/ 2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran. Sebagai ketua tim klinis (clinical leader), PPA
dengan dan kewenangan yang memadai, yang antara lain
terdiri dari dokter, perawat, bidan, nutrisionist/ sietisien,
apoteker, penata anestesi, terapis fisik dsb.

B. PELAYANAN KESEHATAN DIRUMAH SAKIT


Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa
pelayanan kesehatan diruma sakit adalah pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis. Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan paripurna tingkat
kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut
dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknolgi kesehatan
spesialistik. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat
lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik. Dengan demikian asuhan medis di
rumah sakit kepada pasien diberikan oleh dokter spesialis

C. PATIENT CENTERED CARE DAN ASUHAN TERINTEGRASI


Asuhan pasien dalam standar akreditasi harus
dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokud pada
pasien (patient centered care), asuhan diberikan berbasis
kebutuhan pelayanan pasien. Pasien adalah pusat pelayanan,
dan Professional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan mengelilingi
pasien. PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, a.i dokter, perawat, bidan,
nutrisionist/dietsien, apoteker, penata anestesi, dsb. Dengan
kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada kontribusi
profesinya, masing-masing menjalankan tugas mandiri,
kolaboratif dan delegatif. PPA memberikan asuhan yang
terintegrasi dalam satu kesatuan sebagai tim interdisiplin
dengan kolaborasi interprofesional. DPJP dalam tim adalah
sebagai ketua tim klinis (Clinical Leader), melakukan
koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan dalam
2 proses, Asesmen pasien dan Implementasi rencana termasuk
monitoring. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah (IAR) :
1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain/ penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain
masalah, kondisi, diagnosis, untuk mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan pasien (A).
3. Rencana pelayanan/ Care Plan dirumuskan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien (R).
Implementasi rencana serta monitoring adalah pemberian
pelayanannya. Pencatatannya dilakukan dengan metode
SOAP pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi.

DPJP
APOTEKER
PERAWAT/
BIDAN

PASIEN/
KELUARGA

PENATA NUTRITION
ANESTESI

LAIN-LAIN

a. Masing-masing PPA memberikan asuhan melalui tugas mandiri


delegatif dan kolaboratif dengan pola IAR
b. Menggunakan pola IAR dan penulisan SOAP/ ADIME (untuk
gizi)
c. Berkolaborasi interprofesional
d. Meningkatkan kompetensi untuk praktik kolaborasi
interprofesional dalam 4 ranah :
1) Nilai dan etika praktik interprofesional
2) Peran dan tanggung jawab
3) Komunikasi interprofesional
4) Kerjasama dalam tim klinis/ interdisiplin
5) Eduksi untuk kolaborasi interprofesional
6) Proses asuhan pasien oleh PPA tugas mandiri
D. ASUHAN MEDIS
Asuhan medis dirumah sakit diberikan oleh dokter
spesialis, disebut sebagai DPJP. Di Instalasi Gawat Darurat
dokter juga yang bersertifikat kegawatdaruratan, antara lain
ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life Support (GELS)
menjadi DPJP pada saat asuhan awal pasien gawat darurat.
Saat pasien dikonsul/ rujuk ke dokter spesialis dan
memberikan asuhan medis, maka dokter spesialis tersebut
menjadi DPJP pasien tersebut dan menggantikan DPJP
sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tersebut. Pemberian asuhan
medis di rumah sakit agar mengacu kepada buku
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik di Indonesia
(Kep Konsil no 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan ini
selain menjaga mutu asuhan dan keselamatan pasien, juga
dapat menghindari pelanggaran disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di
Indonesia intinya adalah sbb :
1. Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan,
keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien
2. Kaidah dasar moral :
a. Menghormati martabat manusia (respect for prson)
b. Berbuat baik (beneficence)
c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
d. Keadilan (justice)
3. Tujuan :
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Memperthankan dan meningkatkan mutu pelayanan
medik
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat,
dokter dan dokter gigi
4. Tumpuan dasar komptensi dokter mengacu kepada Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) (Perkonsil no 11 Tahun
2012 tentang Stadar Kompetensi Dokter Indonesia) yang
adalah :
a. Profesionalitas yang luhur
b. Mawas diri dan pengembangan diri
c. Komunikasi efektif
d. Pengelolaan informasi
e. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
f. Keterampilan Klinis
g. Pengelolaan Masalah Kesehatan

E. ASUHAN PASIEN TERINTEGRASI DAN PATIENT CENTERED


CARE
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan/ asuhan berfokus
pada pasien (patient centered care) adalah elemen penting dan
sentral dalam asuhan pasien di rumah sakit. Konsep inti (core
concept) asuhan befokus pada pasien terbagi dalam 2 pespektif :
1. Perspektif pasien :
a. Martabat dan Respek.
1) Professional pemberi asuhan mendengarkan,
menghormati dan menghargai pandangan serta pilihan
pasien-keluarga.
2) Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang
kultural pasien dan keluarga dimasukan dalam
perencanaan pelayanan dan pemberi pelayanan
kesehatan..
b. Berbagi informasi
1) Professional pemberi asuhan mengkomunikasikan dan
berbagi informasi secara lengkap kepada pasien -keluarga
2) Pasien- keluarga menerima informasi tepat waktu,
lengkap dan akurat.
c. Partisipasi
1) Pasien – keluarga didorong dan didukung untuk
berpartisipasi dalam asuhan, pengambilan keputusan
dan pilihan mereka.
d. Kolaborasi/ kerjasama
1) Rumah sakit bekerjasama dengan pasien – keluarga
dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi
kebijakan dan program. Pasien – keluarga adalah mitra
PPA.
2. Perspektif PPA
a. Tim inerdisiplin
1) Professional pmberi asuhan diposisikan mengelilingi
pasien
2) Kompetensi yang memadai
3) Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
4) Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai
satu kesatuan memberikan asuhan yang terintegrasi.
b. Interprofesionalitas
1) Kolaborasi interprofesional
2) Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional
3) Termasuk bermitra dengan pasien.
c. DPJP adalah ketua tim klinis/clinical leader
1) DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi,
sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien
d. Personalized Care
1) Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai-
nilai pasien
2) Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaiman ia
sendiri ingin diperlakukan SK dan panduan Dokter
Penangung Jawab dan PPA.

F. DPJP SEBAGAI CLINICAL LEADER


1. Dalam asuhan/ pelayanan berfokus pada pasien (patient
centered care) para PPA memberikan asuhan sebagai tim
interdisiplin, masing-masing PPA melakukan tugas
mandiri, tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan
pola IAR.
2. Asuhan pasien terintegrasi “dimotori” oleh DPJP dalam
fungsi sebagai ketua tim klinis (Clinical Leader) yang
melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis.
DPJP melakukan review rencana PPA lainnya dan
memverifikasnya, lihat standar PP 2.1 elemen penialaian
5.
3. Proses review dilakukan oleh DPJP dengan membaca
rencana para PPA dan memberikan catatan/ notasi pada
CPPT (Catatan Pelayanan Pasien Terintegrasi).

G. KEWENANGAN KLINIS DAN EVALUASI


1. Setiap dokter yang bekerja di Rumah Sakit yang melakukan
asuhan medis, termasuk pelayanan interpretatif (antara lain
DR.Sp.PK, DR.Sp.PA, DR.Sp.Rad., dsb.), harus memiliki SK
dari Direktur Rumah Sakit berupa surat penugasan klinis/
spk (Clinical Appointment), dengan lampiran rincian
kewenangan Klinis/ RKK (Delineation of Clinical Privilage).
Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses
kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada
permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang evaluasi kinerja professional DPJP
ditetapkan Direktur Rumah Sakit dengan mengacu ke
Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite
Medik di Rumah Sakit dan Standar Akreditasi Rumah Sakit
versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan
Staf.

C.
D.
E.
F.
G.
H.
I. PENUNJUKAN DPJP DAN PENGELOMPOKAN STAF MEDIS
1. Regulasi tentang penunjukan seseorang DPJP untuk
mengelola seorang pasien, pergantian DPJP, selesainya
DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit. Penujukan seorang DPJP dapat
antara lain berdasarkan permintaan pasien, jadwal praktek,
jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP
perlu pengaturan rinci tentang alih tangung jawabnya. Tidak
dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contoh : pasien A
ditangani setiap minggu dengan pola hari senin oleh DrSp
PD X, hari Rabu DrSp PD Y, hari sabtu DrSp PD Z; karena
hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya kontinuitas
pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari
satu DPJP dan penunjukan DPJP utama, tugas dan
kewenangannya ditetapkan Direktur Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien
dapat digunakan butir-butir sbb:
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali
mengelola pasien pada awal perawatan.
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola
pasien dengan penyakit dalam kondisi (relative) menonjol
atau terparah
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar
para DPJP terkait.
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis
pengaturan tentang pengelompokan staf medis
ditetapkan/ diorganisir oleh Direktur Rumah Sakit sesuai
kebutuhan, disebut KSM (Kelompok Staf Medis).
Pengelompokan dapay dilakukan antara lain dengan pola
disiplin ilmu/ spesialisasi (Kelompok Staf Medis Bedah,
Penyakit Dalam, Radiologi, Mata, dsb), kategori penyakit
(KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ (KSM
Ginjal, KSM Gestro-entero Hepatologi) kategori usia (KSM
Geriatri) dan kategori interes tertentu lainnya (KSM Sel
Punca, dll).
BAB IV
TATALAKSANA DPJP

A. TATA LAKSANA ASUHAN DPJP


1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit
baik rawat jalan maupun rawat inap harus memiliki DPJP.
2. Pada unit/ Instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat,
dokter jaga (dengan seritifikasi kegawat daruratan, antara
lain PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi DPJP pada
pemberian asuhan medis awal/ penanganan kegawat
daruratan. Kemudian selanjutnya saat dilakukan konsultai/
rujuk ditempat (on side)atau konsultasi lisan kepada dokter
spesialis, dokter spesialis tersebut memberikan asuhan
medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter
spesialis tersebut telah menjadi DPJP pasien yang
bersangkutan, sehingga saat itulah DPJP telah berganti dari
dokter darurat/ dokter jaga IGD kepada dokter spesialis
tersebut.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP
maka harus ditujuk DPJP utama yang berasal dari para
DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tersebut bekerja secara
tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi
dn berkoordinasi (dibedakan dengan bekerja sendiri-sendiri)
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai coordinator proses
pengelolaan asuhan medis bagi pasien tersebut (Ketua Tim),
dengan tugas menjaga terlaksanannya asuhan medis
komprhensif- terpadu- efektif, demi keselamatan pasien
melalui komunikasi yang efektif dan membangun sinergisme
dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment)
antar anggota/ DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-
masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi), dan
juga mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk
keinginan DPJP mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain
agar dikoodinasikan melalui DPJP Utama. Keputusan DPJP
terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu misalnya
antar lain kehadiran atau manjajikan waktu kehadiran,
adalah sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pasien
serta untuk kepentingan koordinasi sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada
rapat Tim yang melibatkan semua DPJP yang bersangkutan
beserta terkait lainnya sesuai kebutuhan pasien; rumah
sakit diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat tim di
tempat-tempat pelayanan, misalnya di Rawat Inap, ICU,
UGD, dll. DPJP Utama juga bertugas untuk menghimpun
komunikasi/ data tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien an
keluarga dan pasien dan keluarga dapat menyetujuinya
ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah
DPJP bila terjadi pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan
secara lisan dan tertulis sesuai kebutuhan. Bila ada
pegantian DPJP pencatatan di rekam medis harus harus
jelas tentang alih tanggung jawabnya. Harap digunakan
formulir daftar DPJP (Contoh Formulir Daftar DPJP
Terlampir).

9. Pada unit pelayanan intesif DPJP Utama adalah dokter


intesif. Koordinasi dan tingkatkan kwikutsertaan para DPJP
terkait, terganung pada sistem yang ditetapkan dalam
kebijakan rumah sakit misalnya system terbuka/tertutup/
semi terbuka. Bila rumah sakit memakai sistem terbuka,
gunakan kriteria tersebut.
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam
seluruh kegiatan pada saat dikamar operasi tersebut.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat
diatas mejas operasi/sedang dioperasi, dokter yang dirujuk
tersebut melakukan tindakan/ memberikan instruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagia pasien tersebut.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila
DPJP dibantu oleh dokter lain (antara lain dokter ruangan,
residen) dimana yang bersangkutan boleh menulis/
mencatat di rekam medis, maka tanggung jawab adalah
tetap ada pada DPJP, sehingga DPJP yang bersangkutan
harus memberi supervise, dan catatan kegiatan tersebut
direkam medis setiap hari.
13. Asuhan pasien dilakukan oleh para professional pemberi
asuhan yang bekerja secara tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai
konsep pelayanan fokus pada pasien (Patient Centered
Care), DPJP sebagai ketua tim (Clinical/ Team Leader) harus
proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan
asuhan pasien, serta berkomunikasi intesif dan efektif
dalam tim. Termasuk kegiatan ini adalah perencanaan
pulang (discharge plan) yang dapat dilakukan

14. DPJP harus aktif dan intesif dalam pemeberian edukasi /


informasi kepada pasien dan keluarganya. Gunakan dan
kembangan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi
merupakan elemen yang penting dalam konteks pelayanan
fokus pada pasien (patient Centered Care), selain juga
merupkan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia).
BAB IV PENUTUP

Asuhan medis diberikanoleh dokter yang dalam satndar


keselamatan pasien disebut DPJP : Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan. Penganturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam
pelaksanaan asuhan medis di rumah sakit untuk menghindari
kemungkinan terjadinya pelayanan yang kurang baik karena
terjadinya duplikasi, interkasi obat yang kurang terkontrol, kontra
indikasi, ketidajelasan peranan dokter bila hanya diminta pendapat
saja, dll. Panduan ini disusun untuk memudahkan rumah sakit
mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP dalam ranngka
memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Muntok
Pada Tanggal : Agustus 2022

Plt. Direktur
RSUD Sejiran Setason
Kabupaten Bangka Barat
dr. Rudi Faizul Badri
NIP.19721119 200604 1 1 004

Anda mungkin juga menyukai