Anda di halaman 1dari 28

PENETAPAN KADAR ETANOL DALAM MINUMAN

TUAK / BALLO

TUGAS AKHIR

Oleh:
KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR ETANOL DALAM MINUMAN


TUAK / BALLO

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh nilai
Pada Program studi Metodologi penelitian

Stikes Mega Rezki Makassar

Makassar, 12 Januari 2018


Oleh:
KELAS 15 D KELOMPOK 1

Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,

H. SYAMSUDDIN CARSEL
NIP

Disahkan Oleh:
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur

kepada ALLAH SWT atas segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

nilai . Tugas akhir ini disusun berdasarkan praktek kerja lapangan di

laboratorium stikes Mega rezky Makassar.

Selama menyusun tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menyadari sepenuhnya

bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan, oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak yang membaca karya ilmiah ini demi kesempurnaannya. Akhir

kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis. Wassalamu alaikum Wr.Wb

Makassar, 12 Januari 2018

Penulis,

( Kelompok 1 )
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol

adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di

berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan

saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.

Istilah alkohol berasal dari bahasa Arab al-kuhol, yang bermaksud sesuatu

yang tersembunyi yang dipecah-pecahkan sehingga halus yang digunakan sebagai

celak. Akhirnya istilah ini memberi maksud bauan yang harum. Ahli kimia Arab

dipercayai pertama kali melakukan proses penyulingan untuk menyediakan

alkohol. Proses pembuatan minuman beralkohol yang sangat kuat melalui

penapaian buah anggur pertama sekali dilakukan secara besar-besaran di Eropah

pada sekitar tahun Masehi 1200.

Ramuan utama minuman beralkohol ialah etanol.

Etanol ialah sejenis bahan kimia yang berupaya menekankan aktivitas otak,

justru mengubah kewibawaan akal fikiran. Penggunaan alkohol secara berterusan

untuk jangka masa yang lama boleh menyebabkan kesan toleransi yaitu peminum

terpaksa mengambil ramuan yang semakin banyak bagi mendapatkan kesan yang

serupa.

Etanol atau yang lebih dikenal luas sebagai alkohol merupakan salah satu

contoh dari senyawa non-esensial yang dikonsumsi oleh manusia. Makanan yang

kita konsumsi bukanlah sekedar kombinasi zat hidrat arang, lemak, protein, vitamin

dan mineral saja, tetapi ada ribuan senyawa lain yang terkandung dalam makanan
dan masuk ke tubuh kita, meskipun kadarnya sangat rendah. Senyawa-senyawa

inilah yang dikenal sebagai senyawa non-esensial.

Minuman mempunyai peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup


manusia untuk memenuhi kebutuhan tubuh agar tidak terjadi dehidrasi. Salah satu
minuman yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah minuman keras (Soekanto,
dkk, 2005).
Minuman keras bukan berarti bentuknya yang keras melainkan dampak yang
ditimbulkan. Bila dikonsumsi secara rutin, dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sehingga dinamakan minuman keras. Minuman keras sudah tidak asing lagi ditelinga
masyrakat indonesia ini, minuman tersebut banya dijual ditempat-tempat umum dan
harganya pun cukup murah. Salah satu bentuknya yaitu minuman tradisional seperti
ballo (arak) (Poerwadarminta, 1976).
Ballo atau tuak (arak) merupakan minuman khas dari sulawesi selatan. Terdiri
dari 2 macam rasa yaitu rasa pahit beracun dan kecut (dapat menyebabkan mabuk) dan
rasa manis (sebagai bahan untuk pembuatan gula merah) atau disebut dengan gula
aren. Semua jenis ballo baik itu ballo rasa pahit maupun manis berasal dari pohon
lontar (Manda, 2015).
Ballo khususnya ballo kacci (ballo kecut) dikalangan masyarakat indonesia
memang sudah di pandang negatif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya dampak
negatif yang terjadi akibat minuman ini. Dampak negatif tersebut dapat terjadi dalam
dua periode yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pengaruh dalam jangka pendek
dapat menimbulkan enphoria ringan dan stimniasi terhadap perilaku lebih aktif seiring
meningkatnya konsentrasi ballo yang diminum. Kemudian efek yang dapat dilihat
dalam jangka pendek adalah resiko mabuk atau teler sehingga dapat menyebabkan
penururnan kesadaran. Dampak dalam jangka panjang dapat menyebabkan terserang
penyakit sseperti kerusakan hati (Rahmansyah, M. 2001).

1.2. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menentukan kadar etanol

yang terdapat didalam minuman allo/tuak memenuhi persyaratan atau tidak.


1.3. MANFAAT

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah agar masyarakat mengetahui

berapa kadar etanol yang terdapat dalam minuman Ballo/tuak dan mengetahui

dampak atau efek samping dari minuman beralkohol.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MENGENAL ALKOHOL

Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang

juga disebut grain alkohol dan kadang untuk minuman yang mengandung

alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai

bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau group alkohol

lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi.

Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu

kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.

Dalam bidang kimia, alkohol (atau alkohol) adalah istilah yang

umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-

OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom

hidrogen dan atau atom karbon lainnya.

Gugus fungsional alkohol adalah hidroksil yang terikat pada karbon

hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol primer , skunder , dan tersier .

Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-

OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah alkohol primer. Alkohol

skunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier

sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol.


2.1.1. Nama-nama untuk alkohol

Ada dua cara menamai alkohol: nama umum dan nama IUPAC.

Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus skill, lalu

menambahkan kata alkohol . Contohnya metil alkohol atau etil alhokol .

Nama IUPAC dibentuk dengan mengambil nama rantai alkananya,

menghapus a terakhir, dan menambah ol . Contohnya metanol dan etanol .

Etanol adalah campuran etil alhokol dan air tidak kurang dari 94,7

% v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O.

Pemerian cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak;
bau khas; rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.

Identifikasi alkohol:

a. Campur 5 tetes dalam gelas kimia kecil dengan 1 ml larutan kalium

permanganat P dan 5 tetes sulfat encer P, tutup segera dengan kertas

saring yang dibasahi dengan larutan segar yang dibuat dengan

melarutkan 100 mg natrium nitropusida P dan 500 mg piperazina hidrat

P dalam 5 ml air; terjadi warna biru intensif pada kertas saring yang

setelah beberapa menit menjadi lebih pucat.

b. Pada 5 ml larutan 0,5 % b/v, tambahkan 1 ml natrium hidroksida 0,1 N

kemudian tambahkan perlahan-lahan 2 ml larutan iodium, tercium bau

iodoform dan terbentuk endapan kuning.

Bobot jenis 0,8119 sampai 0,8139.


Reaksi subtitusi alkohol

Dalam larutan asam, alkohol dapat mengalami reaksi subtitusi

H2SO4
CH3CH2CH2CH2 OH + H Bt CH3CH2CH2CH2 Br + H20
1-butanol Kalor 1-bromobutana (95%)

CH3 CH3
ZnCl2
CH3CH2 CH-OH + H Cl CH3CH2CH Cl + H2O
2- butanol 2-klorobutana (66%)

(CH3)3C OH +H Cl (CH3)3C Cl + H2O

Sifat fisis alkohol

Titik didih

Karena alkohol dapat membentuk ikatan hydrogen antara molekul-

molekulnya, maka titik didih alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkil

halide atau eter, yang molekulnya sebanding.

Tabel 1. Perbandingan Titik Didih Beberapa Alkohol dan Kloroalkana

Alkohol Titik didih C Kloroalkana Titik didih C


CH3OH 64,5 CH3Cl -24
CH3CH2OH 78,3 CH3CH2Cl 13
CH3CH2CH2OH 97,2 CH3CH2CH2Cl 46
HOCH2CH2OH 197 ClCH2CH2Cl 83,5

Bagaian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak

molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah

kelarutan alkohol dalam air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin

rendah kelarutan alkohol dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat

hidrofob ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil.
Tabel 2. Beberapa Sifat Fisis Alkohol

Nama Nama trivial Rumus Titik Rapatan g/mL Kelarutan


IUPAC didih 0C pada 200C dalam H2O
Methanol Metil alkohol CH3OH 64,5 0,79 -
Etanol Etil alkohol CH3CH2OH 78,3 0,79 -
1-propanol Propil alkohol CH3CH2CH2OH 97,2 0,80 -
2-propanol Isopropil alkohol (CH3)2CHOH 82,3 0,79 -
1-butanol Butil alkohol CH3(CH2)3OH 117 0,81 8,3 g/100mL

2.1.2. Sifat fisika

Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar. Alkohol adalah asam

lemah. Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya

metil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:

H H H

H C O H H C C O H

H H H
Metanol Etanol
Dalam peristilahan umum, alkohol biasanya adalah etanol atau grain

alkohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi.

Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia selama ribuan

tahun. Etanol adalah salah satu obat reakreaksi (obat yang digunakan untuk

bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan

meminum alkohol yang cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat

toksik (beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat

menguraikannya dengan cepat.


Alkohol umum

- Isopropil alkohol (2-propil alkohol, propal-2-ol, propanol) H3C-CH(OH)-CH3,

atau alkohol gosok

- Etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen

utama dalam antifreeze

- Gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang

terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)

- Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena

Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan laboratorium

sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan

secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spiritus. Awalnya

alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah

penyalahgunaannya untuk makanan dan minuman, maka alkohol tersebut

didenaturasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol.

Penggunaan minuman beralkohol sebagai campuran makanan dan

minuman cukup luas dan bervariasi dalam berbagai bentuk yang sering tidak

disadari keberadaannya oleh konsumen.

Minuman beralkohol tidak hanya menyebabkan mabuk, akan tetapi pada

tingkat tertentu dapat menyebabkan kematian. Pada tingkat kandungan 0,05-0,15%

etanol dalam darah peminum akan mengalami kehilangan koordinasi, pada tingkat

0,15-0,20% etanol menyebabkan keracunan, pada tingkat 0,30-0,40%


peminum hilang kesadaran dan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu

0,50 % dapat menyebabkan kematian.

2.2. PEMBUATAN MINUMAN BERALKOHOL

Minuman beralkohol dibuat dengan cara fermentasi khamir dari

bahan baku yang mengandung pati atau gula tinggi. Bahan baku yang umu

dipakai adalah biji-bijian (seperti jagung, beras, gandum, dan barley), umbi-

umbian (seperti, kentang dan ubi kayu), buah-buahan (seperti anggur, apel,

pear, cherry), tanaman palem (seperti aren, kelapa, siwalan, nipah), gula

tebu dan gula beet, serta moless. Khusus bahan baku biji-bijian, sebelum

proses fermentasi berlangsung, bahan-bahan tersebut diproses terlebih

dahulu dengan cara merendamnya sampai menjadi kecambah, kemudian

direbus dan diproses menjadi bubur dan dimasak kembali.

Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis

produk yang akan dihasilkan. Proses pemeraman singkat (fermentasai tidak

sempurna) yang berlangsung sekitar 1-2 minggu dapat menghasilkan

produk dengan kandungan etanol 3-8%. Contohnya adalah produk bir.

Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang (fermentasi sempurna)

yang dapat mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti dalam

pembuatan anggur dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol

sekitar 7-18%.

Kandungan etanol yang dihasilkan dalam fermentasi minuman beralkohol

biasanya berkisar sekitar 18% karena pada umumnya khamir tidak dapat hidup

pada lingkungan dengan kandungan etanol di atas 18%. Jadi untuk menghasilkan
minuman beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi, dilakukan

proses distilasi terhadap produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi.

Kelompok produk yang dihasilkan dinamakan distilled beverages. Cara

produksi yang lain untuk menghasilkan minuman berkadar etanol tinggi

adalah dengan cara mencampur produk hasil fermentasi dengan produk

hasil distilasi. Contohnya adalah produk port wine dan sherry yang

termasuk kelompok fortified wine . Pada produk tertentu, untuk

menghasilkan cita rasa yang diinginkan, dapat dilakukan penambahan

bahan-bahan tertentu seperti herba, buah-buahan, ataupun bahan flavoring.

2.3. KANDUNGAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL

Kandungan etanol minuman beralkohol dapat dinyatakan dalam %

volume per volume (% v/v) % berat per berat (% b/b) atau dinyatakan

dalam proof. Nilai proof merupakan rasio 2:1 dibandingkan kandungan

etanol dalam % volume. Contohnya, minuman dengan kandungan etanol

40% (v/v) sebanding dengan 80 proof.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

86/Menkes/Per/IV/77 tentang minuman keras, minuman beralkohol

dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan

berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 20 øC.

Minuman dengan kadar etanol 1 -5 % dikategorikan sebagai minuman keras

golongan A, minuman dengan kadar etanol lebih dari 5 % sampai dengan 20 %

tergolong minuman keras golongan B sedangkan minuman dengan kadar

etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 % sampai 55 %.


2.4. JENIS-JENIS MINUMAN BERALKOHOL

Secara umum anggur dan brandy merupakan minuman beralkohol yang

dibuat dari buah anggur, jika tidak disebut jenis buahnya secara spesifik seperti

plum anggur (terbuat dari buah pulm) atau cherry brandy (terbuat dari buah ceri).

Dari jus apel dapat dibuat minuman cider. Di Amerika dan Kanada, cider atau

sweet cider merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan

jus apel yang difermentasi disebut hard cider. Di Inggris, istilah cider selalu

digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat

digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak. Hasil distilasi cider

dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.

Bir secara umum terbuat dari barley. Akan tetapi dapat juga terbuat

dari campuran beberapa jenis biji-bijian. Minuman beralkohol yang dibuat

dari campuran beberapa jenis biji-bijian dikenal dengan nama whisky.

Jenis-jenis whisky seperti scotch, rye, dan bourbon menunjukkan jenis biji-

bijian utama yang digunakan dengan tambahan biji-bijian lain (yang paling

sering adalah barley dan kadang-kadang oat).

Jenis minuman hasil penyulingan yang paling umum adalah Ballo atau tuak
(arak) merupakan minuman khas dari sulawesi selatan. Terdiri dari 2 macam
rasa yaitu rasa pahit beracun dan kecut (dapat menyebabkan mabuk) dan rasa
manis (sebagai bahan untuk pembuatan gula merah) atau disebut dengan gula
aren. Semua jenis ballo baik itu ballo rasa pahit maupun manis berasal dari
pohon lontar (Manda, 2015).
Di Indonesia tumbuhan lontar cukup variatif. Dari hasil diskripsi
Beccari (1913) lontar yang terdapat di Indonesia adalah B. sundaicus,
sedangkan B. fabellifer sebagai tumbuhan introduksi dari India pada jaman
kejayaan raja-raja Hindu. Perawakan kedua tumbuhan ini memang sama,
namun pada permukaan daun berbeda. Backer dan Bakhuizen (1968)
mengidentifikasi B. flabellifer permukaan daunnya tampak bersisik (scaly) dan
B. sundaicus memiliki permukaan daun halus. Dari hasil eksporasi dan
identifikasi Tjitrosoepomo dan Pudjoarianto (1982), jenis B. flabellifer banyak
tersebar di Indonesia.
Tumbuhan lontar di Indonesia memiliki berbagai nama lokal yang
mencerminkan tumbuhan tersebut sangat umum dikenal di Nusantara. Tercatat
ada 56 nama lokal menurut masing-masing bahasa dan dialek suku tertentu
yang tersebar pada 9 wilayah propinsi di Indonesia (Woha, U.P. 1988).
Daerah penyebaran tumbuhan lontar adalah yang paling luas dari
kelompok Palma, mulai dari Arab Saudi sampai Irian, atau ¼ garis keliling
bumi, dengan lebar wilayah 11°LS (pulau Rote, Indonesia) sampai India pada
30°LU. Di Indonesia, lontar dijumpai pada wilayah pantai di daerah yang
beriklim kering, misalnya di Jawa Tengah (Brebes, Pekalongan, dan
Semarang), Jawa Timur (Tuban, Gresik, dan Lamongan), Madura, Bali
(Karangasem dan Buleleng), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, dan Maluku bagian Tenggara (Woha, U.P. 1988).
Dari seluruh daerah penyebaran lontar, jumlah atau populasi lontar
yang terbanyak dijumpai adalah di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi
Selatan. Di Nusa Tenggara Timur, tumbuhan lontar dapat dijumpai di pesisir
Utara sampai Selatan pulau Flores maupun pulau Timor, pantai Timur dan
Selatan pulau Sumba dan pada pulau-pulau kecil. Konsentrasi lontar yang
terluas di Kabupaten Kupang (pulau Timor bagian Barat, pulau Rote, dan
pulau Sabu), Kabupaten Sumba Timur (Kecamatan Rindi Umalulu dan
Kecamatan Pahungalodu), Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu (Selatan
dan Utara), dan Flores Timur. Kemudian di Sulawesi Selatan, lontar tumbuh
dan banyak dijumpai di Kabupaten Jeneponto, Takalar, Gowa, dan Bone.
lontar tumbuh tersebar secara sporadis dan bergerombol, dan dari empat
kabupaten tersebut yang terbanyak adalah di Kapupaten Jeneponto. Proporsi
sebaran lontar sekitar 41 - 43% sebagai tanaman produktif, sedangkan yang
diolah sekitar 22 - 23%. Perkiraan populasi lontar sekitar 10% di areal tanah
kering (ladang/kebun), dan dalam setiap hektar terdapat sekitar 5 - 120 pohon
lontar dengan tingkat umur yang berbeda-beda atau rerata 28 pohon/ha. Total
populasi tumbuhan lontar di daerah ini sekitar 250.000 - 300.000 pohon
(Pellokia, S.C. dan P.U. Woha. 1989).

Tabel Estimasi populasi lontar di Kabupaten Jeneponto, Propinsi Sulawesi


Selatan
No. Kecamatan Luas (Ha) Jumlah pohon Jumlah pohon yang
(Subdistrict) Area (Ha) (Total tree) disadap
No
(Tapped the total
tree)
1 Tamalatea 10.028 77.178 15.823

2 Binamu 6.647 47.193 9.675

3 Bangkala 11.838 84.050 17.231

4 Batang 6.149 43.658 8.950

5 Kelara 6.378 45.284 9.284

60.963
Jumlah (Total) 41.040 297.383

Sumber (Source): Anonim (1994).


Dijeneponto, ballo cukup mudah diperoleh, itu karena hampir disetiap sedut
wilayah in banyak orang yang bekerja sebagai pae 'ba' (pembuat arak). Cara
pembuatannya pun cukup mudah. Cukup menyediakan pisau yang amat tajam (bassi
panggae 'ba') alat panjat (tahrang), wadah (tongka), dan juga alat pengerik
(pangngepeki), ballo sudah bisa di peroleh dengan baik (Rabasing, 2015).
Ballo khususnya ballo kacci (ballo kecut) dikalangan masyarakat indonesia
memang sudah di pandang negatif. Hal tersebut dikarenakan banyaknya dampak
negatif yang terjadi akibat minuman ini. Dampak negatif tersebut dapat terjadi dalam
dua periode yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pengaruh dalam jangka pendek
dapat menimbulkan enphoria ringan dan stimniasi terhadap perilaku lebih aktif
seiring meningkatnya konsentrasi ballo yang diminum. Kemudian efek yang dapat
dilihat dalam jangka pendek adalah resiko mabuk atau teler sehingga dapat
menyebabkan penururnan kesadaran. Dampak dalam jangka panjang dapat
menyebabkan terserang penyakit sseperti kerusakan hati (Rahmansyah, M. 2001
2.6. PENGARUH MINUMAN BERALKOHOL

Adapun manfaat alkohol seperti kegunaannya sebagai agen pembunuh

kuman, penawar untuk keracunan metanol, atau agen penyejuk bagi melegakan

demam panas. Namun begitu, memang tidak dapat disangkal bahwa keburukan

daripada kesan meminum alkohol jauh mengatasi kebaikannya.

Alkohol yang dimaksud dalam pembahasan disini ialah etil alkohol atau etanol,

suatu senyawa kimia dengan rumus C2H5OH. Minuman beralkohol adalah minuman yang

mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari berbagai jenis bahan

baku nabati yang mengandung karbohidrat, misalnya : biji-bijian, buah-buahan, nira dan

lain-lain; atau yang dibuat dengan cara distilasi hasil fermentasi yang disebutkan diatas;

atau yang sengaja ditambahkan alkohol kedalamnya ; termasuk kedalamnya adalah

minuman keras klasifikasi A, B dan C.

Anggur, obat anggur kolesom, arak obat dan minuman-minuman sejenis yang

mengandung alkohol termasuk kedalam minuman beralkohol. Berapapun kadar alkohol

pada minuman beralkohol tetap dinamakan minuman beralkohol.

Dampak negatif dari minuman beralkohol lebih besar dari efek positifnya,

seperti misalnya : pengaruh buruk terhadap kesehatan jasmani dan rohani,

kriminalitas, kenakalan remaja, kamtibmas dan ketahanan nasional. Dampak positif

alkohol sebagai obat yang diminum sudah dapat diganti dengan bahan lain. Namun

pada obat luar/obat oles masih digunakan.

Pengaruh ketagihan akibat meminum alkohol bukannya bergantung

kepada jenis alkohol tetapi jumlah yang diminum pada satu-satu masa.
Pengaruh jangka pendek yang membabitkan pengambilan lebih kurang satu

botol besar menjadikan seseorang itu kurang daya koordinasi seperti tidak boleh berjalan

dengan betul dan tidak boleh membuka pintu. Dalam masa yang singkat ini boleh

menyebabkan hangover. Hangover lazimnya disebabkan oleh keracunan alkohol, bahan

lain dalam alkohol dan tindakbalas ketagih alkohol. Tanda-tanda hangover termasuklah

sakit kepala, loya, muntah, diare, gangguan pergerakan usus dan menggeletar selama

delapan dan 12 jam kemudian

Pengaruh jangka panjang akan dirasai setelah meminumnya selama beberapa

bulan atau tahun. Pengaruh utamanya adalah seperti sakit jantung, hati atau penyakit

dalam perut. Apabila situasi ini terjadi mereka akan kurang selera makan, kekurangan

vitamin, mudah diserang penyakit, haid tidak lancar. Kematian yang awal adalah lebih

kerap pada orang yang terlalu banyak meminum alkohol, terutamanya daripada sakit

jantung atau hati, radang paru-paru, kanker, keracunan alkohol yang kuat, kecelakaan,

pembunuhan dan bunuh diri.

Pengaruh pada otak

Pada dasarnya setelah diminum, alkohol akan meresap dari usus kecil ke

dalam darah. Alkohol terus dibawa ke jantung kemudian dibawa ke seluruh tubuh.

Dari sini ia terus meresap ke dalam otak dan seterusnya ke urat saraf. Otak

merupakan salah satu organ penting yang dimiliki oleh manusia karena otaklah

yang mengontrol segala kegiatan.

Pengaruh pada hati

Pengaruh alkohol yang paling bahaya adalah pengaruh pada hati. Setiap

kali seorang peminum mengambil alkohol, hatinya mendapat luka.


Sel hati akan mati dan menjadi mengecil. Hal ini akan mengurangi

kemampuan hati untuk berfungsi dengan sempurna. Pengecilan yang serius akan

menyebabkan hati tidak dapat berfungsi langsung. Keadaan ini disebut sirosis hati

dan boleh membawa maut.

Pembengkakan hati (hepatitis) juga bisa disebabkan oleh kelebihan toksik

alkohol. Pada mulanya menyebabkan hati mengembang dan lama kelamaan saluran

darah akan mengecil. Ini menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke hati dengan

sempurna dan akhirnya saluran darah akan membengkak lalu pecah. Pada peringkat

kritikal pengidap hepatitis akan mengalami muntah darah dan kotoran mereka akan

bercampur dengan darah.

Pengaruh pada saraf

Kerusakan saraf dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti sindrom

Wernicke-Korsakoff dan kerusakan sel-sel otak, yang seterusnya membawa kepada

komplikasi psikiatri. Peminum mengalami halunisasi pendengaran, amnesia,

paranoia, depresi, dan kecenderungan membunuh diri.

Pengaruh pada janin

Peminum alkohol kronik yang sedang hamil menyebabkan kandungannya

mempunyai ciri-ciri kecacatan seperti kekurangan berat badan, ukuran kepala yang

terlalu kecil berbanding tubuh, keadaan muka yang rata, dan kelemahan sendi-sendi.

Selain daripada pengaruh-pengaruh di atas, alkohol juga bertindak dengan berbagai


sistem dan organ tubuh. Contohnya, pengaruh terhadap sistem peredaran tubuh

menyebabkan darah lebih banyak dialirkan ke kulit.

Ini menyebabkan kulit peminum menjadi kemerah-merahan. Peminum

alkohol juga didapati lebih cenderung sering membuang air kecil karena etanol dapat

meningkatkan hormon penahan kecing.

Alkohol juga menyumbang kalori

Konsumsi minuman alkohol di Negara-negara maju naik dengan pesat ke titik

di mana alkohol memberikan suatu sumbangan kalori rata-rata yang berarti, yang

pada orang dewasa nonalkoholik mungkin mendekati 12%. Alkohol yang dalam hal

adalah etanol memiliki kandungan energi yang tinggi, yaitu menghasilkan kira-kira

7,1 kkal/g pada oksidasi, nilai ini terletak di antara

senyawa karbohidrat dan lemak. Selain itu, energinya tersedia secara biologis

dalam bentuk ATP melalui lintas metabolisme yang diketahui secara baik. Etanol

dioksidasi menjadi esatadehida di dalam hati oleh kerja alkohol dehidrogenesa

sitosol, yang mengandung NAD+ sebagai aseptor.

CH3CH2OH + NAD+ CH3 C H + NADH + H+


O

Etanol Asetaldehid
Asetadehida kemudian dioksidasi menjadi asetat enzim mitokondrion, aldeheda

dehidrogenase yang juga berkaitan dengan NAD.

CH3 C H + NAD+ + H2O CH3COOH + NADH + H+

Kedua NADH yang terbentuk dalam reaksi ini akhirnya menyumbangkan

ekivalen yang bersifat nereduksi ke rantai pernafasan mitokondrion.


Pengangkutan electron ke oksigen selanjutnya menghasilkan pembentukan 2(3) =

6 molekul ATP dari ADP dan Pi. Asetat yang terbentuk dari etanol kemudian

diaktifkan di dalam hati oleh asetil-KoA sintetase berantai untuk membentuk

asetil-KoA.

CH3COOH + CoA SH + ATP CH3 C S CoA + AMP + Ppi

Asetil-KoA yang dibentuk tersebut pada akhirnya dioksidasikan melalui

siklus asam sitrat. Alkohol sering kali dikatakan sebagai senyawa yang tidak

mengandung kalori.
BAB III
METODE PENELITIAN

2.1. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tuak hasil fermentasi
nira kelapa selama ± 2 hari. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah: alat
destilator (steroglass rotary evaporator) merk Strike 202, alkoholmeter merk
Alkoholmeter Nach Ricter&Tralles, gelas ukur 100 ml dan 500 ml merk.
AKI Pyrex, Gas Chromatography merk Varian type G.C.3300, timbangan
digital merk Sartorius cp 3235, dan piknometer merk IWAKI Pyrex cap approx 25
ml.

2.2. Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah proses
fermentasi selama 2 hari, agar nira kelapa mengalami fermentasi sempurna. Proses
fermentasi dilakukan pada suhu ruang (26-280C). Tahap kedua adalah proses
destilasi yang dilakukan pada suhu 780C, sampai volume hasil destilasi sebanyak
75% dari volume awal. Proses destilasi dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh
bioetanol dengan kadar alkohol e” 90% dan kadar etanol e”94%. Tahap ketiga
adalah penentuan kualitas bioetanol yang dihasilkan. Parameter kualitas bioetanol
yang diamati meliputi kadar etanol, densitas, specific gravity, API Gravity, dan
nilai kalor. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
a) Kadar Alkohol

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar alkohol adalah alkoholmeter.


Pengukuran kadar alkohol dilakukan setiap selesai destilasi dan pengukuran
dihentikan bila kadar alkohol yang diukur e”90% (kadar alkohol sesuai ASTM untuk
bahan bakar cair) dan kadar etanolnya e”94%. Langkah-langkah pengukuran
menggunakan alkoholmeter (Feryanto, 2007) adalah dengan memasukkan destilat
sebanyak 100 ml ke dalam gelas ukur, kemudian alkoholmeter dicelupkan ke dalam
destilat. Batas yang tercelup pada permukaan destilat menunjukkan kadar alkohol pada
sampel yang diuji.

b) Rendemen Bioetanol

Rendemen bioetanol dihitung dari hasil pengukuran volume bioetanol yang


diperoleh dari destilasi hasil fermentasi nira kelapa dibagi dengan volume bahan
dasar/produk awal (Suastini, 1994).
Randemen % = x 10 (1) Volume Produk Awal
Volume Produk Akhir

c) Pengujian Kualitas Bioetanol


1) Kadar Etanol
Pada penelitian ini, kadar etanol diukur mengikuti metode AOAC (2003).
Penentuan kadar etanol ditentukan dengan menggunakan gas kromatografi.
Adapun langkah-langkahnya adalah diinjeksikan ke dalam gas kromatografi
sebanyak 1µl (mikro liter sampel) dengan menggunakan alat microsiringe.
Kondisi gas kromatografi yaitu : suhu coloum 1500C, suhu injector 1500C, dan
suhu detector 2000C, sehingga akan keluar puncak dengan waktu retensi dan luas
area tertentu. Adapun standar yang dipakai adalah etanol 100%. Kadar etanol
secara kualitatif ditentukan oleh waktu retensi puncak sampel, sedangkan kadar
etanol secara kuantitatif ditentukan dengan cara menghitung luas area puncak
sampel dibandingkan dengan luas area puncak standar dikalikan kondisi standar.
BAB IV
PEMBAHASAN

3.1. Kadar Alkohol Hasil Destilasi

Dalam penelitian ini pembuatan alkohol dilakukan dengan fermentasi alami pada
nira kelapa selama 2 hari. Nira kelapa memiliki kadar gula total sekitar 12-18 persen
sedangkan nira sorgum memiliki kadar gula toal 11-16 persen dan nira tebu 9-17
persen (Komarayati dan Gusmailina, 2010). Proses fermentasi nira kelapa bersifat
alami karena nira kelapa sudah mengandung khamir liar yang sangat aktif, dan
fermentasi nira kelapa melibatkan penggunaan Saccharomyces cereviceae (Rahayu
dan Kuswanto, 1988).
Pengujian terhadap kadar alkohol hasil destilasi bertingkat disajikan pada Tabel 1.
Hubungan antara kadar alkohol dengan frekuensi destilasi disajikan pada Gambar 2.
Pada Tabel 1 tampak bahwa kadar alkohol dari nira kelapa setelah fermentasi adalah
rata-rata sebesar 6,36%. Kadar alkohol ini sesuai dengan kisaran prosentase beberapa
penelitian seperti yang diperoleh oleh Rahayu dan Kuswanto (1988), bahwa kadar
alkohol yang terdapat pada produk yang dihasilkan dari fermentasi berkisar antara 3-
10 persen tergantung dari jenis produk yang difermentasi. Anonim (2003) menyatakan
bahwa kadar alkohol untuk tuak kelapa berkisar antara 5-8 persen.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa kadar alkohol rata-rata meningkat dengan
semakin seringnya destilasi dilakukan. Peningkatan drastis terjadi pada destilasi
pertama sampai destilasi ke enam, yang diikuti dengan peningkatan yang semakin
kecil sampai destilasi ke 14 Pada destilasi pertama terjadi peningkatan sebesar
11,47%, dan pada destilasi ke dua terjadi peningkatan sebesar 17,77%. Namun pada
destilasi ke tiga sampai ke delapan terjadi peningkatan kadar alkohol yang semakin
menurun yaitu masing-masing sebesar 15,83%, 12,30%, 11,30%, 8,88%, 2,50% dan
2,40%. Pada destilasi ke-9 hingga ke 14 peningkatan kadar alkohol sangat kecil
bahkan cenderung konstan, yaitu peningkatan kadar alkoholnya tidak lebih besar
dari 1,00%. Hal ini disebabkan karena semakin sering destilasi dilakukan semakin
sedikit komponen air dalam bahan yang akan didestilasi atau tidak adanya lagi
komponen untuk dipisahkan lebih lanjut. Menurut Yuliastuti (2002), jika suatu zat
cair yang telah murni didestilasi akan mempunyai kuantitas yang sama dan
kesetimbangan akan dicapai.
Tabel 1. Kadar Alkohol Tuak pada Beberapa Tahapan Destilasi

Pada Tabel 1 dan Gambar 2 juga terlihat bahwa destilasi terus


dilakukan hingga destilasi ke-14, walaupun pada destilasi ke-10 kadar alkohol
sudah memenuhi standar ASTM untuk bahan bakar cair yaitu kadar
alkoholnya lebih besar atau sama dengan 90%. Hal ini dilakukan karena pada
destilasi ke-10, kadar etanol yang diperoleh belum memenuhi SNI (Standar
Nasional Indonesia) untuk bioetanol yaitu kadar etanolnya harus lebih besar
atau sama dengan 94%, sehingga destilasi tetap diteruskan hingga kadar
etanol yang diperoleh memenuhi SNI untuk bioetanol.

Gambar 2. Grafik Hubungan Kadar Alkohol


dengan Frekuensi Destilasi
Kadar Etanol
Pada Tabel 3 terlihat bahwa kadar etanol rata-rata dari bioetanol yang
dihasilkan dari 14 kali destilasi adalah sebesar 95,13%. Kadar etanol yang
dihasilkan pada penelitian ini, lebih besar dari kadar etanol yang diperoleh
dari sampah organik. Kadar etanol sampah organik setelah didestilasi
sebanyak 18 kali adalah sebesar 92,95% (Mahyuda, 2006). Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan kadar etanol nira kelapa memiliki potensi
yang tidak jauh berbeda untuk dijadikan bioetanol dengan sampah organik.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Frekuensi destilasi yang dihasilkan
dari nira kelapa untuk mendapatkan kadar etanol sesuai SNI bioetanol sebesar
e”94% adalah sebanyak 14 kali.
5.2. SARAN.
Diharapkan agar Karya tulis Ilmiah ini dilanjutkan ke pengujian
bioetanol sebagai bahan baku yang lebih berguna dimasa ini.

Anda mungkin juga menyukai