Anda di halaman 1dari 12

KERACUNAN KERANG YANG

MENGANDUNG ARSENIK DAN SIANIDA


DI DESA MALLOSORO, KECAMATAN
BANGKALA, KAB. JENEPONTO,
SULAWESI SELATAN
Disusun oleh: 
Mareta Prihastuti   (3311151039)
Siti Fatimah (3311151040)
Rizka Merdekawati (3311151043)
Erna Neovita (3311151044)
Twice Priestu (3311151111)
Latar Belakang

Fenomena munculnya kerang hijau dalam jumlah banyak di pinggir pantai Bungung pandang mengakibatkan terjadinya
kejadian luar biasa di desa Mallosoro, kecamatan Bangkala, kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan. Kejadian luar biasa (KLB)
ini terjadi karena keracunan kerang hijau didaerah tersebut. Banyak warga yang menjadi korban pada kejadian peristwa
ini dan mengakibatkan dua orang meninggal, serta puluhan korban lainnya di larikan ke RS Bhayangkara Makassar.
Banyak keluhan atau gejala-gejala keracunan yang dirasakan oleh warga yang mengkonsumsi kerang tersebut, seperti
mual dan muntah, kepala terasa sangat pusing, tekanan darah naik drastis, wajah bengkak dan mulut kebas atau mati rasa.
Dari kejadian ini, dilakukan pengujian terhadap daging kerang hijau yang menghasilkan hasil positif mengandung arsen
dan sianida. Dalam kasus ini, masih diselidiki bagaimana kerang laut dapat terkontaminasi arsen dan sianida.
Arsen dan sianida merupakan bahan-bahan berbahaya yang tidak boleh terdapat dalam makanan, karena arsen merupakan
zat kimia karsinogenik dan sianida merupakan logam berat yang dapat terkontaminasi dalam air dan dapat berpengaruh
pada biota air atau laut. Diagnosis keracunan sianida sulit untuk dilakukan karena gejala yang muncul adalah hipoksia
dimana penyebabnya bukan hanya karena keracunan sianida. Perlu dilakukan tes darah untuk melihat konsentrasi sianida
dalam darah seseorang, tes darah juga digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah dan kadar laktat darah untuk
melihat beratnya keracunan, serta kadar karbon monoksida dan methemoglobin untuk melihat kemungkinan lain dari
penyebab hipoksia.
Dari laporan kasus ini, warga yang menjadi korban keracunan, selain merasakan gejala keracunan seperti mual, muntah
dan pusing juga merasakan kaku dan sulit bergerak tidak dapat berjalan dan merasa lemah. Maka dari itu penulisan
laporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme keracunan arsen dan sianida terhadap tubuh, cara
identifikasi maupun penanganan yang dapat dilakukan.
Kasus Masyarakat

Jenis Keracunan Keracunan makanan (Kerang)

Tanggal Kejadian 29 Agustus 2016

Tempat Kejadian Desa Mallosoro, kecamatan Bangkala, Kab. Jeneponto, Sulawesi selatan

Penyebab Keracunan Kerang yang terkontaminasi arsen dan sianida

Gejala Keracunan mual dan muntah, kepala sangat pusing, tekanan darah naik rastic, wajah bengkak dan
mulut kebas atau mati rasa.

Penanganan Langsung dilarikan ke UGD di RS Bhayangkara Makassar

Hasil Identifikasi/penelitian Kerang positif mengandung arsenik dan sianida yang diteliti dari lokasi kejadian.
BPOM
Identifikasi Masalah

1. Apa yang menyebabkan kerang yang dikonsumsi dapat terkontaminasi arsen dan
sianida?

2. Bagaimana cara mengidentifikasi keracunan akibat keracunan arsen dan sianida?

3. Bagaimana mekanisme keracunan akibat arsen dan sianida di dalam tubuh?

4. Bagaimana penanggulangan yang dapat dilakukan akibat keracunan arsen dan sianida?
PEMBAHASAN MASALAH
 Dalam kasus ini telah teridentifikasi bahwa banyak warga dari desa Mallosoro,Sulawesi Selatan yang mengalami keracunan akibat kerang yang terkontaminasi arsen dan sianida.
Dalam peristiwa ini telah menyebabkan dua orang meninggal dan korban lainnya dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Makkasar. Kejadian ini berawal dari
melimpahnya kerang-kerang di tepi pantai secara mendadak, kemudian banyak warga berdatangan untuk mengumpulkan kerang-kerang tersebut untuk dikonsumsi.

 Kerang hijau atau biasa disebut dengan tude oleh warga setempat ini, biasa dikonsumsi selama berpuluh-puluh tahun, namun baru kali ini, terjadi kejadian luar biasa keracunan
akibat kerang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) bahwa kerang tersebut positif mengandung arsen dan sianida.
Dari hasil sampel daging kerang dilakukan pengujian warna dan rapid test untuk mengetahui kandungan didalam kerang tersebut. Kerang-kerang hijau yang seharusnya tidak
beracun ini, diduga terkontaminasi arsen dan sianida akibat dari aktivitas industri. Karena di daerah tersebut terdapat dua aktivitas industri, yaitu PLTU Jeneponto yang sudah
beraktivitas lima tahun terakhir dan sebuah tambak udang super intensif yang dikelola swasta dari luar setahun terakhir. Lokasi PLTU sendiri agak jauh dari tempat tersebut,
sementara tambak udang hanya beberapa ratus meter dan terlihat di kejauhan.

 Dugaan muncul karena air laut tercemar atau terkontaminasi akibat arsen dan sianida. Sianida merupakan senyawa kimia dari kelompok siano yang bersifat racun dan bekerja
dengan cepat, apabila masuk ke dalam tubuh maka dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian Sianida yang terdiri dari 3 buah atom karbon yang berikatan dengan nitrogen
(C=N), dan dikombinasi dengan unsur-unsur lain seperti kalium atau hidrogen. Sianida bersifat sangat letal karena dapat berdifusi dengan cepat pada jaringan dan berikatan
dengan organ target dalam beberapa detik. Sianida dapat berikatan dan menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang mengandung besi dalam bentuk Ferri (Fe3+) dan kobalt.
Kombinasi kimia yang dihasilkan mengakibatkan hilangnya integritas struktural dan efektivitas enzim. Mempengaruhi system respirasi sehingga mengakibatkan hipoksia dan
berpengaruh juga terhadap system kardiovaskular.

 Selain sianida, kerang tersebut juga terkontaminasi arsen, yang mana arsen merupakan senyawa sangat beracun bagi organisme perairan, dapat menyebabkan efek yang merugikan
jangka panjang di lingkungan perairan.

 Arsen bersifat karsinogenik. Organ sasaran arsen diantaranya: ginjal, paru-paru, sistem saraf pusat, dan membran mukosa. Jika tertelan, dapat menyebabkan efek terhadap saluran
pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem saraf pusat, dan ginjal. Efek yang terjadi meliputi gastroenteritis berat, kehilangan cairan tubuh dan elektrolit, gangguan jantung, syok,
kejang dan gangguan ginjal. Penelanan sejumlah 100-300 mg arsenik trivalent dapat berakibat fatal. Batas terendah toksisitas pada manusia adalah 0,05 mg/kg, dimana dosis ini
dihubungkan dengan kejadian distress saluran cerna pada individu.
Mekanisme masuknya Arsen
 dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung
dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah. Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut
terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut
ialah kompleks piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO 2 sebelum
masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut
melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi
akumulasi asam piruvat dalam darah. Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan
jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi
gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.
Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam
hati yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka
hal inilah yang menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung dengan gugus –
SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.
Efek klinis arsen jika tertelan diantaranya nafas berbau seperti bawang, dapat kita konfirmasi dengan pemeriksaan cairan lambung dan juga feses yang mengandung arsen.
Gejala saluran cerna dapat berupa mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Setelah 1-2 hari kemudian, dapat ditemukan dampak dari arsen inorganik terhadap organ lainnya.
Gejala kardiovaskular: hipotensi, takikardia, syok, dan kematian. Dapat terjadi asidosis metabolik dan rhabdomiolisis. Gejala dapat berkembang menjadi aritmia jantung
(elektrokardiografi menunjukkan adanya perubahan pada gelombang QT dan T), kardiomiopati, serta edema pulmoner. Gejala neurologis: letargi, agitasi, atau delirium. Jarang
sekali terjadi kejang. Gejala hematologi: muncul 1-2 minggu pasca paparan, dapat berupa pansitopenia, terutama leucopenia dan anemia. Bila korban bisa bertahan dari gagal
jantung, dan setelah mencapai stadium pemulihan, dapat ditemukan gejala sisa, terutama neuropati periferal dan garis Mee’s pada kuku jari. Gejala dermatologis: biasanya
muncul terlambat, 1-6 minggu pasca paparan, berupa deskuamasi pada telapak tangan dan kaki; bercak makulopapular, edema periorbital, dan striae putih pada kuku yang
dikenal dengan sebutan garis Aldrich-Mees.
Penatalaksanaan pada keracunan sianida:
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.

b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan
buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau
0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu
sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB.

e. Diagnosis keracunan arsenic dilakukan dengan mengambil sampel kuku, rambut, darah atau urine. Aroma
mulut dan urine pasien yang terapapar arsenic akan berbau bawang putih. Kadar arsenic dianggap tinggi jika
melebihi 50 mg/L darah atau urine dan dapat mengakibatkan keracunan akut dan berbahaya jika kadarnya 5-
100 kali lipat dari angka tersebut. Pemeriksaan sel darah merah dapat melihat adanya anemia hemolitik
secara berlebihan. Pemeriksaan elektrokardiografi dan uji konduksi saraf juga dilakukan untuk melihat
gangguan irama jantung dan kelainan fungsi saraf.
Penatalaksanaan pada keracunan sianida
1. Dilakukan terapi pendukung kepada pasien dengan cara : 1.Memonitor fungsi
jantung,pernafasan,dan kardiovaskuler pasien di ruang ICU.

2. Dilakukan uji laboratorium untuk memonitor kadar gas dalam darah,kadar laktat dalam
seruh,tes darah lengkap,kadar sianida dalam darah,dan kadar elektrolit.

3. Monitoring dan terapi aritmia

4. Monitoring dan terapi efek samping

5. Penggunaan antidot

Dapat digunakan antidot diantaranya hidroksikobalamin yang bekerja sinergis dengan amyl
nitrit,sodium nitrit,dan sodium thiosulfate.
KESIMPULAN
1. Kerang yang dikonsumsi oleh warga mengakibatkan keracunan karena diduga kerang tersebut terkontaminasi arsen dan
sianida akibat adanya aktivitas industri. Keberadaan arsen sendiri sangat beracun bagi organisme perairan.

2. Identifikasi keracunan arsen menggunakan sampel kuku, rambut, darah atau urine. Aroma mulut dan urine pasien yang
terapapar arsenic akan berbau bawang putih.

3. Mekanisme keracunan sianida yaitu sianida berdifusi dengan cepat pada jaringan dan berikatan dengan organ target, berikatan
dan menginaktifkan beberapa enzim, terutama yang mengandung besi dalam bentuk Ferri (Fe3+) dan kobalt.

4. Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia yaitu arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah. Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang
berada dalam enzim.

5. Penanggulangan keracunan arsen dengan membuka jalan nafas, serta jalan sirkulasi dan jika terjadi kejang maka diberikan
diazepam secara Intravena dan pemberian antidot Dimercaprol (BAL, British anti-Lewisite). Penanggulangan keracunan
sianida dengan monitoring fungsi jantung, pernafasan, kardiovaskular,dilakukan monitoring kadar gas dalam darah, kadar
laktat, monitoring terapi anemia dan pemberian antidot seperti hidroksikobalan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai