Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI SEDIAAN CAIR & SEMI PADAT


Analisis Fe dalam Sirup Tambah Darah Metode SSA/AAS

KoordinatorPraktikum
Fajar Nugraha, M.Sc., Apt.
NIP. 8878950017
Hadi Kurniawan M.Sc., Apt.
NIP. 8888950017
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt.
NIP. 198604182009122009

DISUSUN OLEH :
Kelompok / Kelas : 2 / A2
Anggota Kelompok : Euistya Febrianti Putri Adahane (I1021191053)
Arsalna Daersa Putri (I1021191058)
Verdi ardianto (I1021191060)
Gabrina Melania (I1021191062)
Suci Anggreini (I1021191069)
Savira Yasim (I1021191079)
Dzuria Adhana Rifdah (I1021191084)
Farra Aulia Agisti (I1021191086)
Weni Eriska (I1021191090)
Galuh Sekar Jagad (I1021191094)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

II.1.1 Pengertian Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) / Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) adalah

suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

penyerapan (absorpsi) energi radiasai oleh atom-atom bebas (Purnama et al, 2018).

Spektrofotometri serapan atom (SSA) juga dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan

untuk menentukan unsur-unsur dalam suatu sampel/cuplikan yang berbentuk larutan (Torowati et

al, 2008). Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada

proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar.

Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi

yang lebih tinggi (Nasir M, 2019).

II.1.2 Prinsip metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Metode Spektrofotometri Serapan Atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.

Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat

unsurnya (Nasir M, 2019). Hal tersebut dapat diartikan bahwa prinsip dari analisis dengan SSA

ini didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom netral yang berada pada

tingkat tenaga dasar (ground state) dengan panjang gelombang tertentu (Purnama et al, 2018).

Penyerapan energi tersebut akan mengakibatkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke

tingkat tenaga yang lebih tinggi (excited state). Akibat dari proses penyerapan radiasi tersebut

elektron dari atom-atom bebas tereksitasi ini tidak stabil dan akan kembali ke keadaan semula
disertai dengan memancarkan energi radiasi dengan panjang gelombang tertentu dan

kharakteristik untuk setiap unsur. Hubungan serapan dengan konsentrasi atom dirumuskan dalam

hukum Lambert Beer yaitu (Torowati et al, 2008) :

Log Io/It = A ............................................................................ (1)

A = a.b.c ................................................................................... (2)

Dengan : Io = intensitas mula-mula

It = intensitas sinar yang diteruskan

A = absorbansi

a = koefisiensi atom-atom yang mangabsorbsi

b = panjang medium

c = konsentrasi atom- atom yang mengabsorbsi

Dari persamaan (2) tersebut di atas menunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus

dengan konsentrasi atom pada tingkat tenaga dasar. Besarnya konsentrasi atom-atom ini

sebanding dengan konsentrasi unsur dalam larutan yang dianalisis. Dengan demikian dalam

analisis ini dengan membuat kurva kalibrasi hubungan konsentrasi terhadap absorbansi larutan

standar akan diperoleh garis lurus (pada konsentrasi tertentu), yang disebut dengan kurva

kalibrasi. Dari kurva kalibrasi di atas akan mempunyai persamaan garis lurus sebagai berikut

(Torowati et al, 2008) :

Y = a + b X .............................................................................. (3)

Dengan : Y = Absorbansi unsur dalam cuplikan (ppm)

X = absorbansi hasil pengukuran cuplikan (ppm)

a = slope

b = gradien
Dengan menginterpolasikan absorbansi unsur dalam larutan sampel ke kurva kalibrasi

atau dengan memasukan absorbansi tersebut ke dalam persamaan regresi linier untuk masing-

masing unsur, maka konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan tersebut dapat ditentukan

(Torowati et al, 2008).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwan metode serapan atom ini hanya

tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Dalam AAS, atom bebas

berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi

kimia, dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang

menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat

khas karena mempunyai gelombang yang panjang yang cocok untuk setiap atom bebas. Adanya

absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu perpindahan elektron

dalam atom dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi lain (Nasir M, 2019).

II.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

II.1.3.1 Kelebihan

Kelebihan spektrofotometri serapan atom adalah kecepatan analisisnya, dapat

digunakan untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut

(ketelitiannya sampai tingkat runut/trace) dan sebelum pengukuran tidak perlu

memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan

kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga yang diperlukan

tersedia (Khopkar, 1990).

II.1.3.2. Kekurangan

Kekurangan spektrofotometri serapan atom adalah kurang sensitif untuk

pengukuran sampel bukan logam dan adanya gangguan-gangguan (interference) adalah


peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan unsur yang dianalisis menjadi

lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel.

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut (Khopkar,

1990):

a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi

banyaknya sampel yang mencapai nyala.

b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di

dalam nyala akibat disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi

atom-atom di dalam nyala.

c. Gangguan oleh serapan yang disebabkan bukan oleh serapan atom yang dianalisis;

yakni serapan oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.

d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption)

II.1.4 Instrumentasi Spektrometri Serapan Atom

1. Sumber Radiasi Resonansi

Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow

Cathode Lamp) atau Electrodeless Didcharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda berongga

biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau

campuran dari unsur murni yang dikehendaki. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber

cahaya untuk memberikan energy sehingga unsur logam yang akan diuji akan mudah

tereksitasi. Selotip ditambahkan agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari

luar dan keluarnya gas dari dalam yang dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan

sekitar.
2. Tabung Gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan menampung gas pembakar biasanya digunakan

gas pembakar dalam suatu gas pengoksida (oksidan) seperti misalnya udara dan nitrogen

oksida (N2O). Suhu maksimum yang dihasilkan pada pembakaran berbagai campuran gas

pembakar dengan gas pada tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS

memiliki kisaran suhu kurang lebih 20000K da nada juga tabung gas yang berisi gas N2O

yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu kurang lebih 30000K. Regulator pada

tabung gas berfungsi untuk pengaturan kecepatan alir gas pembawa yang akan dikeluarkan

dari dalam tabung.

3. Atomizer

Atomizer terdiri atas nebulizer (system pengabut), spray chamber, dan burner (system

pembakar). Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol dengan cara

menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, lalu

disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama

aliran campuran gas bahan bakar masuk kedalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar

dialirkan melalui saluran pembuangan.

Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogeny antara gas oksidan,

bahan bakar, dan aerosol yang mengandung contoh sebelum memasuki burner. Sedangkan

burner merupakan system tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur

yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dan nyala. Chopper digunakan untuk

membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala

api.

4. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom didalam

nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang

diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut

dilakukan oleh monokromator. Dalam spektroskopi absorbs atom fungsi monokromator

adalah untuk memencilkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang

dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrument komersial digunakan

kisidifraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam daripada yang dilakukan

prisma, akibatnya instrument kisi dapat daya pisah yang tinggi.

5. Detector

Detector berfungsi untuk mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan

mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik. Dalam spektrofotometer

absorbs atom, mengingat kepekaan spectral yang lebih baik yang diperlakukan, maka

digunakan penggandaan foton. Keluaran dari detector diumpankan ke suatu system peragaan

yang sesuai dan dalam hubungan ini hendaknya diingat bahwa radiasi yang diterima oleh

detector berasal tidak hanya dari garis resonansi yang telah diseleksi tetapi dapat juga timbul

dari emisi dalam nyala. Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom-

atom yang sedang diselidiki dan dapat juga dari emisi pita molekul.

6. Recorder

Sinyal listrik yang keluar dari detector diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan

secara otomatis kurva absorbs. Recorder pada instrument AAS berfungsi untuk mengubah

sinyal yang diterima menjadi bentuk digital, yaitu dengan satuan absorbansi. Isyarat dari

detector dalam bentuk tenaga listrik akan diubah oleh recorder dalam bentuk nilai bacaan

serapan atom.
II.1.5 Teknik dan Cara Kerja Instrumen SSA

Teknik analisis unsur dengan SSA-nyala adalah penguapan larutan sampel untuk mengubah

unsur target analisis menjadi atom bebas. Oleh karena itu kunci dari kebehasilan analisis dengan

SSA-nyala adalah pembentukan atom bebas, atau dikenal dengan proses atomisasi. Proses

atomisasi dilakukan dengan cara mengaspirasikan larutan sampel ke dalam nyala, sehingga

unsur-unsur dalam sampel berubah menjadi atom bebas. Dalam nyala, sebagian besar unsur

logam tetap tinggal sebagai atom netral, namun ada pula unsur yang akan tereksitasi secara

termal oleh nyala dan membentuk ion. Unsur-unsur dengan energi ionisasi rendah umumnya

akan tereksitasi dalam nyala ( Ikhsani IY, 2017).

Spektrofotometri SSA terdiri dari beberapa instrumen yang membantu dalam proses analisis

senyawa, instrumen tersebut terdiri dari :

a. Sumber Radiasi Resonansi : Sumber radiasi terdiri dari 2 jenis yaitu lampu katoda

berongga (Hollow Cathode Lamp) dan Electrodeless Discharge Tube (EDT). Cara

kerjanya adalah pemancaran radiasi resonansi terjadi apabila kedua eletroda diberi

tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas

yang bermuatan positif ini akan menembaki atom-atom yang terdapat dalam katoda

sehingga menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi

ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energi

eksitasinya dalam bentuk radiasi, radiasi ini kemudian akan dilewatkan memalui atom

yang berada dalam nyala (Nasir M,2019).

b. Tabung Gas : Tabung Gas pada AAS digunakan sebagai penampung gas pembakar,

biasanya gas yang dipakai adalah udara dan nitrogen oksida (N2O). Jenis-jenis gas
pembakar yang sering digunakan pada AAS adalah asitilen, hidrogen, oksigen dan

dinitrogen oksida (Nasir M,2019).

c. Atomizer : Atomizer terdiri atas nebulizer, spray chamber dan burner. Cara kerjanya

adalah, nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol dengan cara

menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan lalu

disemprotkan ke ruang penagabut. Spray chamber bekerja dengan cara membuat

campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol sebelum memasuki

burner. Kemudian, cara kerja burner adalah sebagai tempat terjadinya atomisasi yaitu

pengubahan kabut atau uap unsur menjadi atom-atom normal dalam nyala, chopper

digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi yang

berasal dari nyala api (Nasir M,2019).

d. Monokromator : cara kerja monokromator adalah, setelah radiasi resonansi dari lamu

katoda berongga melalui populasi atom didalam nyala, energi radiasi sebagian akan

diserap dan sebagian lagi akan diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan kemudian

dipisahkan dari radiasi lainnya, pemilihan atau pemisahan akan dilakukan oleh

monokromator (Nasir M,2019).

e. Detektor : Cara Kerja detektor adalah dengan mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh

sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik (Nasir

M,2019).

f. Recorder : Cara kerja recorder adalah, sinyal listrik yang keluar dari detektor kemudian

diterima oleh piranti yang kemudian akan menggambarkan secara otomatis kurva

absorbsi. Isyarat dari detektor dalam bentuk listrik akan diubah oleh recorder dalam

bentuk nilai bacaan serapan atom (Nasir M,2019).


II.1.6 Ilustrasi Gambar Instrumen SSA

6. Elemen didalam
sampel akan diserap
oleh suatu lampu

3. Monokromator
menangkap hasil
serapan
6. Diatur instrument
pada panjang
gelombang tertentu
yang cocok untuk 2. Detektor mengukur
elemen yang diuji 5. Elemen pada sampel perubahan intensitas
akan teratomisasi
oleh panas

1. Sistem komputer mengolah


data yang diterima menjadi
nilai absorbansi

II.1.7 Pengaplikasian SSA dalam Analisis Farmasi

Spektrofotometri Serapan Atom telah digunakan untuk penetapan sebanyak lebih

kurang 70 unsur. Penggunaannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensic materials,

makanan dan minuman, air termasuk air buangan, tanah, tenaman, pupuk, besi, baja,

logam campur, mineral, hasil-hasil minyak bumi, farmasi, dan kosmetik. Dalam analisis

farmasi SSA digunakan untuk memeriksa secara kualitatif dan kuantitatif keberadaan

unsur-unsur logam dan metaloid dalam obat-obatan dan sediaan kosmetika.

II.1.8 Penetapan kadar sampel logam (Fe) dengan metode analisis SSA

Penetapan kadar zat besi bisa dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu metode yang

digunakan adalah Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan ini didasari oleh beberapa faktor,

seperti kecepatan, ketepatan, ketelitian, selektifitas, kepraktisan, ketersediaan peralatan dan


jumlah sampel (Dira et al, 2014). Analisis logam besi (Fe) dapat dilakukan dengan metode

destruksi basah secara Spektofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrophotometry,

AAS). Metode destruksi kering kurang baik digunakan untuk analisis dibandingkan dengan

detruksi basah, karena pemakaian suhu tinggi selama proses pengabuan dapat menyebabkan

kehilangan unsur (Sudiarta et al, 2019).

Pengukuran Kadar Zat Besi (Fe) secara SSA dapat dilakukan dengan cara larutan sampel

dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan dalam labu ukur 10 ml, kemudian diencerkan dengan air

suling sampai tanda batas. Ukur absorban larutan sampel pada panjang gelombang 248,3 nm

dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Setelah pengukuran absorban larutan standar, dibuat

kurva kalibrasi konsentrasi larutan standar. Sehingga kadar besi (Fe) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus : (Dira et al, 2018)

y = a + bx

Dimana :

y = absorbana,b = koefisien regresi

x = kadar zat

Validasi metode analisis logam Fe dapat dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu

(Handayani et al, 2018)

1. Uji Akurasi (Ketepatan)

Uji ini dilakukan dengan cara menambahkan larutan baku pembanding (Fe 6 ppm) ke

dalam sampel yang akan diperiksa sebelum didekstruksi, kemudian dilakukan uji

blanko (tanpa penambahan larutan baku standar).Masing-masing sampel kemudian

dekstruksi dengan metode dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan HClO4 dan

diukur menggunakan SSA pada panjang gelombang 480 nm.


2. Uji Presisi

Metode uji presisi dilakukan secara repitabilitas atau keterulangan dilakukan dalam

kondisi yang sama dalam interval waktu yang singkat, yaitu dengan mengukur larutan

sampel metode destruksi basahm enggunakan HNO3 dan HClO4 dengan 3 kali

ulangan pada hari yang sama, kemudian data hasil absorbs dihitung simpangan

bakunya.

3. Uji Limit Deteksi (LoD) dan Limit Kuantitasi (LoQ)Uji ini dilakukan dengan

mengukur konsentrasi standar yang paling rendah yang dapat terdeteksi

absorbansinya.

LoD dapat dihitung dengan rumus :LoD = 3 x SDLoQ dapat dihitung dengan

rumus :LoQ = 10 x SD

4. Uji LinieritasUji ini dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi standar dengan

beberapa macam konsentrasi standar Fe yang dimulai dari larutan tanpa Fe.

Kemudian dilanjutkan dengan mengukur standar Fe 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Setelah itu

didapatkan harga “r”.

II.1.9 Alasan pemilihan metode SSA

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk

penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) energi

radiasai oleh atom-atom bebas. Alasan pemilihan SSA untuk menganalisis logam Fe dikarenakan

metode spektrofotometri serapan atom lebih spesifik dibandingkan dengan Spektrofotometri

yang lain. (Purnama, 2018).

Spektrofotometer serapan atom digunakan untuk menentukan kadar Fe di sampel.

Pengukuran hasil destruksi sampel pada panjang gelombang 283,3 nm karena terjadi penyerapan
cahaya oleh atom untuk melakukan transisi elektron dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi .

Penggunaan metode spektrofotometri serapan atom dikarenakan memiliki sensitifitas yang

tinggi, proses cepat, jumlah cuplikan sedikit, spesifik terhadap unsur yang dianalisis, serta dapat

digunakan untuk penentuan kadar unsur yang sangat rendah(Martines, 2018)

Spektrofotometri serapan atom lebih spesifik dibandingkan dengan Spektrofotometri

yang lain karena satu lampu katoda hanya dapat mendeteksi satu unsur sesuai dengan yang

terkandung dalam lampu tersebut. Spektrofotometri Serapan Atom juga memiliki batas deteksi

yang rendah dan analisis berlangsung cepat. Cara kerja spektrofotometri serapan atom adalah

berdasarkan atas penguapan larutan sampel. Kemudian logam yang terkandung di dalamnya

diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang

dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsure yang akan ditentukan. Banyaknya

penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu yang akan memberikan

penyerapan pada panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum

perlu dilakukan untuk mengetahui dimana terjadi absorpsi maksimum. (Purnama, 2018).

II.2 Sirup Tambah Darah

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula, dengan kadar tinggi.

Larutan sukrosa hamper jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirupus simpleks.

Keuntungan bentuk sediaan sirup yaitu sirup lebih mudah ditelan disbanding bentuk padat

sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak dan usia lanjut, segera diabsorpsi karena sudah

berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses disintegrasi dan pelarutan), obat secara

homogen terdistribusi keseluruh sediaan, dan mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-

zat iritian (seperti aspirin, KCL), karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.

Kerugian bentuk sediaan sirup yaitu larutan bersifat voluminous, sehingga kurang
menyenangkan jika diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak

dapat digunakan, stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk

sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis, larutan merupakan media

ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet,

dan ketetapan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar. (Yamlean, 2019)

Sediaan tambah darah adalah bentuk sediaan yang digunakan untuk memenuhi kecukupan

zat besi (Fe).(Mawaddah, 2018) Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin

mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat

dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sitesis DNA,

neurotransmitter, dan proses katabolisme.(Amalia, Tjiptaningrum, 2016). Fungsi zat besi yang

paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf yaitu diperlukan dalam proses

mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat

mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga

merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan

bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan

meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.(Fitriany, Saputri, 2018). Zat besi adalah

unsur vital untuk oembentuk homoglobin, fungsi dari zat besi adalah membentuk sel darah

merah, sehingga apabila produksi sel darah merah dalam tubuh cukup maka kadar hemoglobin

akan normal. Menurut BPOM RI tahun 2011 suatu pangan dalam bentuk cair dukatakan tinggi

kandungan Fe apabila mempunyai kadar sedikitnya 15% dari acuan label gizi per 100ml.

sementara BPOM RI tahun 2007 tetang acuan label gizi produk, nilai acuan kandungan Fe pada

produk sebesar 26 mg.(Mawaddah, 2018)

II.3 Fe (Zat Besi)


Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan

hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa

fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan

tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi

enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2004).

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini diperlukan dalam

pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin. Jumlah besi yang dibutuhkan untuk

kehamilan tunggal yang normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan

plasenta, 450 mg untuk peningkatan masa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan

basal (Sediaoetama, 2004).

Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalam hemoglobin

dan mioglobin makanan hewani, dan besi-nonhem dalam makanan nabati. Besi-hem merupakan

bagian kecil dari besi yang diperoleh dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan),

namun yang dapat diabsorbsi dapat mencapai 25% sedangkan nonhem hanya 5% (Almatsier,

2004).

II.3.1 Fungsi Besi

Menurut Almatsier (2004), besi berperan sebagai respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi

enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi- reduksi. Fungsi besi lainnya, yaitu :

a. Metabolisme Energi

b. Kemampuan Belajar

c. Sistem Kekebalan
d. Pelarut Obat-obatan

Zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktifitas kerjanya. Di

dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut

elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan

sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah

terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya merupakan

vitamin A (Waryana, 2010).

II.3.2 Sumber Besi

Sumber besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur serta serelia tumbuk,

kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Selain jumlah besi, perlu diperhatikan

kualitas besi dalam makanan atau ketersediaan biologik (bioavailability). Besi dalam daging

mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai

ketersediaan biologik yang sedang, dan besi dalam

sayuran dan buah mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.

II.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi Zat Besi

Waryana (2010) menyaktakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi zat besi, antara

lain :

a. Bentuk Fe

Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging

hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi non hem yang berasal dari makanan nabati.
b. Asam Organik

Vitamin C dan Asam Sitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk

feri menjadi fero.

c. Asam Fitat, Asam Oksalat dan tanin

Keberadaan asam fitat, asam oksalat dan tanin dapat mengikat Fe sehingga menghambat

penyerapan Fe. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C.

d. Tingkat Keasaman Lambung

Lambung yang bersifat asam dapat meningkatkan daya larut Fe.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama.2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi.edisi kelima.

Jakarta:Dian Rakyat. hal. 1-244.


Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima.

Amalia A, Tjiptaningrum A. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi. Jurnal

Majority. 5(5) : 1-4.

Dira, Deviarny C, Riona W. 2014. Penetapan Kadar Zat Besi (Fe) pada Buah Naga Isi Super

Merah (Hylocereus costaricensis L.) dan Isi Putih (Hylocereus undatus L.). Jurnal

MKA ; 37 (3) : 174-180

Fitriany J, Saputri Ai. 2018. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous 4 (2) : 1-14.

Handayani C, Muslih M, Lestari J. 2018. Validasi Metode Analisa Kadar Logam Fe pada

Rambut Masyarakat di Sekitar Kawasan Industri Semen. Junal Katalisator ; 3 (1) : 36-

42

Ikhsani YI, Dida NE, Cahyanrini YS. 2017. EVALUASI PENGGUNAAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ± NYALA (FAAS) UNTUK ANALISIS

KONSENTRASI SR/CA DALAM KARANG PORITES DARI TELUK AMBON

DAN PULAU JUKUNG. Jurnal ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis ; 9(1) : 250-251

Khopkar, S M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Martines SA, Latief M , Rahman H. 2018. Analisis Logam Timbal (Pb) pada Lipstik yang

Beredar di Kecamatan Pasar Jambi. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia;

5(2) :69-75

Mawaddah S. 2018. Peningkatan Hb Pada Kejadiaan Anemia Dengan Pemberiansirup Kalakai.

Jurnal Ilmiah Bidan. 6(1) : 1-7.

Nasir M. 2019. Spektrofotometri Serapan Atom. Aceh : Syiah Kuala University Press.
Purnama R.C., Retnaningsih A., Andriyan A. 2018. Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) pada

Ikan (Rastrelliger kanagurta)di Daerah Kampung Nelayan Kecamatan Panjang dengan

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Analisis Farmasi ; 3(4) : 259-265.

Purnama R.C., Retnaningsih A., Andriyan A. 2018. Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) Pada

Ikan (Rastrelliger kanagurta) Di Daerah Kampung Nelayan Kecamatan Panjang

Dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Analis Farmasi; 3 (4):259-265

Sudiarta I. W., Ratnayani O, Veliyana A. K. 2019. Analisis Kadar Logam Besi dalam Susu

Bubuk Formula Kehamilan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Media

Sains ; 3 (1) ; 1-6

Torowati, Asminar, Rahmiati. 2008. Analisis Unsur Pb, Ni dan Cu dalam Larutan Uranium Hasil

Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir. Jurnal Batan ; 1(2) : 1-6.

Yamlean Pvy. 2019. Buku Ajar Farmasetika. Klaten : Penerbit Lakeisha.

Anda mungkin juga menyukai