I. PENDAHULUAN
1
Dimana R2 adalah aromatik atau alifatik bagian. Tiga kelas utama pestisida
karbamat yang dikenal:4
Secara umum, senyawa ester sederhana atau turunan subtitusi N dari asam
karbamat merupakan zat yang tidak stabil, terutama pada kondisi alkalis.Garam
dan ester yang mensubtitusi asam karbamat bersifat lebih stabil daripada asam
karbamat.Stabilitas ini merupakan dasar sintesis bermacam-macam turunan yang
merupakan pestisida aktif. Turunan karbamat ester merupakan kristal padat
dengan tekanan uap air yang rendah dan biasanya sifat larut dalam air yang
rendah. Zat ini cukup larut dalam pelarut seperti benzene, toluene, xylen,
kloroform, diklormetana, dan 1,2 dikloretana. Secara umum, kurang larut dalam
pelarut organic nonpolar seperti petroleum hidrokarbon tetapi sangat larut dalam
pelarut organic polar seperti methanol, ethanol, aseton, dimetilformamide, dan
lain-lain.4
2
Umumnya karbamat digunakan untuk membasmi hama tanaman pangan
dan buah-buahan pada padi, jagung, jeruk, alfalfa, ubi jalar, kacang-kacangan dan
tembakau. Dengan dilarangnya sebagian besar pestisida golongan organokhlorin
(OC) di Indonesia, maka pestisida golongan organofosfat (OP) dan karbamat
menjadi alternatif bagi petani di dalam mengendalikan hama penyakit tanaman di
lapangan.2
Karbamat diabsorbsi secara cepat dan efektif melalui oral, inhalasi, mata,
dan kulit. Hal ini terjadi karena sifat karbamat yang lipofilik. Setelah diabsorbsi
sebagian besar diekskresikan dalan urin, hampir seluruhnya dalam bentuk
metabolit. Metabolit dan senyawa aslinya di dalam darah dan jaringan tubuh
terikat pada protein.Enzim-enzim hidrolitik dan oksidatif terlibat dalam
metabolisme senyawa organofosfat dan karbamat. Selang waktu antara absorbsi
dengan ekskresi bervariasi.6
3
Pestisida bisa masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui beberapa cara,
yaitu:6
3. Oral
4
kurang efisien untuk diabsorbsi karena terjebak atau terikat dalam bolus
makanan.Pada tahun 1985 di California terjadi keracunan aldicarb setelah
menelan semangka yang ditanam pada ladang yang disemprot dengan
menggunakan aldicarb.
Stimulasi dan blok yang bervariasi pada ganglion, sehingga tekanan darah
dapat naik atau turun serta dilatasi atau miosis pupil. Kematian disebabkan
kegagalan pernapasan dan blok jantung. Takaran fatal untuk golongan karbamat,
aldicarb 0,9-1mg/kgBB dan propoxur 95mg/kgBB.2
5
Dosis Toksik dan Letal
Table 1. Data toksisitas akut oral dan dermal untuk beberapa pestisida karbamat 7
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Carbamate LD50 (mg/kg body weight)a WHO Recommended Classification
oral dermal of Pesticides by Hazardb
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
aldicarb 0.9 > 10.0 (rabbit) IA
aldoxycarb 26.8 700 - 1400 -
allyxycarb 90 - 99 500 -
aminocarb 30 - 40 275 IB
asulam > 4000 > 1200 -
barban 1376 - 1429 > 1600 -
BPMC 623 - 657 > 5000 -
bendiocarb 40 - 156 566 - 600 II
benomyl > 10 000 > 10 000 (rabbit) 0
carbaryl approximately > 4000 II
500 - 600
carbendazim > 15 000 > 2000 0
carbetamide 10 000 > 2000 -
carbofuran 6 - 14 3400c (rabbit) IB
chlorpropham 5000 - 8000 10 200d O
cloethocarb 35.4 4000 -
desmedipham > 10 250 2000 - 10 000 -
dimetilan 64 > 2000 -
ethiofencarb 411 - 499 > 1150 II
karbutilate 3000 > 15 400 -
methiocarb 100 350 - 400 II
methomyl 17 - 24 > 5000 (rabbit) IB
metolcarb 498 - 580 > 2000 -
mexacarbate 15 - 63 > 500 -
MPMC 380 > 1500 (mouse) -
MTMC 268 (mouse) 6000 -
oxamyl 5.4 710 (rabbit) IB
phenmedipham > 8000 > 4000 -
pirimicarb 147 (101 - 210) > 500 (rabbit) II
promacyl 1220 > 4000 -
promecarb 61 - 90 > 1000 -
propoxur 80 - 191 1000 - 2400 II
thiofanox 8.5 39 (rabbit) IB
thiophanate > 15 000 > 15 000 -
xylylcarb 325 - 375 > 1000 -
XMC 542 - -
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
a
Data given for rats, unless otherwise stated.
b
From: WHO (1984). Classification relates to the technical material, and not to the formulated
product: Class IA = Extremely hazardous. Class III = Slightly hazardous.
Class IB = Highly hazardous. Class O = unlikely to present
Class II = Moderately hazardous. acute hazard in normal use.
6
III. TANDA DAN GEJALA KERACUNAN KARBAMAT
Tanda dan gejala keracunan berdasarkan lama keracunan dan tingkat keparahan :8
7
IV. PENANGANAN INTOKSIKASI KARBAMAT
Tindakan darurat :8
- Berikan sulfas atropine dalam dosis tinggi.
- Pernapasan buatan dan oksigen. Pernapasan buatan mulut kemulut
tidak boleh dilakukan.
- Kulit yang terkontaminasi dicuci dengan air dan sabun, dan
dilakukan sebelum timbul gejala atau setelah gejala terkontrol
dengan atropine.
- Bilas lambung atau emetika. Bila gejala-gejala belum timbul,
lakukan bilas lambung dengan air hangat atau induksi muntah
dengan sirup ipekak.
- Laksativa, magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air. Castrol oil
merupakan kontaindikasi karena dapat mempermudah larutnya
racun.
- Pemberian antidotum : sulfas atropine, 2 mg IM dan diulang tiap 3-
6 menit sampai timbul tanda atropinisasi (wajah merah, mulut
kering, dilatasi pupil dan nadi cepat). Pertahankan atroinisasi
dengan mengulang pemberian atropine 2 mg. Pemberian atropine
sebanyak 12 mg dalam 2 jam pertama cukup aman. Terapi atropine
yang terputus akan segera disusul dengan kegagalan pernapasan.
Takaran sulfat atropine untuk anak-anak adalah 0,04 mg/kgBB.
Bila timbul taki kardi hebat dapat diberi propanolol.
- 2-PAM harus diberikan secepatnya karena dapat timbul aging
phenomen, yaitu keadaan dengan ikatan insektisida AChE telah
mengalami dialkilasi sehingga 2-PAM tidak lagi dapat melepaskan
ikatan tesebut. Hal ini berbahaya karena atropine tidak
memperbaiki paralisis otot-otot pernapasan.
8
Tindakan Umum :8
- Sekresi jalan napas dikeluarkan dengan postural drainase atau
dengan penyedot kateter.
- Hindari pemakaian morfin, aminofilin, barbiturate, fenotiazin dan
obat yang menimbulkan depresi pernapasan lain.
- Kejang-kejang diatasi dengan obat anti kejang.
Prognosis
Pada keracunan saat kritis adalah 4-6 jam pertama. Pengobatan yang tepat
sangat menentukan.8
Pada kasus kematian akibat keracunan, Pasal 133 (1) KUHAP, berbunyi :
dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peistiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwewenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya, pengertian atau batasan
racun itu sendiri tidak dijelaskan, dengan demikian dipakai pengertian racun yang
telah disepakati oleh para ahli.9
Tugas dokter ahli forensik dan atau ahli toksikologi forensik pada pemeriksaan di
TKP antara lain :10
9
- Bahan muntahan.
- Hasil cucian lambung, urin, darah dan feses (apabila sempat
dirawat).
4. Sedapat mungkin tentukan apakah keracunan tersebut suatu peristiwa
pembunuhan atau bunuh diri.
5. Apabila korban telah meninggal dan ada permintaan visum et repertum,
maka jenazah segera diangkut kerumah sakit setelah sebelumnya diberi
label dan segel.
10
Akibat dari meluasnya pemakaian obat-obatan/ racun anti serangga
tanpa di imbangi informasi dan pengetahuan yang cukup, jelas dan
terarah.
d. Di bidang industry
Terjadi karena keracunan bahan baku (yang toksik) atau hasil
samping/limbah industry
e. Penyalahgunaan obat
Merupakan sumber bermacam-macam keracunan obat, baik obat
terlarang maupun tidak.Misalnya : keracunan fatal akibat heroin,
morfin, phencyclidine (PCP). Kematiannya biasanya karena over
dosis.
2. Disengaja
a. Bunuh diri
Kematian akibat keracunan akibat bunuh diri biasanya merupakan
kasus terbanyak dari kasus keracunan fatal.Untuk tujuan ini, biasanya
dipilih racun yang aksinya cepat dan tidak menimbulkan rasa
sakit.Contoh : gas karbon monoksida, obat tidur, kombinasi obat tidur
dan alcohol.
b. Pembunuhan
Biasanya untuk tujuan ini dipih racun yang mudah dimasukkan
kedalam makanan atau minuman calon korban, tidak berwarna, berbau,
berasa untuk mencegah kecurigaan calon korban atau pihak-pihak lain.
Walaupun pembunuhan dengan racun ini jarang ditemukan pada waktu
dini, namun haruslah dipupuk kerjasama yang baik antara pihak
penyidik dengan dokter ahli forensic (patologi) dan atau ahli
toksikologi forensic yang melaksanakan pemeriksaan post mortam
terhadap korban untuk menentukan sebab dan cara kematian korban.
11
termasuk rupture bronchi, edema paru dan emfisema, dan petekhi pada beberapa
organ. Lesi lainnya yang ditemukan seperti pankreatitis dan enteritis dan
myopathy pada otot-otot diafragmatik dan intercostal pada kasus yang berat.8,11
12
DAFTAR PUSTAKA
13
11. Verster, R. S. Organophosphorus and carbamate poisoning.
http://cpdsolutions.co.za/Publications/article_uploads/organophosphorus_an
d_carbamate_poisoning.pdf?PHPSESSID=mk859k695vr7ari9vif1q1gve3.
Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014.
14