1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan.(International Association for the Study
of Pain)
2. Berdasarkan omsetnya,nyeri dikelompokkan menjadi 2,yaitu
a. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
b. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri
kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan
sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
3. Berdasarkan derajatnya, nyeri dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a. Tidak Ada nyeri : sistem skala 0
b. Nyeri ringan : Sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari (sistem skala 1-3)
c. Nyeri Sedang : gangguan nyata pada aktifitas sehari-hari (sistem skala 4-6)
d. Nyeri Berat : tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari (sistem skala (7-10)
4. Manajemen Nyeri adalah : Penatalaksanaan pasien dengan keluhan nyeri pada pasien
IGD,pasien rawat Jalan maupun pasien rawat inap dengan melakukan asassment sampai
dengan pemberian therapi sehingga keluhan pasienberkurang / hilang.
A. Tujuan Umum
Dengan dilakukannya manajemen nyeri pasien dapat berkurang / hilang sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan.
B. Tujuan Khusus
1.Petugas dapat melakukan Asassment nyeri
2. Petugas dapat memberikan intervensi sesuai kewenangan
3. petugas dapat melakukan evaluasi pada pasien yang sudah mendapatkan pengelolaan
nyer
4. Manajemen nyeri terdokumentasi sesuai ketentuan
1. Ruang IGD
2. Ruang Poliklinik Rawat Jalan
3. Ruang Rawat Inap Dewasa
4. Ruang Rawat Inap Anak
5. Ruang Rawat Perinatologi
6.Ruang Rawat Inap Kebidanan
6. Ruang HCU
7. Kamar Operasi
4
BAB III TATALAKSANA
Semua pasien yang masuk di Rumah sakit Umum daerah Gunungtua petugas harus melakukan
anamnese dan dinilai skal nyerinya.
A. Anamnese
Anamnese yang dilakukan terhadap pasien dengan cara menanyakan kepada pasien
meliputi :
1. P (Provokes / Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
2. Q (Quality ) :Bagaimana Rasa Nyerinya
3. R (Radiation /Relief) : Melacak Daerah nyeri dari titik yang paling nyeri
4. S (Severity) : keparahan atau intensitas nyeri
5. T (Time/Omset) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri
i. Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
ii. Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
6
0 = tidak nyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan
3
aktivitas sehari-hari)
i. Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
ii. Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2–3 = sedikit nyeri
4–5 = cukup nyeri
6–7 = lumayan nyeri
8–9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
c. metode kombinasi Numerical Rating Scale dan FACES Scale. Penilaian nyeri dimulai
dengan menanyakan apakah pasien merasakan nyeri atau tidak. Jika pasien merasakan
nyeri, minta pasien untuk menentukan lokasi nyeri dan menandai lokasi nyeri pada
dokumen status penilaian derajat nyeri pasien. Kemudian pasien diminta untuk menilai
derajat nyeri sesuai yang dirasakan pasien. Meminta pasien menentukan derajat
nyerinya dalam bentuk angka 0 -10 (Numerical Rating Scale), di mana 0 adalah tidak
nyeri dan 10 adalah nyeri teramat sangat yang tidak tertahankan. Atau meminta pasien
memilih dari gambar yang ada, gambar yang menggambarkan derajat nyeri yang
dirasakannya (Faces Scale/ Skala Nyeri Berdasarkan Ekspresi Wajah).
Santai 0
Ekspresi wajah
Meringis 1
Tidak menangis 0
Menangis Merengek 1
Menangis kuat 2
Santai 0
Pola bernafas
Perubahan pola bernafas 1
Santai 0
Lengan
Fleksi/extensi 1
Santai 0
Kaki
Fleksi/extensi 1
Tidur/bangun 0
Keadaan rangsangan
Rewel 1
Pada bayi prematur, ditambahkan dua parameter lagi yaitu heart rate dan saturasi
oksigen
10% dari baseline 0
Heart Rate 11-20% dari baseline 1
>20% dari baseline 2
Tidak diperlukan oksigen tambahan 0
Saturasi oksigen
Penambahan oksigen diperlukan 1
0
Tidak nyeri 1-3: Nyeri ringan 4-6: Nyeri sedang 7-10:Nyeri hebat
Dengan cara menjumlahkan skor tersebut maka akan didapatkan derajat nyeri pada
neonatus. Skala nyeri lebih dari 2 mengindikasikan adanya nyeri dan perlu diberikan
tatalaksana nyeri pada neonatus.
D. TATALAKSANA NYERI
Setelah petugas mengetahui skala nyeri Pasien maka akan dilakukan intervensi sesuai dengan
skala nyeri pasien .Tindakan yang dilakukan adalah :
E. EVALUASI
Evaluasi atau reasesmen dilakukan sesuai dengan derajat nyeri pasien yaitu :
1. Semua pasien di rawat inap dilakukan reasessment terhadap nyeri minimal tiap 8 jam
(saat pergantian shift perawat)
2. Bila diperlukan 1 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi / relaksasi
3. 15 – 30 menit setelah pasien mendapat therapi analgetik oral dan injeksi analgetik
4. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada pasien nyeri jantung / cardiac
5. 5 menit setelah pasien yang mendapat therapi injeksi opioid.
10
F. EDUKASI TATALAKSANA NYERI KEPADA PASIEN
a) Definisi:
Edukasi tatalaksana nyeri pada pasien adalah pemberian informasi mengenai tatalaksana
nyeri yang diberikan kepada pasien baik pada saat nyeri, sebelum nyeri, atau setelahnya.
b) Tujuan:
Pemberian edukasi tatalaksana nyeri kepada pasien adalah untuk memberikan penjelasan
mengenai persiapan, prosedur, manfaat, efek samping dan komplikasi yang mungkin
timbul dari pemberian tatalaksana nyeri terhadap pasien.
c) Ruang Lingkup :
Edukasi tatalaksana nyeri ini diberikan kepada seluruh pasien yang menjalani tatalaksana
nyeri di Rumah sakit Umum Daerah Gunungtua , baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
d) Prosedur:
Edukasi mengenai tatalaksana nyeri ini diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan
pasien. Dalam pemberian edukasi sebaiknya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Jenis terapi yang akan dilakukan.
b. Obat-obatan analgesia yang akan digunakan, meliputi penjelasan mengenai kelebihan
maupun kegunaan serta kekurangan maupun komplikasi dari obat-obatan yang
digunakan.
c. Penjelasan tindakan pencegahan terhadap efek samping dan komplikasi yang
mungkin terjadi oleh karena obat-obatan tatalaksana nyeri.
d. Khusus bagi pasien yang akan pulang juga diberikan edukasi tatalaksana nyeri untuk
di rumah.
Pada pasien dengan derajat nyeri < 4, edukasi yang perlu disampaikan meliputi:
Bila merasakan nyeri harus segera melaporkan ke perawat, DPJP atau anggota
tim tatalaksana nyeri.
Obat atau regimen anti nyeri yang diberikan, diminum secara teratur.
Pemberian edukasi mengenai tatalaksana nyeri dapat dilakukan oleh perawat, DPJP atau
anggota tim tatalaksana nyeri. Edukasi yang diberikan kemudian didokumentasikan
dalam rekam medis pasien.
Setelah menerima penjelasan dan mengerti, pasien berhak menyetujui atau menolak
tindakan medis yang akan dilakukan. Jika pasien menyetujui dilakukan tindakan medis
seperti yang sudah dijelaskan, maka pasien akan menandatangani lembar Persetujuan
Tindakan Medis / Informed Concent. Jika pasien tidak menyetujui tindakan medis yang
akan dijalani,maka pasien akan diminta untuk menandatangani lembar Penolakan
Tindakan Medis.Persetujuan atau penolakan tindakan medis ditandatangani oleh pasien
dan/atau keluarga yang bertanggungjawab, saksi, dan dokter yang memberikan
penjelasan di atas.
BAB IV DOKUMENTASI
1. Semua rangkaian asesmen nyeri dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dan
didokumentasikan dalam Rekam Medis pasien agar asuhan yang diterima oleh pasien
terencana dengan baik, terpantau sehingga pelayanan yang diberikan dapat secara optimal
dan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
2. Diagnosa keperawatan Nyeri didokumentasikan dalam rekam medis pasien
3. Intervensi nyeri didokumentasikan pda rekam medis
4. Implementasi nyeri didokumentasikan pada rekam medis
5. Evaluasi nyeri di dokumentasikan pada rekam medis terintegrasi
6. Edukasi nyeri pada pasien dan keluarga didokumentasikan pada Rekam medis.
12