KoordinatorPraktikum
Fajar Nugraha, M.Sc., Apt.
NIP. 8878950017
Hadi Kurniawan M.Sc., Apt.
NIP. 8888950017
Pratiwi Apridamayanti, M.Sc., Apt.
NIP. 198604182009122009
DISUSUN OLEH :
Kelompok / Kelas : 2 / A2
Anggota Kelompok : Euistya Febrianti Putri Adahane (I1021191053)
Arsalna Daersa Putri (I1021191058)
Verdi ardianto (I1021191060)
Gabrina Melania (I1021191062)
Suci Anggreini (I1021191069)
Savira Yasim (I1021191079)
Dzuria Adhana Rifdah (I1021191084)
Farra Aulia Agisti (I1021191086)
Weni Eriska (I1021191090)
Galuh Sekar Jagad (I1021191094)
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan (absorpsi) energi radiasai oleh atom-atom bebas (Purnama et al, 2018).
Spektrofotometri serapan atom (SSA) juga dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan
untuk menentukan unsur-unsur dalam suatu sampel/cuplikan yang berbentuk larutan (Torowati et
al, 2008). Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada
proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar.
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi
Metode Spektrofotometri Serapan Atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya (Nasir M, 2019). Hal tersebut dapat diartikan bahwa prinsip dari analisis dengan SSA
ini didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom netral yang berada pada
tingkat tenaga dasar (ground state) dengan panjang gelombang tertentu (Purnama et al, 2018).
Penyerapan energi tersebut akan mengakibatkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke
tingkat tenaga yang lebih tinggi (excited state). Akibat dari proses penyerapan radiasi tersebut
elektron dari atom-atom bebas tereksitasi ini tidak stabil dan akan kembali ke keadaan semula
disertai dengan memancarkan energi radiasi dengan panjang gelombang tertentu dan
kharakteristik untuk setiap unsur. Hubungan serapan dengan konsentrasi atom dirumuskan dalam
A = absorbansi
b = panjang medium
Dari persamaan (2) tersebut di atas menunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi atom pada tingkat tenaga dasar. Besarnya konsentrasi atom-atom ini
sebanding dengan konsentrasi unsur dalam larutan yang dianalisis. Dengan demikian dalam
analisis ini dengan membuat kurva kalibrasi hubungan konsentrasi terhadap absorbansi larutan
standar akan diperoleh garis lurus (pada konsentrasi tertentu), yang disebut dengan kurva
kalibrasi. Dari kurva kalibrasi di atas akan mempunyai persamaan garis lurus sebagai berikut
Y = a + b X .............................................................................. (3)
a = slope
b = gradien
Dengan menginterpolasikan absorbansi unsur dalam larutan sampel ke kurva kalibrasi
atau dengan memasukan absorbansi tersebut ke dalam persamaan regresi linier untuk masing-
masing unsur, maka konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan tersebut dapat ditentukan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwan metode serapan atom ini hanya
tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada temperatur. Dalam AAS, atom bebas
berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi
kimia, dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang
menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat
khas karena mempunyai gelombang yang panjang yang cocok untuk setiap atom bebas. Adanya
absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu perpindahan elektron
dalam atom dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi lain (Nasir M, 2019).
II.1.3.1 Kelebihan
memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan
kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga yang diperlukan
II.1.3.2. Kekurangan
lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel.
Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut (Khopkar,
1990):
a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
dalam nyala akibat disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi
c. Gangguan oleh serapan yang disebabkan bukan oleh serapan atom yang dianalisis;
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda berongga (Hollow
Cathode Lamp) atau Electrodeless Didcharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda berongga
biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau
campuran dari unsur murni yang dikehendaki. Lampu katoda berfungsi sebagai sumber
cahaya untuk memberikan energy sehingga unsur logam yang akan diuji akan mudah
tereksitasi. Selotip ditambahkan agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam yang dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan
sekitar.
2. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan menampung gas pembakar biasanya digunakan
gas pembakar dalam suatu gas pengoksida (oksidan) seperti misalnya udara dan nitrogen
oksida (N2O). Suhu maksimum yang dihasilkan pada pembakaran berbagai campuran gas
pembakar dengan gas pada tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS
memiliki kisaran suhu kurang lebih 20000K da nada juga tabung gas yang berisi gas N2O
yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu kurang lebih 30000K. Regulator pada
tabung gas berfungsi untuk pengaturan kecepatan alir gas pembawa yang akan dikeluarkan
3. Atomizer
Atomizer terdiri atas nebulizer (system pengabut), spray chamber, dan burner (system
pembakar). Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol dengan cara
menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, lalu
aliran campuran gas bahan bakar masuk kedalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogeny antara gas oksidan,
bahan bakar, dan aerosol yang mengandung contoh sebelum memasuki burner. Sedangkan
burner merupakan system tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam unsur
yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal dan nyala. Chopper digunakan untuk
membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala
api.
4. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi atom didalam
nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang
diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut
adalah untuk memencilkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang
kisidifraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam daripada yang dilakukan
5. Detector
Detector berfungsi untuk mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik. Dalam spektrofotometer
absorbs atom, mengingat kepekaan spectral yang lebih baik yang diperlakukan, maka
digunakan penggandaan foton. Keluaran dari detector diumpankan ke suatu system peragaan
yang sesuai dan dalam hubungan ini hendaknya diingat bahwa radiasi yang diterima oleh
detector berasal tidak hanya dari garis resonansi yang telah diseleksi tetapi dapat juga timbul
dari emisi dalam nyala. Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom-
atom yang sedang diselidiki dan dapat juga dari emisi pita molekul.
6. Recorder
Sinyal listrik yang keluar dari detector diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan
secara otomatis kurva absorbs. Recorder pada instrument AAS berfungsi untuk mengubah
sinyal yang diterima menjadi bentuk digital, yaitu dengan satuan absorbansi. Isyarat dari
detector dalam bentuk tenaga listrik akan diubah oleh recorder dalam bentuk nilai bacaan
serapan atom.
II.1.5 Teknik dan Cara Kerja Instrumen SSA
Teknik analisis unsur dengan SSA-nyala adalah penguapan larutan sampel untuk mengubah
unsur target analisis menjadi atom bebas. Oleh karena itu kunci dari kebehasilan analisis dengan
SSA-nyala adalah pembentukan atom bebas, atau dikenal dengan proses atomisasi. Proses
atomisasi dilakukan dengan cara mengaspirasikan larutan sampel ke dalam nyala, sehingga
unsur-unsur dalam sampel berubah menjadi atom bebas. Dalam nyala, sebagian besar unsur
logam tetap tinggal sebagai atom netral, namun ada pula unsur yang akan tereksitasi secara
termal oleh nyala dan membentuk ion. Unsur-unsur dengan energi ionisasi rendah umumnya
Spektrofotometri SSA terdiri dari beberapa instrumen yang membantu dalam proses analisis
a. Sumber Radiasi Resonansi : Sumber radiasi terdiri dari 2 jenis yaitu lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) dan Electrodeless Discharge Tube (EDT). Cara
kerjanya adalah pemancaran radiasi resonansi terjadi apabila kedua eletroda diberi
tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas
yang bermuatan positif ini akan menembaki atom-atom yang terdapat dalam katoda
ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energi
eksitasinya dalam bentuk radiasi, radiasi ini kemudian akan dilewatkan memalui atom
b. Tabung Gas : Tabung Gas pada AAS digunakan sebagai penampung gas pembakar,
biasanya gas yang dipakai adalah udara dan nitrogen oksida (N2O). Jenis-jenis gas
pembakar yang sering digunakan pada AAS adalah asitilen, hidrogen, oksigen dan
c. Atomizer : Atomizer terdiri atas nebulizer, spray chamber dan burner. Cara kerjanya
adalah, nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol dengan cara
menarik larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan lalu
campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol sebelum memasuki
burner. Kemudian, cara kerja burner adalah sebagai tempat terjadinya atomisasi yaitu
pengubahan kabut atau uap unsur menjadi atom-atom normal dalam nyala, chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi yang
d. Monokromator : cara kerja monokromator adalah, setelah radiasi resonansi dari lamu
katoda berongga melalui populasi atom didalam nyala, energi radiasi sebagian akan
diserap dan sebagian lagi akan diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan kemudian
dipisahkan dari radiasi lainnya, pemilihan atau pemisahan akan dilakukan oleh
e. Detektor : Cara Kerja detektor adalah dengan mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh
sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik (Nasir
M,2019).
f. Recorder : Cara kerja recorder adalah, sinyal listrik yang keluar dari detektor kemudian
diterima oleh piranti yang kemudian akan menggambarkan secara otomatis kurva
absorbsi. Isyarat dari detektor dalam bentuk listrik akan diubah oleh recorder dalam
6. Elemen didalam
sampel akan diserap
oleh suatu lampu
3. Monokromator
menangkap hasil
serapan
6. Diatur instrument
pada panjang
gelombang tertentu
yang cocok untuk 2. Detektor mengukur
elemen yang diuji 5. Elemen pada sampel perubahan intensitas
akan teratomisasi
oleh panas
kurang 70 unsur. Penggunaannya meliputi sampel biologi dan klinik, forensic materials,
makanan dan minuman, air termasuk air buangan, tanah, tenaman, pupuk, besi, baja,
logam campur, mineral, hasil-hasil minyak bumi, farmasi, dan kosmetik. Dalam analisis
farmasi SSA digunakan untuk memeriksa secara kualitatif dan kuantitatif keberadaan
II.1.8 Penetapan kadar sampel logam (Fe) dengan metode analisis SSA
Penetapan kadar zat besi bisa dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu metode yang
digunakan adalah Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan ini didasari oleh beberapa faktor,
AAS). Metode destruksi kering kurang baik digunakan untuk analisis dibandingkan dengan
detruksi basah, karena pemakaian suhu tinggi selama proses pengabuan dapat menyebabkan
Pengukuran Kadar Zat Besi (Fe) secara SSA dapat dilakukan dengan cara larutan sampel
dipipet sebanyak 2 ml, dimasukkan dalam labu ukur 10 ml, kemudian diencerkan dengan air
suling sampai tanda batas. Ukur absorban larutan sampel pada panjang gelombang 248,3 nm
dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Setelah pengukuran absorban larutan standar, dibuat
kurva kalibrasi konsentrasi larutan standar. Sehingga kadar besi (Fe) dapat dihitung dengan
y = a + bx
Dimana :
x = kadar zat
Validasi metode analisis logam Fe dapat dilakukan dengan beberapa parameter, yaitu
Uji ini dilakukan dengan cara menambahkan larutan baku pembanding (Fe 6 ppm) ke
dalam sampel yang akan diperiksa sebelum didekstruksi, kemudian dilakukan uji
dekstruksi dengan metode dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan HClO4 dan
Metode uji presisi dilakukan secara repitabilitas atau keterulangan dilakukan dalam
kondisi yang sama dalam interval waktu yang singkat, yaitu dengan mengukur larutan
sampel metode destruksi basahm enggunakan HNO3 dan HClO4 dengan 3 kali
ulangan pada hari yang sama, kemudian data hasil absorbs dihitung simpangan
bakunya.
3. Uji Limit Deteksi (LoD) dan Limit Kuantitasi (LoQ)Uji ini dilakukan dengan
absorbansinya.
LoD dapat dihitung dengan rumus :LoD = 3 x SDLoQ dapat dihitung dengan
rumus :LoQ = 10 x SD
4. Uji LinieritasUji ini dilakukan dengan membuat kurva kalibrasi standar dengan
beberapa macam konsentrasi standar Fe yang dimulai dari larutan tanpa Fe.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk
penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) energi
radiasai oleh atom-atom bebas. Alasan pemilihan SSA untuk menganalisis logam Fe dikarenakan
Pengukuran hasil destruksi sampel pada panjang gelombang 283,3 nm karena terjadi penyerapan
cahaya oleh atom untuk melakukan transisi elektron dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi .
tinggi, proses cepat, jumlah cuplikan sedikit, spesifik terhadap unsur yang dianalisis, serta dapat
yang lain karena satu lampu katoda hanya dapat mendeteksi satu unsur sesuai dengan yang
terkandung dalam lampu tersebut. Spektrofotometri Serapan Atom juga memiliki batas deteksi
yang rendah dan analisis berlangsung cepat. Cara kerja spektrofotometri serapan atom adalah
berdasarkan atas penguapan larutan sampel. Kemudian logam yang terkandung di dalamnya
diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang
dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsure yang akan ditentukan. Banyaknya
penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu yang akan memberikan
perlu dilakukan untuk mengetahui dimana terjadi absorpsi maksimum. (Purnama, 2018).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula, dengan kadar tinggi.
Larutan sukrosa hamper jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirupus simpleks.
Keuntungan bentuk sediaan sirup yaitu sirup lebih mudah ditelan disbanding bentuk padat
sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak dan usia lanjut, segera diabsorpsi karena sudah
berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses disintegrasi dan pelarutan), obat secara
homogen terdistribusi keseluruh sediaan, dan mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-
zat iritian (seperti aspirin, KCL), karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.
Kerugian bentuk sediaan sirup yaitu larutan bersifat voluminous, sehingga kurang
menyenangkan jika diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak
dapat digunakan, stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk
sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis, larutan merupakan media
ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu memerlukan penambahan pengawet,
dan ketetapan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar. (Yamlean, 2019)
Sediaan tambah darah adalah bentuk sediaan yang digunakan untuk memenuhi kecukupan
zat besi (Fe).(Mawaddah, 2018) Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporpirin
mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu besi juga terdapat
dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sitesis DNA,
neurotransmitter, dan proses katabolisme.(Amalia, Tjiptaningrum, 2016). Fungsi zat besi yang
paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf yaitu diperlukan dalam proses
mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi sangat
mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga
merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan
bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan
meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.(Fitriany, Saputri, 2018). Zat besi adalah
unsur vital untuk oembentuk homoglobin, fungsi dari zat besi adalah membentuk sel darah
merah, sehingga apabila produksi sel darah merah dalam tubuh cukup maka kadar hemoglobin
akan normal. Menurut BPOM RI tahun 2011 suatu pangan dalam bentuk cair dukatakan tinggi
kandungan Fe apabila mempunyai kadar sedikitnya 15% dari acuan label gizi per 100ml.
sementara BPOM RI tahun 2007 tetang acuan label gizi produk, nilai acuan kandungan Fe pada
hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa
fungsi esensial di dalam tubuh yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi
Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini diperlukan dalam
pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin. Jumlah besi yang dibutuhkan untuk
kehamilan tunggal yang normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan
plasenta, 450 mg untuk peningkatan masa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan
Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat dalam hemoglobin
dan mioglobin makanan hewani, dan besi-nonhem dalam makanan nabati. Besi-hem merupakan
bagian kecil dari besi yang diperoleh dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan),
namun yang dapat diabsorbsi dapat mencapai 25% sedangkan nonhem hanya 5% (Almatsier,
2004).
Menurut Almatsier (2004), besi berperan sebagai respirasi sel, yaitu sebagai kofaktor bagi
enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi- reduksi. Fungsi besi lainnya, yaitu :
a. Metabolisme Energi
b. Kemampuan Belajar
c. Sistem Kekebalan
d. Pelarut Obat-obatan
Zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktifitas kerjanya. Di
dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut
elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan
sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dalam mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah
terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya merupakan
Sumber besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur serta serelia tumbuk,
kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Selain jumlah besi, perlu diperhatikan
kualitas besi dalam makanan atau ketersediaan biologik (bioavailability). Besi dalam daging
mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai
Waryana (2010) menyaktakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi zat besi, antara
lain :
a. Bentuk Fe
Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging
hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi non hem yang berasal dari makanan nabati.
b. Asam Organik
Vitamin C dan Asam Sitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk
Keberadaan asam fitat, asam oksalat dan tanin dapat mengikat Fe sehingga menghambat
penyerapan Fe. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama.2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi.edisi kelima.
Amalia A, Tjiptaningrum A. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi. Jurnal
Dira, Deviarny C, Riona W. 2014. Penetapan Kadar Zat Besi (Fe) pada Buah Naga Isi Super
Merah (Hylocereus costaricensis L.) dan Isi Putih (Hylocereus undatus L.). Jurnal
Fitriany J, Saputri Ai. 2018. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous 4 (2) : 1-14.
Handayani C, Muslih M, Lestari J. 2018. Validasi Metode Analisa Kadar Logam Fe pada
Rambut Masyarakat di Sekitar Kawasan Industri Semen. Junal Katalisator ; 3 (1) : 36-
42
Ikhsani YI, Dida NE, Cahyanrini YS. 2017. EVALUASI PENGGUNAAN METODE
DAN PULAU JUKUNG. Jurnal ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis ; 9(1) : 250-251
Khopkar, S M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martines SA, Latief M , Rahman H. 2018. Analisis Logam Timbal (Pb) pada Lipstik yang
Beredar di Kecamatan Pasar Jambi. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia;
5(2) :69-75
Nasir M. 2019. Spektrofotometri Serapan Atom. Aceh : Syiah Kuala University Press.
Purnama R.C., Retnaningsih A., Andriyan A. 2018. Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) pada
Purnama R.C., Retnaningsih A., Andriyan A. 2018. Penetapan Kadar Logam Timbal (Pb) Pada
Sudiarta I. W., Ratnayani O, Veliyana A. K. 2019. Analisis Kadar Logam Besi dalam Susu
Torowati, Asminar, Rahmiati. 2008. Analisis Unsur Pb, Ni dan Cu dalam Larutan Uranium Hasil
Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir. Jurnal Batan ; 1(2) : 1-6.