Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN EDUKASI PENGELOLAAN NYERI

PADA PASIEN DAN KELUARGA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNGTUA


KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA
TAHUN 2018
BAB I PENGERTIAN

1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan.(International Association for the Study
of Pain)
2. Berdasarkan omsetnya,nyeri dikelompokkan menjadi 2,yaitu
a. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
b. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri
kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan
sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
3. Berdasarkan derajatnya, nyeri dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a. Tidak Ada nyeri : sistem skala 0
b. Nyeri ringan : Sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (sistem skala 1-3)
c. Nyeri Sedang : gangguan nyata pada aktifitas sehari-hari (sistem skala 4-6)
d. Nyeri Berat : tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari (sistem skala (7-10)

4. Manajemen Nyeri adalah : Penatalaksanaan pasien dengan keluhan nyeri pada pasien
IGD,pasien rawat Jalan maupun pasien rawat inap dengan melakukan asassment sampai
dengan pemberian therapi sehingga keluhan pasienberkurang / hilang.

A. Tujuan Umum
Dengan dilakukannya manajemen nyeri pasien dapat berkurang / hilang sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan.

B. Tujuan Khusus
1.Petugas dapat melakukan Asassment nyeri
2. Petugas dapat memberikan intervensi sesuai kewenangan
3. petugas dapat melakukan evaluasi pada pasien yang sudah mendapatkan pengelolaan
nyer
4. Manajemen nyeri terdokumentasi sesuai ketentuan

Asesmen Awal Nyeri


Dokter/ Perawat melakukan asesmen awal tentang nyeri untuk semua pasien yang datang ke
poliklinik, UGD, dan pasien rawat inap yang terdiri dari :

A. Penilaian derajat nyeri pasien dewasa


1. Definisi:
Penilaian derajat nyeri pada pasien dewasa adalah metode penilaian nyeri yang
dilakukan pada pasien dewasa.
2. Tujuan :
Penilaian ini bertujuan untuk menilai derajat nyeri pasien secara tepat dan
mencatatkan di status nyeri dengan menggunakan metode kombinasi Numerical Rating
Scale dan FACES Scale. Hasil penilaian akan menjadi dasar untuk memberikan
tatalaksana yang tepat disesuaikan dengan derajat / intensitas nyeri yang dirasakan oleh
pasien
2
B. Penilaian derajat nyeri pasien neonatus
1. Definisi:
Penilaian derajat nyeri pada pasien neonatus adalah metode penilaian nyeri yang
dilakukan pada pasien neonatus, yaitu pasien dengan usia kurang dari 28 hari.
2. Tujuan:
Penilaian ini bertujuan untuk menilai derajat nyeri pasien neonatus secara tepat dan
mencatatkan di status nyeri dengan menggunakan Skala Newton. Hasil penilaian akan
menjadi dasar untuk memberikan tatalaksana yang tepat disesuaikan dengan derajat /
intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.
.

C. Penilaian derajat nyeri pasien bayi dan anak


1. Definisi:
Penilaian derajat nyeri pada pasien bayi dan anak adalah metode penilaian nyeri yang
dilakukan pada pasien bayi (usia 28 hari sampai dengan 1 tahun) dan pasien anak (usia 1
tahun sampai dengan 12 tahun).
2. Tujuan:
Penilaian ini bertujuan untuk menilai derajat nyeri pasien bayi dan anak secara tepat
dan mencatatkan di status nyeri dengan menggunakan skala FLACCS (Face, Legs,
Activity, Cry, Consolability).Hasil penilaian akan menjadi dasar untuk memberikan
tatalaksana yang tepat disesuaikan dengan derajat / intensitas nyeri yang dirasakan oleh
pasien.

D. Penilaian derajat nyeri pasien dengan penurunan kesadaran


1. Definisi:
Penilaian derajat nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran adalah metode
penilaian nyeri yang dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan tingkat
kesadaran.
2. Tujuan:
Penilaian ini bertujuan untuk menilai derajat nyeri pasien dengan penurunan
kesadaran yang tidak dapat dinilai dengan skala nyeri biasa. Hasil penilaian akan menjadi
panduan dalam memberikan tatalaksana yang efektif dalam menurunkan nyeri pada
pasien dengan penurunan kesadaran.

E. Pemantauan derajat nyeri selama perawatan di Kamar Operasi


1. Definisi:
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedang, asesmen dan
penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau
verbal akan rasa nyeri yaitu Visual Analog Score (VAS)
Pemantauan derajat nyeri selama perawatan adalah monitoring berulang untuk melihat
efek dari tatalaksana nyeri yang sudah didapatkan
2. Tujuan:
Pemantauan derajat nyeri di perawatan kamar operasi bertujuan untuk memastikan
pemberian tatalaksanan di ruang rawat berjalan baik dan benar. Selain itu, pemantauan
ini bertujuan untuk melihat efek dari tatalaksana yang sudah diberikan. Jika terdapat
perubahan derajat nyeri, dapat dilakukan perubahan tatalaksana sesuai kondisi pasien
terakhir.
BAB II RUANG LINGKUP

1. Ruang IGD
2. Ruang Poliklinik Rawat Jalan
3. Ruang Rawat Inap Dewasa
4. Ruang Rawat Inap Anak
5. Ruang Rawat Perinatologi
6.Ruang Rawat Inap Kebidanan
6. Ruang HCU
7. Kamar Operasi

4
BAB III TATALAKSANA

Semua pasien yang masuk di Rumah sakit Umum daerah Gunungtua petugas harus melakukan
anamnese dan dinilai skal nyerinya.
A. Anamnese
Anamnese yang dilakukan terhadap pasien dengan cara menanyakan kepada pasien
meliputi :
1. P (Provokes / Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
2. Q (Quality ) :Bagaimana Rasa Nyerinya
3. R (Radiation /Relief) : Melacak Daerah nyeri dari titik yang paling nyeri
4. S (Severity) : keparahan atau intensitas nyeri
5. T (Time/Omset) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri

Dilakukan juga Anamnese tentang :


a. Riwayat penyakit sekarang
1) Onset nyeri: akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik.
2) Karakter dan derajat keparahan nyeri: nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak
nyaman, kesemutan, neuralgia.
3) Pola penjalaran / penyebaran nyeri
4) Durasi dan lokasi nyeri
5) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual/muntah, atau
gangguan keseimbangan / kontrol motorik.
6) Faktor yang memperberat dan memperingan
7) Kronisitas
8) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respons terapi
9) Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri / luka
10) Penggunaan alat bantu
11) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar (activity of
daily living)
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang
tidak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom
kauda ekuina.
b. Riwayat pembedahan / penyakit dahulu
c. Riwayat psiko-sosial
i. Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika
ii. Identifikasi pengasuh / perawat utama (primer) pasien
iii. Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi
nyeri
iv. Pembatasan /restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi
menimbulkan stres. Pertimbangkan juga aktivitas penggantinya.
v. Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat menimbulkan
pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan program penanganan
/ manajemen nyeri ke depannya. Pada pasien dengan masalah psikiatri, diperlukan
dukungan psikoterapi / psikofarmaka.
vi. Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stres bagi pasien /
keluarga.
d. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat,
membungkuk atau memutar; merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan
nyeri punggung.
e. Obat-obatan dan alergi
i. Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi
menunjukkan bahwa 14% populasi di AS mengkonsumsi suplemen / herbal, dan 36%
mengkonsumsi vitamin)
ii. Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, durasi, efektifitas, dan efek
samping.
iii. Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan efek
samping kognitif dan fisik.
f. Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik.
g. Asesmen sistem organ yang komprehensif
i. Evaluasi gejala kardiovaskular, psikiatri, pulmoner, gastrointestinal, neurologi,
reumatologi, genitourinaria, endokrin, dan muskuloskeletal)
Gejala konstitusional: penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam, dan
sebagainya
 Penilaian derajat nyeri pada pasien dewasa diberlakukan pada setiap pasien di Rumah
sakit Umum Daerah Gunungtua, baik pasien rawat jalan, maupun pasien rawat inap.
 Penilaian derajat nyeri pada pasien neonatus diberlakukan pada setiap pasien neonatus
(< 28 hari) di Rumah sakit Umum Daerah Gunungtua, baik pasien rawat jalan, maupun
pasien rawat inap.
 Penilaian derajat nyeri pada pasien bayi dan anak diberlakukan pada setiap pasien bayi
dan anak di Rumah sakit Umum Daerah Gunungtua, baik pasien rawat jalan, maupun
pasien rawat inap.
 Penilaian derajat nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran diberlakukan pada
setiap pasien dengan penurunan kesadaran di Rumah sakit Umum Daerah Gunungtua.

B. Asassment / Penilaian Skala Nyeri


Asassment nyeri yang dilakukan di rumah sakit umum gunungtua menggunakan

1. Penilaian derajat nyeri pasien dewasa


Metode penilaian derajat nyeri yang digunakan adalah :

a. ASESMEN NYERI NUMERIC RATING SCALE

i. Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
ii. Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.

6
 0 = tidak nyeri
 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan
3
aktivitas sehari-hari)

b. WONG BAKER FACES PAIN SCALE

i. Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
ii. Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
 2–3 = sedikit nyeri
 4–5 = cukup nyeri
 6–7 = lumayan nyeri
 8–9 = sangat nyeri
 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

c. metode kombinasi Numerical Rating Scale dan FACES Scale. Penilaian nyeri dimulai
dengan menanyakan apakah pasien merasakan nyeri atau tidak. Jika pasien merasakan
nyeri, minta pasien untuk menentukan lokasi nyeri dan menandai lokasi nyeri pada
dokumen status penilaian derajat nyeri pasien. Kemudian pasien diminta untuk menilai
derajat nyeri sesuai yang dirasakan pasien. Meminta pasien menentukan derajat
nyerinya dalam bentuk angka 0 -10 (Numerical Rating Scale), di mana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri teramat sangat yang tidak tertahankan. Atau meminta pasien
memilih dari gambar yang ada, gambar yang menggambarkan derajat nyeri yang
dirasakannya (Faces Scale/ Skala Nyeri Berdasarkan Ekspresi Wajah).

Numerical Rating Scale dan Faces scale


Hasil penilaian pasien tersebut harus tercatat pada status derajat nyeri pasien dan
mendapat tatalaksana yang tepat disesuaikan dengan derajat / intensitas nyeri yang
dirasakan oleh pasien sesuai konsultasi pada DPJP. Pada pasien rawat inap, penilaian
berikutnya dilakukan 8 jam kemudian dan dicatat pada status terintegrasi serta catatan
rawat inap pasien. Sedangkan pada pasien rawat jalan / ODC, penilaian berikutnya
dilakukan pada saat pasien melakukan kontrol atau apabila pasien tetap merasakan nyeri
yang tidak dapat ditangani dapat datang kembali ke UGD untuk dilakukan penilaian
ulang derajat nyeri dan tatalaksananya oleh DPJP, Tim tatalaksana nyeri, dan dokter
spesialis lain yang ditunjuk.

2. Penilaian derajat nyeri pasien neonatus


Metode penilaian yang digunakan adalah asesmen nyeri pediatrik : Neonatal infants
pain scale (NIPS) .Skala penilaian nyeri ini dengan melihat tanda-tanda fisik maupun
tanda-tanda fisiologis neonatus, serta persepsi penilai. Penilaian ini dilakukan dengan
melibatkan keluarga dengan melakukan anamnesis dan melakukan pengamatan pada
bayi secara seksama. Pengamat memberikan skor pada tiap item dan menjumlahkan
skor-skor tersebut.

PARAMETER FINDING POINT

Santai 0
Ekspresi wajah
Meringis 1
Tidak menangis 0
Menangis Merengek 1
Menangis kuat 2
Santai 0
Pola bernafas
Perubahan pola bernafas 1
Santai 0
Lengan
Fleksi/extensi 1
Santai 0
Kaki
Fleksi/extensi 1
Tidur/bangun 0
Keadaan rangsangan
Rewel 1
Pada bayi prematur, ditambahkan dua parameter lagi yaitu heart rate dan saturasi
oksigen
10% dari baseline 0
Heart Rate 11-20% dari baseline 1
>20% dari baseline 2
Tidak diperlukan oksigen tambahan 0
Saturasi oksigen
Penambahan oksigen diperlukan 1
0
Tidak nyeri 1-3: Nyeri ringan 4-6: Nyeri sedang 7-10:Nyeri hebat
Dengan cara menjumlahkan skor tersebut maka akan didapatkan derajat nyeri pada
neonatus. Skala nyeri lebih dari 2 mengindikasikan adanya nyeri dan perlu diberikan
tatalaksana nyeri pada neonatus.

3. Penilaian derajat nyeri pasien bayi dan anak


Pada anak yang cukup kooperatif , mengerti instruksi dan dapat melaporkan derajat
nyerinya dapat digunakan FACES scale yang terdapat pada status integrasi.
Untuk anak dan bayi yang belum mengerti instruksi dan tidak dapat melaporkan derajat
nyerinya sendiri, metode penilaian yang digunakan adalah skala nyeri FLACCS (Face,
Legs, Activity, Cry, Consolability. Penilaian ini dilakukan dengan melibatkan keluarga
dengan melakukan anamnesis dan melakukan pengamatan pada bayi secara seksama.
Pengamat memberikan skor pada tiap item dan menjumlahkan skor-skor tersebut.
Hasil penilaian tersebut harus tercatat pada status derajat nyeri dan mendapat
tatalaksana yang tepat disesuaikan dengan derajat / intensitas nyeri yang dirasakan.
8
Skala Nyeri FLACCS
PARAMETER
KATEGORI
0 1 2
WAJAH Tidak ada ekspresi Sesekali menangis Sering untuk
tertentu atau atau mengerutkan cemberut, konstan,
senyum kening rahang ditarik, tidak
tertarik bergetar dagu
KAKI Normal posisi atau Tidak nyaman, Menendang atau kaki
santai gelisah, tegang disusun
ACTIVITAS Berbaring dengan Menggeliat, Melengkung, kaku
tenang, posisi menggeser maju
normal, bergerak mundur, tegang
dengan mudah
MENANGIS Tidak ada teriakan Erangan atau Menangis terus,
(terjaga atau rengekan, keluhanteriakan atau isak
tertidur) sesekali tangis, sering keluhan
CONSOLABILITAS Konten, santai Diyakinkan oleh Sulit untuk control
menyentuh sesekali,
atau kenyamanan atau
memeluk. sedang berbicara,
distractabel
SKOR 0: Tidak nyeri 1-3: Nyeri ringan 4-6: Nyeri sedang 7-10:Nyeri hebat

4. Penilaian derajat nyeri pasien dengan penurunan kesadaran


Penilaian nyeri pada pasien dengan penurunan keasadaran dilakukan dengan
menggunakan skala Behavior Pain Scale yaitu dengan melihat ekspresi wajah,
pergerakan atau posisi ekstremitas atas, dan toleransi terhadap ventilasi mekanik.
Pengamat memberikan skor pada tiap item dan menjumlahkan skor-skor tersebut. Skor
lebih dari 4 menandakan perlunya tatalaksana nyeri.
Behavior Pain Scale
Ekspresi Wajah  Relaks / santai 1
 sedikit mengerut/mis. mengerutkan dahi
 mengerut secara penuh/mis. hingga menutup 2
kelopak mata 3
 meringis 4
Pergerakan  tidak ada pergerakan 1
Ekstremitas Atas  sedikit membungkuk 2
 membungkuk penuh dengan fleksi pada jari 3
 retraksi permanen
4
Kompensasi  pergerakan yang menoleransi 1
terhadap  batuk dengan pergerakan 2
ventilator  melawan ventilator 3
 tidak mampu mengontrol ventilator 4

SKOR: 1-3: Nyeri ringan 4-6: Nyeri sedang ≥7:Nyeri hebat


5. Pemantauan derajat nyeri selama perawatan di Kamar Operasi
Pemantauan derajat nyeri dilakukan setiap 8 jam secara berkala pada pasien dengan
VAS < 4. Sedangkan untuk pasien dengan derajat nyeri > 4, pemantauan dilakukan
lebih sering. Dapat setiap dua jam sampai nyeri teratasi. Pasien diminta untuk
menyebutkan berapa skor nyeri yang dialaminya. Selain itu, pasien diminta
mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya nyeri, pada istirahat atau
pergerakan (menarik nafas, batuk dan bergerak). Pasien juga diminta untuk
menyebutkan adanya efek samping seperti mual atau muntah, gatal-gatal, gangguan
berkemih, gangguan pergerakan pada panggul atau ekstrimitas. Untuk menilai
keberhasilan terapi, pasien juga diminta untuk menilai derajat kepuasannya terhadap
terapi nyeri yang sudah diberikan. Hasil pemantauan tersebut kemudian dicatat untuk
dibandingkan dengan penilaian sebelumnya. Jika terdapat perbaikan/perburukan hasil
penilaian, tatalaksana nyeri dapat segera diubah sesuai kondisi pasien.

C. ASASSMENT ULANG NYERI


a. Dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan menunjukkan
adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
b. Asesmen ulang nyeri adalah prosedur menilai ulang derajat nyeri pada pasien yang
bertujuan untuk mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan terkait
penatalaksanaan nyeri yang telah diberikan, dengan interval waktu sesuai kriteria
sebagai berikut :
 15 menit setelah intervensi obat injeksi
 1 jam setelah intervensi obat oral atau lainnya
 1 x / shift bila skor nyeri 1 – 3
 Setiap 3 jam bila skor 4 -6
 Setiap 1 jam bila skor nyeri 7 – 10
 Dihentikan bila skor nyeri 0

D. TATALAKSANA NYERI

Setelah petugas mengetahui skala nyeri Pasien maka akan dilakukan intervensi sesuai dengan
skala nyeri pasien .Tindakan yang dilakukan adalah :

1. Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan (skala 1 – 3 )


 dilakukan edukasi untuk relaksasi dan distraksi
 Apabila dengan relaksasi dan distraksi keluhan yeri tidak berkurang dilakukan
kolaborasi medis untuk pemberian therapi jenis NSAID
2. Pasien yang mengalami Nyeri derajat sedang (Skala 4 – 6 ) dilakukan kolaborasi medis
untuk pemberian therapi jenis NSAID / Opioid dosis Ringan
3. Pasien yang mengalami Nyeri derajat Berat (Skala 7 – 10 ) dilakukan kolaborasi medis
untuk pemberian therapi jenis Opioid .
4. Apabila Dengan Pemberian Therapi farmaka jenis Opioid tetapi keluhan nyeri belum
teratasi maka bila diperlukan dokter DPJP akan merujuk kepada tim nyeri intervensi.

E. EVALUASI
Evaluasi atau reasesmen dilakukan sesuai dengan derajat nyeri pasien yaitu :
1. Semua pasien di rawat inap dilakukan reasessment terhadap nyeri minimal tiap 8 jam
(saat pergantian shift perawat)
2. Bila diperlukan 1 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi / relaksasi
3. 15 – 30 menit setelah pasien mendapat therapi analgetik oral dan injeksi analgetik
4. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien nyeri jantung / cardiac
5. 5 menit setelah pasien yang mendapat therapi injeksi opioid.

10
F. EDUKASI TATALAKSANA NYERI KEPADA PASIEN
a) Definisi:
Edukasi tatalaksana nyeri pada pasien adalah pemberian informasi mengenai tatalaksana
nyeri yang diberikan kepada pasien baik pada saat nyeri, sebelum nyeri, atau setelahnya.
b) Tujuan:
Pemberian edukasi tatalaksana nyeri kepada pasien adalah untuk memberikan penjelasan
mengenai persiapan, prosedur, manfaat, efek samping dan komplikasi yang mungkin
timbul dari pemberian tatalaksana nyeri terhadap pasien.
c) Ruang Lingkup :
Edukasi tatalaksana nyeri ini diberikan kepada seluruh pasien yang menjalani tatalaksana
nyeri di Rumah sakit Umum Daerah Gunungtua , baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
d) Prosedur:
Edukasi mengenai tatalaksana nyeri ini diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien. Dalam pemberian edukasi sebaiknya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Jenis terapi yang akan dilakukan.
b. Obat-obatan analgesia yang akan digunakan, meliputi penjelasan mengenai kelebihan
maupun kegunaan serta kekurangan maupun komplikasi dari obat-obatan yang
digunakan.
c. Penjelasan tindakan pencegahan terhadap efek samping dan komplikasi yang
mungkin terjadi oleh karena obat-obatan tatalaksana nyeri.
d. Khusus bagi pasien yang akan pulang juga diberikan edukasi tatalaksana nyeri untuk
di rumah.

Pada pasien dengan derajat nyeri < 4, edukasi yang perlu disampaikan meliputi:
 Bila merasakan nyeri harus segera melaporkan ke perawat, DPJP atau anggota
tim tatalaksana nyeri.
 Obat atau regimen anti nyeri yang diberikan, diminum secara teratur.

Pemberian edukasi mengenai tatalaksana nyeri dapat dilakukan oleh perawat, DPJP atau
anggota tim tatalaksana nyeri. Edukasi yang diberikan kemudian didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
Setelah menerima penjelasan dan mengerti, pasien berhak menyetujui atau menolak
tindakan medis yang akan dilakukan. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan medis
seperti yang sudah dijelaskan, maka pasien akan menandatangani lembar Persetujuan
Tindakan Medis / Informed Concent. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang
akan dijalani,maka pasien akan diminta untuk menandatangani lembar Penolakan
Tindakan Medis.Persetujuan atau penolakan tindakan medis ditandatangani oleh pasien
dan/atau keluarga yang bertanggungjawab, saksi, dan dokter yang memberikan
penjelasan di atas.
BAB IV DOKUMENTASI

1. Semua rangkaian asesmen nyeri dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dan
didokumentasikan dalam Rekam Medis pasien agar asuhan yang diterima oleh pasien
terencana dengan baik, terpantau sehingga pelayanan yang diberikan dapat secara optimal
dan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
2. Diagnosa keperawatan Nyeri didokumentasikan dalam rekam medis pasien
3. Intervensi nyeri didokumentasikan pda rekam medis
4. Implementasi nyeri didokumentasikan pada rekam medis
5. Evaluasi nyeri di dokumentasikan pada rekam medis terintegrasi
6. Edukasi nyeri pada pasien dan keluarga didokumentasikan pada Rekam medis.

12

Anda mungkin juga menyukai