DENGAN PENGHALANG
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
TENTANG
DIREKTUR
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................0
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. DEFINISI.........................................................................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................................................2
BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................................3
A. JENIS RESTRAINT........................................................................................................3
C. PRINSIP PEMASANGAN PENGHALANG..................................................................5
BAB III TATA LAKSANA.........................................................................................................6
A. TATA LAKSANA PEMASANGAN PENGHALANG...................................................6
B. TATA LAKSANA PEMASANGAN PENGHALANG PADA PASIEN
PSIKIATRIK...........................................................................................................................7
C. TATA LAKSANA MONITORING PASIEN DENGAN PENGHALANG.....................8
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................10
Lampiran
Peraturan Direktur RSUD PROF ANWAR MAKKATUTU
Nomor : .................................
Tanggal: 01 ................... 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Penghalang atau Restraint adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik
atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. Menurut Counsel and Care,
UK, 2002) restraint adalah pembatasan disengaja atas gerakan sukarela atau
perilaku seseorang. Sedangkan menurut terjemahan bebas bahasa Inggris, restraint
adalah menghentikan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tampaknya ingin
dilakukannya.
Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik dan
memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien merasa
tidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan tersebut
perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus pakah sesuai dengan indikasi terapi,
dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang lain
gagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam
proses restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang
cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat
perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan
lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya.
Restrain (dalam psikiatrik) merupakan tindakan menggunakan tali untuk
mengekang dan membatasi gerakan ekstrimitas individu yang berperilaku diluar
kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis individu.
Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk pergelangan tangan atau kaki dan
kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan
1
intervensi yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau dikontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan.
B. TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan pemasangan tindakan restrain adalah sebagai berikut:
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
3. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
4. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri.
5. Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk
istirahat, makan dan minum.
2
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan penggunaan restrain adalah untuk melindungi klien dari cedera
fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman
A. JENIS RESTRAINT
1. Physical Restraint
Kegiatan pengekangan fisik pasien yang melibatkan satu atau lebih tenaga
kesehatan dengan menahan pasien, memegangi pasien yang bergerak atau
menghentikan pasien yang akan meninggalkan tempat tidur atau ruang
perawatan pasien.
2. Mechanical Restraint
Pengekangan fisik pasien secara mekanis dengan menggunakan peralatan.
Misalnya: sarung tangan (mittens) yang dirancang khusus pada ruang pelayanan
intensif; penggunaan meja yang berat atau sabut pengaman untuk menahan
pasien keluar dari kursi roda; penggunaan bedrails untuk mencegah pasien
orang tua keluar dari tempat tidur; penggunaan kunci atau keypads
3. Technological Surveillance Restraint
Penggunaan teknologi surveilans seperti bantalan tekanan, televisi sirkuit
tertutup atau pintu alarm, untuk mengingatkan tenaga kesehatan memantau
gerakan mereka atau upaya pasien untuk mencoba meninggalkan tempat tidur
atau ruang perawatan. Walaupun pasien tersebut tidak mendapatkan perlakuan
pembatasan gerak secara langsung, namun dapat digunakan untuk memicu
pasien menahan diri setiap kali alarm berbunyi ketika pasien akan meninggalkan
ruang perawatan.
4. Chemical Restraint
Penggunaan obat-obatan untuk pembatasan gerak.
5. Psychological Restraint
Kegiatan pembatasan gerak pasien dengan berulang kali dan secara terus
menerus memberi tahu pasien untuk tidak melakukan sesuatu, atau apabila
melakukan sesuatu merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan atau terlalu
berbahaya. Hal tersebut termasuk mengambil alih pilihan atas gaya hidup pasien
3
seperti mengatakan kepada pasien kapan waktunya tidur dan bangun tidur;
maupun mengambil peralatan individual atau hak milik pribadi, seperti
mengambil alat bantu berjalan, kaca mata, atau pakaian luar pasien dengan
tujuan untuk menghentikan pasien untuk keluar meninggalkan tempat tidur atau
ruang perawatan.
4
C. PRINSIP PEMASANGAN PENGHALANG
1. Pembatasan gerak pasien dengan menggunakan penghalang (restraint) hanya
untuk perlindungan keselamatan dan kepentingan terbaik bagi pasien dan atau
pasien lainnya.
2. Dokter dan atau perawat harus memperhatikan aspek etik-medikolegal dan
memastikan bahwa ada indikasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan
atas pemasangan penghalang pada pasien, mempertimbangkan keamanan,
kenyamanan, kehormatan, dan kebutuhan fisik dan psikologis pasien.
3. Keputusan pemasangan penghalang harus diambil sebagai pilihan dan langkah
terakhir setelah semua upaya untuk meminimalkan risiko atas keselamatan
pasien dilakukan dan segera dilepaskan dalam waktu yang sesingkat mungkin
setelah kondisi atau risiko atas keselamatan pasien terlampaui.
4. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pemasangan penghalang harus senantiasa
menguasai prinsip pemasangan penghalang dan mendapatkan pelatihan yang
berkesinambungan.
5
BAB III TATA LAKSANA
6
A. TATA LAKSANA PEMASANGAN PENGHALANG PADA PASIEN
PSIKIATRIK
1. Lebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk mengikat
klien.
2. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman dan paling menjamin.
3. Jelaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat.
4. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan pasien yang
diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa takut, ketidakberdayaan,
dan hilangnya kendali klien.
5. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan diikat di satu
sisi dan lengan lain diikat diatas kepala pasien.
6. Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran darah klien tidak
tertekan/terhambat.
7. Kepala klien agak ditinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan dan untuk
menurunkan kemungkinan tersedak.
8. Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan kenyamanan.
9. Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara berkomunikasi.
10. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan
interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan
lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak dianjurkan
membiarkan klien hanya dengan satu ikatan.
11. Memasung klien gangguan jiwa tidak dianjurkan, dimana klien diikat/dirantai,
tangan dan atau kakinya dipasang pada sebuah balok kayu agar tidak berbahaya
bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Pemasungan
yang berlangsung lama akan mengakibatkan anggota tubuh yang dipasung
menjadi kecil dan tidak dapat berfungsi secara normal seperti biasanya.
12. Cara pemasungan lainnya yang tidak dianjurkan adalah pengandangan. Kandang
penderita dibangun diluar desa dan dikunci rapat dan diasingkan.
7
2. Rencana keperawatan tersebut meliputi monitoring pasien dengan penghalang
terhadap terjadinya komplikasi atau risiko lain yang dapat berdampak pada
keselamatan pasien.
3. Risiko yang perlu dipertimbangkan menyangkut dampak dari penggunaan
penghalang tersebut, maupun dampak dari upaya pasien untuk membebaskan
diri dari penghalang yang dipasang pada tubuhnya.
4. Perawat perlu mengidentifikasi terjadinya dampak atas pemasangan penghalang
terhadap pasien, dan melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk tindakan
pencegahan yang perlu diambil serta mencatat pada berkas rekam medis pasien.
5. Risiko yang mungkin terjadi selama pemasangan penghalang terhadap tubuh
pasien meliputi:
a. Perpanjangan lama dirawat
b. Trauma langsung
c. Kerusakan saraf (nerve injury)
d. Risiko jatuh
e. Asfiksia
f. Gangguan ritme jantung
g. Inkontinensia
h. Decubitus
i. Infeksi nosocomial
j. Pada pasien psikiatrik, dapat menambah agitasi pasien
6. Pada kebanyakan kasus, observasi, asesmen dan asuhan pasien dengan
penghalang perlu dilakukan sedikitnya setiap 2 jam. Pada kasus pasien dengan
agitasi, observasi pasien perlu dilakukan sedikitnya setiap 15 menit. Frekuensi
asesmen dan monitoring pasien dengan penghalang perlu dilakukan secara
individual dengan memperhatikan kondisi pasien, status intelengensi, dan
beberapa kondisi terkait lainnya.
7. Observasi dan asesmen yang perlu dilakukan meliputi posisi alat penghalang,
kondisi kulit di sekitar lokasi pemasangan alat penghalang, sirkularisasi dari
ekstremitas yang terpasang alat penghalang.
8
8. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain: mobilisasi aktif maupun pasif
terhadap ekstremitas yang terpasagn alat penghalang, penggantian posisi,
hygiene pasien, asupan makanan dan minuman.
9
BAB IV DOKUMENTASI
10